0% found this document useful (0 votes)
48 views12 pages

Jurnal Icon 6

This document summarizes a study on the relationship between vaginal hygiene and incidence of vaginal discharge among female high school students in Ponorogo, Indonesia. The study surveyed 33 students and found that over half practiced poor vaginal hygiene, while over half also experienced pathological vaginal discharge. Statistical analysis revealed a significant relationship between vaginal hygiene and incidence of discharge. Maintaining good vaginal hygiene, such as front-to-back wiping and regular underwear changes, can help prevent discharge and infections.

Uploaded by

erni cahaya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
48 views12 pages

Jurnal Icon 6

This document summarizes a study on the relationship between vaginal hygiene and incidence of vaginal discharge among female high school students in Ponorogo, Indonesia. The study surveyed 33 students and found that over half practiced poor vaginal hygiene, while over half also experienced pathological vaginal discharge. Statistical analysis revealed a significant relationship between vaginal hygiene and incidence of discharge. Maintaining good vaginal hygiene, such as front-to-back wiping and regular underwear changes, can help prevent discharge and infections.

Uploaded by

erni cahaya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

Hubungan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi (Vagina) dengan Kejadian

Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII IPA SMAN 1 SOOKO Ponorogo.

(Correlation between caring healthy reproductive organ (vaginal) with the incidence of
vaginal discgarge in SMAN 1 Sooko Ponorogo)

Eliya Rohmah
Dwi Nurjayanti
Indah Ana Tri Lestari

ABSTRACT

Caring reproductive health begins by keeping hygiene such as vaginal hygiene to


avoid the occurrence of vaginal discharge. Preliminary study obtained data from XI
and XII grade science students in SMAN 1 Sooko Ponorogo. This study took 33 students
as sample. From 17 students who were interviewed, we found that 9 out of 17 students
often have vagina discharge with a yellowish color, stink, and itching. This condition
shows the high incidence of vaginal discharge in SMAN 1 Sooko Ponorogo. This study
aimed to determine the relationship between health reproductive organs (vaginal) and
the incidence of vaginal discharge.
The method in this study used analytic correlation and cross-sectional survey
design. The population of this study was students of XI and XII grade Science students
in SMAN 1 Sooko Ponorogo. This study took as 33 students as a saturated sampling
technique. Methods of collecting data used questioner and analyzed by SPSS 11.5 for
Windows and used Spearman’s Rank test statistic.
Based on the findings of the 33 respondents surveyed earned most of 17
respondents (51.52%) less in caring the health of the reproductive organs (vaginal),
whereas the incidence of vaginal discharge is obtained for most of the 19 respondents
(57.58%) had a pathological vaginal discharge.
Based on statistical tests obtained ρ = 0,000 where ρ <a (0,05) then Ho was
rejected, so it could be concluded that there was a relationship between the health of
reproductive organs (vaginal) and the incidence of vaginal discharge.
Based on the results of study, it can be concluded that caring healthy reproductive
organs (vaginal) is very important to avoid the occurrence of pathological discharge by
wiping from front to back, replacing trousers in 2 to 3 times a day, and washing your
hands before touching the vagina.

Keywords: reproductive organs, vaginal, vaginal discharge

PENDAHULUAN manusia, dan sering disebut masa


pubertas. Masa remaja merupakan
Masa remaja merupakan masa periode peralihan dari masa anak ke
transisi yang ditandai oleh adanya masa dewasa (Widyastuti dkk, 2009:
perubahan fisik, emosi dan psikis. 11).
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 Batas usia remaja menurut
tahun, suatu periode masa WHO 12 sampai 24 tahun. Menurut
pematangan organ reproduksi Depkes RI antara 10 sampai 19 tahun

