Jurnal Biota Vol. 2 No.
2 Edisi Agustus 2016| 158
PENGARUH KADAR THIAMINE (VITAMIN B1) TERHADAP
PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
Munir1, Fitratul Aini1, Siti Jariah2*
1
Dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang, Jl. Prof. K.H
Zainal Abidin Fikri Km 3,5 Palembang, 30126, Indonesia.
2
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang, Jl.
Prof K.H Zainal Abidin Fikri No 1A Km 3.5, Palembang 30126, Indonesia
ABSTRACT
Indonesia is one of the centers of biodiversity in particular areas of food, which one of them is from a species of
white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). To improve the effectiveness and efficiency of production time
associated with fulfilling the request of the oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is high in the market, the
utilization of thiamine (vitamin B1) need to be investigated. This study aims to determine the levels of thiamine
(vitamin B1), which is best used in the growth of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This study used
quantitative experiments and research design complete randomized design with four treatments and six times as
many repetitions as well as research along with the observations made on 21 June to 11 July 2015 (in 20 days)
in the House of White Oyster Mushroom Production Nurseries, Ogan Komering Ulu Timur (OKUT). As for the
levels of thiamine (vitamin B1) used in this study use the unit ppm (parts per million), namely: B0 (control), B1
(0.1 ppm), B2 (0.2 ppm), B3 (0.3 ppm). Parameters measured were the growth of oyster mushroom (Pleurotus
ostreatus) which include emerging buds time (day), the time of harvest (days), weight (grams), wide hood (cm),
and stem length (cm). Conclusions from the study and based on data analysis (ANOVA) and F test showed that
administration of thiamine (vitamin B1) does not provide an effective influence on the growth of oyster
mushroom (Pleurotus ostreatus).
Key Words: white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus), growth, thiamine (vitamin B1)
PENDAHULUAN Sebagaimana Firman-Nya dalam surat „Abasa ayat
Jamur tiram putih adalah jenis jamur kayu 27 disebutkan:
yang memiliki kandungan nutrisi protein, lemak, فَأَنْبَ ْت نَا فِ َيها َحبًّا
fosfor, besi, dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan
dengan jamur lain. Jamur tiram putih mengandung Artinya: “Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi
17 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh itu (QS:Abasa:27)”
manusia dan tidak mengandung kolesterol. Asam
amino yang terkandung dalam jamur tiram putih Pada ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa
adalah isoleusin, lysine, methionin, cystein, Allah Swt. telah menumbuhkan berbagai macam
phenylalanin, tyrosin, treonin, tryptopan, makhluk hidup yang dapat diambil manfaatnya, baik
valin,arginin, histidin, alanin, asam asparat, asam untuk dimakan maupun digunakan sebagai bahan
glutamat, glysin, prolin, dan serin (Djarijah dan obat dalam dunia kesehatan.
Djarijah, 2001 “dalam” Susiana, 2010). Jamur tiram putih memerlukan makanan
Usaha jamur tiram putih merupakan usaha dalam bentuk unsur-unsur kimia, misal nitrogen,
yang sangat prospektif. Rasa jamur ini yang sangat fosfor, belerang, kalium, karbon, yang telah tersedia
lezat dan dapat diolah menjadi berbagai macam dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit
bentuk makanan serta perawatannya yang mudah untuk kehidupan dan perkembangannya. Oleh
membuat bisnis ini banyak diminati. Perawatan karena itu, diperlukan penambahan dari luar misal
jamur tiram mudah karena hanya dengan disiram air dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan
bersih setiap hari (Kalsum, Fatimah, dan campuran pembuatan substrat tanaman atau media
Wasonowati, 2011 ). tumbuh jamur (Suriawiria, 2006 “dalam” Kalsum,
Sehubungan dengan pertumbuhan jamur Fatimah, dan Wasonowati, 2011).
tiram putih perlu dipahami bahwa segala makhluk Selain dalam bentuk unsur-unsur di atas,
hidup di alam tidak lepas dari kuasa Allah SWT.
