0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan14 halaman

428 1593 1 SM

test test test test

Diunggah oleh

penguin pengikat
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan14 halaman

428 1593 1 SM

test test test test

Diunggah oleh

penguin pengikat
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 14

Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ...

105-118 105
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Received: February 5, 2020; Reviewed: March 31, 2020; Accepted: April 23, 2020.
To cite this article: Junarto, R, Djurdjani, Permadi FB, Ferdiansyah, D, Admaja, PK, Sholikin, AR, Rahmansani,
R 2020, ‘Pemanfaatan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk pemetaan kadaster’, Bhumi, Jurnal
Agraria dan Pertanahan, vol. 6, no. 1, hlm. 105-118.
DOI: 10.31292/jb.v6i1.428
Copyright: ©2020 Rohmat Junarto, Djurdjani, Fajar Buyung Permadi, Donny Ferdiansyah, Pandu Kuncoro
Admaja, Ahmad Rasis Sholikin, dan Rahardian Rahmansani. All articles published in Jurnal Bhumi are
licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International license.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) UNTUK


PEMETAAN KADASTER
UTILIZATION OF UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) TECHNOLOGY FOR
CADASTER MAPPING
Rohmat Junarto1.2, Djurdjani3, Fajar Buyung Permadi2, Dony Ferdiansyah2, Pandu
Kuncoro Admaja2, Ahmad Rasis Sholikin2, Rahardian Rahmansani2
1
Mahasiswa Magister Geomatika, Universitas Gadjah Mada
2
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
3
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Email: [email protected]

Abstract: Geospatial data (on horizontal and vertical positions) play an important role in decision
making.Regarding that, the issue of funds, diversity of areas, human resources, and non-updated data become
great obstacles. This study aims to examine the technological capabilities of Unmanned Aerial Vehicles (UAVs)
or Unmanned Aircraft in acquiring and updating geospatial data, evaluating and inspecting changes in the
conversion of agricultural land and the environment, as well as describing orthophoto extraction opportunities
in digital services based on multipurpose cadastre. This research used a model combination method (concurrent
triangulation). Several alternative requirements were derived to design methods of mapping, processing and
controlling the quality of application to the concept of Fit For Purpose Land Administration (FFP-LA), and
layering with Geographic Information Systems (GIS). The f inal product of this system is effective to produce and
update land base map, evaluate and inspect changes in the conversion of land functions as well as facilitate
digital services. The availability of open source software eff iciently extracts and combines terrestrial and photo-
grammetric mapping products in real time and has the opportunity to realize multipurpose cadastre. The in-
volvement of local human resources is applied to ensure legal certainty in the land registration system as well as
to improve and strengthen the management of agrarian resources.
Keywords: Boundary, Extraction, Geospatial, Environment,Vegetation.

Abstrak: Data geospasial (posisi horisontal dan vertikal) berperan penting dalam pengambilan keputusan.
Meskipun demikian, masalah dana, keberagaman area, sumberdaya manusia, serta data yang tidak update, menjadi
penghambat utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan teknologi Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) atau Pesawat Udara Tanpa Awak dalam mengakuisisi dan memperbaharui data geospasial, mengevaluasi
dan menginspeksi perubahan alih fungsi lahan, serta mendeskripsikan peluang ekstraksi orthophoto dalam
pelayanan digital berbasis multipurpose cadastre. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi model (con-
current triangulation). Beberapa alternatif persyaratan diturunkan untuk mendesain metode pemetaan,
pemrosesan, pengontrolan kualitas serta penerapannya dengan konsep Fit For Purpose Land Administration
(FFP-LA) dan layering dengan Sistem Informasi Geograf is (SIG). Produk akhir dari sistem ini efektif untuk
memproduksi dan memperbaharui peta dasar pertanahan, mengevaluasi dan menginspeksi perubahan alih fungsi
lahan serta memudahkan dalam pelayanan digital. Tersedianya software opensource dapat secara ef isien
106 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

mengekstraksi dan menggabungkan produk pemetaan terestris dan fotogrametri secara real time serta berpeluang
dalam mewujudkan multipurpose cadastre. Keterlibatan sumber daya manusia lokal digunakan untuk menjamin
kepastian hukum dalam sistem pendaftaran tanah, memperbaiki dan menguatkan tata kelola sumber daya agraria.
Kata kunci: Batas, Ekstraksi, Geospasial, Lingkungan, Vegetasi.

