Widiatmini Sih Winanti, Prasetiyadi, Wiharja
Widiatmini Sih Winanti, Prasetiyadi, Wiharja
Palm Oil Mill Effluent (POME) Treatment into Biogas with Anaerobic
System Type Fixed Bed without Neutralization Process
WIDIATMINI SIH WINANTI, PRASETIYADI, WIHARJA
Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung Geostech 820, Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, 15314
Email: [email protected]
ABSTRACT
Palm Oil Mill wastewater or POME is currently not fully utilized. POME waste treatment generally uses
covered lagoon technology using the anaerobic system, which generally operates well in neutral
waste conditions with a pH of 7 and uses mesophilic processes at temperatures around 35oC. So it is
necessary to cool down and neutralize before POME is fed to the reactor, by mixing it with POME
which has been degraded inside the reactor, where the pH condition has to turn into a base. It is
useful to ensure that the POME temperature before being fed into the reactor is near the ambient
temperature and the acidity of POME is near neutral (pH = 7). POME treatment using a covered
lagoon reactor usually need 30 days residence time. The Fixed Bed anaerobic reactor is capable to
treat waste with a low pH waste, so POME which has a pH of 4 does not need to be neutralized
before treating using Fixed Bed Reactor. This will simplify the processing process, reduce investment
costs and operating costs. The purpose of this research is to process POME waste using an
anaerobic type Fixed Bed reactor without neutralization stage. The method processing using Fixed
Bed type reactor is divided into two stages of a process that is bacteria inoculation process and
POME waste adaptation process. The results of the research can reduce the HRT to 2o days, with
optimal POME feeding at 150 liters/day. The percentage of methane gas measured was 66%. The
methane gas yield is 0.52 liters/gram of COD or greater than the results of using the covered lagoon,
which is 0.35 liters/ gram COD.
Key word: Palm Oil Mill Effluent (POME), anaerobic, Fixed Bed, biogas, neutralization
ABSTRAK
Limbah cair industri minyak kelapa sawit atau POME saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Pengolahan limbah POME umumnya menggunakan teknologi covered lagoon dengan sistem
anaerobik, dimana umumnya teknologi ini beroperasi baik pada kondisi limbah yang netral dengan pH
7 dan menggunakan proses mesopilik pada suhu sekitar 35oC. Sehingga diperlukan tahap
pendinginan dan tahap netralisasi terlebih dahulu sebelum POME diumpankan ke reaktor, yaitu
dengan mencampurkannya dengan POME yang sudah terdegradasi di dalam reaktor, karena sifatnya
sudah berubah menjadi basa. Hal ini berguna untuk memastikan bahwa suhu POME sebelum masuk
reaktor sudah mendekati suhu lingkungan dan tingkat keasaman POME sudah mendekati netral (pH
=7). Pengolahan POME menggunakan covered lagoon umumnya memerlukan waktu tinggal di dalam
reaktor(HRT) sekitar 30 hari. Reaktor anaerobik tipe Fixed Bed mampu mengolah limbah dengan pH
rendah, sehingga POME yang mempunyai pH 4, tidak perlu dinetralkan terlebih dahulu. Hal ini akan
menyederhanakan proses pengolahan, menurunkan biaya investasi dan biaya operasi. Tujuan
penelitian ini adalah mengolah limbah POME dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe Fixed Bed
tanpa tahap proses netralisasi. Metode pengolahan anaerobik dengan menggunakan reaktor tipe
Fixed Bed, terbagi menjadi dua tahapan proses yaitu proses inokulasi bakteri dan proses adaptasi
limbah POME. Hasil penelitian dapat menurunkan HRT menjadi 20 hari, dengan pengumpanan
POME optimal pada 150 liter/hari. Persentase gas metana adalah 66%. Hasil produksi gas metana
adalah 0,52 liter/gram COD atau lebih besar dari hasil proses menggunakan covered lagoon, yaitu
0,35 liter/ gram COD.
Kata Kunci: Palm Oil Mill Effluent (POME), anaerobik, Fixed Bed, biogas, netralisasi
144 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
Setiap bakteri dalam proses anaerobik lingkungan sekitar 300C dan tingkat keasaman
memiliki kondisi proses yang berbeda. POME sudah mendekati netral (pH =7).
Stronach et al, menyatakan bahwa kondisi dan Proses pendinginan dan proses netralisasi
bakteri yang berperan selama proses pada pengolahan limbah POME akan
anaerobik adalah sebagai berikut(9): memerlukan waktu dan biaya yang lebih.