27
dan belum menikah. Menurut sedap, menyengat, dan anyir yang
BKKBN 10 sampai 19 tahun. Pada disebabkan oleh jamur, bakteri,
masa remaja tersebut terjadilah suatu maupun kuman lainnya (Wulandari,
perubahan organ – organ fisik 2011:130).
(organobiologik) secara cepat, dan Kondisi vagina saat
perubahan tersebut tidak seimbang mengeluarkan cairan atau lendir
dengan perubahan kejiwaan (mental menyerupai nanah disebut Keputihan
emosional). Terjadinya perubahan (leukorea). Keputihan dibedakan
besar ini umumnya membingungkan menjadi 2 yaitu keputihan normal
remaja yang mengalaminya dan abnormal. Keputihan normal
(Widyastuti dkk, 2009: 11). biasanya terjadi menjelang dan
Bagi para ahli di bidang sesudah menstruasi, mendapatkan
kesehatan, dalam hal inilah ransangan seksual, ataupun
memandang perlu adanya pengertian, mengalami kelelahan. Sedangkan
bimbingan dan dukungan dari keputihan abnormal ditandai dengan
lingkungan di sekitarnya, agar dalam keluarnya lendir dalam jumlah
sistem perubahan tersebut terjadi banyak, berwarna putih ataupun
pertumbuhan dan perkembangan kekuningan dan memiliki bau yang
yang sehat sedemikian rupa sehingga sangat menyengat, kadang disertai
suatu saat remaja tersebut menjadi gatal dan nyeri (Bahari, 2012: 9-10).
manusia dewasa yang sehat secara Sehingga menjaga kesehatan
jasmani, rohani dan sosial. Dalam organ reproduksi berawal dari
mengatasi masalah kesehatan menjaga kebersihan diri, termasuk
reproduksi remaja, agar dapat kebersihan vagina yang bertujuan
tertangani secara tuntas khususnya agar vagina tetap bersih, normal,
menjaga kesehatan organ reproduksi sehat dan terhindar dari
pada perempuan (Widyastuti dkk, kemungkinan adanya penyakit,
2009: 11). termasuk keputihan. Adapun cara
Indonesia adalah negara tropis yang dapat dilakukan untuk
yang selalu panas sepanjang waktu. perawatan pribadi terhadap vagina
Akibatnya, tinggal di indonesia adalah: bersihkan vagina dengan cara
secara otomatis membuat tubuh membasuh bagian antara bibir vagina
sering berkeringat. Kondisi inilah (vulva) secara hati-hati dan perlahan,
yang menambah kadar kelembapan cara membasuh vagina dari arah
tubuh, terutama di organ reproduksi depan(vagina) ke belakang(anus),
yang tertutup dan berlipat. Kondisi hindari penggunaan pengharum dan
ini menyebabkan bakteri mudah sabun antiseptic secara terus
berkembang biak dan secara umum menerus, karena dapat merusak
menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan normal dalam vagina,
pada vagina, baik berupa bau tidak gantilah celana dalam 2-3 kali sehari
sedap maupun infeksi (Wulandari, dan gunakan celana dalam yang
2011: 129). bersih serta berbahan katun, cuci
Bau vagina sangat normal dan tangan sebelum menyentuh vagina,
khas dalam keadaan normal. Namun jangan pernah menggunakan handuk
jika terjadi ketidak seimbangan maka milik orang lain untuk mengeringkan
bau akan berubah. Misalnya terjadi vagina, cukurlah rambut vagina
keputihan akibat infeksi akan setidaknya 7 hari sekali dan
menyebabkan vagina berbau tidak maksimal 40 hari sekali untuk

