0% found this document useful (0 votes)
52 views8 pages

Widiatmini Sih Winanti, Prasetiyadi, Wiharja

1. The document discusses processing palm oil mill effluent (POME) into biogas using an anaerobic fixed bed system without neutralization. 2. POME is currently not fully utilized, and conventional treatment uses covered lagoon technology requiring a month-long residence time. 3. The fixed bed anaerobic reactor can treat low-pH waste without neutralization, simplifying the process, reducing costs. 4. The research aims to process POME using this reactor system without neutralization. It divides the process into bacterial inoculation and POME adaptation stages.

Uploaded by

Hasnah Malinda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
52 views8 pages

Widiatmini Sih Winanti, Prasetiyadi, Wiharja

1. The document discusses processing palm oil mill effluent (POME) into biogas using an anaerobic fixed bed system without neutralization. 2. POME is currently not fully utilized, and conventional treatment uses covered lagoon technology requiring a month-long residence time. 3. The fixed bed anaerobic reactor can treat low-pH waste without neutralization, simplifying the process, reducing costs. 4. The research aims to process POME using this reactor system without neutralization. It divides the process into bacterial inoculation and POME adaptation stages.

Uploaded by

Hasnah Malinda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi Biogas dengan

Sistem Anaerobik Tipe Fixed Bed tanpa Proses Netralisasi

Palm Oil Mill Effluent (POME) Treatment into Biogas with Anaerobic
System Type Fixed Bed without Neutralization Process
WIDIATMINI SIH WINANTI, PRASETIYADI, WIHARJA
Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung Geostech 820, Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, 15314
Email: [email protected]

ABSTRACT
Palm Oil Mill wastewater or POME is currently not fully utilized. POME waste treatment generally uses
covered lagoon technology using the anaerobic system, which generally operates well in neutral
waste conditions with a pH of 7 and uses mesophilic processes at temperatures around 35oC. So it is
necessary to cool down and neutralize before POME is fed to the reactor, by mixing it with POME
which has been degraded inside the reactor, where the pH condition has to turn into a base. It is
useful to ensure that the POME temperature before being fed into the reactor is near the ambient
temperature and the acidity of POME is near neutral (pH = 7). POME treatment using a covered
lagoon reactor usually need 30 days residence time. The Fixed Bed anaerobic reactor is capable to
treat waste with a low pH waste, so POME which has a pH of 4 does not need to be neutralized
before treating using Fixed Bed Reactor. This will simplify the processing process, reduce investment
costs and operating costs. The purpose of this research is to process POME waste using an
anaerobic type Fixed Bed reactor without neutralization stage. The method processing using Fixed
Bed type reactor is divided into two stages of a process that is bacteria inoculation process and
POME waste adaptation process. The results of the research can reduce the HRT to 2o days, with
optimal POME feeding at 150 liters/day. The percentage of methane gas measured was 66%. The
methane gas yield is 0.52 liters/gram of COD or greater than the results of using the covered lagoon,
which is 0.35 liters/ gram COD.
Key word: Palm Oil Mill Effluent (POME), anaerobic, Fixed Bed, biogas, neutralization

