Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN MENGKUDU
(Morinda citrifolia Linn) YANG DIRENDAM AIR PANAS
TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER
(The Use of Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) Flour Mash Submerged in
Hot Water on Broiler Performance)
JOHN BESTARI1, AMINUDDIN PARAKKASI2 dan SYAHRIL AKIL2
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
2
Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
The benefit of medicine plant as an additional feed in poultry feed hasnt been a common, although its
frequently used and consumed by human being. This research need to be done because of the demand and
research was held on Poultry Products Laboratory Bogor Institute of Agriculture, Darmaga Bogor. Sixty day
old chick strain Hubbard provided by PT. Charoend Pokphan, divided in to 4 feeding treatment and 3
replications. Providing different of Morinda citrifolia Linn flour submerged in hot water consist of T1 (0%),
T2 (5%), T3 (10%) and T4 (15%), to be given to same 15 weeks. The examination of poultry feed and water
addet with ad libitum. Before processing to be flour and mixing in poultry feed Morinda citrifolia leaves were
submerged in hot water for 30 minutes and dried for 4 days under the sun. The body weight gainand feed
intake has been recorded weekly, carcass weight, heart weight measured on final research. The research used
RAL with 4 treatment and 3 replication and analyzed by SAS. Research result indicated that the body weight
gain on treatment at 0% (796 g), 5% (765 g) and 10% (761 g) was not significant different (P>0,05) but
significant difference (P<0,05) on treatment at 15% (522 g). Simmilar was happen with feed efficiency. Feed
intake companed between the control (2469 g) and the treatment on 5% (2469 g), 10% (2323 g) and 15%
(2255 g) not significant difference and (P>0,05). Increasing carcass weight significantly (P>0,05) in treatment
10% (517 g) but decreasing significantly in treatment 15% (387 g) companing with the control (476 g) and
5% (471 g). Increasing heart weight significantly (P>0,05) in treatment 5% (28,33 g), 10% (29,24 g) and 15%
(27,83 g), similar to increasing the weight of gizzard sigficantly in treatment 5% (39,52 g), 10% (38,35 g) and
15% (34,21 g). This research recommended that Morinda citrifolia Linn Flour submerged in hot water able to
provide 510% in to broiler feed.
Key Words: Morinda Citrifolia Linn Flour, Provide, Broiler Chicken
ABSTRAK
Pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan campuran dalam ransum unggas belum banyak dilakukan
walaupun sudah banyak dimanfaatkan dan dikonsumsi oleh manusia. Pengujian ini perlu dilakukan
mengingat permintaan dan preferensi konsumen yang semakin kritis terhadap bahan makanan yang
dikonsumsi. Percobaan dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Unggas IPB Darmaga Bogor. Sebanyak
60 ekor anak ayam umur sehari strain Hubbard yang berasal dari PT Charoend Pokphan, dibagi atas 4
perlakuan ransum dengan 3 ulangan. Perlakuan pemberian tepung daun Mengkudu yang direndam air panas
(TDMAP) yang berbeda dalam ransum terdiri dari T1 (0%), T2 (5%), T3 (10%) dan T4 (15%), diberikan
pada anak ayam umur 15 minggu. Ransum percobaan dan air minum diberikan ad libitum. Daun Mengkudu
sebelum dijadikan tepung dan dicampurkan dalam ransum, terlebih dahulu direndam dalam air panas selama
20 menit, lalu dikeringkan selama 4 hari dengan sinar matahari. Pertambahan bobot hidup dan konsumsi
pakan dicatat setiap minggu, bobot karkas, hati dan rempela ditimbang pada akhir penelitian. Percobaan
dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dan analisa statistik
dengan program SAS. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup tidak nyata
dipengaruhi oleh pemberian TDMAP pada tingkat 5% (765 g) dan 10% (761 g), tetapi nyata menurun dengan
pemberian 15% (522 g). Pemberian TDMAP ternyata menurunkan konsumsi ransum dengan nyata (P>0,05)
pada tingkat pemberian 5% (2469 g), 10% (2323 g) dan 15% (2255 g), sedangkan antara perlakuan
pemberian 5% dengan 10% dan dengan 15% tidak nyata berpengaruh (P>0,05). Bobot karkas meningkat
703
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
dengan nyata (P>0,05) pada perlakuan pemberian TDMAP 10% (517 g) dan setelah itu menurun dengan
nyata pada perlakuan 15% (387 g) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (476 g) dan 5% (471 g). Begitu
juga dengan bobot hati, meningkat dengan nyata (P>0,05) dengan pemberian TDMAP 5% (28,33 g), 10%
(29,24 g) dan 15% (27,83 g), sedangkan pada bobot rempela, nyata meningkat dengan pemberian TDMAP
5% (39,52 g), 10% (38,35 g) dan 15% (34,21 g). ercobaan ini merekomendasikan bahwa TDMAP dapat
diberikan sebanyak 510% dalam ransum ayam broiler dan untuk mendapatkan performan dan produktifitas
yang optimal perlu diteliti penggunaan dosis TDMAP yang tepat dan maximal antara 510% pada ayam
broiler.