A. Pendahuluan Administration (FFP-LA). Konsep ini akan


Informasi menyangkut lokasi dan keberadaan menjamin sistem administrasi agraria/pertanahan
suatu objek pada permukaan bumi mengarah yang baik dan dapat dibuat dalam waktu relatif
pada pembuatan peta-peta skala besar yaitu < singkat dengan biaya terjangkau (Enemark,
1:5000. Peta tersebut digunakan untuk implemen- Mclaren, and Lemmen 2016).
tasi kebijakan pembangunan secara efektif dan Untuk mendukung kegiatan ini dalam konsep
efisien (UU No. 4 Tahun 2011). Informasi geospa- spatial frame works Dirjen tersebut melaksanakan
sial dasar dan informasi geospasial tematik ini optimalisasi penggunaan data dan teknologi salah
penting sebagai acuan untuk memperbaiki data satunya menggunakan UAV yang diharapkan
spasial dan akurasi perencanaan tata ruang. dapat dimanfaatkan untuk memproduksi PDP
Informasi geospasial tematik oleh Kementerian skala 1:1.000 untuk daerah permukiman, skala
ATR/BPN sesuai dengan kebijakan satu peta 1:2.500 untuk daerah pertanian, dan skala 1:10.000
(KSP) diwujudkan dengan tersedianya peta dasar untuk daerah perkebunan dengan ketelitian
pertanahan (PDP) dan peta tematik pertanahan planimetris sesuai Juknis PP No. 24 Tahun 1997.
berbasis bidang tanah atau kawasan sejumlah 22 Selain memproduksi PDP, UAV juga diharapkan
layer tema. Peta-peta tersebut dapat dibuat degan mampu untuk mengiventarisasi data yang sudah
citra satelit resolusi tinggi (CSRT), peta foto udara terdaftar (updating) terkait pemilikan, penguasa-
(wahana pesawat udara atau Unmanned Aerial an, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Pro-
Vehicle (UAV), atau peta garis. Apabila peta belum duksi peta tematik juga mudah dilakukan dengan
tersedia, pembuatannya dapat dilakukan bersa- mengekstrakasi hasil dari pemetaan udara
maan dengan kegiatan pengukuran dan peme- dengan UAV.
taan bidang tanah (PMNA No. 3 Tahun 1997). Pemetaan dengan wahana UAV menjadi salah
Ketersediaan PDP sampai dengan tahun 2018 satu solusi untuk memetakan wilayah di Indone-
masih kurang dari separuh luas wilayah Indone- sia yang beragam topograf inya (Bloom 2006
sia dengan status areal penggunaan lain. Berda- dalam Purwanto 2017). Teknologi pemetaan ini
sarkan data dari Kementerian ATR/BPN, luas telah berevolusi dalam platform pesawat berawak
wilayah Indonesia pada areal tersebut adalah besar berbiaya mahal ke wahana yang sangat kecil
64,27 Ha, 49,05% diantaranya sudah tersedia PDP dan murah (Wibowo 2015). Sumber Daya Manu-
namun memerlukan updating data, 30,5% sedang sia (SDM) yang terampil mampu menghasilkan
proses pengolahan di Badan Informasi Geospasial produk fotogrametri UAV dengan kualitas baik,
(BIG) dan sisanya 20,45% belum terdapat PDP biaya lebih murah, cepat dan aman (Saadatseresht,
(Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Hashempour, and Hasanlou 2015). Teknologi ini
2019). Selain itu, PDP yang sudah tersedia harus merupakan salah satu alternatif yang dapat
up to date dan memenuhi ketelitian geometrik diandalkan untuk menghasilkan peta berbasis foto
(Permen ATR/Ka BPN RI No 21 Tahun 2019). Oleh udara digital beresolusi tinggi yang mampu meng-
karena itu, diperlukan alternatif pemetaan yang gabungkan metode pemetaan terestris, ef isien
lebih efektif dan efisien untuk mencukupi kebu- dalam hal biaya dan mudah diaplikasikan (Rokh-
tuhan peta tersebut. Dirjen Keagrariaan Kemen- mana 2013).
terian ATR/BPN berkeinginan melakukan perce- Proses updating f itur-f itur spasial hingga
patan program agraria/pertanahan ke depan pemodelan digital dapat dilakukan secara cepat
dengan menerapkan konsep Fit for Purpose Land melalui pengambilan data menggunakan UAV
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 107
(Haala dkk. 2011). Selain itu, software yang dapat Mencermati uraian di atas dan dengan mem-
digunakan, baik untuk pengambilan data maupun pertimbangkan tiga elemen pokok: (i) spesifikasi
untuk pengolahan data, sudah tersedia secara teknis dan keamanan UAV (kemampuan untuk
komersial yang menjamin akurasi spasial dari melakukan penerbangan yang aman dan bobot
model yang dihasilkan (Remondino dkk. 2012). UAV) (ii) keterampilan pilot (yang harus diser-
Saat ini, UAV semakin banyak digunakan pada tifikasi), dan (iii) area yang disurvei, maka layak
kegiatan penelitian ilmiah di dalam negeri diteliti teknologi UAV untuk keperluan survei
maupun di luar negeri. Contohnya, bidang perta- pemetaan kadaster dalam area <10.000 Ha dengan
nian (Grenzdörffer and Niemeyer 2012), pemetaan menerapkan konsep FFP-LA. Selain itu, ekstraksi
tiga dimensi (Nex and Remondino 2014), bidang hasil pemetaan berbasis band Red Green Blue
survei dan aplikasi kadaster (Cunningham dkk. (RGB) diterapkan untuk pemantauan dan
2012; Richner 2011; Cramer dkk. 2013), bidang pengendalian tata ruang lingkungan. Harapan-
arkeologi dan arsitektur (Chiabrando dkk., 2011), nya, dengan adanya informasi geospasial berbasis
dokumentasi dan pemodelan warisan budaya/ bidang atau kawasan berpeluang dalam membe-
arkeologi (Eisenbeiss and Sauerbier 2011), bidang rikan pelayanan digital.
manajemen pesisir (Delacourt dkk. 2014), mitigasi
bencana (Choi and Lee 2012), pemetaan persil (S. B. Pengumpulan data
A. Ramadhani, Bennett, and Nex (2018) pemetaan Beberapa persyaratan untuk memperoleh data
pulau kecil (Y. H. Ramadhani, K, and Susanti yang baik adalah data dapat dipercaya (reliable),
2015), pemetaan daerah konf lik (Handayani, tepat waktu dan memberikan gambaran tentang
Saptari, and Abdulharis 2018), bidang pertanian sesuatu persoalan secara menyeluruh. Data geo-
(Rokhmana 2013; Rokhmana 2015). spasial dapat diperoleh dengan menggunakan alat
Berdasarkan penelitian tersebut, teknologi ini penginderaan/sensor dari jarak dekat maupun
menjanjikan dalam pemetaan wilayah khususnya jauh (Sutanto 2016). Lillesand, Kiefer, and
untuk produksi PDP dan peta tematik lainnya. Chipman (2015) menyatakan bahwa pengindera-
Secara teknis, UAV umumnya bisa terbang dengan an jauh merupakan gabungan antara ilmu
diameter tiga kilometer (km) untuk memetakan pengetahuan dan seni untuk memperoleh infor-
wilayah. Pesawat ini juga dapat membawa sensor masi tentang objek yang dikaji dengan meng-
kamera non metrik, sensor inframerah dan gunakan alat tanpa kontak langsung. Manusia
teknologi Inertial Navigation System (INS)/Iner- dalam hal tersebut ketika tidak mampu mela-
tial Measurement Unit (IMU) yang menghasilkan kukan penginderaan jarak dekat membutuhkan
peta orthophoto dan Digital Elevation Model alat bantu/teknologi perekam atau sensor (ka-
(DEM) dengan akurasi dalam satuan centimeter mera, penyiam/scanner, atau lainnya) untuk
(cm). Kualitas spasial peta dari wahana ini penting memperoleh data geospasial secara cepat, daerah
namun harus diselaraskan dengan kebutuhan luas.
dan memungkinkan untuk ditingkatkan Teknologi merupakan kegiatan untuk meren-
kualitasnya secara bertahap (Sudarman dkk. canakan dan menciptakan benda/material yang
2019). Oleh karena itu, dibutuhkan kalibrasi kame- bernilai praktis, seperti pesawat tanpa awak (UAV),
ra untuk mendapatkan parameter internal dalam mobil, satelit) (Gie 1996). Riset tentang penggu-
proses orientasi. Waktu produksi teknologi ini naan UAV sebagaimana diterangkan di awal, akan
umumnya mencapai lebih dari 500 Ha/hari menghasilkan beberapa tingkatan data, yaitu raw
(Rokhmana 2015) sehingga menghadirkan data, data hasil pengumpulan, dan data hasil
potensi menguntungkan. Poses pengolahan foto pengolahan. Daerahnya pun bervariasi seperti
udara dan ekstraksi menjadi lebih mudah dan lokasi area permukiman, pertanian, perkebunan,
dapat dimonitor secara langsung dengan software daerah aliran sungai (DAS), bahkan area yang
pendukung. rawan konflik agraria/pertanahan. Penelitian ini
108 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