ABSTRAK
Limbah cair industri minyak kelapa sawit atau POME saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Pengolahan limbah POME umumnya menggunakan teknologi covered lagoon dengan sistem
anaerobik, dimana umumnya teknologi ini beroperasi baik pada kondisi limbah yang netral dengan pH
7 dan menggunakan proses mesopilik pada suhu sekitar 35oC. Sehingga diperlukan tahap
pendinginan dan tahap netralisasi terlebih dahulu sebelum POME diumpankan ke reaktor, yaitu
dengan mencampurkannya dengan POME yang sudah terdegradasi di dalam reaktor, karena sifatnya
sudah berubah menjadi basa. Hal ini berguna untuk memastikan bahwa suhu POME sebelum masuk
reaktor sudah mendekati suhu lingkungan dan tingkat keasaman POME sudah mendekati netral (pH
=7). Pengolahan POME menggunakan covered lagoon umumnya memerlukan waktu tinggal di dalam
reaktor(HRT) sekitar 30 hari. Reaktor anaerobik tipe Fixed Bed mampu mengolah limbah dengan pH
rendah, sehingga POME yang mempunyai pH 4, tidak perlu dinetralkan terlebih dahulu. Hal ini akan
menyederhanakan proses pengolahan, menurunkan biaya investasi dan biaya operasi. Tujuan
penelitian ini adalah mengolah limbah POME dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe Fixed Bed
tanpa tahap proses netralisasi. Metode pengolahan anaerobik dengan menggunakan reaktor tipe
Fixed Bed, terbagi menjadi dua tahapan proses yaitu proses inokulasi bakteri dan proses adaptasi
limbah POME. Hasil penelitian dapat menurunkan HRT menjadi 20 hari, dengan pengumpanan
POME optimal pada 150 liter/hari. Persentase gas metana adalah 66%. Hasil produksi gas metana
adalah 0,52 liter/gram COD atau lebih besar dari hasil proses menggunakan covered lagoon, yaitu
0,35 liter/ gram COD.
Kata Kunci: Palm Oil Mill Effluent (POME), anaerobik, Fixed Bed, biogas, netralisasi

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No 1, Januari 2019 143


1. PENDAHULUAN kalor tinggi dan dapat digunakan
sebagai subtitusi sumber energi.
1.1 Latar Belakang
Proses anaerobik dilakukan oleh konsorsium
Laju perkembangan industri kelapa sawit
bakteri yang berinterelasi syntrophic sehingga
di Indonesia saat ini semakin pesat karena
dapat bakteri tersebut data saling memenuhi
Indonesia merupakan produsen minyak kelapa
kebutuhannya masing-masing. Konsorsium
sawit terbesar di dunia. Luas areal
bakteri yang terjadi pada proses pengolahan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
anaerobik diantaranya proses hidrolisis,
tahun 2017 mencapai 12,3 juta hektar dengan
proses asidogenesis, proses asetogenesis,
produksi sebesar 35,36 juta ton minyak
dan proses metanogenesis. Tahapan proses
sawit(1). Dalam prosesnya, industri kelapa
pada pengolahan anaerobik tersebut saling
sawit menghasilkan beberapa limbah jenis
terkait erat satu sama lain.. Secara garis besar
limbah dalam prosesnya, yang berupa limbah
ke empat tahap pada proses degradasi kimia
padat dan cair. Limbah cair industri kelapa
secara anaerobik dapat dilihat pada Gambar 1
sawit yang paling utama adalah Palm Oil Mill
berikut ini(8).
Effluent (POME).Setiap satu ton tandan buat
segar kelapa sawit akan menghasilkan sekitar
0,7 – 0,8 m3 limbah POME. Limbah POME
yang keluar dari proses pengolahan biasanya
memiiliki suhu tinggi yaitu berkisar antara 70-
800C, dengan tingkat keasaman (pH) sekitar
4,56 – 4,98, COD (Chemical Oxygen Demand)
berkisar antara 57.000- 60.400 mg/ liter dan
Total Suspended Solid (TSS) 0,23 – 5,44
g/L(2). Alkyol tahun 2012 menyatakan bahwa
tingginya angka COD dapat membahayakan
ikan dan menngkontaminasi rantai makanan
apabila dibuang langsung ke saluran
pembuangan tanpa diolah terlebih dahulu.
Oleh karena itu, pengolahan terbaik untuk
buangan limbah yang memiliki kandungan
organik yang tinggi adalah dengan cara
pengolahan secara anaerobik.
Proses degradasi anaerobik merupakan
proses fermentasi bahan organik oleh aktivitas
bakteri anaerob pada kondisi tanpa oksigen
bebas dan merubahnya dari bentuk
tersuspensi menjadi terlarut dan biogas(3).
Proses anaerobik adalah salah satu teknologi
yang paling hemat energi dan ramah Gambar 1. Skema proses pengolahan
lingkungan untuk produksi bioenergi(4). anaerobik
Pengolahan limbah secara anaerobik dapat
diartikan sebagai proses biokimia yang Secara singkat Stronach et al,
menghasilkan biogas dengan merubah bahan mengambarkan bahwa proses degradasi
organik kompleks menjadi sumber energi anaerobik dimulai dari biomasa, selulosa,
terbarukan(5). Proses pengelohan anaerobik hemi selulosa, karbohidrat, protein, dan lemak
dapat memberikan keuntungan lebih secara lambat di ubah bentuk menjadi
dibandingkan pengolahan secara aerobik(7), glukosa, asam amino, gliserin, dan asam
yaitu: lemak oleh bakteri hidrolitik, selanjutnya hasil
a. Proses anaerobik tidak membutuhkan proses hidrolisis diubah dengan cepat oleh
energi untuk aerasi, sehingga bakteri asidogenik menjadi H2O, NH3, H2S,
mengurangi biaya pada proses asam formiat, asam asetat, asam laktat, asam
pengolahannya butirat, asam propionate, dan ethanol,
b. Lumpur atau sludge yang dihasilkan selanjutnya secara lambat bakteri akan
lebih sedikit dari proses aerobik. mengubah bentuk asetogenik asam butirat,
c. Bahan pencemar berupa bahan organik asam propionate, dan ethanol menjadi H2,
yang dapat terbiodegradasi hampir CO2, dan asam asetat, dan proses terakhir
semuanya dikonversi ke bentuk biogas adalah perubahan bentuk H2, CO2, dan asam
(gas metana) yang mempunyai nilai asetat oleh bakteri metanogenik yang berjalan
dengan lambat menjadi biogas, CH4, dan CO2.

