RIWAYAT HIDUP
DAENG MOHAMMAD FAQIH
PENDIDIKAN:
S1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
S2 MEGISTER HUKUM UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR
S1 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAKARTA
ORGANISASI:
KETUA TERPILIH / PRESIDENT ELECT PB IDI
BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT INDONESIA (BPRS)
TIM KENDALI MUTU KENDALI BIAYA PUSAT (TKMKB)
KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA (KIDI)
MASYARAKAT HUKUM KESEHATAN INDONESIA (MHKI)
IMPLEMENTASI
KENDALI MUTU KENDALI BIAYA
OLEH
Tim Kendali Mutu Kendali Biaya
(TKMKB)
PERSPEKTIF TKMKB
Kendali biaya (COST CONTROL) cost drivers
Kendali mutu (QUALITY CONTROL) quality
dimensions
Cost drivers
Price effect
Population growth
Aging
Level of morbidity
Lifestyle changes
Volume and mix of health care services
Technology
Proyeksi Penduduk
Indonesia 2015 - 2019
Klp. Umur
2015
0-4 24,065.5
5-9 23,330.4
10-14 22,461.5
15-19 22,095.4
20-24 22,447.9
25-29 20,810.4
30-34 20,448.3
35-39 19,816.1
40-44 18,295.1
45-49 16,266.5
50-54 13,766.5
55-59 10,972.7
60-64
7,955.3
65-69
5,489.6
70-74
3,852.0
75+
4,388.5
Total 256,461.7
<5
SD
SLTP/SLTA
PT
Usia Kerja
Lansia (>60)
24,065.5
23,330.4
44,556.9
22,447.9
120,375.6
21,685.4
2016
23,960.1
23,559.5
22,577.1
22,161.0
21,569.0
20,911.4
20,497.0
19,936.5
18,609.3
16,657.0
14,179.0
11,457.1
8,397.8
5,742.8
3,963.5
4,526.9
258,705.0
2017
23,848.4
23,733.9
22,713.1
22,212.9
21,703.6
21,022.2
20,509.1
20,072.5
18,884.2
17,028.0
14,601.5
11,903.3
8,870.5
6,035.4
4,082.2
4,670.1
261,890.9
2018
23,729.6
23,878.5
22,878.7
22,242.9
21,823.3
21,125.3
20,528.2
20,181.5
19,145.4
17,375.4
15,025.4
12,326.6
9,352.8
6,365.9
4,218.6
4,817.2
265,015.3
2019
23,604.9
23,974.0
23,057.1
22,294.2
21,917.6
21,228.0
20,582.2
20,265.8
19,366.7
17,694.3
15,438.1
12,749.8
9,818.2
6,731.8
4,384.9
4,967.0
268,074.6
23,960.1
23,559.5
44,738.1
21,569.0
122,247.3
22,631.0
23,848.4
23,733.9
44,926.0
21,703.6
124,020.8
23,658.2
23,729.6
23,878.5
45,121.6
21,823.3
125,707.8
24,754.5
23,604.9
23,974.0
45,351.3
21,917.6
127,324.9
25,901.9
Technology in Health Care
Technological change consists of
Innovation:
New products and techniques
Utilization:
Changes in clinical practices and demand due to pharmaceuticals and
non-pharmaceutical products
Medical technologies may include
Robotic devices that facilitate delicate surgical procedures
Computers that help clinicians in decision-making
Medical devices (including imaging equipment)
Pharmaceuticals
Electronic health records and electronic medical records
(Canadian Institute for Health Information, 2011)
STRATEGI PENINGKATAN MUTU
QUALITY DIMENSIONS
1. STANDARDS
1.1. STANDARD INPUTS
a. SDM
kompetensi
mix SDM (misalnya standar ketenagaan Puskesmas)
a. Sarana
b. Obat/BMHP
1.2. STANDARD PROCESS/PROCEDURES
Medis climical pathway
Non-medis
Administrative
2. PERSPEKTIF KONSUMER (SATISFACTION)
Respect to human dignity
Fairness (berkeadilan)
3. PROGRAM KENDALI MUTU
Program QA/QI
TQA
QCC
Dll
Sistem
Pelayanan
&
Pembiaya
an
STANDAR
Kemampuan
Keilmuan
Kompetensi
Teknis
Professional