menggunakan UAV jenis Rotary Wing Quad modeler scanner untuk kalibrasi kamera, ArcMap
Copter karena daerah yang dipotret tidak luas 10.3.1, Autocad Map 2012 dan ENVI 5.3 untuk
±700 Hektar, lokasi berbentuk bujur sangkar, lebih analisis data dan layout).
stabil dalam penerbangan karena terdapat gim-
bal, mudah dioperasikan dan membutuhkan Tabel 1. Perbedaan UAV f ix wings dan rotary
durasi penerbangan yang singkat. Kelebihan dan wings.
kekurangan sistem pengumpulan data menggu-
nakan UAV f ix wings ataupun rotary wings
ditunjukkan pada Tabel 1.
Pengumpulan data penelitian ini menggu-
nakan metode kombinasi model (concurrent tri-
angulation). Sugiyono (2013) menyatakan bahwa
metode ini menggabungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk digu-
nakan secara bersama-sama dalam suatu pene-
litian secara seimbang, sehingga diperoleh data
yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan
obyektif. Fokus penggabungan lebih pada teknik Sumber Haala dkk., 2011, Eisenbeiss and Sauerbier,
mengumpulkan data dan analisis data, sehingga 2011, Wang, 2019
peneliti dapat membandingkan seluruh data yang
diperoleh dari kedua metode. Teknik pengum- C. Cara Kerja
pulan data triangulasi memiliki ciri satu teknik Gambaran umum skematis dari alur kerja UAV
pengumpulan data akan dapat diatasi dengan ditunjukkan pada Gambar 1. Uraian alur kerja
teknik pengumpulan data yang lain. Lokasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
penelitian dilakukan di Desa Banyuraden,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman sebagai
daerah pinggiran kota (sub-urban) dengan
perubahan penggunaan lahan yang relatif cepat
karena berbatasan dengan pusat kota Yogyakarta,
dekat dengan dua kampus yaitu Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional dan Politeknik Kesehatan
Yogyakarta. Selain itu, desa ini terdapat jalan
utama Ringroad Yogyakarta yang melintas di
tengah-tengah desa.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak.
Adapun perangkat keras seperti: UAV Rotary
Wing tipe Quadcoper sebagai wahana untuk
pemotretan, GPS South Tipe Galaxy G1, kamera
non metrik digital FC300X resolusi 4000x3000
dengan focal length 3,61 Millimeter. Sedangkan,
perangkat lunak menggunakan sistem operasi
windows 10 profesional 64 bit, software pengo-
lahan foto udara (Agisoft Photoscan untuk
Gambar 1. Alur Pelaksanaan
pemrosesan foto, mision planer dan Pix4D cap-
ture untuk membuat misi pemetaan, photo-
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 109
1. Perencanaan Penerbangan dan GCP tersebut dilakukan dengan lama penga-
Akuisisi Data matan ± 30 Menit setiap titik. Kelebihan metode
ini adalah kemudahan koneksi melalui sinyal
Setiap pemetaan menggunakan UAV tahap
internet, menjangkau hingga belasan Kilometer
pertama dengan merencanakan penerbangan
dari base, sifatnya lebih stabil jika dibandingkan
dengan software pembuatan jalur terbang seperti
dengan RTK Radio (Irfani dan Ma’ruf B. 2014).
Mission Planner, Pix4D. Penetapan overlap dan
sidelap antar foto penting dengan memperhatikan
2. Kalibrasi kamera, orientasi dan
keadaan topograf i wilayah pemetaan dan
pencocokan foto
mempertimbangkan ketidakstabilan platform
(penelitian ini menetapkan 70/40, Gambar 1). Konsekuensi menggunakan kamera non
Beberapa aspek penting lainnya juga ditetapkan metrik adalah dituntut untuk mengkalibrasi
seperti ketinggian terbang (± 90 Meter); kualitas kamera sebelum turun ke lapangan (self calibra-
kamera (resolusi 4000x3000 dengan focal length tion), mendapatkan parameter interior orienta-
3,61 Millimeter); jumlah dan distribusi GCP dalam tion (io) dan parameter exterior orientation (eo).
penentuan datum objek/georeferensi (39 titik Untuk melakukan hal tersebut, memerlukan
GCP dengan metode Real Time Kinematik-Net- f itur-f itur umum (titik pengikatan) yang saling
worked Transport of RTCM via Internet Protocol terlihat lebih dari satu foto. Pemilihan titik ikat
(RTK-NTRIP), orientasi foto dan pencegahan dalam foto tersebut dilakukan secara otomatis
efek deformasi blok yang dihasilkan dari menggunakan algoritma khusus ekstraksi f itur
kesalahan sistematis kalibrasi kamera (arah dan dalam software (Remondino dkk. 2012). Berda-
ketinggian terbang bervariasi). Hal ini selaras sarkan metodenya, pemilihan titik tersebut
dengan penelitian Gerke and Przybilla (2016) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: Area Based
bahwa untuk menghindari deformasi blok disa- Matching, (ABM); Feature Based Matching
rankan untuk merencanakan lintas-penerbangan (FBM); Symbolic Matching (SM) (Schenk 1999).
untuk beberapa bagian wilayah yang dipetakan. Pada penelitian ini, pemilihan titik-titik ini disu-
Cakupan luas pemotretan adalah seluas 7,01 sun, diinterpolasi dan disederhanakan untuk
Kilometer persegi/701 Hektar. Data foto hasil representasi dan visualisasi model Tiga Dimensi
pemotretan udara yang diakuisisi pada minggu (3D) dengan software agisoftphotoscan. Dalam
pertama bulan November Tahun 2019 sejumlah pemrosesannya, untuk mendapatkan kualitas
5.495 foto dengan ketinggian terbang ± 90 Meter. yang baik dipengaruhi oleh ground sampling dis-
tance (GSD), overlaping foto dan kualitas kamera.
Selain itu, kehadiran bayangan objek yang lebih
tinggi dan topograf i daerah yang tidak seragam
dapat menyebabkan kesenjangan dan mening-
katkan kebisingan Digital Surface Model (DSM)
yang dihasilkan dari interpolasi point cloud. Oleh
karena itu perlu pendistribusian GCP secara mera-
ta di lokasi penelitian dan pemilihan kualitas dan
kuantitas overlaping foto.

Gambar 2. Lokasi kamera, overlaping foto (kiri) dan


distribusi GCP (kanan)

Data hasil pengamatan GPS dengan metode


RTK-NTRIP dengan koordinat (X,Y,Z) sejumlah
39 titik terletak pada sistem koordinat Transverse
Mercator Tiga Derajad (TM-3°). Pengamatan titik
110 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

Gambar 4. Contoh foto asli Kantor Desa Banyuraden


(kiri), tembok yang sudah dihapus untuk
mendapatkan orthofoto (kanan).

Gambar 3. Visualisasi arah distorsi (kiri) dan param-


eter kalibrasi kamera (kanan).