Kata Kunci: Tepung Daun Mengkudu, Pemberian, Ayam Broiler
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk dan adanya
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
bahan bernilai gizi tinggi, maka terjadi
peningkatan pada permintaan dan kebutuhan
protein hewani. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka salah satu alternatife usaha yang
efisien secara teknis dan ekonomis dalam
menghasilkan zat-zat makanan bergizi tinggi
adalah ayam broiler.
Penggalian informasi potensi pakan dan
suplemen alternatif yang lazim digunakan,
diharapkan akan dapat mengatasi kendala
dalam keterbatasan penyediaan kuantitas dan
kualitasnya, untuk meningkatkan produktifitas
dan reproduktifitas ternak, khususnya ayam
broiler.
Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia
Linn) adalah salah satu sumber supplemen
yang mempunyai potensi cukup baik. Tanaman
Mengkudu ini merupakan tanaman obat yang
cukup potensilal untuk dikembangkan. Hampir
semua bagian tanaman Mengkudu mengandung
berbagai zat yang berguna untuk pengobatan
maupun menjaga kesehatan tubuh. Daun
Mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat
besi, karoten dan askorbin. Kulit akarnya
mengandung senyawa morindin, morindon,
aligerin-d-methyleter
dan
soranyideal.
Senyawa-senyawa yang berperan dalam
pengobatan adalah yang terdapat dalam sari
buahnya antara lain xeronin, proxeronin,
vitamin A, vitamin C, anti oksidant, mineral
(kalium, natrium, kalsium, zat besi), protein,
karbohidrat, kalori, lemak, niamin, thiamin dan
riboflafin. Pemanfaatan Mengkudu sebagai
obat dan sayuran sudah dikenal sejak zaman
dulu tidak hanya di Indonesia, tetapi hampir di
seluruh belahan dunia. Di Hawaii dan Amerika
Serikat Mengkudu disebut Noni dan
dipergunakan untuk mengobati berbagai
704
penyakit seperti tumor, luka, penyakit kulit,
gangguan pernafasan (asma), demam dan
penyakit usia lanjut. Di Amerika Tengah
Mengkudu sangat dikenal dan di juluki Pain
killer tree karena diketahui bahwa sari buah
Mengkudu berfungsi sebagai adaptogen yang
dapat menyeimbangkan fungsi sel-sel dan juga
menormalkan fungsi otak tempat pengendalian
rasa sakit.
Populeritas Mengkudu dalam pengobatan
tradisional telah menyebar ke negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris,
Peranacis, Australia dan Singapura serta
mendorong para peneliti di berbagai belahan
dunia untuk melakukan penelitian mengenai
khasiatnya. Penelitian secara medis pengobatan
menggunakan Mengkudu sudah dimulai tahun
1950. Jurnal Pacific Science melaporkan
bahwa Mengkudu bersifat anti terhadap
beberapa bakteri seperti M. pirogenes, P.
aerogynose dan E. Coli (ANONIM, 2001). Pada
tahun 1993 para peneliti Jepang melaporkan
bahwa
buah
Mengkudu
mengandung
damnacanthal sebagai zat anti kanker.
Berkembangnya industri obat-obatan, makanan
dan minuman sehat yang menggunakan bahan
baku Mengkudu mendorong perusahaan
minuman di wilayah kepulauan Pasific Timur
menanam Mengkudu secara luas untuk
memenuhi pasar di Amerika Serikat, Jepang
dan negara-negara Eropah.
Di Indonesia tanaman Mengkudu sebagai
obat dan sayuran sudah dikenal sejak lama.
Semula yang digunakan adalah kulit akarnya,
karena di dalam sari kulit akarnya terkandung
senyawa morindon sebagai pewarna merah dan
morindin sebagai pewarna kuning. Namun
setelah diketahui bagian lainnya mengandung
zat yang bersifat obat, maka selanjutnya
tanaman Mengkudu lebih dikenal sebagai
tanaman obat. Dalam pengobatan tradisional,
Mengkudu digunakan untuk obat batuk, radang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
mandel, sariawan, tekanan darah tinggi,
diuretic, radang ginjal, radang empedu, radang
usus, disentrim, sembelit, limpa, lever, kencing
manis, cacingan, cacar air, sakit pinggang
(lumbago), kegemukan, sakit perut (kolik) dan
masuk angin. Walaupun tanaman Mengkudu
sudah dikenal sejak lama di Indonesia, namun
belum semua terbukti secara ilmiah khasiat
yang terkandung di dalamnya terhadap ternak.