pertumbuhan jamur tiram putih juga memerlukan
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 159
adanya vitamin yaitu dengan tersedianya vitamin adalah air, baglog jamur tiram yang telah ditumbuhi
B1. Vitamin B1 ini sering dikenal sebagai thiamine. penuh miselium yang dibeli dari rumah pembibitan
Thiamine merupakan unsur vitamin yang jamur, tablet thiamine.
belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal Penelitian ini menggunakan metode
ini disebabkan karena masyarakat sudah mengetahui eksperimen kuantitatif melalui pola Rancangan Acak
manfaatnya tapi belum banyak digunakan sebagai Lengkap. Mengacu pada penelitian Amalia;
vitamin yang dapat menunjang pertumbuhan jamur Nurhidayati; dan Nurfadilah (2013), konsentrasi
tiram putih dan hanya menggunakan bahan-bahan thiamine yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
seperti air leri yang dalam hal ini persentase dari B0 = thiamine konsentrasi 0 ppm
vitamin B1 tersebut hanya sedikit. Vitamin B1 juga B1 = thiamine konsentrasi 0,1 ppm
mudah didapatkan karena terjual bebas di apotik- B2 = thiamine konsentrasi 0,3 ppm
apotik sekitar lingkungan masyarakat. B3 = thiamine konsentrasi 0,5 ppm
Vitamin B1 ini diperlukan sebagai katalisator Penelitian dilakukan dalam lingkungan yang
sekaligus berfungsi sebagai co-enzim. Katalisator terkondisi dengan penyesuaian suhu dan
merupakan suatu zat yang mampu mempercepat laju kelembaban. Prosedur kerja dalam penelitian ini
reaksi dan ikut bereaksi serta akan kembali ke posisi yaitu merancang alat dan bahan kemudian komposisi
semula setelah reaksi selesai, sedangkan co-enzim baglog yang digunakan. Menyiapkan rak baglog,
adalah senyawa-senyawa non-protein yang dapat menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan
terdialisa, termostabil dan terikat secara “longgar” digunakan dalam penelitian. Menempelkan label
dengan bagian protein dari enzim (apoenzim). yang bertuliskan rancangan perlakuan. Meletakkan
Menurut Suhardjo dan Kusharto (1992), thiamine baglog sesuai perlakuan, dengan penyesuaian suhu
esensial bagi fungsi pertumbuhan. Karena thiamine berkisar 18-20 ºC dan kelembaban 80-90%.
berfungsi sebagai katalisator maka kegiatan Melakukan penyiraman 2 kali sehari, pagi dan sore
metabolisme pada tubuh jamur akan berlangsung hari. Pemberian larutan thiamine dilakukan 2 hari
secara cepat sehingga hal ini mampu mempercepat sekali. Lakukan pengamatan dan pengukuran
pertumbuhan jamur tiram putih. terhadap waktu muncul tunas (hari), waktu panen
(hari), lebar tudung (cm), panjang tangkai (cm), dan
METODOLOGI PENELITIAN bobot tubuh buah (gr).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kumpul
Rejo Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
OKU Timur pada Minggu, 21 Juni – Sabtu, 11 Juli A. Hasil Penelitian
2015. Data hasil pengamatan yang dilakukan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terhadap waktu muncul tunas, waktu panen, bobot
meliputi timbangan/neraca analitik, sprayer, gelas tubuh buah, lebar tudung, dan panjang tangkai pada
ukur, rak jamur tiram putih, penggaris, kamera, konsentrasi 0 ppm, 0.1 ppm, 0.3 ppm, dan 0.5 ppm
kertas label, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Rata-rata Waktu Muncul Tunas (Hari)