144 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
Setiap bakteri dalam proses anaerobik lingkungan sekitar 300C dan tingkat keasaman
memiliki kondisi proses yang berbeda. POME sudah mendekati netral (pH =7).
Stronach et al, menyatakan bahwa kondisi dan Proses pendinginan dan proses netralisasi
bakteri yang berperan selama proses pada pengolahan limbah POME akan
anaerobik adalah sebagai berikut(9): memerlukan waktu dan biaya yang lebih.
Rata-rata waktu tinggal didalam cover lagoon
1. Bakteri hidrolitik memiliki kondisi proses
adalah sekitar 30 hari.
fakultatif atau obligat anaerob dengan pH
Menurut Weiland, salah satu metoda
optimum 6,0-7,5. Bakteri hidrolitik
terbaik untuk pengolahan limbah secara
diantaranya adalah Clostridium, Bacilus,
anaerobik dan dengan konsentrasi tinggi
Cellulomonas, Bacteriodes Ruminococcus
adalah teknologi Fixed Bed. Keunggulan
2. Bakteri asidogenik memiliki kondisi proses
proses kinerja reaktor tipe Fixed Bed adalah
fukultatif atau obligat anaerob dengan pH
efisiensinya yang mencapai 75-85%(16).
optimum 6,0-7,5. Bakteri asidogenik
Reaktor tipe Fixed Bed adalah reaktor yang
diantaranya adalah Clostridium,
dilengkapi dengan material penyangga.
lactobacilus, Selenomonas, Bacteriodes
Material penyangga berfungsi sebagai tempat
Ruminococcus
menempel mikroba atau bakteri, sehingga
3. Bakteri asetogenik memiliki kondisi proses
mikroba tidak ikut terbawa cairan sisa
obligat anaerob dengan pH optimum 6,5-
buangan atau effluen yang keluar dari
7,5. Bakteri asetogenik diantaranya adalah
reaktor(17). Berdasarkan hasil percobaan Cao
Desulfomonas, Desulfotomaculum,
et al., potongan bambu merupakan material
Desulfovibrio
penyangga yang cukup efektif sebagai tempat
4. Bakteri metanogenik memiliki kondisi
menempelnya bakteri. Bambu dapat
proses obligat anaerob dengan pH
menghasilkan biofilm yang tebal atau
optimum 6,5-7,5. Bakteri metanogenik
meningkatkan kepadatan pertumbuhan bakteri
diantaranya adalah Methanobacterium,
dalam reaktor, karena stuktur permukaan
Methanococcus, Methanosarcine,
bambu yang berserabut dapat menghadang
Methanospirillum.
bahan organik termasuk bakteri(17). Selain itu,
Jika kondisi proses ditangani dengan material penyangga bambu juga tidak dapat
benar, maka proses pengolahan anerobik ikut teruraikan dalam proses anaerobik serta
akan barjalan stabil hingga pemulihan energi potongan bambu dapat dimanfaatkan lebih
tinggi(10). Namun, teknologi pengolahan dari 10 tahun(18). Bakteri-bakteri tersebut akan
anaerobik ini memiliki dua tantangan utama mendegradasi bahan-bahan organik yang
yaitu: (i) ketidakstabilan operasional dan (ii) terdapat pada limbah menjadi biogas yang
kualitas pengolahan yang dihasilkan(11,12). bermanfaat.
Hasil degradasi anaerobik komponen utama
1.2 Tujuan Penelitian
buangan limbah akan menghasilkan gas
metan Pemilihan substrat organik memainkan Tujuan dari penelitian ini adalah mengolah
peran penting dalam stabilitas sistem limbah POME dengan menggunakan reaktor
pengolahan anaerobik karena beberapa anaerobik tipe Fixed Bed tanpa memerlukan
bahan baku dapat memiliki efek tahap netralisasi.
penghambatan pada proses pengolahan
anaerobik(13). Bentuk-bentuk penghambat 2. BAHAN DAN METODE
pada proses anaerobik untuk substrat organik
2.1 Tempat dan waktu penelitian
adalah yang mengandung sejumlah besar
protein, lipid, limonene, furan, logam, Pengolahan limbah POME ini dilakukan
pestisida, antibiotik dan senyawa organik dengan melalui uji coba skala bench scale di
lainnya(14; 15). laboratorium Geostech, Perkantoran
Saat ini pengolahan limbah POME secara Puspiptek Serpong. Waktu penelitian ini
anaerobik masih menggunakan teknologi dilakukan pada tahun 2017.
konvensional dengan menggunakan covered
2.2 Bahan dan Peralatan
lagoon. Teknologi cover lagoon ini terdapat
kekurangan yaitu memerlukan tahap Bahan yang digunakan adalah Limbah
pendinginan dan tahap netralisasi terlebih cair POME yang didatangkan dari industri
dahulu yaitu dengan penambahan larutan Pengolahan Kelapa Sawit di daerah Bogor.
basa, yang biasanya dilakukan dengan POME diambil langsung dari kolam tempat
mensirkulasi POME yang sudah terproses penampungan limbah. Pengambilan limbah
didalam reaktor, yang sudah mempunyai pH dilakukan setiap minggu, supaya kondisi
tinggi. Hal ini berguna untuk memastikan POME yang diolah adalah selalu segar dan
bahwa suhu POME sudah mendekati suhu diharapkan belum terjadi degradasi atau