3. Orthophoto dan DEM Gambar 5. Bagian Orthomosaic


Representasi akurat permukaan bumi yang
telah disesuaikan dengan bentuk topograf i, 4. Kontrol kualitas hasil pemetaan
distorsi lensa, dan kemiringan kamera dinamakan Kontrol kualitas hasil pemetaan dalam pene-
orthophoto. Orthophoto mewakili semua objek litian ini menggunakan validasi kuantitatif dan
dalam proyeksi seperti peta. Orthophoto yang kualitatif yang mengikuti PerMen ATR/Ka. BPN
benar dicirikan dengan tembok bangunan tidak Nomor 21 Tahun 2019 tentang Peta Dasar
boleh terlihat. Oleh karena itu, proses orthorek- Pertanahan. Validasi kuantitatif terdiri atas
tifikasinya membutuhkan informasi permukaan akurasi GCP dan geometrik objek dalam peta.
Digital Terrain Model (DTM) atau Digital Surface Akurasi GCP ditunjukkan oleh nilai Root Mean
Model (DSM) untuk menentukan nilai nol mdpl. Square Error (RMSE). Nilai RMSE terdiri atas nilai
Proses ini dilakukan dengan menghitung keting- absis (RMSE x), nilai ordinat (RMSE y), nilai
gian rata-rata dari beberapa sampel yang diambil vertikal z (RMSEz), dan nilai horizontal x, y
dan menciptakan regresi linier antara DEM dan (RMSEr) yang dapat dihitung dengan persamaan
data referensi (Yunita, Sari, and Kushardono sebagai berikut (Federal Geographical Data Com-
2018). Penerapannya di peta dapat dinyatakan mittee 1998):
dalam warna, angka maupun garis kontur. Semua
proses ini dibantu dengan adanya software open-
source, seperti Agisoft Photoscan, Pix4Dmapper,
ENVI 5.3, ArcMap 10.3.1 dan Autocad Map 2012
untuk mengekstrak dan menganalisis produk
baik secara semi otomatis maupun secara Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, ketelitian
otomatis. yang dihasilkan peta foto dengan acuan ketelitian
geometrik peta dengan nilai CE90 dan LE90
sebesar 0,072 Meter dan 0,010 Meter. Akurasi geo-
metrik objek yang diukur dalam peta ditunjukkan
oleh nilai GSD yang diperoleh dari perbandingan
tinggi terbang terhadap panjang fokus kamera
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 111
dikalikan dengan ukuran piksel, yaitu sebesar sebagian kecil dapat ditemukan dalam mosaic
0,034 M. Oleh karena itu, mosaic orthophoto hasil orthophoto dan DSM. Sebagai contoh,
dari pemotretan menggunakan UAV jenis Quad- kenampakan tembok pada bangunan, objek
copter, dengan penentuan titik GCP menggu- bergerak seperti mobil, overlaping foto yang tidak
nakan metode RTK-NTRIP didapatkan peta skala memadai, distorsi lensa kamera, distorsi tiang
1 : 1.000 dengan ketelitian horizontal dan vertikal tinggi dan sudut atap. Oleh karena itu, beberapa
masuk ke dalam kelas 1. kesalahan tersebut dapat diminimalisir dengan
meningkatkan tumpang tindih foto selama
Tabel 2. Hasil analisis RMSE GCP di daerah penerbangan UAV dan penghapusan secara
penelitian manual pada software.

D. Pemanfaatan hasil pemetaan untuk


tertib aministrasi pertanahan
Fit For Purpose Land Administration (FFP-LA)
merupakan salah satu solusi dalam pembuatan
dan pengelolaan informasi geospasial pertanahan
untuk mewujudkan sistem administrasi perta-
nahan yang baik. Konsep ini memandu pemakai
dalam membangun sistem tersebut sesuai dengan
kondisi setiap wilayah. Wilayah terdiri atas
masyarakat dan bidang-bidang tanah sebagai unit
terkecil dalam suatu desa. Kelompok desa akan
terintergrasi kedalam satu tingkatan lebih tinggi
di atasnya yaitu kecamatan dan kumpulan ke-
camatan menjadi kabupaten (UU Nomor 6 Tahun
2014). Oleh karena itu, untuk melakukan FFP-
LA di suatu wilayah setidaknya mencakup adanya
payung hukum, menggunakan teknologi yang
murah dan terjangkau, menggunakan pende-
katan partisipatif masyarakat, dan berorientasi
pada pengembangan berkelanjutan (Enemark,
Tabel 3. Ketelitian Geometri Peta Dasar
Pertanahan Mclaren, and Lemmen 2016; Marryanti dan
Purbawa 2018).
Masyarakat mempunyai kemampuan berbeda-
beda dalam menangkap dan melaksanakan
kegiatan ini. Selain sumberdaya manusia, setiap
daerah juga memiliki karakteristik f isik bidang
Sumber : PerMen ATR/KaBPN No.21 Tahun 2019
tanah yang berbeda. Untuk itu diperlukan standar
dengan modif ikasi.
dan prosedur untuk keberhasilan tujuan yang
Sementara validasi kualitatif dilakukan dengan telah disepakati. Aditya dkk. (2015) menyebutkan
menggunakan interpretasi visual objek yang beberapa tahapan perlu dilaksanakan sebelum
terlihat jelas dan mudah dikenali di dalam peta. melaksanakan FFP-LA seperti: sosialisasi dan
Beberapa perubahan bentuk atau ukuran dari koordinasi dengan desa/kelurahan; pelibatan
sebuah objek/f itur karena georeferencing tokoh masyarakat, aparat pemerintah lokal,
(pergeseran, pemutaran, perubahan skala, warp- kelompok masyarakat/karang taruna; kesepa-
ing), orthorectif ication dan perubahan suhu, katan waktu dan tempat musyawarah untuk
112 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