Ulangan ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 Rata-rata
B0 17 13 17 17 13 18 15,83
B1 16 17 17 18 17 16 16,83
B2 13 18 17 17 14 17 16
B3 16 7 16 15 13 17 14
4 3,69
3 2,23 2
y = 0,563x + 0,76
Hari
2 0,75 R² = 0,363
1
0
0 1 2 3 4 5
Perlakuan
Grafik 1. Standar Deviasi Waktu Muncul Tunas Jamur Tiram Putih (Hari)
Ket:
Y = Persamaan Regresi
R2= Persamaan R-Adjusted
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 160
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Rata-rata Waktu Panen (Hari)
Ulangan ke-
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6
B0 19 15 19 19 15 20 17,83
B1 18 19 19 20 19 18 18,83
B2 15 20 19 19 16 19 18
B3 18 9 18 17 15 19 16
4 3,69
3 2,23 y = 0,563x
2 + 0,76
Hari
R² = 0,363
2
0,75
1
0
0 1 2 3 4 5
Perlakuan
Grafik 2. Standar Deviasi Waktu Panen Jamur Tiram Putih (hari)
Ket:
Y = Persamaan Regresi
R2= Persamaan R-Adjusted
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Bobot Jamur Tiram Putih (Gram)
Ulangan ke-
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6
B0 143 138 122 118 119 135 129,17
B1 124 149 149 150 112 165 141,50
B2 132 103 154 162 114 147 135,33
B3 136 120 152 126 123 151 134,67
25 23,27
19,56
20 y = 1,364x + 13,52
R² = 0,100 14,11
Gram
15 10,8
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Perlakuan
Grafik 3. Standar Deviasi Bobot Jamur Tiram Putih (Gram)
Ket:
Y = Persamaan Regresi
R2= Persamaan R-Adjusted
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Lebar Tudung Jamur Tiram Putih (Cm)
Ulangan ke-
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6
B0 4,9 5,9 5,5 5,1 3,9 4,8 5,02
B1 5,3 5,5 5,5 5,4 6,5 4,9 5,52
B2 5,5 5,3 8,0 5,1 4,7 5,2 5,63
B3 4,8 4,3 4,3 4,9 6,1 6,7 5,18
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 161
1,5 1,19
0,99
y = 0,159x + 0,45
1 0,68 R² = 0,474
Cm
0,53
0,5
0
0 1 2 3 4 5
Perlakuan
Grafik 4. Standar Deviasi Lebar Tudung Jamur Tiram Putih (Cm)
Ket:
Y = Persamaan Regresi
R2= Persamaan R-Adjusted
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rata-rata Panjang Tangkai (cm)
Ulangan ke-
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6
B0 4,5 4,2 4,0 3,9 4,1 4,9 4,27
B1 4,8 4,3 5,5 4,3 5,9 3,8 4,77
B2 4,8 4,9 4,7 5,8 5,2 5,0 5,07
B3 3,8 4,1 5,0 4,3 4,3 5,4 4,48
1 0,8
0,8 0,6
0,6 y = 0,029x + 0,47
0,4= 0,035
Cm
0,37 R²
0,4
0,2
0
0 1 2 3 4 5
Perlakuan
Grafik 5. Standar Deviasi Panjang Tangkai Jamur Tiram Putih (Cm)
Ket:
Y = Persamaan Regresi
R2= Persamaan R-Adjusted
B. Pembahasan digunakan sehingga jumlah dari nutrisi pada baglog
[1] Pemberian Thiamine terhadap Waktu tersebut juga berbeda. Hal ini menyebabkan
Muncul Tunas Jamur Tiram Putih ketimpangan waktu kemunculan tunas menjadi
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh tidak serentak atau jarak kemunculan tunas menjadi
dapat diketahui bahwa pemberian thiamine sangat jauh. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam,
memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap pemberian thiamine tidak memiliki pengaruh yang
parameter pengamatan. Pada waktu muncul tunas nyata terhadap kecepatan waktu muncul tunas
ini terdapat kemunculan tunas yang sangat jamur tiram putih.