Dilaporkan bahwa daun Mengkudu dapat
mengatasi sakit perut karena masuk angin,
sakit rejan bagi perempuan yang baru
melahirkan (RUMPHIUS, 1955). Dilaporkan
pula bahwa tanaman Mengkudu secara turun
temurun digunakan sebagai obat cacing pada
domba di berbagai daerah di pulau Jawa
(WAHYUNI et al., 1992; SANGAT ROEMANTO
dan RISWAN, 1991). Khasiat Mengkudu sebagai
anthalmentika untuk membunuh cacing unggas
dan babi telah dibuktikan secara in vitro oleh
PRIYANTO (1994). Tanaman ini dalam bentuk
serbuk
telah
dianggap
kebal
tubuh.
Kemampuan tubuh hewan untuk mengenali
dan menghancurkan bahan yang dianggap
asing. Sel yang memiliki ketidak normalan
struktural kecil saja akan dikenali sebagai
bahan asing dan dimusnahkan oleh sistim kebal
tubuh. Sistim kebal berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan sel tumor, membedakan antara
unsur dasar tubuh normal dan bahan asing serta
mempertahankan diri bebas dari serangan
mikroorganisme. Makanisme tanggap kebal
terjadi di dalam organ limfoid, oleh sebab itu
harus tersedia lingkungan untuk interaksi yang
efisien antara limfosit, makrofag dan antigen.
Berdasarkan penelitian RIVERS (1996) di
California Amerika Serikat, sari buah
Mengkudu dapat menghambat sel tumor
dengan cara merangsang kekebalan tubuh.
Salah satu organ limfoid yang berfungsi
mengatur produksi dan diferensiasi limfosit
adalah bursa fabricus. Bursa Fabricus hanya
terdapat pada unggas atau ayam (TIZARD,
1988). Cikal bakal sel limfoid timbul dalam
kantong kuning telur kemudian bermigrasi ke
dalam timus dan bursa fabricus di bawah
pengaruh kemotakti antara hari ke-5 dan 7
masa pencemaran. Sel limfoid berdiferensiasi
dalam bursa dan folikel limfoid terbentuk
dalam organ bursa Fabricus pada hari ke-12
(TIZARD, 1988).
Berdasarkan keterangan di atas dan
banyaknya manfaat dari tanaman Mengkudu
pada manusia, maka potensi penggunaan daun
Mengkudu diharapkan dapat bermanfaat pada
ternak non ruminansia (ayam broiler). Pada
percobaan ini daun Mengkudu terlebih dahulu
direndam dalam air panas dengan harapan agar
manfaatnya bisa lebih optimal pada ayam
broiler.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mempelajari sejauh mana pengaruh
pemberian tepung daun Mengkudu yang
direndam air panas ke dalam ransum terhadap
penampilan bobot hidup, konsumsi ransum,
bobot karkas, bobot hati dan rempela serta
manfaat ekonomisnya pada ayam broiler. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bahwa daun Mengkudu yang
direndam dengan air panas dapat dipergunakan
sebagai campuran pakan pada ternak ayam
broiler.
MATERI DAN METODE
Penelitian dilakukan di kandang percobaan
Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB
Darmaga Bogor dengan menggunakan ayam
broiler Strain Hubbard sebanyak 60 ekor.
Penelitian dimulai saat ayam berumur 1 hari
hingga berumur 5 minggu dan ditempatkan
dalam kandang berukuran 35 cm x 27,5 cm
untuk 1 ulangan (5 ekor). Kandang dilengkapi
dengan palaka dan minum untuk setiap ulangan
dan penerangan dengan lampu 60 watt.
Pencegahan penyakit diberikan vaksin ND (La
sota) pada umur 3 hari dan vaksin gumboro
pada umur 1 minggu. Empat macam ransum
yang digunakan adalah ransum starter (umur 114 hari) dan finisher (umur 15-35 hari) basal
tanpa penambahan tepung daun Mengkudu
sebagai Kontrol (TO). Pemberian tepung daun
Mengkudu dilakukan dalam 3 taraf yaitu: 5%
(T1), 10% (T2) dan 15% (T3) dalam ransum.
Semua ransum percobaan disusun isokalori
(3000 kkal/kg) dan iso protein (22% untuk
starter dan 20% untuk finisher). Ransum dan
air minum diberikan adlibitum. Komposisi
bahan penyusun ransum dan analisis kimia
ransum percobaan tertera pada Tabel 1.
Percobaan dilakukan menurut Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
3 ulangan dengan masing-masing ulangan
terdiri dari 5 ekor. Data yang diperoleh
dianalisis dengan sidik ragam sesuai petunjuk
705
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
STEEL dan TORRIE (1993) menggunakan
prosedur dari GLM dari SAS (SAS, 1987).