mencapai mufakat. foto UAV. Hal ini penting ketika sudah terdapat
Sosialisasi dan pelatihan berbasis FFP-LA kesepakatan terhadap batas bidang tanah maka
dilaksanakan dengan menyamakan persepsi produk yang dihasilkan sudah mendekati benar.
bersama. Hal ini dimulai dengan menyampaikan Batas tetap merupakan batas yang telah dipa-
informasi kegiatan, pentingnya kegiatan, teknis sang pemiliknya secara permanen dan telah me-
kegiatan dan peta yang akan dihasilkan. Tahap menuhi asas contradiktur delimitatie. Sebagaima-
selanjutnya adalah pembuatan peta dasar/peta kerja na diketahui, sebelum penetapan batas didahului
dengan menggunakan foto udara dari wahana UAV dengan penunjukan batas dan kesepakatan batas
dilengkapi dengan informasi bidang tanah yang tetangga bersebelahan. Hal ini mudah dilakukan
terpetakan di peta pendaftaran dan peta lainnya (peta dengan melibatkan masyarakat secara langsung
blok PBB). Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk mendeliniasi dan memetakan bidang
penggunaan aplikasi mobile/android seperti, smart tanahnya dalam forum diskusi dengan meman-
PTSL, Santri PTSL, Survei Tanahku membantu faatkan orthophoto mosaic dan teknologi digital.
untuk melakukan inventarisasi. Ketika kesepakatan sudah diperoleh, surveyor
Pelaksanaan FFP-LA dimulai dengan pengum- dapat memproses lebih lanjut di lapangan. Hal
pulan dan verifikasi data pertanahan (spasial dan ini selaras dengan penelitian Enemark, Mclaren,
tekstual) meliputi f itur: batas wilayah adminis- and Lemmen (2016) yang mendaftarkan 10,4 Juta
tratif lingkungan setempat (RT, RW, dusun); batas bidang tanah di Rwanda dalam waktu 5 tahun
pemanfaatan tanah (wilayah kawasan pertanian, dengan biaya 6 USD perbidang dan hasilnya dapat
pemukiman, dan jasa,); batas bidang tanah (infor- membantu masyarakat untuk diakui haknya oleh
masi bidang tanah yang sudah terdaftar dan lembaga negara (Gessa, Poole, and Bending 2008).
belum terdaftar serta informasi tematik). Proses Sesi survei dan validasi bersama dilakukan
identifikasi batas tersebut dikomunikasikan seca- untuk klarifikasi batas, plotting bidang tanah, dan
ra langsung dan dimusyawarahkan (asas kontra- kompilasi data pemetaan partisipatif dengan out-
diktur delimitasi). Pelanggaran atas asas ini berpo- put utama adalah batas bidang tanah pada peta
tensi menjadi permasalahan dalam pendaftaran kerja terverif ikasi. Hal ini dilaksanakan melalui
tanah dan sengketa tanah di masa mendatang identifikasi/validasi batas bidang tanah yang ada,
(Mujiburohman 2018). Hal ini senada dengan deliniasi visual apabila terjadi koreksi dan suplesi.
kajian FIDA (2009) bahwa masyarakat dapat dili- Selain itu, diperlukan pengumpulan fotokopi alas
batkan dalam pembuatan peta dengan cara hak/tanda bukti kepemilikan untuk proses per-
menggunakan kaidah kartograf i yang umum baikan data bidang tanah yang sudah terdaftar.
dipahami dan diakui dalam menghubungkan Alas hak ini dapat membantu bidang yang bersang-
fisik tanah dengan komunitas lokal. kutan dan bidang sebelahnya ketika digabungkan
Batas setiap bidang tanah dalam praktiknya dalam satu blok kawasan. Ketika diperoleh fotokopi
sebagian besar bukan batas tetap melainkan batas sertipikat yang sudah terdaftar dan belum terpeta-
secara umum. Batas secara umum menyatakan kan maka dapat dilacak dasar ukuran dan riwayat
batas tanah yang secara fisik di lapangan belum bidang tanah melalui gambar ukur, peta pendaf-
ditetapkan seperti parit, pematang, garis pantai, taran, surat ukur yang terdapat di kantor pertanahan.
sungai, bangunan tembok dan lainnya. Batas Salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas
tersebut dapat diinterpretasi secara visual atau data pertanahan dapat dilakukan dengan Graphi-
digital melalui peta mosaic orthophoto skala cal Index Maping (GIM). Di dalamnya terdapat
<5.000. Penggunaan peta yang terorthorektifikasi data spasial dan tekstual bidang tanah untuk
ini memudahkan dalam pelaksanaan identif ikasi diwujudkan dalam sistem digital. Dengan produk
dan delineasi bersama. Masyarakat sebagai salah UAV sebagai basemap, bidang-bidang tanah
satu pelaku konsep FFP-LA dapat menerapkan tersebut dapat dilacak berdasarkan letak, bentuk,
dan menangkap informasi yang terekam dalam batas bidang tanah di sertipikat dicocokkan
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 113
dengan keadaan f isik di foto. Ketika terdapat E. Pemantauan Tata Ruang dan
kesulitan pencocokan, forum diskusi dengan Lingkungan
masyarakat lokal mempermudah peletakan posisi
Penutupan atau penggunaan lahan khususnya
yang benar. Idealnya pelaksanaan perbaikan dan
lahan pertanian merupakan objek dinamis yang
pemuatan informasi spasial tersebut dilaksanakan
umumnya mengalami perubahan. Perkem-
secara simultan (Kusmiarto 2015).
bangan Kota yang cenderung mengalihfungsikan
Tahap terakhir adalah pengolahan data yakni
lahan pertanian (khususnya sawah) menjadi
menggabungkan data tekstual dan spasial. Pro-
kawasan terbangun menyebabkan menurunnya
duk dari tahap ini adalah peta dan daftar yang
luas lahan pertanian yang berdampak pada
memuat informasi setiap bidang tanah baik
menurunnya produksi pangan. Pemantauan yang
pemilikan, penggunaan, pemanfaatan tanah.
diikuti dengan pengendalian merupakan upaya
Bidang tanah yang sudah terdaftar dibuktikan
kontinyu dan konsisten mengarahkan penggu-
dengan koneksi antara data spasial dan tekstual serta
naan, pemanfaatan, dan pengembangan tanah
dilengkapi catatan permasalahannya. Untuk bidang
secara terarah, efisien, dan efektif sesuai dengan
tanah yang belum terdaftar dibuktikan dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan (Sudir-
deliniasi secara umum dan data pertanahan lainnya
man 2016). Hal ini senada dengan pernyataan Jaya-
yang melekat pada bidang tanah tersebut.
dinata (1999) bahwa pemantauan dan penga-
Tidak bisa dielakkan ketika dalam proses
wasan dapat menjadi alat pemacu pengembangan
penggabungan terdapat permasalahan, konflik
lahan secara terarah dan terkendali yang dapat
dan sengketa. Untuk itu diperlukan musyawarah
memberikan peningkatan keuntungan sosial,
dengan masyarakat sebagai media untuk menam-
ekonomi, dan fisik.
pilkan hasil dan menyelesaikan persolan. Bebe-
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 59
rapa alternatif penyelesaian dapat dilaksanakan
Tahun 2019, pemantauan dapat dilakukan dengan
dengan prinsip musyawarah mufakat, namun
interpretasi citra satelit pada skala 1:5000 (Pasal 9
ketika tidak terjadi mufakat dapat diproses keting-
Butir 8). Mosaic orthophoto yang dihasilkan
kat pengadilan. Untuk pemilik yang tidak berada
dalam penelitian ini efektif dalam pemantauan
di tempat diberikan surat pemberitahuan sebe-
dan memenuhi persyaratan skala yang diten-
lumnya untuk bisa hadir dalam pelaksanaan pro-
tukan. Selain itu, pemetaan mudah dilakukan di
gram. Produk akhir untuk menyelesaikan perso-
lokasi kecil yang dianggap berubah atau perlu
alan ini dibuktikan dengan berita acara.
direspon cepat, tidak perlu menunggu seluruh
wilayah yang luas seperti halnya penggunaan tek-
nologi Inderaja atau Foto Udara konvensional
(Rokhmana 2013).
Seiring dengan perkembangan software
pengolahan digital, mosaic orthophoto yang
dihasilkan dapat diekstraksi untuk keperluan
monitoring alih fungsi lahan, dan kesehatan
tanaman. Salah satunya dengan klasif ikasi digi-
tal bebasis objek untuk mengkelaskan lahan
pertanian dan non pertanian. Selanjutnya lahan
pertanian yang sudah diketahui persebarannya
di ekstraksi dengan analisis transformasi indeks
vegetasi. Campbell and Wynne dalam Hidayati
dkk. (2018) menyatakan nilai kecerahan digital
Gambar 5. Proses FFP-LA di Dusun Banyumeneng,
dapat digunakan untuk indeks lahan terbangun
(a) sosialisasi, (b) pengumpulan dan verif ikasi data,
(c) survei, validasi dan penggabungan data. dan indeks vegetasi untuk mengukur biomassa
114 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