signifikan yaitu pada perlakuan B3 pada ulangan ke Suhu optimum untuk pembentukan tubuh
2 muncul tunas terjadi pada hari ke 7. buah biasanya adalah suhu yang rendah. Kelebihan
Hal ini merupakan suatu tanda tanya besar CO2 dan gas metabolit lainnya dapat menghambat
yang menjadi pokok permasalahan perbedaan waktu morfogenesis tubuh buah (munculnya primordium)
kemunculan tunasnya. Sedangkan pada ulangan ke dan harus dibuang dengan mengalirkannya melalui
3 hingga ke 6 kemunculan tunas hampir serentak ventilasi. Cahaya dapat berperan sebagai pemacu
yaitu hari ke 16, 15, 13, dan 17. Hal ini diduga untuk pembentukan tubuh buah pada beberapa
karena pengaruh dari media baglog yang digunakan jamur. Selain itu, unsur hara juga berperan dalam
yaitu kurang homogennya bahan-bahan yang pembentukan tubuh buah. Hal penting lainnya
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 162
adalah kelembaban tinggi merupakan kondisi [4] Pemberian Thiamine terhadap Lebar
primer evolusi primordia dan pertumbuhan jamur Tudung Jamur Tiram Putih
(Gunawan, 1992 “dalam” Kursus Singkat Biologi Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
Cendawan, 1994). penggaris dalam satuan cm. Pengukuran diameter
[2] Pemberian Thiamine terhadap Waktu jamur dilakukan secara horizontal dari sisi kanan
Panen Jamur Tiram Putih hingga kiri pada bagian tengah tudung. Rata-rata
Pada hasil pengamatan, waktu panen lebar tudung paling tinggi terdapat pada perlakuan
perlakuan kontrol (B0) berkisar rata-rata 17.83 hari, B2 (0,3 ppm) dengan rata-rata 5,63 cm. Sedangkan
pada perlakuan thiamine 0,1 ppm (B1) memiliki pada perlakuan B0 (kontrol) memiliki rata-rata 5,02
rata-rata 18,83 hari. Sedangkan 18,00 dan 16,00 dan merupakan rata-rata paling rendah.
hari untuk perlakuan thiamine 0,3 ppm (B2) dan Hasil ANOVA menunjukkan pemberian
thiamine 0,5 ppm (B3). Dapat dilihat pada grafik 2 thiamine tidak memiliki pengaruh yang nyata
bahwa waktu panen yang paling optimal terdapat terhadap lebar tudung jamur tiram putih. Dalam
pada perlakuan B3 yaitu perlakuan thiamine dengan jurnalnya, Islami, Purnomo, dan Sukesi (2013),
konsentrasi 0,5 ppm, yaitu dengan rata-rata waktu mengatakan bahwa faktor yang dapat
panen adalah 16 hari. Berbeda halnya dengan mempengaruhi pembentukan diameter pada tudung
perlakuan B1 yaitu perlakuan thiamine dengan jamur ini adalah udara. Jamur yang kekurangan
konsentrasi 0,5 ppm memiliki rata-rata waktu panen oksigen dapat menghambat sistem metabolisme
paling lama, yaitu 18,83 hari. pada jamur. Ukuran diameter tudung yang cukup
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam oksigen menghasilkan ukuran diameter yang lebih
pemberian thiamine tidak memiliki pengaruh yang besar.
nyata terhadap kecepatan waktu panen jamur tiram [5] Pemberian Thiamine terhadap Panjang
putih. Hal ini merupakan pengaruh dari faktor yang Tangkai Jamur Tiram Putih
merupakan faktor-faktor pembatas, yaitu faktor Pengukuran panjang tangkai menggunakan
lingkungan, seperti: suhu, kelembaban, maupun penggaris dalam satuan cm. Pengukuran panjang
kadar CO2 di udara. tangkai pada jamur diukur secara vertikal mulai dari
[3] Pemberian Thiamine terhadap Bobot ujung diameter jamur hingga pangkal jamur. Hasil
Jamur Tiram Putih penelitian panjang tangkai juga menunjukkan
Dapat dilihat pada grafik 3 bahwa bobot bahwa perlakuan pemberian thiamine terhadap
jamur tiram putih yang paling tinggi terdapat pada panjang tangkai jamur tiram putih tidak
perlakuan B1 yaitu perlakuan thiamine dengan memberikan pengaruh.
konsentrasi 0,1 ppm, yaitu dengan rata-rata bobot Terdapatnya jendela yang berfungsi sebagai
141,50 gram. Sedangkan rata-rata bobot jamur ventilasi serta ruangan yang luas, memungkinkan
tiram putih paling rendah adalah pada perlakuan B0 gas hasil metabolit serta komponen gas lain yang
yaitu perlakuan kontrol yang memiliki rata-rata diperlukan untuk metabolisme memiliki sirkulasi
bobot 129,17 gram. Berdasarkan hasil analisis sidik yang lancar, sehingga perlakuan ini memungkinkan
ragam pemberian thiamine tidak memiliki pengaruh untuk meminimalisir pertumbuhan jamur tiram
yang nyata terhadap bobot jamur tiram putih. putih yang tidak normal akibat dipicunya
Sesuai dengan pernyataan Islami, Purnomo, keberadaan gas atau unsur yang berlebihan.