Percobaan dilakukan selama 5 minggu dan
peubah yang diamati adalah bobot hidup,
konsumsi ransum, efisiensi ransum, bobot dan
persentase karkas, bobot dan persentase hati
serta bobot dan persentase rempela.
Penimbangan
ternak
dilakukan
sekali
seminggu dan konsumsi ransum dicatat setiap
minggu dengan menimbang sisa pakan yang
ada. Sementara itu, untuk peubah bobot karkas,
bobot hati dan rempela dilakukan pada akhir
percobaan. Sementara itu, nilai ekonomisnya
dihitung dengan mengurangkan pendapapan
penjualan (bobot hidup ayam x harga per kg
ayam hidup) dengan biaya pakan selama
pemeliharaan ditambah dengan pembelian
DOC per ekor.
Pemrosesan daun Mengkudu
Daun Mengkudu yang digunakan dalam
percobaan ini diambil dari Kebun IPB
Darmaga Bogor. Daun yang digunakan adalah
daun yang dalam keadaan segar (dipetik atau
yang baru jatuh), sedangkan daun yang jatuh
dan sudah berubah warna menjadi coklat atau
coklat kehitaman tidak dipakai.
Kemudian daun tesebut direndam kedalam
o
air panas (100 C) selama 20 menit, dan setelah
itu di jemur dengan sinar matahari selama 4
hari dengan lama penjemuran 4 hari (8 jam per
hari). Setelah daun tersebut kering lalu di
giling sampai menjadi tepung di Laboratorium
Industri Makanan Ternak IPB Darmaga Bogor
tertera pada Gambar 1.
Kandungan gizi daun dan tepung daun
Mengkudu
Hasil analisa proximate dari Tepung Daun
Mengkudu di Laboratorium Ilmu Produksi
Ternak IPB Darmaga, Bogor adalah Protein
Kasar = 13,39%, Lemak Kasar = 8,65%,
Energy Metabolisme = 3225 call/g tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun ransum starter dan grower serta komposisi kimianya
Uraian
Komposisi
Jagung halus (%)
Tepung daun Mengkudu (%)
Deda padi (%)
Bungkil kedele(%)
Tepung ikan (%)
Minyak kelapa (%)
Ca CO3 (%)
Premix A (%)
Jumlah
Komposisi Kimia
E M (Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Ca (%)
P tersedia (%)
Lysin (%)
Methionine (%)
Harga (Rp.)
706
T0
T1
T2
T3
Starter Finisher Starter Finisher Starter Finisher Starter Finisher
49
0
11
20
14,2
5,1
0,2
0,5
100
53,2
0
12,1
19
12
3
0,2
0,5
100
51,8
5
5,2
20,0
14,2
3,1
0,2
0,5
100
53,2
5
8,9
17,9
12,5
1,8
0,2
0,5
100
50,3
10
4,2
21,1
12,5
0,9
0,5
0,5
100
50,4
10
8,2
18,7
10,5
1,2
0,5
0,5
100
45,8
15
4,5
18,0
14,2
1,5
0,5
0,5
100
45,6
15
6,7
17,6
12,5
1,6
0,5
0,5
100
3105
23,84
7,49
4,23
1,02
0,78
1,54
0,51
3.405
2996
21,71
5,53
4,23
0,87
0,71
1,35
0,46
3.368
3070
23,10
5,90
4,40
1,02
0,73
1,46
0,49
3.253
3004
21,80
4,70
4,68
0,90
0,69
1,33
0,46
3.032
3000
23,00
4,10
5,20
0,96
0,74
1,40
0,46
3.029
2986
21,30
4,40
5,46
0,82
0,69
1,24
0,42
2.842
3026
23,00
5,00
5,80
1,06
0,78
1,39
0,46
2.947
3012
22,00
5,10
6,00
0,95
0,74
1,30
0,44
2838
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Setelah dilakukan pemrosesan dengan
perendaman dalam air panas selama 20 menit,
maka kandungan gizi dari Tepung Daun
Mengkudu yang dianalisa di Laboratorium
Kimia Bahan Pakan Fakultas Peternakan
Universitas Mataram, menjadi: Bahan Kering
= 4,56%, Serat Kasar = 16,03%, Abu = 9,10%,
Gross Energy = 4851,61 call/g tertera pada
Tabel 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertambahan bobot hidup
Pertambahan bobot hidup rataan dari setiap
perlakuan untuk perlakuan kontrol (T0) adalah
786,34 g, T1 (801,34 g), T2 (778,67 g) dan T3
( 656,00 g). Pertambahan bobot hidup tertinggi
terdapat pada pemberian tepung daun
Mengkudu 5% dalam ransum dan terendah
pada ransum yang diberi 15% tepung daun
Mengkudu yang direndam dengan air panas.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian tepung daun Mengkudu sebesar 5%
(T1) sampai 10% (T2) kedalam ransum ayam
Daun Mengkudu dari kebun
tanaman Mengkudu IPB, Bogor
Tepung daun Mengkudu yang di
rendam air panas
Ditimbang dalam keadaan basah
Dikeringkan dengan sinar
matahari selama 4 hari
(8 jam/hari)
broiler tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap
pertambahan bobot hidup perlakuan kontrol.