Rata-rata waktu tinggal didalam cover lagoon
1. Bakteri hidrolitik memiliki kondisi proses
adalah sekitar 30 hari.
fakultatif atau obligat anaerob dengan pH
Menurut Weiland, salah satu metoda
optimum 6,0-7,5. Bakteri hidrolitik
terbaik untuk pengolahan limbah secara
diantaranya adalah Clostridium, Bacilus,
anaerobik dan dengan konsentrasi tinggi
Cellulomonas, Bacteriodes Ruminococcus
adalah teknologi Fixed Bed. Keunggulan
2. Bakteri asidogenik memiliki kondisi proses
proses kinerja reaktor tipe Fixed Bed adalah
fukultatif atau obligat anaerob dengan pH
efisiensinya yang mencapai 75-85%(16).
optimum 6,0-7,5. Bakteri asidogenik
Reaktor tipe Fixed Bed adalah reaktor yang
diantaranya adalah Clostridium,
dilengkapi dengan material penyangga.
lactobacilus, Selenomonas, Bacteriodes
Material penyangga berfungsi sebagai tempat
Ruminococcus
menempel mikroba atau bakteri, sehingga
3. Bakteri asetogenik memiliki kondisi proses
mikroba tidak ikut terbawa cairan sisa
obligat anaerob dengan pH optimum 6,5-
buangan atau effluen yang keluar dari
7,5. Bakteri asetogenik diantaranya adalah
reaktor(17). Berdasarkan hasil percobaan Cao
Desulfomonas, Desulfotomaculum,
et al., potongan bambu merupakan material
Desulfovibrio
penyangga yang cukup efektif sebagai tempat
4. Bakteri metanogenik memiliki kondisi
menempelnya bakteri. Bambu dapat
proses obligat anaerob dengan pH
menghasilkan biofilm yang tebal atau
optimum 6,5-7,5. Bakteri metanogenik
meningkatkan kepadatan pertumbuhan bakteri
diantaranya adalah Methanobacterium,
dalam reaktor, karena stuktur permukaan
Methanococcus, Methanosarcine,
bambu yang berserabut dapat menghadang
Methanospirillum.
bahan organik termasuk bakteri(17). Selain itu,
Jika kondisi proses ditangani dengan material penyangga bambu juga tidak dapat
benar, maka proses pengolahan anerobik ikut teruraikan dalam proses anaerobik serta
akan barjalan stabil hingga pemulihan energi potongan bambu dapat dimanfaatkan lebih
tinggi(10). Namun, teknologi pengolahan dari 10 tahun(18). Bakteri-bakteri tersebut akan
anaerobik ini memiliki dua tantangan utama mendegradasi bahan-bahan organik yang
yaitu: (i) ketidakstabilan operasional dan (ii) terdapat pada limbah menjadi biogas yang
kualitas pengolahan yang dihasilkan(11,12). bermanfaat.
Hasil degradasi anaerobik komponen utama
1.2 Tujuan Penelitian
buangan limbah akan menghasilkan gas
metan Pemilihan substrat organik memainkan Tujuan dari penelitian ini adalah mengolah
peran penting dalam stabilitas sistem limbah POME dengan menggunakan reaktor
pengolahan anaerobik karena beberapa anaerobik tipe Fixed Bed tanpa memerlukan
bahan baku dapat memiliki efek tahap netralisasi.
penghambatan pada proses pengolahan
anaerobik(13). Bentuk-bentuk penghambat 2. BAHAN DAN METODE
pada proses anaerobik untuk substrat organik
2.1 Tempat dan waktu penelitian
adalah yang mengandung sejumlah besar
protein, lipid, limonene, furan, logam, Pengolahan limbah POME ini dilakukan
pestisida, antibiotik dan senyawa organik dengan melalui uji coba skala bench scale di
lainnya(14; 15). laboratorium Geostech, Perkantoran
Saat ini pengolahan limbah POME secara Puspiptek Serpong. Waktu penelitian ini
anaerobik masih menggunakan teknologi dilakukan pada tahun 2017.
konvensional dengan menggunakan covered
2.2 Bahan dan Peralatan
lagoon. Teknologi cover lagoon ini terdapat
kekurangan yaitu memerlukan tahap Bahan yang digunakan adalah Limbah
pendinginan dan tahap netralisasi terlebih cair POME yang didatangkan dari industri
dahulu yaitu dengan penambahan larutan Pengolahan Kelapa Sawit di daerah Bogor.
basa, yang biasanya dilakukan dengan POME diambil langsung dari kolam tempat
mensirkulasi POME yang sudah terproses penampungan limbah. Pengambilan limbah
didalam reaktor, yang sudah mempunyai pH dilakukan setiap minggu, supaya kondisi
tinggi. Hal ini berguna untuk memastikan POME yang diolah adalah selalu segar dan
bahwa suhu POME sudah mendekati suhu diharapkan belum terjadi degradasi atau
2.3 Metode
Proses pengolahan limbah secara
anaerobik ini terbagi menjadi 2 tahap yaitu
tahap inokulasi dan tahap adaptasi limbah
POME.