dan Sukesi (2013), dalam jurnalnya bahwa nutrisi Pertumbuhan jamur juga terdapat dua
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur komponen penting yang sangat berpengaruh, yaitu
merupakan komponen utama dari dinding sel yaitu oksigen dan karbondioksida. Adanya pengaruh
selulosa, hemiselulosa, lignin, protein, dan juga karbondioksida yang terlalu berlebihan pada
thiamine. Senyawa yang telah terdekomposisi ini pertumbuhan menyebabkan tangkai menjadi sangat
akan menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan oleh panjang dan pembentukan pada tudung menjadi
jamur. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tidak normal. Maka dari itu pada saat telah
tersebut berperan aktif untuk mensuplai bahan yang memasuki masa pertumbuhan jamur harus
dibutuhkan, dimana thiamine yang merupakan diperhatikan kondisi lingkungan dan disesuaikan
coenzim, dan enzim-enzim yang disekresikan oleh dengan tempat tumbuh jamur yaitu dengan kondisi
jamur dapat melakukan metabolisme pada kelembaban yang tinggi dan sedikit cahaya (Islami;
komponen dinding sel, sehingga akan menghasilkan Purnomo; dan Sukesi, 2013).
massa jamur yang lebih besar. Gunawan (1992) “dalam” Kursus Singkat
Biologi Cendawan (1994) menambahkan bahwa
nilai CO2 atmosfer yang tinggi menyebabkan
perpanjangan kaki dan mereduksi pelebaran
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 163
payung. Kadangkala suhu dibawah suhu optimal [5] Amrullah, I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun
menyebabkan perlambatan pertumbuhan tubuh Sirih (Piper betle L.) Sebagai Antimikroba
buah. Suhu diatasnya menyebabkan transpirasi Terhadap Bakteri Xanthomonas oryzae pv.
yang hebat dan hadirnya pesaing yang
oryzae dan Jamur Fusarium oxysporum.
menyebabkan pertumbuhan tubuh buah menjadi
tidak normal. Malang: Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Negeri Malang
KESIMPULAN (UNM). Skripsi.
1. Penggunaan thiamine berpengaruh tetapi tidak [6] Anggraeni, M. 2008. Kajian Penggunaan Poly
nyata terhadap pertumbuhan jamur tiram putih Alumunium Chloride (PAC) Dalam Proses
baik pada waktu muncul tunas, waktu panen, Pemurnian Nira Aren dan Lama Pemurnian
bobot, lebar tudung, dan panjang tangkai.
Terhadap Karateristik Nira Aren (Arenga
2. Terhadap muncul tunas dan waktu panen,
diperoleh nilai F hitung yang sama yaitu F hitung = pinnata Merr). Fakultas Teknologi Industri
1,48 dan nilai F tabel = 3,10 (F hitung < F Pertanian, Universitas Padjadjaran,
tabel).Berdasarkan rata-rata, thiamine 0,3 ppm Jatinangor. Skripsi.
merupakan konsentrasi terbaik untuk waktu [7] Apotik Pintar. 2012. Vitamin B1 IPI, Dalam
muncul tunas dan waktu panen. Pada bobot, http://www.apotikpintar.com/15/824-vitamin-
nilai Fhitung adalah 0,49 dan nilai F tabel = 3,10 b1-ipi.html. Diakses 13 Januari 2015.
(F hitung < F tabel). Berdasarkan rata-rata,
[8] Bachtiar, R. 2010. Struktur Kimia Thiamine,
thiamine 0,1 ppm merupakan konsentrasi
terbaik untuk bobot. Pada lebar tudung, nilai F Dalam.
hitung = 0,63 dan nilai F tabel = 3,10 (F hitung < F http://ricobachtiar.wordpress.com/tag/struktur
tabel). Pada panjang tangkai, F hitung = 2,24 dan -kimia-thiamin/. Diakses 29 Desember 2014.
nilai F tabel = 3,10 (F hitung < F tabel). Berdasarkan [9] Buckman, H.D dan N.C Brady. 1982. Ilmu
rata-rata, thiamine 0,3 ppm merupakan Tanah. Terjemahan Soegiman. Jakarta:
perlakuan terbaik untuk lebar tudung dan
Bharatara Karya Aksara
panjang tangkai.