Kandungan gizi ransum yang dikonsumsi
sama, terutama energi dan protein. Menurut
AFRIASTINI (1977), daun tanaman yang banyak
digunakan untuk penyedap makanan dan
mengobati
berbagai
penyakit
tidak
berpengaruh terhadap peningkatan bobot hidup
dan kesehatan. Tetapi pemberian tepung daun
Mengkudu sampai 15% (T3) nyata berbeda
dengan pemberian 10% (T2), 5% (T1) dan
kontrol (T0). Rataan pertambahan bobot hidup
dari setiap perlakuan selama percobaan tertera
pada Tabel 3.
Pada Gambar 2. bahwa pertumbuhan dari
keempat perlakuan ransum meningkat secara
normal, tetapi pada perlakuan pemberian
tepung daun Mengkudu 15% (T3) terlihat
paling rendah bila dibandingkan dengan
perlakuan kontrol, perlakuan pemberian daun
Mengkudu 5% (T1) dan pemberian 10% (T2).
Peningkatan bobot hidup yang terbaik terlihat
pada perlakuan pemberian daun Mengkudu 5%
(T1), lalu diikuti control dan kemudian
perlakuan pemberian daun Mengkudu 10%.
Disortir, pilih yang baru
(warna hijau)
Direndam dalam air panas
selama 20 menit
Digiling dengan mesin sampai
jadi tepung
Ditimbang berat kering daun
Mengkudu
Gambar 1. Proses pembuatan tepung daun Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) yang direndam dengan air
panas menjadi tepung (John Bestari)
707
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 2. Hasil analisa tepung daun Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) tanpa dan dengan perlakuan
perendaman dengan air panas
Bahan
kering (%)
Perlakuan
Tanpa*
Direndam air panas**
93,85
Protein
kasar (%)
Lemak
kasar (%)
13,39
8,65
14,65
4,56
Serat
kasar (%)
Abu
(%)
EM
(kal/g)
3225,00
16,03
9,10
4851,61
*Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternak IPB (November
2004)
**Hasil Analisa Laboratorium Kimia dan Bahan Makanan Ternak IPB, Bogor
Konsumsi ransum
Ransum yang dikonsumsi adalah untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan
untuk
hidup
pokok
dan
pertumbuhan. Rataan konsumsi ransum per
ekor dari masing-masing perlakuan berturutturut adalah kontrol (T0) (2453,33 g), T1
(2321,01 g), T2 (2281,67 g) dan T3 (2268 g)
tertera pada Tabel 4.
Penambahan tepung daun Mengkudu dalam
ransum 5% (2321,00 g), 10% (2281,67 g) dan
15% (2268 g) menunjukkan penurunan yang
nyata dibandingkan konsumsi ransum kontrol.
Hal ini berarti bahwa penambahan tepung daun
Mengkudu 515% dalam ransum belum dapat
meningkatkan konsumsi ransum, tetapi antara
perlakuan pemberian 5 dengan 10% dan
dengan 15% tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata. Seperti yang dilaporkan oleh
WIJAYAKUSUMA et al (1996) bahwa, daun dan
buah Mengkudu banyak mengandung alkaloid.
triterpenoid, minyak lemak, ester metal dan
kaprilat. Disamping itu Mengkudu juga
mengandung turunan antrakuinon, morindo
(trihidroksi
metilantrakuinon),
sirajidol
(dihidro
metal
antrakuinon),
glikosida
morindon, alizarin dan karoten (DITTMAR,
1993). Kandungan gizi dari daun Mengkudu
ini diduga dapat menghambat kemampuan
ayam broiler untuk mengkonsumsi ransum.