Ethic &
Attitude
Sarana,
fasilitas,
logistik
Profesionalisme
tenaga medis
Atur, Bina,
Awas &
Penegakan
Disiplin
M
U
T
U
P
E
L
A
Y
A
N
A
N
NEED &
DEMAND
KEPUASAN
Respect to human
dignity & Fairness
RELIABILITY
RESPONSIVE
NESS
ASSURANCE
EMPHATY
TANGIBLE
HEALTH
SYSTEM
SJSN
BPJS
HEALTH
SERVICE
SYSTEM
HEALTH
FINANCING
DIMENSI
KECUKUPAN
BIAYA /DANA
JAMINAN
PELAYANAN
KESEHATAN
SKN
LEVEL
REGULATOR
LEVEL
ORGANISASI
LEVEL
MIKRO
DIMENSI
MUTU
PELAYANAN
KESEHATAN
TKMKB
Permenkes 71/2013 pasal 36
Kendali mutu dan kendali biaya pada tingkat Fasilitas Kesehatan dilakukan
oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan.
Permenkes 71/2013 pasal 38 ayat 1 & 2
Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui:
a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan;
b. pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan; dan
c. pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.
Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan membentuk tim
kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur organisasi profesi,
akademisi, dan pakar klinis.
INDIKATOR MENILAI DIMENSI MUTU
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Accessible: pelayanan mudah dijangkau, dapat segera digunakan pada saat
dibutuhkan, dan fasilitas kesehatannya memadai dan kompeten.
Appropriateness: pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan, rasional, tidak
berlebihan, tidak pula kekurangan.
Continuity: pelayanan diberikan bersinambung, tidak terputus, dan tuntas
sampai masalah kesehatan teratasi.
Effectiveness: pelayanan diberikan sesuai dengan bukti ilmiah, sesuai dengan
indikasi medis, dan berhasil meningkatkan status kesehatan perorangan.
Efficiency: pelayanan diberikan dengan memaksimalkan penggunaan sumber
daya dan menghindari pemakaian sumber daya yang tidak diperlukan.
Safety: pelayanan diberikan dengan meminimalkan risiko yang dapat
membahayakan pasien.
Acceptable: pelayanan diberikan dengan memperhitungkan dan
mempertimbangkan pilihan dan aspirasi pasien, serta budaya komunitasnya.
Equity: pelayanan diberikan dengan mutu yang sama kepada setiap orang tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, status ekonomi, ciri dan letak geografis.
Affordable: pelayanan diberikan dengan biaya yang terjangkau dan masuk akal.
D
I
M
E
N
S
I
EFFECTIVENESS
SAFETY
EFFICIENCY
DIMENSI
M
U
T
U
KESEHATAN
YANG
DIUKUR
L
A
Y
A
N
A
N
W
H
O
TIMELINESS
ACCESSIBILITY
PATIENTCENTRENESS
2
0
0
6
3 dimensi sebagai quality care framework
(Donabedian, konsep dasar untuk menilai mutu pelayanan)
Struktur
Adalah dimensi tentang segala sesuatu yang perlu disiapkan
dan harus tersedia agar pelayanan dapat diselenggarakan
sesuai dengan kaidah yang disepakati.
Kondisi struktur mempengaruhi proses dan outcome
Struktur diukur dengan cara membandingkan kondisi pelayanan
kesehatan dengan checklist yang disepakati.
Indikator mutunya
affordalibility, dll.
Proses
antara
lain
availability,
accessibility,
Adalah
dimensi
tentang
kesesuaian
penyelenggaraan
pelayanan dengan ketentuan yang disepakati.
Proses diukur dengan cara observasi, wawancara, analisis data.