28
mengurangi kelembapan di dalam Penelitian itu juga melaporkan,
vagina, pada saat haid gunakan bahwa dari 18 ibu hamil dan 25 ibu
pembalut yang nyaman, dan tidak hamil tidak berKB yang
berbahan lembut, apabila mengalami flour albus, sebagian
menggunakan closet umum siramlah besar terinfeksi kandidiasis yaitu
terlebih dahulu tempat dudukan dan 66,7% dan 48%. Sementara pada 77
keringkan menggunakan tissue toilet akseptor KB AKDR dan 30 akseptor
(Wulandari, 2011: 132-137). KB hormonal yang mengalami flour
Berdasarkan data internasional, albus, sebagian besar terinfeksi
sebanyak 75% perempuan di seluruh kandidiasis yakni 54,6% dan 53,3%.
dunia minimal pernah mengalami Melihat hasil survai tersebut, tak
keputihan satu kali dalam hidupnya mengherankan kasus kandidiasis
(Junita, 2006). Menurut dr Dwiana sering di temukan di poliklinik
Octiyanti (2006), 75% wanita kesehatan ibu dan anak atau
Indonesia pasti mengalami keputihan poliklinik kebidanan (Depkes RI,
minimal 1 kali dalam hidupnya. 2005).
Menurut Soedarmadi tahun 1998 Di Indonesia angka kejadian
dalam Sarwono (2006) bahwa jenis keputihan berbeda tajam dengan
penyakit kelamin di kalangan remaja negara lain dalam arti angka kejadian
sebagaimana di laporkan di RSUP keputihan di Indonesia masih tinggi.
Dr. Sarjito Yogyakarta adalah Keputihan dapat dicontohkan disini
kencing nanah (71%), disusul oleh untuk tindakan yang berkaitan
keputihan (15,8%), dengan peningkatan kualitas manusia
kondilomaakuminata (6,2%), tukak pada berbagai periode kehidupan
ginjal (3,9%)dan sifilis (2,2 %) wanita. Dari gambaran tersebut
(Sarwono, 2002). Selain itu dr. dikemukakan bahwa terdapat
Boyke mengatakan bahwa sepertiga masalah yang mempengaruhi wanita
dari pasiennya menderita keputihan, terutama dengan keputihan, bila
jadi sekitar 35% dari keseluruhan penyakit keputihan ini tidak diobati
pasien dokter kandungan secara tuntas, maka infeksi dapat
(Candraningrum, 2003) (Nuryana, merembet ke rongga rahim kemudian
2012: 1-2). ke saluran telur dan sampai indung
Sepanjang hidupnya, seorang telur dan akhirnya ke dalam rongga
wanita di perkirakan pernah panggul. Keputihan ini memerlukan
mengalami keputihan (flour albus) pengobatan secara dini untuk
minimal sekali. Serangan flour albus mencapai kesembuhan. Dengan
ini umumnya di alami pada wanita tercapainya kesejahteraan diharapkan
usia reproduktif. Pusat penelitian tercapai kesehatan yang prima dan
penyakit menular menemukan, dapat mengurangi penyakit
etiologi terbanyak dari 168 pasien keputihan yang ada di masyarakat
flour albus yang datang ke khususnya pada remaja. Menurut
Puskesmas Cempaka Putih Barat I, penelitian di Indonesia, yang pernah
jakarta tahun 1988/1989 adalah mengalami keputihan sebanyak 75%
kandidiasis sebesar 52,8%. Sisanya mengalami keputihan minimal satu
adalah trikomoniasis 3,7%, infeksi kali dalam hidupnya. Angka ini
campuran trikomoniasis dan berbeda tajam dengan negara lain
kandidiasis 4,3%, gonorrhoe 1,2%, yang hanya 25% saja dan penelitian
dan bakterial vaginosis 38%. di Jawa Timur menunjukkan 75%

29
remaja menderita keputihan paling meneliti mengenai “ Hubungan
sekali seumur hidup, 45% bisa Antara Menjaga Kesehatan Organ
mengalami keputihan sebanyak dua Reproduksi (Vagina) Dengan
kali atau lebih (Ubaiybingokil, Kejadian Keputihan pada Siswi
2012). Kelas XI dan XII IPA di SMAN 1
Sebagian siswi di SMAN 1 Sooko Ponorogo”.
Sooko Ponorogo sejumlah 5 siswi
mengeluh sering keputihan, TINJAUAN PUSTAKA
informasi dari wali kelas XI maupun
XII IPA menjelaskan bahwa Konsep Dasar Menjaga Kesehatan
siswinya sering izin ke kamar mandi Organ Reproduksi (Vagina)
untuk ganti panty liner karena Definisi
mengalami keputihan saat pelajaran Kesehatan organ reproduksi
berlangsung. Setelah di lakukan studi adalah keadaan sejahtera fisik, mental
pendahuluan diperoleh data sisiwi dan sosial secara utuh, tidak semata-
kelas XI dan XII IPA SMAN 1 mata bebas dari penyakit atau kecacatan
Sooko Ponorogo sejumlah 33 siswi, dalam semua hal yang berkaitan dengan
dari 17 siswi yang diwawancara sistem reproduksi, serta fungsi dan
didapatkan bahwa 9 dari 17 siswi prosesnya (Widyastutik, 2009: 1).
tersebut sering mengalami keputihan Sedangkan Indonesia adalah
dengan warna kekuningan, bau dan negara tropis yang selalu panas
gatal. Dari 9 yang mengalami sepanjang waktu. Akibatnya, tinggal di
keputihan, 6 siswi mengatakan cara indonesia secara otomatis membuat
ceboknya tidak dari depan ke tubuh sering berkeringat. Kondisi inilah
belakang, 1 menggunakan antiseptik, yang menambah kadar kelembapan
dan 2 siswi lagi sering menggunakan tubuh, terutama di organ reproduksi
celana yang ketat. Dampak dari yang tertutup dan berlipat. Kondisi ini
kejadian keputihan yang di alami menyebabkan bakteri mudah
siswi dapat mengakibatkan rasa gatal berkembang biak dan secara umum
pada organ reproduksi eksterna, bau menyebabkan terjadinya gangguan pada
tidak sedap, rasa tidak nyaman, dan vagina, baik berupa bau tidak sedap
dampak pada penerimaan pelajaran. maupun infeksi (Wulandari, 2011: 129).
Wawancara di lakukan pada tanggal Dalam keadaan normal bau
8 Oktober 2012 di SMAN 1 Sooko vagina sangat normal dan khas. Namun
yang jurusan IPA karena peneliti jika terjadi ketidak seimbangan maka
beranggapan bahwa siswi yang bau akan berubah. Misalnya terjadi
mengambil jurusan IPA lebih paham keputihan akibat infeksi akan
tentang organ reproduksi dan menyebabkan vagina berbau tidak sedap,
masalah keputihan. menyengat, dan anyir yang disebabkan
Sehingga solusi yang dapat oleh jamur, bakteri, maupun kuman
diberikan untuk mencegah terjadinya lainnya (Wulandari, 2011: 130)
keputihan yaitu memberikan
penyuluhan tentang menjaga Menjaga Kesehatan Organ
kesehatan organ reproduksi (vagina) Reproduksi
pada remaja putri SMAN 1 Sooko.
Berdasarkan kasus keputihan Sebenarnya menjaga kesehatan
yang terjadi di SMAN 1 Sooko, organ reproduksi berawal dari menjaga
peniliti tertarik untuk lebih lanjut kebersihan, termasuk kebersihan vagina.