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No 1, Januari 2019 145


turunnya kandungan organik pada POME Tabel 1. Keterangan gambar sistem Fixed Bed
salama proses penyimpanan. Reactor

No Nama Jumlah Kapasitas


Penampung
1 3 buah 1 m3
limbah
2 Tangki umpan 2 buah 1 m3
Pompa umpan
3 2 buah 30 liter/menit
& sirkulasi
4 Pipa inlet 1 paket -
5 Digester 1 buah 3 m3
Pipa out let
6 1 buah
effluence
Bak penahan
7 1 buah 150 liter
gas
8 Pipa biogas 1 buah
Flow meter 0,16 – 2,5
9 1 buah
biogas m3 per jam
Gambar 2. Kolam POME 10 Gasholder 1 buah 3 m3

Limbah POME yang diambil dari kolam


industri sawit dimasukkan ke dalam tangki Pada penelitian ini, material penyangga
tempat penampungan limbah yang digunakan adalah bambu. Berdasarkan
hasil percobaan Cao et al tahun 2012,
potongan bambu merupakan material
penyangga yang cukup efektif sebagai tempat
menempelnya bakteri. Bambu dapat
menghasilkan biofilm yang tebal atau
meningkatkan kepadatan pertumbuhan bakteri
dalam reaktor, karena stuktur permukaan
bambu yang berserabut dapat menghadang
bahan organik termasuk bakteri(17) Bakteri-
bakteri anaerobik yang menempel pada
material penyangga akan mendegradasi
kandungan bahan organik limbah cair tahu
Gambar 3. Tangki penampung limbah menjadi biogas.