Indikator mutunya antara lain appropriateness (misalnya angka
seksio
Caesaria,
angka
polifarmasi,
dll),
efficiency,
effectiveness, kepatuhan mengikuti prosedur, dll
Outcome
Adalah dimensi tentang hasil pelayanan yang diberikan (output)
dan dampaknya pada status kesehatan (impact).
Outcome dipengaruhi oleh kombinasi struktur dan proses.
Outcome diukur dengan cara survei dan analisis data.
Indilator
mutunya
antara
lain
angka
utilisasi,
angka
kesembuhan, angka kematian di RS, acceptability (kepuasan
pasien), dll
MUTU SISTEM PELAYANAN
Lingkungan: Kebijakan, organisasi, manajemen
STRUKTUR:
Standar Tenaga
Dana: standar
tarif, standar
harga
Standar Sarana /
fasilitas
Metode: PPK, SOP
Requirement Standard
Proses:
Luaran:
Medical Prose
dur
Non Medical
Prosedur
Administrative
Need & Demand,
Kepuasan pasien
Pelayanan efektif,
Efisien, sustainable
Performance Standard
18
SIKLUS
KENDALI MUTU KENDALI BIAYA
STRUKTUR TKMKB
KONSEP KMKB
DAN TATA HUBUNGAN KERJA
CAB
HTA
Rekomendasi
Teknis Medis
Pelkes
Pre- & Post
adoption
TKMKB
1
Output
Sosialisasi
kewenangan nakes
sesuai kompetensi
PPK
* FKTP
* FKTL
UR
Audit Medis
3
Pembinaan etika
Disiplin profesi
Medical judgment
Claim investigation
DPM
Pel.Kes
Efektif
Efisien
Bermutu
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehab
Obat &
BMHP
Outcome
Kesehatan peserta
Kepuasan
Sustainable
Legitimasi
HTA
Health
Technology
Assessment
CAB
Clinically
Advisory Board
Dibentuk oleh
Menteri
Kesehatan
Dibentuk oleh
Menteri
Kesehatan
Tim Kendali
Mutu&Biaya
JKN
-
Difasilitasi
BPJSK
DPM
Dewan
Pertimbangan
Medik
oleh -
INDEPENDEN !
Jenjang
Tingkat Pusat
Tingkat Pusat
Aktivitas
Memberikan
penilaian
teknologi
kesehatan
Memberikan
rekomendasi
terkait dengan
permasalahan
teknis medis
pelayanan
kesehatan
Keanggotaan
Ditunjuk oleh
Kementerian
Kesehatan RI
Organisasi Profesi
& Akademisi
Kedokteran
Tk Pusat
Tk. Divisi Regional
Tk Cabang
Rapat Rutin:
evaluasi mutu
pelayanan
kesehatan
Audit Medis
Sosialisasi &
Pembinaan etika
disiplin profesi
Organisasi Profesi,
Pakar Klinis, dan
Akademisi
Dibentuk oleh BPJS
Kesehatan
Supporting BPJSK
Medical
Judgement/2nd
Opinion
Tk. Pusat
Tk. Divisi Regional
Medical Judgment
Klaim Investigation
Utilization Review
Pakar Klinis
TKMKB
(Permenkes 71/2013 pasal 38 ayat 3,4)
Tim kendali mutu dan kendali biaya melakukan:
a. Sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik profesi sesuai kompetensi;
b. Utilization review dan audit medis; dan/atau
c. Pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga
kesehatan.
Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali
biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
meminta informasi tentang identitas, diagnosis,
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan Peserta dalam bentuk salinan/fotokopi
rekam medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai
kebutuhan.
sosialisasi kewenangan tenaga
kesehatan sesuai profesi
Inventarisasi kewenangan tenaga kesehatan: standar
kompetensi, PNPK, PPK, PPM, Pedoman Asuhan
Keperawatan, Pedoman Asuhan Persalinan, dll.