30
Berikut adalah perawatan pribadi 6) Cuci tangan sebelum menyentuh
terhadap vagina yang harus dilakukan vagina. Tangan yang berada di luar
setiap perempuan agar vagina tetap secara bebas menjadi tempat yang
bersih, normal, sehat, dan terhindar dari baik untuk menempelnya berbagai
kemungkinan adanya penyakit kotoran dan bakteri. Jangan sampai
(Wulandari, 2011: 123-137): kotoran dan bakteri itu ikut menempel
1) bersihkan vagina dengan cara di vagina, kemudian berkembang biak
membasuh bagian antara bibir vagina yang memicu penyakit.
(vulva) secara hati-hati dan perlahan. 7) Jangan pernah menggunakan handuk
2) Cara membasuh vagina yang benar milik orang lain untuk mengeringkan
adalah dari arah depan (vagina) vagina. Bawalah tissue tersendiri saat
menuju belakang (anus). Bukan berpergian.
sebaliknya karena bakteri yang ada di 8) Cukurlah rambut vagina setidaknya 7
sekitar anus akan ikut terbawa masuk hari sekali dan maksimal 40 hari
ke vagina. Keringkan dengan handuk sekali untuk mengurangi kelembapan
lembut atau tissue tanpa parfum. Baru di dalam vagina. Apabila tidak
kenakan celana kembali. senang dengan kondisi vagina tanpa
3) Penggunaan parfum, sabun antiseptic rambut, kurangilah kelembapannya
yang keras, maupun penyemprotan agar bakteri tidak mudah berkembang
cairan bersih vagina secara terus - biak di sana.
menerus bukan langkah bijaksana. 9) Pada saat haid, gunakan pembalut
Zat-zat yang ada di dalam bahan- yang nyaman, berbahan lembut,
bahan tersebut dapat merusak menyerap seluruh darah yang keluar,
keseimbangan normal di dalam melekat kuat pada celana dalam, tidak
vagina. bocor (anti tembus), dan tidak
4) Gantilah celana dalam 2-3 kali sehari, menimbulkan iritasi atau alergi. Pada
terutama bagi mereka yang aktif dan saat perdarahan banyak, gantilah
sangat mudah berkeringat. Sebagai pembalut setidaknya 4-5 kali dalam
langkah pencegahan agar tidak sehari untuk menghindari
lembab, gunakan penty liners atau perkembangbiakan bakteri pada
pembalut supertipis untuk melapisi pembalut tersebut.
vagina dari kelembapan yang 10) Apabila terpaksa menggunakan
berlebih. kloset umum dikeramaian misalnya
5) Gunakan celana dalam yang bersih mall atau bandara, jika tersedia kloset
dan berbahan katun 100 persen bila jongkok. Namun karena sekarang ini
ingin menggunakannya dalam waktu sebagian besar menggunakan kloset
yang lama. Celana dalam berbahan duduk dengan air dan pembersih yang
nilon dan polyester (yang karena ada di situ, kemudian keringkan
berbagai pertimbangan estetika dan dengan tissue toilet. Setelah itu
eksplorasi keseksian lebih banyak barulah menggunakan closet tersebut.
digunakan) akan menambah panas Sebisa mungkin gunakan tissue
dan lembab vagina sehingga bakteri pribadi untuk mengeringkan vagina.
mudah berkembang biak. Jika ingin Kita tidak pernah tahu siapa saja yang
menggunakan celana dalam berbahan bijaksana adalah kita menjaga
nylon atau polyster, gunakan di kebersihan diri untuk menghindari
waktu-waktu tertentu saat ingin kemungkinan buruk seperti
tempil seksi, misalnya waktu akan tertularnya penyakit.
bercinta dengan pasangan.