Tabel 3. Rataan pertambahan bobot hidup per ekor selama penelitian (g)
Pemberian tepung daun Mengkudu yang direndam air panas
Ulangan
0% (T1)
5% (T2)
10% (T3)
15% (T4)
796
765
761
622
748
781
795
681
815
858
780
695
Rataan
786,33a
801,33a
778,67a
656,00b
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05
Tabel 4. Rataan konsumsi ransum per ekor selama penelitian (g)
Ulangan
Pemberian tepung daun Mengkudu yang direndam air panas
0% (T0)
5% (T1)
10% (T2)
15% (T3)
2469
2323
2293
2255
2435
2367
2227
2251
2453
2273
2325
2299
2452,33a
2321,00b
2281,67 b
2268,33 b
Rataan
Superskrip yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05
708
Bobot badan (g/ekor)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
T0
T2
T3
T1
Pertumbuhan ayam broilr (minggu)
Gambar 2. Pertumbuhan ayam broiler yang diberi pakan tepung daun Mengkudu yang direndam air panas
selama 5 minggu percobaan
Konsumsi Ransum (g)
2500
2450
2400
2350
2300
2250
2200
2150
0%
5%
10%
15%
Gambar 3. Konsumsi ransum ayam broiler dengan pemberian tepung daun Mengkudu 5% (T1), 10% (T2)
dan 15% (T3) selama 5 minggu penelitian
Efisiensi ransum
Efisiensi ransum adalah sejumlah ransum
Menurut hasil penelitian SOLOMON (2002),
selain mengandung zat-zat nutrisi, Mengkudu
mengandung zat aktif seperti terpenoid, anti
bakteri, scolopetin, anti kanker, xeroline dan
proxeronine, pewarna alami dan asam.
Kandungan zat aktif yang terdapat pada
Mengkudu dapat menyebabkan ransum kurang
disukai oleh ayam broiler.yang dibutuhkan
untuk menghasilkan bobot hidup tertentu.
Makin tinggi efisiensi ransum berarti ransum
yang diberikan makin tidak efisien. Rataan
esfisiensi ransum dari masing-masing perlakuan
tertera pada Tabel 5.
Pada Tabel tersebut, ransum pada perlakuan
T1 terlihat lebih efisien dibandingkan dengan
T0 (kontrol) dan T2, tetapi hasil sidik ragam
menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini
berarti bahwa penambahan tepung daun
Mengkudu sampai 10% dalam ransum ayam
broiler dapat dianjurkan karena dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan makanan.
Sementara itu, perlakuan pemberian tepung
daun Mengkudu 15% (T3) terlihat yang paling
709
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
tidak efisien dan nyata berbeda dengan T0, T1
dan T2. Hal ini berarti bahwa pemberian
tepung daun Mengkudu yang direndam dengan
air panas sebesar 15% tidak memberikan
keuntungan pada peternak ayam broiler karena
tidak efisien dalam pengunaan ransum.
Bobot dan persentase karkas
Hasil pengamatan terhadap bobot karkas
tertera pada Tabel 6. Uji Statisktik
menunjukkan bahwa pemberian tepung daun
Mengkudu dapat meningkatkan bobot karkas
dengan nyata pada pemberian 10% (503,33 g)
dan 15% (402,67 g) (P<0,05). Pada pemberian
5% walaupun terlihat meningkat tapi tidak
berbeda nyata (P>0,05). Perbedan kadar
pemberian tepung daun Mengkudu dalam
ransum memberikan perbedaan nyata (P>0,05)
pada
bobot
karkas,
walaupun
ada
kecendrungan bobot karkas menurun pada
perlakuan pemberian 15% dibandingkan
dengan 10%. Kondisi ini disebabkan tidak
seluruh gizi yang masuk melalui ransum akan
digunakan untuk pertumbuhan, tetapi sebagian
dibuang melalui feses.
Hal sama juga terjadi pada persentase
karkas, menunjukkan bahwa pemberian tepung
daun Mengkudu terbukti dapat meningkatkan
persentase karkas pada ayam broiler, yaitu
61,09% pada ayam kelompok kontrol menjadi
63,05% pada kelompok T1, 64,93 % pada
kelompok T2 dan 66,35 untuk kelompok T3
tertera pada Tabel 6. Kemungkinan bahwa
beberapa bahan yang terkandung dalam daun
Mengkudu dapat menyebabkan peningkatan
metabolesme tubuh ayam yang menyebabkan
meningkatnya pembentukan bagian daging dan
tulang pada ayam tersebut. Persentase karkas
pada ayam yang diberi daun Mengkudu hampir
sama dengan yang dilaporkan oleh TRIYANTINI
et al, (1977) pada ayam broiler (67,3%) dan
ayam kampung (66,3%) yang dipelihara secara
intensif. BAKRIE et al, (2003) yang melaporkan
bahwa penambahan jamu kedalam air minum
ayam buras tidak meningkatkan persentase
bobot karkas dari 64,0% menjadi 63,1%.
Ayam yang dipelihara secara intensif
mempunyai angka persentase karkas yang jauh
lebih tinggi daripada ayam yang dipelihara
secara tradisional. Hal ini sehubungan dengan
ayam yang dipelihara secara intensif diberi
pakan dengan jumlah yang mencukupi dengan
mutu pakan yang jauh lebih baik dan tidak
banyak bergerak karena selalu terkurung dalam
kandang. Sebagaimana yang dilaporkan
LEESON et al. (1996) bahwa pada ayam broiler
yang diberi pakan bergizi tinggi pada umur 42
hari dapat menghasilkan persentase karkas
berkisar antara 69,773,3%. Begitu juga
persentase karkas itik jantan yang dipelihara
terkurung dengan sumber pakan dan tingkat
energi berbeda pada umur 9 minggu dapat
mencapai 74,078,9% (SINURAT et al., 1993).