[10] Cahyana YA dan Muchrodji. 1999. Jamur
DAFTAR PUSTAKA Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
[1] Al-Qur‟an dan Terjemahannya. 2009. [11] Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang:
Departemen Agama RI: Pustaka Al Fatih. Andalas University Press.
[2] Adchiyati, W. 2014. Efektivitas Air Kelapa [12] Daryanti. 2014. Pengaruh Pemberian Dosis
dan Air Leri terhadap Pertumbuhan Tanaman Tepung Cangkang Telur Ayam terhadap
Seledri (Apiumgraviolens L.)” pada Media Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih
Tanam Hidroponik pada Pokok Bahasan (Pleurotus ostreatus) dan sumbangsihnya
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X
di SMP/MTs. Palembang: Jurusan Tadris SMA/MA. Palembang: Jurusan Tadris
Biologi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Biologi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. UIN Raden Fatah Palembang. Keguruan. UIN Raden Fatah Palembang.
Skripsi. Skripsi.
[3] Alexopolous. 1962. Introductory Mycology. [13] Djarijah N, M dan Djarijah A, S. 2001.
John Willey & Sons,Inc: New York Budidaya Jamur Tiram,
[4] Amalia,R. Nurhidayati,T.Nurfadilah, S. 2013. Pembibitan,Pemeliharaan, dan Pengendalian
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Vitamin Hama Penyakit. Yokyakarta: Kanisius.
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan [14] Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi.
Biji Dendrobium laxiflorum J.J Smith secara Malang: Penerbit Alumni.
In Vitro. Jurusan Biologi, Fakultas [15] Gunawan, A.W. 1992. Budidaya Jamur.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bogor: PAU Ilmu Hayat IPB
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). [16] Halimatusa‟diah. 2014. Pengaruh Pemberian
Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 1 No. 1 Limbah Air Beras dan Air beserta Ampasnya
(2013) 1-6 terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 164
(Solanum Lycopersicum)” dan Tanaman [25] Purnami, N.L.G.W. Yuswanti, H dan
Terong (Solanum Melongena) dan Astiningsih, AA. M. 2014. Pengaruh Jenis
Sumbangsihnya pada Mata Pelajaran Biologi dan Frekuensi Penyemprotan Leri Terhadap
SMA. Palembang: Jurusan Tadris Biologi. Pertumbuhan Bibit Anggrek Phalaeonopsis
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. UIN sp. Pasca Aklimatisasi.Program Studi
Raden Fatah Palembang. Skripsi. Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
[17] Hanafiah, K.A.2012. Rancangan Universitas Udayana . E-Jurnal
PercobaanTeori dan Aplikasi Edisi Ketiga. Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Vol. 3, No. 1, Januari 2014
[18] Islami. A, Purnomo A.S, dan Sukesi. 2013. [26] Putri, K.A. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil
Pengaruh Komposisi Ampas Tebu dan Kayu Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus) pada
Sengon Sebagai Media Pertumbuhan Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji,
Terhadap Nutrisi Jamur Tiram. Jurnal Seni Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.
dan Sains Pomits Vol.2, No1 (2013) 2337- Surakarta: Jurusan Pendidikan Biologi,
3520. Surabaya:ITS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
[19] Hudha, A.M. 2011. Pendampingan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Skripsi.
Laboratorium untuk Menunjang Pelaksanaan [27] Rusdi, A. 2013.Perangkat Pembelajaran.
Bagi Guru IPA Biologi SMP Muhammadiyah Website: http://anrusmath. wordpress.com.
1 Malang.Jurnal Dedikasi Volume. 8 Diakses: Senin, 28 September 2013, 06:50
[20] Kalsum, U. Fatimah, S dan Wasonowati, C. WIB.
2011. Efektivitas Pemberian Air Leri [28] Shihab, Q. M. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan,
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta:
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurusan Lentera Hati.