31
Konsep Dasar Keputihan Keputihan Abnormal ditinjau dari
Definisi warna cairannya
Berikut adalah ciri-ciri keputihan
Keputihan atau flour albus adalah abnormal ditinjau dari warna cairnnya
kondisi vagina saat mengelurkan cairan (Bahari, 2012: 11-13):
atau lendir menyerupai nanah. Keputihan 1) Keputihan dengan cairan berwarna
tidak selamanya merupakan penyakit putih atau keruh
karena ada juga keputihan yang normal. Keputihan yang memiliki warna
Oleh sebab itu, keputihan dibagi menjadi seperti ini bisa jadi merupakan tanda
dua, yaitu keputihan normal dan adanya infeksi pada gonorrhea. Akan
abnormal (Bahari, 2012: 9-10). tetapi, hal tersebut harus didukung
Keputihan (leukorea, flour albus) oleh tanda-tanda lainnya, seperti
nama gejala yang diberikan kepada pendarahan di luar masa menstruasi
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
genital yang tidak berupa darah. 2) Keputihan dengan cairan berwarna
Leukorea merupakan gejala yang paling putih kekuningan dan sedikit kental
sering dijumpai pada penderita menyerupai susu
ginekologik; adanya gejala ini diketahui Jika disertai dengan bengkak dan
penderita karena mengotori celananya nyeri pada “bibir” vagina, rasa gatal,
(Prawirohardjo, 2008: 271). serta nyeri ketika berhubungan
seksual, keputihan dengan cairan
Macam – macam keputihan seperti susu tersebut bisa jadi
disebabkan oleh adanya infeksi jamur
Macam keputihan menurut Elmart pada organ kewanitaan.
(2012: 240): 3) Keputihan dengan cairan berwarna
1) Keputihan Fisiologis cokelat atau disertai sedikit darah
a) Jumlah: wajar tidak terlalu Keputihan semacam ini layak
banyak. diwaspadai. Sebab, keputihan itu
b) Warna: bening, cenderung tidak sering kali terjadi karena masa
berwarna. menstruasi tidak teratur. Apalagi,
c) Bau: tidak berbau. keputihan tersebut disertai darah serta
d) Gatal: tidak menimbulkan rasa rasa nyeri pada panggul. Hal ini harus
gatal. diwaspadai karena bisa jadi penderita
e) Waktu: saat hamil, sebelum mengalami kanker servik ataupun
atau sesudah menstruasi, jika endometrium.
terangsang atau saat hubungan 4) Keputihan dengan cairan warna
seksual, saat stres melanda. kekuningan atau hijau, berbusa, dan
2) Keputihan Patologis berbau sangat menyengat
a) Jumlah: berlebihan dan terus Biasanya, keputihan semacam ini
menerus. disertai rasa nyeri dan gatal ketika
b) Warna: putih susu,kekuningan, buang air kecil. Jika separti itu
kuning kehijauan. sebaiknya anda segera memeriksakan
c) Bau: berbau amis sampai busuk. diri ke dokter karena ada
d) Gatal: menimbulkan rasa gatal kemungkinan anda terkena infeksi
bahkan sampai perih, juga trikomoniasis.
iritasi. 5) Keputihan dengan cairan berwarna
e) Waktu: tidak spesifik dan pink
terjadinya terus menerus.