Gambar 4. Peralatan pengolahan pome 1. Tahap Inokulasi
dengan sistem Fixed Bed Reactor
Inokulasi adalah pemindahan suatu
mikroorganisme ke dalam mikroorganisme lain
146 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
atau ke dalam suatu substrat. Pada tahap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
inokulasi ini digunakan kotoran sapi yang telah
Desain peralatan penelitian yang dibuat
disaring dan ditambahkan dengan air. Kotoran
pada penelitian ini adalah reaktor anaerobik
sapi dipilih karena mengandung poli bakteria
tipe Fixed Bed dengan menggunakan bahan
dan terdapat didalamnya bakteri pembentuk
berupa fiberglas berbentuk silinder dengan
metan. Cairan kotoran sapi dibuat ini dengan
volume total 3,5 m 3, dengan ukuran diameter
mengencerkan kotoran padat sapi dan air
dan tinggi adalah 1:1. Bahan fiberglas dipilih
dengan perbandingan 1:1. Campuran air ini di
karena selain kuat terhadap guncangan,
maksudkan untuk mempermudah kotoran sapi
bahan fiberglas juga dapat tahan terhadap
untuk dapat dipompakan dan masuk kedalam
asamnya limbah POME sehingga reaktor tidak
digester. Cairan kotoran sapi tersebut
mudah korosif. Di dalam digester pengolahan
selanjutnya diisi sesuai dengan volume kerja
limbah POME dengan menggunakan reaktor
reaktor. Kemudian dilakukan inkubasi hingga
anaerobik tipe Fixed Bed ini terdapat support
terlihat adanya gas yang terbentuk yang
material. Support material yang digunakan
mengindikasikan adanya bahan organik di
adalah potongan bambu dengan ukuran 5-7
kotoran sapi yang terdegradasi. Tahap ini ini
cm. pemotongan bambu dilakukan agar dapat
harus diciptakan kondisi yang cukup baik agar
memperluas permukaan tempat tumbuhnya
mikroorganisme dapat tumbuh yang ditandai
bakteri. Pemilihan bambu sebagai support
dengan terbentuknya lapisan tipis biofilm pada
material juga didasari dengan ketersediaan
permukaan material penyangga. Proses
bahan tersebut mudah didapat dan harganya
biodegradasi secara anaerobik yang
yang relatif murah.
melibatkan bakteri-bakteri inokulum dapat
mempengaruhi beberapa parameter
diantaranya pH, terbentuknya biogas, dan gas
metana. Bila proses inkubasi kotoran sapi atau
inokulasi telah berjalan dengan dengan baik,
maka akan dilanjutkan dengan proses
adaptasi pemberian POME.
Gambar 8. Pengamatan harian produksi biogas, volume pengsian POME perhari (laju beban), dan
waktu tingggal selama tahap operasi
Hasil pengamatan harian pada Gambar 8, Degradasi 1 g COD menghasilkan 0,35 liter
menunjukkan bahwa pada sampel ke 91 gas metana(19). Jumlah produksi biogas
adalah titik optimum dengan kondisi optimum yang terukur pada alat flowmeter
pemasukan umpan POME sebanyak 150 liter pada sampel ke 91 adalah 2.650 liter biogas
perhari. Berdasarkan hasil pengamatan titik perhari, sedangkan persentase gas metana
optimum pemasukan umpan, maka dapat dalam biogas yang terukur pada sampel ke 91
dihitung waktu tinggal substrat di dalam dengan alat GA5000 adalah 66%.
reaktor. Waktu tinggal didapat melalui Pengukuran beban COD pada sampel ke
perhitungan dari pembagian antara volume 91 didapat sebesar 17.783,25 mg/liter.
kerja atau volume efektif reaktor dengan Berdasarkan beban COD tersebut dapat
jumlah pengisian umpan masuk limbah POME dihitung volume gas metana yang terbentuk.
kedalam reaktor. Waktu tinggal optimum Berdasarkan data-data pengukuran pada
POME didalam reaktor yang dihasilkan pada sampel ke 91 tersebut dapat terlihat bahwa 1
sampel ke 91 adalah sebesar 20 hari. g COD dapat menghasilkan 0,52 liter gas
Pengamatan harian yang juga dilakukan metana. Hal ini menunjukkan bahwa gas
adalah produksi biogas yang merupakan hasil metan yang dihasilkan lebih besar dari standar
dari proses degradasi limbah cair organik teori gas metan yang dapat terdegradasi yaitu
secara anaerobik menjadi senyawa sederhana 0,35 liter(19). Hal ini dapat disebabkan
berbentuk gas. Pembentukan biogas tersebut kemungkinan karena terdegradasinya padatan
sangat bergantung pada komposisi kimia yang terikut. Pada hari berikutnya, ketika
substrat atau COD yang didegradasi. beban umpan POME dinaikkan kembali, maka
148 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
terjadi penurunan degradasi, dimana 1 g COD 3. Siddharth, S. (2006). Green Energy
rata-rata hanya mampu menghasilkan 0,15 Anaerobic Digestion. Proceedings of The
liter gas metana. Hal tersebut menandakan 4th WSEAS Int. Conf. On Heat Transfer,
bahwa reaktor tersebut hanya mampu Thermal Engineering And Environment,
menerima beban optimum 17.783,25 mg/liter. Elounda, Greece, August 21-23, Third
Dengan kata lain jika pembebanan terus Year Chemical Engineering. Sri
ditingkatkan maka produksi biogas yang Venkateswara College Of Engineering
dihasilkan sudah tidak optimal. Sriperumbudur Anna University. Pp 276-
Oleh karena itu berdasarkan pengamatan 280.