Mendorong provider (FKTP & FKTL) membuat SOP/clinical
pathway berdasarkan PNPK, PPK, PPM
Pelaksanaan sosialisasi:
Koordinasi dan sikronisasi TKMKB pusat, propinsi, kabupatenkota
Klasifikasi sasaran sosialisasi: FKTP & FKTL
Penjadwalan sosialisasi
Target dan pentahapan kegiatan sosialisasi (fokus di tahun
pertama)
Sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik profesi sesuai kompetensi
Mengadakan pertemuan dengan organisasi profesi dan kegiatan lain untuk
mensosialisasikan berbagai hal yang berkaitan dengan kompetensi dan
kewenangan tenaga kesehatan, antara lain:
mengingatkan perlunya menjaga validitas sertifikasi kompetensi, Surat Tanda Registrasi dan
Surat Ijin Praktik tenaga kesehatan.
mengingatkan perlunya tersedia Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan
Panduan Praktik Klinis (PPK) yang sesuai dengan kondisi fasyankes dan dijadikan acuan
dalam melayani peserta JKN.
mengingatkan perlunya tersedia perangkat kerja yang sesuai dengan kompetensi dan
standar sarana agar tenaga kesehatan dapat menjalankan fungsinya dengan baik
mengingatkan dan mempromosikan kepatuhan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang rasional dan mengikuti PNPK dan PPK yang berlaku.
mengingatkan dan mempromosikan perlunya tata kelola fasyankes yang baik.
mengingatkan dan mempromosikan kepatuhan menulis dan melengkapi rekam medik,
discharge summary, laporan kasus dan surat rujukan, termasuk menulis diagnosis dan
tindakan medis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
mengevaluasi dan merekomendasikan perbaikan PNPK dan PPK berdasarkan hasil UR dan
AM, serta perkembangan ilmu dan teknologi.
mempromosikan upaya pengendalian mutu dan biaya yang terkait dengan kewenangan dan
perilaku atau pola praktik tenaga kesehatan.
KOORDINASI PELAKSANAAN UR
Mengadakan kegiatan dan pertemuan berkala untuk membahas hal-hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan UR, antara lain:
memilih indikator yang akan digunakan untuk mengukur dan menilai mutu
dan biaya pelayanan yang diberikan kepada peserta JKN dari berbagai
sumber (Kemenkes, BPJSK, Organisasi Profesi, RS, dll).
memantau indikator terpilih terhadap standar yang disepakati.
melaksanakan kewenangan untuk mengakses database fasyankes, database
BPJSK, dan database dinas kesehatan setempat, khususnya data yang terkait
dengan indikator terpilih.
melakukan analisa data terpilih dan membandingkan hasilnya dengan
standar yang disepakati.
merumuskan permasalahan yang ditemukan dalam UR dan memberikan
rekomendasi kepada pemangku kepentingan terkait tentang solusi untuk
mengendalikan biaya dan meningkatkan mutu pelayanan bagi peserta JKN.
menindaklanjuti rekomendasi dan temuan yang tidak sesuai standar yang
disepakati, antara lain dengan melaksanakan AM atau pengkajian yang lebih
mendalam.
Pelaksanaan Utilization Review
Melakukan kajian konsep & pedoman UR BPJS
Teknik melaksanakan UR:
Tidak melakukan seluruh proses UR
Meminta/mendapatkan data atau indikator2 penting
secara periodik dari tim UR BPJS
Menganalisa data atau indikator2 UR
Tindak lanjut:
Koordinasi TKMKB
Site visit dan investigasi
Audit Medik
LANJUTAN.
Tugas Tim KMKB dalam melaksanakan UR adalah :
memantau dan mengukur apakah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN
bermutu dan biayanya wajar.
Untuk maksud tersebut perlu disepakati indikator
yang akan digunakan untuk menilai dimensi stuktur,
proses, dan output/outcome, atau dari prespektif
lain menilai kinerja fasyankes dan pemberi layanan,
serta menilai status kesehatan peserta JKN yang
terdaftar di suatu fasyankes primer (komunitas
binaan).