32
Keputihan semacam ini biasanya banyak karena garukan yang dilakukan
terjadi pasca melahirkan. Bila anda ketika merasakan gatal.
mengalaminya, segera konsultasikan
dengan bidan atau dokter. METODE PENELITIAN
6) Keputihan dengan cairan berwarna
abu-abu atau kuning yang disertai Penelitian ini peneliti
bau amis menyerupai bau ikan. menggunakan jenis penelitian
Keputihan semacam ini korelasional. Penelitian korelasional
menunjukkan adanya infeksi bakteri mengkaji hubungan antar variabel.
pada vagina. Biasanya, keputihan Peneliti dapat mencari, menjelaskan
tersebut juga disertai rasa panas suatu hubungan, memperkirakan,
seperti terbakar, gatal, kemerahan, menguji berdasarkan teori yang ada.
dan bengkak pada “bibir” vagina Penelitian ini bertujuan untuk
dan vulva. mengungkapkan hubungan korelatif
antar variabel. Mengacu pada
Gejala Keputihan kecenderungan bahwa variasi suatu
Gejala keputihan menurut (Bahari, 2012: variabel diikuti oleh variasi variabel
13-14): yang lain. Dengan demikian, dalam
Sesuai dengan faktor rancangan penelitian korelasional
penyebabnya, gejala yang timbul akibat peneliti melibatkan paling tidak dua
keputihan beraneka ragam. Cairan yang variabel (Nursalam, 2003: 84). Dalam
keluar bisa saja sangat banyak, sehingga penelitian ini peneliti ingin mengetahui
berkali-kali mengganti celana dalam, hubungan menjaga kesehatan organ
bahkan menggunakan pembalut, namun reproduksi (Vagina) dengan kejadian
dapat pula sangat sedikit. Warna cairan keputihan pada siswi kelas XI dan XII
yang keluar juga bisa berbeda-beda, IPA di SMAN 1 Sooko Ponorogo.
seperti berwarna keputih-putihan (tetapi Rancangan yang digunakan dalam
jernih), keabu-abuan, kehijaun, atau penelitian ini adalah survey cross
kekuningan. Tingkat kekentalan cairan sectional, yaitu suatu penelitian untuk
tersebut juga berbeda-beda, mulai dari mempelajari dinamika korelasi antara
encer, berbuih, kental, hingga faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
menggumpal seperti “kepala” susu. cara pendekatan, observasi atau
Cairan itu dapat pula berbau busuk, pengumpulan data sekaligus pada suatu
meskipun ada juga cairan keputihan saat (point time approach)
yang tidak berbau. (Notoatmodjo, 2010: 37-38).
Sebagian penderita keputihan Pengumpulan data pada penelitian
mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan ini adalah dengan menggunakan
dan lipatan di sekitar paha, rasa panas kuesioner. Kuesioner yaitu pertanyaan
“dibibir “ vagina, serta rasa nyeri ketika yang diajukan peneliti untuk
buang air kecil dan berhubungan mengumpulkan data secara formal
seksual. Rasa gatal itu bisa terus kepada subyek untuk menjawab
menerus atau hanya sesekali, misalnya pertanyaan secara tertulis (Nursalam,
pada malam hari. Hal ini diperparah oleh 2003: 113). Dengan kuesioner ini
kondisi lembap, karena banyaknya bertujuan untuk mengumpulkan data
cairan yang keluar disekitar paha, tentang hubungan menjaga kesehatan
sehingga kulit dibagian itu mudah organ reproduksi (Vagina) dengan
mengalami lecet-lecet tersebut semakin kejadian keputihan pada siswi kelas XI

33
dan XII IPA di SMAN 1 Sooko No Kejadian F %
Ponorogo. Keputihan
1 Tidak keputihan 5 15,15
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Keputihan 9 27,27
Fisiologis
1) Menjaga Kesehatan Organ 3 Keputihan 19 57,58
Patologis
Reproduksi (Vagina)
Jumlah 33 100
Tabel 1 Distribusi Menjaga Kesehatan Sumber: Kuesioner
Organ Reproduksi (Vagina) Pada Siswi
Kelas XI dan XII IPA SMAN 1 Sooko Tabel 2 menunjukkan bahwa dari
Ponorogo Bulan Januari 2013 33 responden yang diteliti didapatkan
sebagian kecil 5 responden (15,15%)
No Menjaga f % tidak mengalami keputihan, sebagian
Kesehatan kecil 9 responden (27,27%) mengalami
Organ keputihan fisiologis, dan sebagian besar
Reproduksi 19 responden (57,58%) mengalami
(Vagina) keputihan patologis.
1 Baik dalam 6 18,18
menjaga 3. Tabulasi Silang Hubungan Menjaga
2 Cukup dalam 10 30,30
Kesehatan Organ Reproduksi
menjaga
3 Kurang dalam 17 51,52
(Vagina) Dengan Kejadian
menjaga Keputihan
Jumlah 33 100
Sumber: Kuesioner Tabel 3. Tabulasi Silang Hubungan
Menjaga Kesehatan Organ
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 33 Reproduksi (Vagina) Dengan
responden yang diteliti didapatkan Kejadian Keputihan Pada Siswi
sebagian kecil 6 responden (18,18%) Kelas XI dan XII IPA SMAN 1
baik dalam menjaga kesehatan orngan Sooko Ponorogo bulan Januari
reproduksi (vagina), hampir setengahnya 2013
10 responden (30,30%) cukup dalam
menjaga kesehatan organ reproduksi
(vagina), dan sebagian besar 17
responden (51,52%) kurang dalam
menjaga kesehatan organ reproduksi
(vagina).