Persentase
karkas
pemberian
daun
Mengkudu 5% (63,05%), terlihat meningkat
bila dibandingkan dengan kontrol (61,09%)
namun tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata (P>0,05). Begitu juga pada pemberian
tepung daun Mengkudu 15% (66,34%)
walaupun terlihat meningkat dibandingkan
dengan pemberian tepung daun Mengkudu
10% (64,34), tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata (P>0,05). Tetapi antara pemberian
5% (T1) dengan pemberian 10% (T2) dan
pemberian 15% (T3), menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05).
Tabel 5. Rataan Efisiensi ransum per ekor selama penelitian (%)
Pemberian tepung daun Mengkudu yang direndam air panas
Ulangan
0 % (T0)
5 % (T1)
10 % (T2)
15% (T3)
3,10
3,04
3,01
3,63
3,26
3,03
2,80
3,31
3,00
2,65
2,98
3,31
Rataan
3,12a
2,91a
2,93a
3,42b
Superskrip yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05
710
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 6. Rataan bobot dan persentase karkas ayam broiler per ekor selama penelitian
Pemberian tepung daun mengkudu yang direndam air panas
Ulangan
0% (T0)
5% (T1)
10% (T2)
15% (T3)
476
471
517
387
439
464
485
408
454
492
508
Bobot karkas (g)
Rataan
456,33
a
475,67
503,33
413
b
402,67
Persentase karkas (%)
1
62,63
63,22
68,03
65,15
59,97
61,62
64,58
65,18
60,69
a
61,09
64,31
ab
63,05
62,18
ab
64,93
68,72
b
66,35
Rataan
Superskrip yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05
Persentase hati dan rempela
Persentase bagian hati dan rempela pada
kelompok pemberian daun Mengkudu 5, 10
dan 15% diharapkan akan lebih besar dari pada
kelompok kontrol karena dengan pemberian
tepung daun Mengkudu yang direndam air
panas
akan
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
metabolisme
tubuh
yang
mengindikasikan peningkatan hati dan rempela
dan mengakibatkan terjadinya pembesaran
organ tersebut. Namun demikian, angka
persentase hati dan rempela yang diperoleh
dalam percobaan ini lebih besar daripada ayam
ras dan ayam buras yang dilaporkan oleh
TRIYANTINI et al. (1997). Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan BAKRIE et al. (2003)
melaporkan bahwa persentase hati dan rempela
pada ayam buras yang diberi jamu kedalam air
adalah 3,88 dan 3,30%.
Persentase bobot hati pada kelompok
pemberian tepung daun Mengkudu 5%
(3,71%), 10% (3,93%) dan 15% (4,49%) dalam
ransum terlihat meningkat dengan nyata
(P<0,05) dibandingkan dengan control
(2,69%). Tetapi pada pemberian 5% tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
10%, sedangkan antara pemberian 5 dan 10%
dengan 15% menunjukkan perbedaan yang
nyata (P>0,05).
Daun Mengkudu mengandung senyawa
antrakuinon dan triterpenoid yang dapat
merangsang produksi dan sekresi cairan
empedu serta sekresi lipase pancreas kedalam
duodenum untuk penyerapan lemak serta
ekskresi
kolesterol
melalu
feses
(WIJAYAKUSUMA et al, 1996). Oleh sebab itu
dengan terdapatnya bahan ini dalam ransum
ternak, maka ekskresi kolesterol kedalam feses
juga meningkat pada ketiga kelompok ternak
tersebut, Terlihat bahwa dengan penambahan
tepung daun Mengkudu bobot hati nyata
meningkat sampai pemberian 10%, tetapi pada
pemberian 15%, bobot hati malahan terlihat
menurun dan menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan pemberian 5%.
Hal ini dapat terjadi karena dengan
pemberian tepung daun Mengkudu yang tinggi
(15%) bisa menghambat pembesar hati dan
rempela, karena daun Mengkudu mengandung
zat kapur, zat besi, karotin dan ascorbin Raj
dalam DARUSMAN (2002).