KOORDINASI PELAKSANAAN
AUDIT MEDIK
Mengadakan kegiatan dan pertemuan berkala untuk membahas hal-hal
yang berkaitan dengan AM, antara lain:
AM DI FASYANKES PRIMER
Membantu pelaksanaan AM sederhana dalam bentuk pembahasan kasus oleh
para dokter yang berpraktik di fasyankes primer.
Mengidentifikasi kasus/masalah yang disajikan pada pembahasan kasus
fasyankes primer yang perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang mendalam
atau AM dengan tujuan tertentu.
Menampung masukan/permintaan dari BPJSK untuk melaksanakan kajian yang
mendalam atau AM dengan tujuan tertentu di suatu fasyankes primer.
Membentuk Tim Adhoc AM untuk melaksanakan kajian yang mendalam atau
AM dengan tujuan tertentu bekerja sama dengan OP dan Dinas Kesehatan
setempat.
Membantu pelaksanaan AM oleh Tim Adhoc AM melalui kerja sama dengan
Tim Teknis di suatu fasyankes primer.
Mempelajari hasil AM yang dilaksanakan oleh Tim Adhoc AM dan
merumuskan rekomendasi.
Menyampaikan hasil AM dan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk
melakukan perbaikan.
LANJUTAN..
AM DI FASYANKES RUJUKAN
Menampung dan memilah kasus/masalah yang diajukan oleh BPJSK untuk
ditindaklanjuti dengan kajian yang mendalam atau AM dengan tujuan
tertentu.
Bekerja sama dengan Komite Medik RS untuk melaksanakan AM atas
kasus/masalah yang diajukan BPJSK.
Membentuk Tim Adhoc AM untuk melaksanakan kajian yang mendalam atau
AM atas kasus/masalah yang diajukan BPJSK di suatu RS bekerja sama dengan
OP dan Dinas Kesehatan setempat.
Membantu dan memantau pelaksanaan AM melalui kerja sama dengan
Komite Medis di suatu RS.
Mempelajari hasil AM yang dilaksanakan oleh Tim Adhoc AM dan
merumuskan rekomendasi.
Menyampaikan hasil AM dan rekomendasi untuk melakukan perbaikan
berdasarkan hasil AM kepada pihak-pihak terkait.
KEGIATAN LAIN:
Melakukan konsultasi, kordinasi, berbagi informasi dengan instansi atau
organisasi terkait (Tim HTA, COB, BPJSK/DPM) tentang potensi fraud,
pemborosan, etika, dan risiko lainnya dari hasil AM.
Pelaksanaan Audit Medik
Melakukan kajian konsep & pedoman audit medik
Teknik melaksanakan audit medik:
Bahan berasal dari analisis UR, DPM, Provider,
Pasien/masyarakat
Case analysis berpedoman pada guideline: PNPK, PPK,
PPM, dll
Koordinasi dengan provider dan atau komite medik untuk
mendapatkan data tambahan
Membentuk adhoc ahli
Tindak lanjut:
Membuat putusan
Membuat rekomendasi
PENGERTIAN AUDIT MEDIK
Audit medis adalah :
pemeriksaan atau peninjauan prosedur medis secara
sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan hasil pelayanan pasien melalui peninjauan terstruktur
untuk memeriksa dan membandingkan praktik medis,
prosedur medis serta hasilnya, dengan standar prosedur
medis baku yang disepakati. Selanjutnya hasil tinjauan
digunakan untuk melakukan perubahan prosedur medis
pada bagian tertentu, atau menggantinya dengan standar
baru jika hal ini diperlukan (NICE, 2002).
TUJUAN AUDIT MEDIK
Dalam AM proses peninjauan prosedur medis
secara sistematis dan terstruktur dilakukan
dengan tujuan untuk:
mengevaluasi pelaksanaan standar prosedur medis
(panduan praktik klinis) di fasyankes primer dan
rujukan
mengevaluasi best-practice tata laksana klinis
dibandingkan dengan evidence based medicine
mengevaluasi implementasi clinical pathway
mengevaluasi risiko patient safety
mengevaluasi potensi fraud dalam pelayanan klinis
PRINSIP DASAR AUDIT MEDIK
Prinsip dasar yang menjadi acuan dalam melaksanakan AM adalah
sebagai berkut:
AM adalah domain profesi medis, jadi harus dilaksanakan oleh dan di
kalangan profesi medis sendiri.