2) Kejadian Keputihan

Tabel 2 Distribusi Kejadian Keputihan


Pada Siswi Kelas XI dan XII IPA
SMAN 1 Sooko Ponorogo Bulan Januari
2013

34
Menjaga Keputihan
kesehatan
organ
Tidak Jumlah %
reproduksi
Mengalami Fisiologis Patologis
(vagina)
Keputihan

Kategori Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %


Baik
5 15,15% 1 3,03% 0 0% 6 18,18%
Cukup
0 0% 8 24,24% 2 6,06% 10 30,30%
Kurang
0 0% 0 0% 17 51,52% 17 51,52%
Jumlah
5 15.15% 8 27,27% 20 57,58% 33 100%

Dari tabel 3 diatas dapat 4. Uji Statistik dengan “spearman’s


diketahui bahwa dari 33 responden rank” Hubungan Menjaga
didapatkan sebagian kecil baik dalam Kesehatan Organ Reproduksi
menjaga kesehatan organ reproduksi (Vagina) Dengan Kejadian
(vagina) 5 responden (15,15%) tidak Keputihan
mengalami keputihan, sebagian kecil
baik dalam menjaga kesehatan organ Tabel 5.5 Uji statistik Hubungan
reproduksi (vagina) 1 responden (3,03%) Menjaga Kesehatan Organ
dengan keputihan fisiologis, dan tidak Reproduksi (Vagina) Dengan
satupun 0 responden (0%) dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi
keputihan potologis. Tidak satupun Kelas XI dan XII IPA SMAN 1
responden cukup dalam menjaga Sooko Ponorogo
kesehatan organ reproduksi (vagina) 0
responden (0%) tidak mengalami Correlations
keputihan, sebagian kecil 8 responden
(24,24%) dengan keputihan fisiologis, KPUTIH
KESPRO AN
dan sebagian kecil 2 responden (6,06%) Spear KES Correlatio
dengan keputihan patologis. Sedangkan 1,000 ,919**
man's PRO Coefficient
tidak satupun responden yang kurang rho Sig. (2-tailed) . ,000
dalam menjaga kesehatan organ N 33 33
reproduksi (vagina) 0 responden (0%) KEP Correlation
,919** 1,000
tidak mengalami keputihan, tidak UTI Coefficient
HA Sig. (2-tailed) ,000 .
satupun 0 responden (0%) mengalami N N 33 33
keputihan fisiologis, dan sebagian besar ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-
responden kurang dalam menjaga tailed).
kesehatan organ reproduksi (vagina) 17
reaponden (51,51%) dengan keputihan
patologis.

35
Berdasarkan hasil membedakan dan lebih menjaga
perhitungan SPSS 11,5 for Windows kebersihan diri terutama menjaga
pada taraf signifikan α 0,05 di kesehatan organ reproduksi
dapatkan nilai = 0,000 yang (vagina).
artinya 0,000 < 0,05 maka Ho
ditolak, sehingga ada hubungan 2) Bagi SMA N 1 Sooko Ponorogo
menjaga kesehatan organ reproduksi Diharapkan sekolah
(vagina) dengan kejadian keputihan memberikan informasi tentang
pada siswi kelas XI dan XII IPA kesehatan remaja terutama yang
SMAN 1 Sooko Ponorogo. Dengan berkaitan dengan kesehatan organ
tingkat keeratan hubungan yang reproduksi melalui mata pelajaran
ditunjukkan oleh koefisien korelasi biologi atau kerjasama dengan
0, 919 yang mana menunjukkan instansi maupun institusi kesehatan
bahwa keeratan hubungan sangat dalam rangka pemberian
tinggi. penyuluhan secara berkala.