atau vegetatif. (Abdullah 2020). Kadaster multiguna memuat


Sistem UAV yang dilengkapi dengan kamera informasi mengenai hak atas tanah, aspek
RGB dapat menghitung indeks vegetasi berbasis keruangan, perizinan, landuse mapun pengem-
RGB (Lussem dkk. 2018). Beberapa indeks vegetasi bangan wilayah yang disimpan dalam format digi-
tersebut antara lain: Red-Green-Blue Vegetation tal. Resolusi tinggi dan kedetailan orthophoto UAV
Index (RGBVI), Greean Leaf Index (GLI), Visible memungkinkan objek-objek di permukaan bumi
Atmospherically Resistant Index (VARI), dan Nor- dapat diidentif ikasi dalam mendukung tujuan
malized Green Red Difference Index (NGRDI). konsep ini.
Indeks-indeks ini adalah indeks perangkat tam- Secara teknis, peta orthophoto dan turunannya
bahan untuk NDVI yang relatif tahan terhadap memberikan peluang untuk membuat layer
faktor atmosfer. Indeks ini digunakan untuk tematik lain yang mewakili objek/ f itur di tingkat
mengetahui tingkat kehijauan vegetasi tanaman desa/kelurahan. Objek/f itur tersebut meliputi
(Gitelson dkk. 2002; Zhang J dkk. 2019). Peman- batas wilayah/batas administrasi, hidrograf i,
tauan kesehatan tanaman yang ditunjukkan oleh elevasi (kontur, DEM), infrastruktur f isik (jalan,
tingkat kehijauan pada musim tanam merupakan bangunan, jembatan, pabrik, tiang telepon, tiang
kunci penting untuk mendukung keputusan listrik), infrastruktur sosial (sekolah, pasar), unsur
pemerintah mengenai penggunaan pupuk, tematik (tutupan lahan, penggunaan lahan,
pengelolaan irigasi, serta pemilihan jenis tanaman bidang-bidang tanah). Pada tingkat kecamatan/
dalam menentukan keberhasilan usaha pertanian. kabupaten/kota, gabungan peta orthophoto dapat
digunakan untuk pembuatan dan pembaruan
Tabel 4. Indeks vegetasi berbasis band RGB peta rencana detail tata ruang, peta penggunaan/
UAV pemanfaatan lahan, peta kemampuan lahan, peta
zonasi nilai tanah dan peta tematik lainnya pada
skala besar. Hal ini berimplikasi kepada pemerin-
tah (pusat dan daerah) dalam membuat kepu-
tusan yang tepat di berbagai program perenca-
Muryono (2016) menyatakan penggunaan naan, inventarisasi dan monitoring.
tanah non pertanian di suatu wilayah yang tidak
bisa dikendalikan, dapat menyebabkan G. Kesimpulan
ketersediaan tanah untuk kegiatan budidaya pada Data geospasial (posisi horisontal dan vertikal)
kawasan budidaya akan semakin habis. Oleh memiliki peran penting untuk pengambilan
karena itu diperlukan pencegahan alih fungsi keputusan yang tepat dalam berbagai kegiatan
lahan pertanian. Perlindungan dan pengendalian perencanaan, inventarisasi dan monitoring wila-
alih fungsi lahan pertanian dapat dilakukan yah. Namun masalah dana, keberagaman area,
dengan mudah jika luas lahan baku sawah, baik sumberdaya manusia, data yang tidak update
yang beririgasi teknis maupun non irigasi di menjadi hambatan utama khususnya di Indone-
tingkat desa diketahui dan terpetakan. sia. Seiring dengan perkembangan teknologi digi-
tal, saat ini pemetaan menggunakan UAV berpo-
F. Multipurpose Cadastre
tensi memberikan informasi geospasial dengan
Konsep ini dapat digunakan untuk berbagai resolusi yang menjanjikan, efektif, dan ef isien.
tujuan sebagai input dan tools di dalam perwu- Dengan menetapkan wilayah yang akan dipe-
judan sistem administrasi pertanahan yang baik takan dan ketinggian terbangnya maka perenca-
dan modern. Salah satunya bagi Kementerian naan dan pelaksanaan pengambilan foto dapat
ATR/BPN dengan mewujudkan kantor layanan dikumpulkan melalui UAV dengan software
modern yaitu memberikan produk serta layanan opensource. Penerbangan dilakukan selama 20-
pertanahan dan tata ruang secara digital 30 menit/penerbangan, cakupan area teknologi
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 115
ini umumnya mencapai 100 ha/penerbangan dan BST dan STPN. Terima kasih penulis sampaikan
lebih dari 500 ha/hari dengan menyesuaikan untuk Arif Sudarto, Putu Andi Martiana, Yuli
tinggi terbangnya. Radius penerbangan berada Ardianto Wibowo, Kadek Junarto, Nyoman Satria
antara 2000-3000 m terbukti efektif mengirimkan Purwadinata, dan Putu Yoga Eka Sumarta, selaku
data. tim delegasi kampus STPN atas kontribusi dan
Hasil analisis yang telah dibahas dengan soft- informasi yang telah dikumpulkan dalam
ware fotogrametri dapat menghasilkan peta pelaksanaan kegiatan.
orthophoto dan DEM mencakup seluruh area
pemetaan dengan resolusi spasial fraksi centime-
ter dan masuk kedalam ketelitian Peta Dasar Daftar Pustaka
Pertanahan skala 1:1000. Prosesor dengan Enam Abdullah, DR 2020, ‘Sosialisasi dan evaluasi
Core dan Random Access Memory (RAM) 16 aplikasi sistem informasi pertanahan tahap I
Gigabyte menjadi spesifikasi CPU minimum yang Kementerian ATR/BPN’, Hotel Mercure Con-
direkomendasikan untuk pemrosesan. Hasil ini vention Centre Ancol, Jakarta.
selanjutnya diekstraksi untuk keperluan pemetaan Aditya, T, Santosa, PB, Rahardja, U, Istarno, Riyadi,
bidang-bidang tanah berbasis FFP-LA, updating G 2015, Laporan akhir pilot project pem-
peta dasar, pemantauan alih fungsi lahan perta- bangunan geospasial pertanahan untuk me-
nian dan lingkungan serta pelayanan informasi nunjang one map policy (rural), Departemen
secara digital. Dalam praktiknya prinsip FFP-LA Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada,
dan layering diterapkan untuk mempercepat dan Yogyakarta bekerjasama dengan Kemen-
mengontrol hasil pengukuran dan pemetaan. terian ATR/BPN.
Kontrol kualitatif dan kuantitatif terhadap hasil Bendig, J, Yu, K, Aasen, H, Bolten, A, Bennertz,
akhir dilakukan sesuai dengan standar Permen S, Broscheit, J, Gnyp, ML, and Bareth, G 2015,
ATR/KaBPN No.21 Tahun 2019. ‘Combining UAV-based plant height from
Ukuran piksel, luas area dan waktu pener- crop surface models, visible, and near infra-
bangan sangat sensitif terhadap ketinggian red vegetation indices for biomass monitor-
penerbangan. Pada ketinggian yang lebih rendah, ing in barley, International Journal of Applied
menghasilkan resolusi spasial yang lebih halus, Earth Observation and Geoinformation, 39,
meskipun meningkatkan jumlah gambar, energi pp. 79-87.
dan waktu untuk menutupi seluruh area. Disisi Chiabrando, F, Nex, F.C, Piatti, D and Rinaudo, F
lain, pemantauan lingkungan membutuhkan 2011, ‘UAV and RPV systems for photogram-
resolusi spasial yang baik untuk mendapatkan metric surveys in archaelogical areas: two
perbedaan nilai spektral antara tanaman dan tests in the piedmont region (italy)’, Journal
tanah kosong dalam indeks vegetasi yang dirujuk. of Archaeological Science, 38(3), 697–710.
Oleh karena itu, hasil ini menunjukkan bahwa http://dx.doi.org/10.1016/j.jas.2010.10.022.
penyesuaian antara resolusi spektral dan spasial Choi, K, and Lee, I 2012, ‘A UAV based close-range
diperlukan untuk mengoptimalkan misi pener- rapid aerial monitoring system for emer-
bangan sesuai dengan tujuannya. gency responses’, ISPRS - International Ar-
chives of the Photogrammetry, Remote Sens-
Ucapan Terima kasih ing and Spatial Information Sciences
Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan XXXVIII-1/(September), 247–52.
Kuliah Praktik Pengukuran dan Pemetaan Kadas- Cramer, M 2013, ‘On the use of RPAS in national
tral Tahun 2018/2019 serta bakti sosial pemetaan mapping &ndash; the eurosdr point of view’,
dalam rangka pengembangan keilmuan bidang Isprs-International Archives of the Photo-
fotogrametri di Desa Banyuraden dengan Surat grammetry, Remote Sensing and Spatial In-
Tugas nomor: 159/BST-STPN/X/2019 kerjasama formation Sciences XL-1/W2(September),
116 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