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas [29] Sianipar, O P. 2004. Pengaruh Frekuensi
Trunojoyo Madura. Jurnal agrovivor vol. 4 Pemberian Vitamin B1 dan Konsentrasi
no. 2.ISSN 1979 5777. Pupuk KNO3 terhadap Pertumbuhan
[21] Kursus Singkat Biologi Cendawan. 1994. Vegetative Bibit Anggrek Dendrobium
Biologi Cendawan. Bogor: IPB (Sakura White). Denpasar: Program Studi
[22] Mokosolang, CA. Prang JD. dan Mananohas Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian.
ML. 2015. Analisis Heteroskedastisitas Pada Fakultas Pertanian. Universitas Udayana.
Data Cross Section dengan White Skripsi.
Heteroscedasticity Test dan Weighted Least [30] Soenanto H. 1999. Jamur Tiram Budidaya
Squares. JdC, Vol. 4, No. 2, September 2015. dan Peluang Usaha.Semarang: Aneka Ilmu.
[23] Mufarrihah, L. 2009. Pengaruh Penambahan [31] Steviani, S. 2011. Pengaruh Penambahan
Bekatul dan Ampas Tahu pada Media Molase Dalam Berbagai Media Pada Jamur
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Surakarta:
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Malang: Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi.
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. [32] Sudjana, N. 1987.Dasar-dasar Proses Belajar
Skripsi. Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
[24] Muid, A. 2009. Kecepatan Pertumbuhan dan [33] Suhardiman P. 1995.Jamur Kayu. Jakarta:
Hasil Produksi Jamur Tiram Putih Penebar Swadaya.
Menggunakan Generasi Bibit Induk F2, F3, [34] Suhardjo dan Kusharto, C.M. 1992.Prinsip-
F4, dan F5. Semarang: Jurusan Pendidikan prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius
Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan [35] Suharnowo. Lukas S. B. dan Isnawati. 2012.
Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Pertumbuhan Miselium dan Produksi Tubuh
Semarang. Skripsi. Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jurnal Biota Vol. 2 No. 2 Edisi Agustus 2016| 165
dengan Memanfaatkan Kulit Ari Biji Kedelai MiseliumJamur Tiram Merah (Pleurotus
sebagai Campuran pada Media Tanam. flabellatus). Malang: Jurusan BiologiFakultas
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Sains Dan Teknologi. (UIN)Maulana Malik
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Ibrahim. Skripsi.
Surabaya. Lentera Bio. Vol 1 No. 3 September [40] Sustiyani E. 2003. Pengaruh Perlakuan
2012: 125 - 130 Mekanis dan Posisi Media Tanam Terhadap
[36] Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Kecepatan Pertumbuhan Produksi Jamur
Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Dan Tiram Kelabu (Pleurotus
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. pulmonaris).Semarang: Universitas Negeri
Jakarta: EGC Semarang. Skripsi.
[37] Suriawiria HU. 2006. Jamur Konsumsi dan [41] Sutrisno, T. 1989. Pemupukan dan
Berkhasiat Obat. Jakarta: Papas Sinas Sinanti. Pengelolaan. Bandung: Armico.
[38] Surif, D.A. 2014. Perkembangan Jamur [42] Widyati. 2005. Pengaruh Dosis Pemupukan
Merang (Volvariella sp) yang Tumbuh Alami Kompos Ampas Teh Terhadap Produksi
pada Limbah Tandan Kelapa Sawit (Elaeis Jerami Jagung Manis (Zea mays sacharata).
guinensis) dan Sumbangsihnya pada Semarang: Universitas Diponegoro. Jurnal
Pembelajaran Biologi Kelas X SMA/MA. Indon. Tropic.Anim. Agric. 30 (1).
Palembang: Jurusan Tadris Biologi. Fakultas [43] Yeh-Hsuen dan Yu. 1995. Cara Budidaya
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. UIN Raden Jamur Shitake Dengan Polybag Berisi Serbuk
Fatah Palembang. Skripsi. Gergaji. Yogyakarta: Kerjasama Agricultural
[39] Susiana. 2010. Pengaruh Penambahan Gula Technicial Mission, ROC dengan Dinas
(Sukrosa)Terhadap Pertumbuhan Pertanian Tanaman Pangan DIY.