KESIMPULAN DAN SARAN 3) Bagi Profesi Kebidanan


Diharapkan profesi kebidanan
Kesimpulan lebih memperhatikan masalah–
masalah yang dialami oleh remaja
Berdasarkan hasil penelitian terutama keputihan dan cara
terhadap Siswi Kelas XI dan XII IPA mencegah yang benar.
SMAN 1 Sooko Ponorogo, dapat ditarik
simpulan bahwa : 4) Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan
1) Sebagian besar siswi kurang
diharapkan agar lebih meningkatkan
menjaga kesehatan organ reproduksi
mutu kualitas pelayanan kesehatan
(vagina).
melalui peningkatan standar
2) Sebagian besar siswi mengalami
pendidikan pelaksanaan asuhan
keputihan patologis.
kebidanan sehingga terbentuk
3) Terdapat hubungan yang signifikan
tenaga professional dalam
antara menjaga kesehatan organ
memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi (Vagina) dengan
kepada remaja baik dimasyarakat
Kejadian Keputihan pada Siswi
maupun di SMA yang ada diwilayah
Kelas XI dan XII IPA di SMAN 1
Kabupaten Ponorogo, melalui
Sooko Ponorogo.
adanya penyuluhan atau sosialisasi
dengan pihak terkait.
Saran 5) Bagi Peneliti lain
Untuk meneliti hal-hal lain
1) Bagi Siswi (Responden) yang terkait dengan penelitian ini
yang belum diteliti dalam penelitian
Peneliti mengharap remaja ini.
menambah pengetahuan, wawasan
dan mencari informasi yang
sebanyak – banyaknya tentang
keputihan. Sehingga remaja
nantinya mengerti dan memahami
tentang keputihan, sehingga jika
terjadi hal tersebut mampu

3628
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kebidanan & Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba.
Admin. 2011. Tips Menjaga Kesehatan
Reproduksi & Cara Mengetahui Manuaba, I. 2009. Memahami kesehatan
Kesehatan Vagina Kita. reproduksi wanita. Jakarta: EGC.
http://smpn1bandaaceh.sch.id/sectio
n-blog/49-siswa-smart/107-tips- Nazir, M. 2002. Metode Penelitian.
menjaga-kesehatan-reproduksi-a- Chalia Indonesia.
cara-mengetahui-kesehatan-vagina-
kita.html. Diakses tanggal 14 Juni Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
2013 jam 13:30 WIB. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Astuti, A. 2008. Hubungan Prilaku Keperawatan . Jakarta: Salemba
Vulva Hygiene dengan Kejadian Medika.
Keputihan pada Remaja Putri Kelas
X di SMU Negeri 2 Unggaran Nuryana, E. 2012. Hubugan
Semarang. Jurnal kebidanan dan Pengetahuan Denagan Sikap
Keperawatan 4 (2): 64. Remaja Putri Tentang Flour
Albus Di Kelas X dan XI SMAN 1
Bahari, H. 2012. Cara Mudah Atasi Bungkal Ponorogo. KTI tidak
Keputihan. Jogjakarta: BUKU diterbitkan. Program Studi D3
BIRU. Kebidanan. Ponorogo: AKBID
HARAPAN MULYA
Depkes, R.I. 2008. Keputihan Banyak PONOROGO.
Dialami Wanita Indonesia.
www.klinikbisnis.com. Diakses 09 Prastyowati,dkk. 2009. Hubungan
Oktober 2012 jam 13:05 WIB. Personal Hygiene dengan
Kejadian Keputihan pada Siswi
Elmart, F. 2012. Mahir Menjaga Organ Muhammadiyah Metro tahun
Intim Wanita. Solo: Tinta Medina. 2009. Jurnal Kesehatan”Metro
Sai Wawai” 2(2): 45.
Hamdi, H. 2013. Menjaga Kebersihan
Organ Reproduksi dan Kesehatan Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu
Diri. http://www.sumber- Kebidanan.Jakarta: Bina
ilmupengetahuan.com/2013/05/menj Pusataka.
aga-kebersihan-organ-reproduksi-
dan.html. Diakses 13 Juni 2013 jam
20:07 WIB. Rizky, M. 2012.Gambaran Perilaku
Remaja Putri Menjaga
Hendra. 2008. Faktor- faktor
Kebersihan Organ Genitalia
pengetahuan.
dalam Mencegah Keputihan
http://ajangberkarya.wordprees.com/
http://repository.unri.ac.id/bistrea
2008/06/07. Diakses tanggal 19
m/123456789/1888/1/MANUSK
April 2013 jam 13:00 WIB.

29
37
Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

.2011. Statistika untuk


Penelitian. Bandung: CV
Alfabeta.

Ubaiy. 2012. Pengetahuan Tentang


Keputihan. http://informasi-
terbaru69.blogspot.com/2012/03/
pengetahuan-tentang-
keputihan.html. diakses 11
Oktober 2012.

Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta:
Fitramaya.

Wulandari, A. 2011. Cara Jitu


Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: ANDI.

30
38

You might also like