93–99. Environ, 80, 76–87.


Cunningham, K, Walker, G, Stahlke, E and Wil- Gitelson, AA, Vin˜a, A, Arkebauer, TJ, Rundquist,
son, R 2012, ‘Cadastral audit and assessments DC, Keydan, G and Leavitt, B 2003, ‘Remote
using unmanned aerial systems’, ISPRS - In- estimation of leaf area index and green leaf
ternational Archives of the Photogrammetry, biomass in maize canopies’, Geophys. Res.
Remote Sensing and Spatial Information Sci- Lett., 30(5), 1248, doi:10.1029/2002GL016450.
ences XXXVIII-1/, 213–16. Grenzdörffer, G J, and Niemeyer, F 2012, ‘UAV
Delacourt, C 2014, ‘An unmanned helicopter for based brdf-measurements of agricultural
imaging coastal areas.’ (56). surfaces with pfiff ikus’, ISPRS - International
Dirjen Infrastruktur Keagrariaan 2019, ‘Workshop: Archives of the Photogrammetry, Remote
teknologi fotogrametri (UAV/drone PPK dan Sensing and Spatial Information Sciences
RTK) untuk pertanahan’, Sekolah Tinggi Per- XXXVIII-1/(September), 229–34.
tanahan Nasional, Yogyakarta. Haala, N, Cramer, M, Weimer, F and Trittler, M
Enemark, S, Mclaren, R and Lemmen, CHJ 2016, 2011, ‘Performance Test on UAV-based pho-
‘Fit-for-purpose land administration: guid- togrammetric data collection’, International
ing principles for country implementation: Archives of the Photogrammetry, Remote
E-Book’, e book. Sensing and Spatial Information Sciences
Fajri, F, Soraya, E, Purwanto, RH 2016, ‘Peman- 38(6).
faatan citra satelit quickbird untuk mende- Handayani, AP, Saptari AY, and Abdulharis, R
teksi kesehatan hutan kota di surakarta’, 2018, ‘Penyediaan Peta daerah konflik untuk
Skripsi, UGM, Yogyakarta. manajemen konf lik pertanahan dengan
Federal Geographical Data Committee 1998, UAV’, ITB Journal, 05(2), 35–40.
‘Geospatial positioning accuracy standards Henri, E and Sauerbier, M 2011, ‘Investigation of
part 3/: national standard for spatial data UAV systems and flight modes for photo-
accuracy’, National Spatial Data Infrastruc- grammetric applications’, Photogrammetric
ture: 28. http://www.fgdc.gov/standards/ Record 26(136), 400–421.
projects/FGDC-standards-projects/accu- Hidayati, IN, Suharyadi, R, Danoedoro, P 2018,
racy/part3/chapter3. Kombinasi indeks citra untuk analisis lahan
FID 2009, ‘Good Practices in participatory map- terbangun dan vegetasi perkotaan’, Majalah
ping’, Development. Geograf i Indonesia, Vol. 32, No.1, Pp.24 -
Gerke, M, and Przybilla, HJ 2016, ‘Accuracy analysis 32,doi: http://doi.org/ 10.22146/mgi.31899.
of photogrammetric UAV image blocks: in- Irfani INR, Ma’ruf, B 2014, ‘Cakupan koreksi data
fluence of onboard rtk-gnss and cross flight streaming cors gmu1 dengan menggunakan
patterns’, Photogrammetrie-Fernerkundung- receiver gnss leica viva gs08’, Skripsi Teknik
Geoinformation 2016(1), 17–30. Geodesi UGM. Yogyakarta.
Gessa, S, Di, Poole, P and Bending, P 2008, ‘Par- Jayadinata, Johara, T 1999, Tata guna tanah dalam
ticipatory Mapping as a Tool for Empower- perencanaan pedesaan perkotaan & wilayah,
ment: Experiences and Lessons Learned ITB Bandung.
from the ILC Network.’ Rome: ILC/IFAD, 45, Kusmiarto 2015, Restandarisasi survey kadaster,
http://dlc.dlib.indiana.edu/dlc/handle/ Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor In-
10535/3647. donesia 2015, Volume 2
Gie, TL 1996, Pengantar f ilsafat teknologi, Andi Lillesand, T, Kiefer, RW, and Chipman, J 2015,
Yogyakarta, Yogyakarta. Remote sensing and image interpretation,
Gitelson, AA, Kaufman, YJ, Stark, R, Rundquist, John Wiley & Sons.
D, Novel 2002, ‘Algorithms for remote esti- Louhaichi, M, Borman, MM, and Johnson, DE
mation of vegetation fraction’, Remote Sens. 2001, ‘Spatially located platform and aerial
Rohmat Junarto, dkk., ‘Pemanfaatan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) ... 105-118 117
photography for documentation of grazing Archives of the Photogrammetry, Remote
impacts on wheat’, Geocarto Int, 16, 65–70. Sensing and Spatial Information Sciences
doi: 10.1080/10106040108542184 XXXVIII-1, 25–31.
Lussem U, Bolten A., Gnyp, M. L., Jasper J., Bareth Richner, RP 2011, ‘Research collection.’ BRISK Bi-
G 2018, ‘Evaluation of rgb-based vegetation nary Robust Invariant Scalable Keypoints: 12–
indices from uav imagery to estimate forage 19, https://doi.org/10.3929/ethz-a-010025751.
yield in grassland.The International Archives Rokhmana, CA 2013, ‘Memanfaatkan teknologi
of the Photogrammetry’, Remote Sensing and wahana udara tanpa awak’, Bhumi: Jurnal
Spatial Information Sciences, Volume XLII- Agraria dan Pertanahan No 38, 263–68,
3, 2018 ISPRS TC III Mid-term Symposium http://jurnalbhumi.stpn.ac.id/index.php/JB/
Developments, Technologies and Applica- issue/view/16.
tions in Remote Sensing, Beijing,China. Rokhmana, CA 2015, ‘The Potential of UAV-Based
Marryanti, S. dan Purbawa, Y 2018, ‘Optimalisasi Remote Sensing for Supporting Precision