Peralatan yang digunakan adalah satu unit


peralatan yang terdiri dari reaktor/digester
anaerobic tipe Fixed Bed yang berbentuk
tangki yang dilapisi dengan pelapis yang
kedap udara, dan dilengkapi dengan peralatan
pendukung. Rangkaian peralatan reaktor
anaerobik tipe Fixed Bed dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 5. Potongan Bambu sebagi support


material

2.3 Metode
Proses pengolahan limbah secara
anaerobik ini terbagi menjadi 2 tahap yaitu
tahap inokulasi dan tahap adaptasi limbah
POME.
Gambar 4. Peralatan pengolahan pome 1. Tahap Inokulasi
dengan sistem Fixed Bed Reactor
Inokulasi adalah pemindahan suatu
mikroorganisme ke dalam mikroorganisme lain

146 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
atau ke dalam suatu substrat. Pada tahap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
inokulasi ini digunakan kotoran sapi yang telah
Desain peralatan penelitian yang dibuat
disaring dan ditambahkan dengan air. Kotoran
pada penelitian ini adalah reaktor anaerobik
sapi dipilih karena mengandung poli bakteria
tipe Fixed Bed dengan menggunakan bahan
dan terdapat didalamnya bakteri pembentuk
berupa fiberglas berbentuk silinder dengan
metan. Cairan kotoran sapi dibuat ini dengan
volume total 3,5 m 3, dengan ukuran diameter
mengencerkan kotoran padat sapi dan air
dan tinggi adalah 1:1. Bahan fiberglas dipilih
dengan perbandingan 1:1. Campuran air ini di
karena selain kuat terhadap guncangan,
maksudkan untuk mempermudah kotoran sapi
bahan fiberglas juga dapat tahan terhadap
untuk dapat dipompakan dan masuk kedalam
asamnya limbah POME sehingga reaktor tidak
digester. Cairan kotoran sapi tersebut
mudah korosif. Di dalam digester pengolahan
selanjutnya diisi sesuai dengan volume kerja
limbah POME dengan menggunakan reaktor
reaktor. Kemudian dilakukan inkubasi hingga
anaerobik tipe Fixed Bed ini terdapat support
terlihat adanya gas yang terbentuk yang
material. Support material yang digunakan
mengindikasikan adanya bahan organik di
adalah potongan bambu dengan ukuran 5-7
kotoran sapi yang terdegradasi. Tahap ini ini
cm. pemotongan bambu dilakukan agar dapat
harus diciptakan kondisi yang cukup baik agar
memperluas permukaan tempat tumbuhnya
mikroorganisme dapat tumbuh yang ditandai
bakteri. Pemilihan bambu sebagai support
dengan terbentuknya lapisan tipis biofilm pada
material juga didasari dengan ketersediaan
permukaan material penyangga. Proses
bahan tersebut mudah didapat dan harganya
biodegradasi secara anaerobik yang
yang relatif murah.
melibatkan bakteri-bakteri inokulum dapat
mempengaruhi beberapa parameter
diantaranya pH, terbentuknya biogas, dan gas
metana. Bila proses inkubasi kotoran sapi atau
inokulasi telah berjalan dengan dengan baik,
maka akan dilanjutkan dengan proses
adaptasi pemberian POME.