Audit medis fokus pada pembinaan, bukan untuk mencari
penyimpangan (fraud).
AM harus dilaksanakan secara transparan, tidak menghakimi, tidak
kontroversial, tidak mencari-cari kesalahan atau saling menyalahkan
(no-blame culture), friendly dan konfidensial.
AM dilakukan dengan tahapan yang telah ditata secara sistematis dan
harus diikuti secara taat asas.
AM dalam bentuk yang sederhana, seperti pembahasan kasus atau
mitra bestari (peer review) tetap harus mengikuti tata cara yang
ditetapkan.
AM dilakukan dengan menelaah prosedur medis yang telah dijalani
pasien dan tercatat di rekam medis, sehingga pelaksanaan AM tidak
boleh mengabaikan kerahasiaan data pasien.
PEMBINAAN ETIK & DISIPLIN PROFESI
Inventarisasi pedoman etika & disiplin profesi
Pelaksanaan pembinaan etik & disiplin profesi:
Koordinasi dan sikronisasi TKMKB pusat, propinsi,
kabupaten-kota
Target dan penjadwalan kegiatan pembinaan etik
& disiplin profesi dilaksanakan dengan skala
prioritas berdasarkan hasil UR dan audit medik
KOORDINASI PEMBINAAN
ETIKA & DISIPLIN
Mengadakan pertemuan dengan organisasi profesi dan pemangku
kepentingan lain, serta melaksanakan kegiatan lain yang berkaitan
dengan pembinaan etika dan disiplin tenaga kesehatan, antara lain:
membahas kasus-kasus yang ditemukan pada UR dan AM yang
mengandung unsur pelanggaran etika dan disiplin dan bersama-sama
merumuskan solusinya.
menyerahkan kasus pelanggaran etika dan disiplin kepada OP untuk
ditindaklanjuti.
mempromosikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal yang
berpotensi akan menjadi pelanggaran etika.
membuka komunikasi antara para pemangku kepentingan dengan
pemberi pelayanan untuk menampung berbagai permasalahan
tentang pelanggaran atau berpotensi menjadi pelanggaran etika.
memberikan masukan dan rekomendasi kepada OP terkait pembinaan
etika dan disiplin profesi berbasis data UR, AM dan survei.
KEGIATAN LAIN YG RELEVAN
Melaksanakan kegiatan serta menghimpun isu dan masalah dari masyarakat
tentang penyelenggaraan pelayanan peserta JKN di lapangan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pada peserta JKN, antara lain:
melakukan pemantauan, pengamatan, dan pengumpulan informasi
tentang isu dan masalah di lapangan melalui berbagai sumber (media
massa, laporan masyarakat, hasil penelitian, dan sebagainya) tentang
pelayanan pada peserta JKN, dan meneruskannya kepada pihak-pihak
terkait untuk ditidaklanjuti.
melakukan berbagai penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berkala dan
sewaktu diperlukan untuk memotret kepuasan masyarakat, pemberi
pelayanan dan semua pemangku kepentingan dalam program JKN.
melaksanakan jajak pendapat tentang suatu isu yang terkait dengan
rencana penerapan kebijakan baru tentang pelayanan kepada peserta JKN.
memberikan masukan dan rekomendasi berbasis data dari masyarakat
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan program JKN
kepada para pemangku kepentingan (Pemerintah, BPJSK, Organisasi
Profesi, PERSI, dll).