faktor–faktor yang mempengaruhi keberha- Agriculture in Indonesia’, Procedia Environ-
silan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap’, mental Sciences 24,245–53, http://dx.doi.org/
Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan, vol. 10.1016/j.proenv.2015.03.032.
4, no. 2, hlm. 190-207. Saadatseresht, M, Hashempour, AH and
Mujiburohman, DA 2018, ‘Potensi permasalahan Hasanlou, M 2015, ‘UAV photogrammetry: a
pendaftaran tanah sistematik lengkap practical solution for challenging mapping
(PTSL)’, Bhumi, Jurnal Agraria dan Perta- projects’, International Archives of the Pho-
nahan,Vol. 4 No. 1. togrammetry, Remote Sensing and Spatial
Muryono, S 2016, ‘Kajian upaya pengendalian Information Sciences-ISPRS Archives
penggunaan tanah Di Kabupaten Temang- 40(1W5), 619–23.
gung Provinsi Jawa Tengah’, Bhumi, Jurnal Tucker, CJ 1979, ‘Red and photographic infrared
Agraria dan Pertanaha, Vol 2 No. 1. linear combinations for monitoring vegeta-
Nex, Francesco, and Fabio, R 2014, ‘UAV for 3d tion’, Remote Sens. Environ, 8, 127–150.
mapping applications: a review’, Applied Schenk, T 1999, Digital photogrammetry: vol. i:
Geomatics 6(1), 1–15. background, fundamentals, automatic orien-
Purwanto, TH 2017, ‘Pemanfaatan foto udara for- tation produceres, TerraScience.
mat kecil untuk ekstraksi digital elevation Sudirman, S 2016, ‘Computer Assisted Mapping
model dengan metode stereoplotting’, Maja- (CAM) potensi lahan pertanian pangan
lah Geograf i Indonesia 31(1). berkelanjutanguna mendukung perlin-
Ramadhani, SA, Bennett, RM and Nex, FC 2018, dungannya’, Bhumi: Jurnal Agraria dan
‘Exploring UAV in Indonesian cadastral Pertanahan, Vol. 2 No. 1.
boundary data acquisition’, Earth Science Sugiyono 2012, Metode penelitian kombinasi
Informatics 11(1), 129–46. (mixed methods), Alfabeta, Bandung.
Ramadhani, YH, Kertopermono, AP, and Susanti, Sumanto 1995, Metodologi penelitian sosial dan
R 2015, ‘Pemetaan pulau kecil dengan pen- pendidikan: Aplikasi metode kuatitatif dan
dekatan berbasis objek menggunakan data statistika dalam penelitian, Andi Offset,
unmanned aerial vehicle (UAV) studi kasus Yogyakarta.
di pulau pramuka , kepulauan seribu’, Maja- Sutanto 2016, Metode penelitian penginderaan
lah Ilmiah Globe 17(2), 125–134. jauh, Ombak, Yogyakarta.
Remondino, F, Barazzetti, L, Nex, F, Scaioni, M, Sudarman, BEL, Widyastuti, R, Pertiwi WP, Rah-
Sarazzi, D 2012, ‘UAV photogrammetry for madani P 2019, ‘Fit for purpose land admin-
mapping and 3d modeling–current status istration (FFP-LA) implementation to accele-
and future perspectives’, ISPRS - International rate land mapping in sayang Village, Sume-
118 Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 6 No. 1 Mei 2020

dang Regency, Indonesia’, FIG Working Week Peraturan Perundang-undangan


2019 (10020): 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Wang, S, Garcia, M, Ibrom, A, Jakobsen, J, Koppl, Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
CJ, Mallick, K, Looms, MC, Gottwein, PB Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
2018, ‘Mapping root-zone soil moisture us- 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
ing a temperature-vegetation triangle ap- Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Infor-
proach with an unmanned aerial system: masi Geospasial.
incorporating surface roughness from struc- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
ture from motion’, Remote Sensing 10(12). 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Wang, S 2019, ‘Hyperspatial mapping of land sur- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
face water , energy and co 2 flu xes from 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih
unmanned aerial systems’, Technical Univer- Fungsi Lahan Sawah.
sity of Denmark, http://www.orbit.dtu.dk. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Wibowo1, SB, Sumiharto, R, Hujja, RM 2015, Pertanahan Nasioanal Nomor 3 Tahun 1997
‘Desain pengembangan autopilot pesawat tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
udara tanpa awak menggunakan avr-xmega Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
sebagai perangkat obdh’, Jurnal Teknologi, Pendaftaran Tanah
Volume 8 Nomor 1, Juni 2015. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Yunita, L, Sari, NM and Kushardono, D 2018, ‘Pre- Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
liminary study of lsu-02 photo data applica- Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 tentang Peta
tion to support 3d modeling of tsunami di- Dasar Pertanahan.
saster evacuation map’, International Journal
of Remote Sensing and Earth Sciences
(IJReSES) 14(2): 119.
Zhang, J, V irk, S, Porter, W, Kenworthy, K,
Sullivan, D and Schwartz, B 2019, ‘Applica-
tions of unmanned aerial vehicle based im-
agery in turfgrass f ield trials’, Front Plant, Sci.
10:279.doi: 10.3389/fpls.2019.00279

Anda mungkin juga menyukai