2. Tahap Adaptasi Limbah POME


Setelah proses inokulasi berjalan dengan
baik, kemudian reaktor tersebut diadaptasikan
secara anaerobik dengan POME yang
dilakukan secara kontinu dimulai dari beban
organik dalam jumlah rendah hingga beban Gambar 6. Fixed Bed Reactor
organik dengan jumlah yang tinggi. Proses
adaptasi POME ini dilakukan pada suhu
mesofilik atau pada kondisi ruang. Sistem
aliran pada reaktor ini adalah menggunakan
tipe aliran up flow. sistem up flow adalah
substrat umpan masuk melalui dasar reaktor
yang kemudian terdistribusi diantara material
penyangga dan keluar pada bagian atas..
Akumulasi bakteri yang terjadi di material
penyangga, dapat mempermudah bakteri utuk
menempel pada permukaan material
penyangga. Pada setiap kenaikan laju beban
akan dilakukan pengamatan lapangan harian
untuk mengamati kestabilan reaktor
diantaranya; pH, produksi biogas yang
dihasilkan dan % kandungan metan. Kondisi
dikatakan stabil apabila jika dilakukan
pengisian umpan, produksi gas akan
bertambah, namun pH dan % metan tidak Gambar 7. Gas holder tipe floating
turun. Apabila salah satu indikator ini
menunjukkan penurunan, hal ini menandakan Walaupun support material ini dapat
proses didalam digester sudah terganggu dan berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya
dan apabila dua dari tiga indikator ini bakteri, namun support material ini juga
mengalami penurunan maka jumlah pengisian menempati volume ruang yang berada di
harus dikurangi atau dihentikan. dalam reaktor. Oleh karena itu hasil

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No 1, Januari 2019 147


pengukuran didapat bahwa persen porositas beberapa bagian yaitu tangki bagian bawah,
bambu adalah 89,6% atau dengan kata lain tangki atas, tiang, rol dan saluran gas.
bambu dapat menempati volume ruang
Tahap start up dilakukan menggunakan
reaktor sebanyak 10,4% sehingga volume
starter kotoran sapi Setelah kondisi stabil.
efektif reaktor menjadi 3 m 3. Volume efektif
dimulai pengumpanan menggunakan limbah
reaktor akan berpengaruh terhadap
POME secara bertahap, sampai sekitar 100
perhitungan waktu tinggal POME di dalam
hari. Hasil seluruh pengamatan harian yang
reaktor. Biogas yang dihasilkan dari reaktor,
dilakukan selama tahap adaptasi dapat dilihat
ditampung dalam gas holder. Gas holder yang
pada Gambar 8 dibawah ini.
digunakan adalah tipe floating, yang terdiri dari

Gambar 8. Pengamatan harian produksi biogas, volume pengsian POME perhari (laju beban), dan
waktu tingggal selama tahap operasi

Hasil pengamatan harian pada Gambar 8, Degradasi 1 g COD menghasilkan 0,35 liter
menunjukkan bahwa pada sampel ke 91 gas metana(19). Jumlah produksi biogas
adalah titik optimum dengan kondisi optimum yang terukur pada alat flowmeter
pemasukan umpan POME sebanyak 150 liter pada sampel ke 91 adalah 2.650 liter biogas
perhari. Berdasarkan hasil pengamatan titik perhari, sedangkan persentase gas metana
optimum pemasukan umpan, maka dapat dalam biogas yang terukur pada sampel ke 91
dihitung waktu tinggal substrat di dalam dengan alat GA5000 adalah 66%.
reaktor. Waktu tinggal didapat melalui Pengukuran beban COD pada sampel ke
perhitungan dari pembagian antara volume 91 didapat sebesar 17.783,25 mg/liter.
kerja atau volume efektif reaktor dengan Berdasarkan beban COD tersebut dapat
jumlah pengisian umpan masuk limbah POME dihitung volume gas metana yang terbentuk.
kedalam reaktor. Waktu tinggal optimum Berdasarkan data-data pengukuran pada
POME didalam reaktor yang dihasilkan pada sampel ke 91 tersebut dapat terlihat bahwa 1
sampel ke 91 adalah sebesar 20 hari. g COD dapat menghasilkan 0,52 liter gas
Pengamatan harian yang juga dilakukan metana. Hal ini menunjukkan bahwa gas
adalah produksi biogas yang merupakan hasil metan yang dihasilkan lebih besar dari standar
dari proses degradasi limbah cair organik teori gas metan yang dapat terdegradasi yaitu
secara anaerobik menjadi senyawa sederhana 0,35 liter(19). Hal ini dapat disebabkan
berbentuk gas. Pembentukan biogas tersebut kemungkinan karena terdegradasinya padatan
sangat bergantung pada komposisi kimia yang terikut. Pada hari berikutnya, ketika
substrat atau COD yang didegradasi. beban umpan POME dinaikkan kembali, maka