HARUS SINKRONISASI
(1)
REGULASI MEMPERMUDAH MENJADI PESERTA
JKN (165.749.540 ORANG PER TGL 15/4-2016)
SEHARUSNYA DIIKUTI DG PERATURAN TEKNIS
MEMPERCEPAT KETERSEDIAAN PROVIDER
ANTRIAN PANJANG
OVERLOAD BEBAN DOKTER
MUTU PELAYANAN KURANG MAKSIMAL
PASIENT SAFETY MENJADI RENTAN
SINKRONISASI
(2)
JKN MENGGUNAKAN SISTEM INA CBGs DALAM
MENGENDALIKAN HARGA (EFISIENSI)
SEHARUSNYA DIDASARKAN PADA PERHITUNGAN
KECUKUPAN DG TATALAKSANA KLINIS
BERDASARKAN SOP/CP
RS SWASTA ENGGAN KERJASAMA
RASIONALISASI STANDAR PELAYANAN (RAWAN MUTU
DAN SAFETY)
RASIONALISASI PENERIMAAN PASIEN DAN RUJUKAN
UNTUK MENHINDARI DEFISIT (PADA KASUS DG
SEVERITY LEVEL TINGGI ATAU KASUS YG TARIFNYA
EKSTREM RENDAH)
SINKRONISASI
(3)
REGULASI E-CATALOG PADA OBAT DAN ALKES
SEHARUSNYA DIIKUTI DENGAN PERATURAN
TEKNIS TTG KUOTA PRODUKSI SESUAI
KEBUTUHAN DAN PENGATURAN SUPLAY CHAIN
OBAT/ALKES YG TERMASUK DLM E-CATALOG
BANYAK OBAT YG DIBUTUHKAN TIDAK MASUK ECATALOG
BANYAK OBAT YG KOSONG MESKIPUN MASUK ECATALOG
MENYULITKAN PELAYANAN PD BEBERAPA KASUS :
EMERGENSI, ONKOLOGI, KASUS BERAT LAINNYA
SEPERTI INFEKSI BERAT, GAGAL GINJAL DLL
SINKRONISASI
(4)
REGULASI TENTANG SISTEM RUJUKAN
BERJENJANG
SEHARUSNYA PERATURAN TEKNIS YANG DIBUAT
SENAFAS DG PERATURAN TTG PELAKSANAAN
PRAKTEK KEDOKTERAN YG EKSISTING DAN
SOSIALISASI YG MASSIF KPD PESERTA JKN
RUJUKAN BERORIENTASI ADMINISTRATIF DAN
PERMINTAAN PASIEN BUKAN BERDASARKAN
KEBUTUHAN MEDIS PASIEN DAN KOMPETENSI
MENAHAN RUJUKAN (RS CENDRUNG
MENDATANGKAN DOKTER AHLI YG DIBUTUHKAN
BUKAN MERUJUK PASIEN KE LEVEL RS DIATASNYA)
SINKRONISASI
(5)
REGULASI PEMBAYARAN RS ATAU KLINIK DG
SISTEM INA CBGs DAN KAPITASI BUKAN DG OUT
OF POCKET
SEHARUSNYA DI LEVEL ORGANISASI RS DAN
KLINIK DITERAPKAN SISTEM PEMBAYARAN JASA
MEDIS DG SISTEM REMUNERASI DOKTER
PERMENKES 28/2014 JASA PELAYANAN 30-50% TOTAL
KLAIM, RAWAN SENGKETA KRN BEDA-BEDA
JASMED YG MENGACU PADA TARIF PERDA CENDRUNG
RENDAH
KENAIKAN JASA MEDIS HARUS MEMPERTIMBANGKAN
PERTAMBAHAN BEBAN KERJA YG BERLIPAT
MASUKAN PB IDI
REVISI TARIF INA CBGs DAN KAPITASI
REKLASIFIKASI CODING DAN GROUPING CODING INA CBGs
PENYUSUNAN PANDUAN SISTEM REMUNERASI
PENYUSUNAN PNPK DAN PANDUAN CP PERHIMPUNAN
SPESIALIS
PENYUSUNAN KRITERIA EPISODE, READMISI DAN
FRAGMENTASI YANG SESUAI DG INDIKASI MEDIS
PENYUSUNAN KRITERIA KEGAWAT DARURATAN DAN
PELAYANAN MEDIS DASAR
PEMBAHASAN TEKNIS KREDENSIALING DAN REDISTRIBUSI
PESERTA