harian sesuai dengan Gambar 8, maka dapat
4. Fehrenbach H, Giegrich J, Reinhardt G,
disimpulkan titik optimum dicapai pada hari ke
Sayer U, Gretz M, Lanje K,Schmitz J.
91 ketika:
(2008) Kriterien einer nachhaltigen
1. Pemasukan umpan POME sebanyak
Bioenergienutzungim globalen Maßstab
150 liter
UBA-Forschungsbericht 206:41–112
2. Waktu tinggal POME didalam reaktor
adalah 20 hari; lebih cepat 5. Hagos, K., Zong, J., & Liu, D. L. C.
dibandingkan menggunakan Covered (2016). Anaerobic co-digestion process
lagoon yang 30 hai for biogas production: Progress,
3. Biogas maksimum mencapai 2.650 challenges and perspectives. State Key
liter perhari Laboratory of Materials-Oriented
4. Persentase gas metana yang terukur Chemical Engineering, Nanjing Tech
adalah 66%, dan University, Nanjing 210009
5. Kemampuan dengradasi kandungan
6. Nawawi, Hadari, (1995). Instrumen
organik mencapai 0,52 liter gas
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
metan/ gram COD, yang lebih besar
dibandingkan dengan proses yang Gadjah Mada University Press
umum dilakukan yaitu 0,35 liter gas 7. Nurhadi. (2010). Evaluasi Kinerja
metan/ gram COD. Reaktor Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (ASB) dan Downflow Hanging
4. KESIMPULAN Sponge (DHS) dalam Mengolah Air
Limbah Domestik: Kajian Terhadap
Rata-rata kandungan gas metan yang Kualitas Air Waduk Setiabudi Jakarta
dihasilkan adalah 64%. Produksi tebaik Selatan. Tesis. Universitas Indonesia
diperoleh pada sampel ke 91, dengan input
POME150 liter, dan HRT 20 hari. Persentase 8. Amaya, O.M., Barragán, M.T.C., Tapia,
gas metan yang terukur pada sampel ke 91 F.J.A. (2013). Microbial Biomass in
adalah 66%. Hasil gas metan pada sampel ke Batch and Continuous System.
91 adalah 0,52 liter/gram COD (lebih besar 9. Stronach, S. M., Ruud, T., Lester J. N.
dari standar 0,35 liter yang disebabkan (1986). Anaerobic Digestion Processess
kemungkinan karena terdegradasinya padatan in Industrial Waste Water Treatment,
yang terikut). Biotechnology Monographs, Springer –
Verlag, Berlin, Heidelberg.
PERSANTUNAN
10. Dechrugsa, S., Kantachote, D.,
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Pusat Chaiprapat, S., (2013). Effects of
Teknologi Lingkungan yang telah mendukung inoculum to substrate ratio, substrate
kegiatan penelitian ini. mix ratio and inoculum source on batch
co-digestion of grass and pig manure.
DAFTAR PUSTAKA Bioresour. Technol. 146, 101–108.
1. Statistik Perkebunan Indonesia 2015- 11. Holm-Nielsen, J.B., Al Seadi, T.,
2017 Kelapa Sawit, Direktorat Jenderal Oleskowicz-Popiel, P., 2009. The future
Perkebunan, Kementerian Pertanian. of anaerobic digestion and biogas
(2018). utilization. Bioresour. Technol. 100 (22),
2. Shintawati, Hasanudin, U., Haryanto, A. 5478–5484.
(2017). Karakteristik Pengolahan Limbah 12. Appels, L., Lauwers, J., Degrève, J.,
Cair Minyak Kelapa Sawit dalam Helsen, L., Lievens, B., Willems, K., Van
Bioreaktor Cigar Kontinu. Jurnal Teknik Impe, J., Dewil, R., 2011. Anaerobic
Pertanian Lampung, Vol. 6, No. 2, 81-88 digestion in global bio-energy
production: potential and research
150 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)