711
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 7. Rataan persentase hati dan rempela ayam broiler per ekor selama penelitian (%)
Ulangan
Bobot hati
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rataan
Persentase hati
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rataan
Bobot rempela
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rataan
Persentase rempela
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rataan
Pemberian tepung daun mengkudu yang direndam air panas
0% (T0)
5% (T1)
10% (T2)
15% (T3)
19,51
18,66
22,23
20,13a
28,33
26,59
29,18
28,03bc
29,24
31,61
30,45
30,43c
27,83
24,75
28,95
27,18b
2,57
2,55
2,97
2,69a
3,80
3,53
3,81
3,71b
3,85
4,21
3,73
3,93b
4,69
3,95
4,82
4,49c
30,16
24,13
36,80
30,36a
39,52
36,48
40,67
38,89b
38,21
36,35
35,17
36,58b
34,35
31,89
33,26
33,17ab
4,03
3,29
4,92
4,08a
5,30
4,84
5,32
5,15bc
4,52
4,25
4,07
4,28ab
6,43
5,81
5,85
6,03c
Superskrip yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05
KESIMPULAN DAN SARAN
Penambahan tepung daun Mengkudu dalam
ransum ayam broiler 510% tidak berpengaruh
terhadap pertambahan bobot hidup, konsumsi
ransum dan efisiensi ransum. Persentase karkas
ayam broiler meningkat seiring dengan
meningkatnya pemberian daun Mengkudu
yang direndam air panas dan tidak nyata pada
pemberian 510%, tetapi nyata berbeda pada
tingkat pemberian 15%. Persentase bobot hati
dan rempela nyata meningkat seiring dengan
meningkatnya penambahan daun Mengkudu
yang direndam air panas sampai 10%.
Masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pemberian tepung daun
Mengkudu yang direndam air panas yang
optimal dan lebih efektif serta ekonomis pada
taraf 510% dalam ransum ayam broiler.
Untuk mendapatkan produktifitas yang
optimal, maka perlu dilakukan penelitian lebih
712
lanjut tentang kadar lemak kolesterol,
keempukan, bau dan warna daging.
DAFTAR PUSTAKA
AFRIASTINI, J.J. 1977. Bertanam Kencur. Penebar
Swadaya, Jakarta.
B. BAKRIE., D. ANDAYANI., M. MANIS dan D.
ZAINUDDIN. 2003. Pengaruh Penambahan
Jamu ke dalam Air Minum Terhadap
Preferensi Konsumen dan Mutu Karkas Ayam
Buras. Pros. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor, 2930
September 2003. Puslitbang Peternakan,
Bogor. hlm. 490495.
ENDAT HIDAYAT. 1978. Pohon Cengkudu (Morinda
citrifolia L) dan Manfaatnya, Khususnya
sebagai Obat Tradisional. Bull. Kebun Raya
Bogor. April 1978.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
ENDJO DJAUHARIYA dan AGUS RUHNAYAT. 2002.
Bercocok Tanam Mengkudu (Morinda
citrifilia Li). Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Bogor.
LEESON, S., L. CASTON dan J.D. SUMMER. 1996.
Broiler Response to Energy and Protein
Dilution in the Finisher. Diet. Polut. Sci. 75:
522528.
RADEN ENEN RINA ROSADI MANGGUNG. 2003.
Pengaruh Pemberian Sari Buah Mengkudu
(Morinda
citrifolia
Linn)
Terhadap
Pembentukan Folikel Limfoid Dalam Bursa
Fabricus pada Embrio Telur Tertunas. Skripsi
Fakultas Kedokteran Hewan Instutut Petanian
Bogor. 2003.
SAS, 1987. sas User Guide for Personal Computers.
SAS Institute. Cary. North Carolina. USA.
SINURAT A.P., MIFTAH dan T. PASARIBU. 1993.
Pengaruh Sumber dan Tingkat Energi Ransum
Terhadap Penampilan Itik jantan Local. Ilmu
dan Peternakan. 6: 2024.
STEEL., R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistik suatu Pendekatan Biometrik.
Gramedia. Jakarta.
TIZARD. 1988. Pengantar Immunologi Veteriner.
Penerbit Universitas Air Langga, Surabaya.
TRIYANTINI, ABUBAKAR., I.A.K. BINTANG dan T.
ANTAWIJAYA. 1977. Studi Komperatif
Preferensi Mutu dan Gizi Beberapa Jenis
DagingUnggas. JITV 2(3): 157163.
WAHYUNI, ZAINUDDIN D. dan E. WAKRADIHARJA.
Racikan Ramuan Tanaman Obat dalam bentuk
larutanjamu dapat meningkatkan kesehatan
hewan sertaproduktifitas ternak ayam buras.
Seminar Nasional Tumbuhan dan Obat
Indonesia XIX. April 2001. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
WIJAYAKUSUMA, H.M.H., S. DALIMARTA., A.S.
WIRIAN., T. YAPUTRA dan B. WIBOWO. 1992.
Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. (I-IV).
SOLOMON, N., 1989. Naturs Amazing Healer
NONI, a 2000 year old Tropical Secret That
Helps The Body Healt Itself Woodland Fubl.
Pleasant Grove Utah. 101 p.
715