148 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)
terjadi penurunan degradasi, dimana 1 g COD 3. Siddharth, S. (2006). Green Energy
rata-rata hanya mampu menghasilkan 0,15 Anaerobic Digestion. Proceedings of The
liter gas metana. Hal tersebut menandakan 4th WSEAS Int. Conf. On Heat Transfer,
bahwa reaktor tersebut hanya mampu Thermal Engineering And Environment,
menerima beban optimum 17.783,25 mg/liter. Elounda, Greece, August 21-23, Third
Dengan kata lain jika pembebanan terus Year Chemical Engineering. Sri
ditingkatkan maka produksi biogas yang Venkateswara College Of Engineering
dihasilkan sudah tidak optimal. Sriperumbudur Anna University. Pp 276-
Oleh karena itu berdasarkan pengamatan 280.
harian sesuai dengan Gambar 8, maka dapat
4. Fehrenbach H, Giegrich J, Reinhardt G,
disimpulkan titik optimum dicapai pada hari ke
Sayer U, Gretz M, Lanje K,Schmitz J.
91 ketika:
(2008) Kriterien einer nachhaltigen
1. Pemasukan umpan POME sebanyak
Bioenergienutzungim globalen Maßstab
150 liter
UBA-Forschungsbericht 206:41–112
2. Waktu tinggal POME didalam reaktor
adalah 20 hari; lebih cepat 5. Hagos, K., Zong, J., & Liu, D. L. C.
dibandingkan menggunakan Covered (2016). Anaerobic co-digestion process
lagoon yang 30 hai for biogas production: Progress,
3. Biogas maksimum mencapai 2.650 challenges and perspectives. State Key
liter perhari Laboratory of Materials-Oriented
4. Persentase gas metana yang terukur Chemical Engineering, Nanjing Tech
adalah 66%, dan University, Nanjing 210009
5. Kemampuan dengradasi kandungan
6. Nawawi, Hadari, (1995). Instrumen
organik mencapai 0,52 liter gas
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
metan/ gram COD, yang lebih besar
dibandingkan dengan proses yang Gadjah Mada University Press
umum dilakukan yaitu 0,35 liter gas 7. Nurhadi. (2010). Evaluasi Kinerja
metan/ gram COD. Reaktor Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (ASB) dan Downflow Hanging
4. KESIMPULAN Sponge (DHS) dalam Mengolah Air
Limbah Domestik: Kajian Terhadap
Rata-rata kandungan gas metan yang Kualitas Air Waduk Setiabudi Jakarta
dihasilkan adalah 64%. Produksi tebaik Selatan. Tesis. Universitas Indonesia
diperoleh pada sampel ke 91, dengan input
POME150 liter, dan HRT 20 hari. Persentase 8. Amaya, O.M., Barragán, M.T.C., Tapia,
gas metan yang terukur pada sampel ke 91 F.J.A. (2013). Microbial Biomass in
adalah 66%. Hasil gas metan pada sampel ke Batch and Continuous System.
91 adalah 0,52 liter/gram COD (lebih besar 9. Stronach, S. M., Ruud, T., Lester J. N.
dari standar 0,35 liter yang disebabkan (1986). Anaerobic Digestion Processess
kemungkinan karena terdegradasinya padatan in Industrial Waste Water Treatment,
yang terikut). Biotechnology Monographs, Springer –
Verlag, Berlin, Heidelberg.
PERSANTUNAN
10. Dechrugsa, S., Kantachote, D.,
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Pusat Chaiprapat, S., (2013). Effects of
Teknologi Lingkungan yang telah mendukung inoculum to substrate ratio, substrate
kegiatan penelitian ini. mix ratio and inoculum source on batch
co-digestion of grass and pig manure.
DAFTAR PUSTAKA Bioresour. Technol. 146, 101–108.
1. Statistik Perkebunan Indonesia 2015- 11. Holm-Nielsen, J.B., Al Seadi, T.,
2017 Kelapa Sawit, Direktorat Jenderal Oleskowicz-Popiel, P., 2009. The future
Perkebunan, Kementerian Pertanian. of anaerobic digestion and biogas
(2018). utilization. Bioresour. Technol. 100 (22),
2. Shintawati, Hasanudin, U., Haryanto, A. 5478–5484.
(2017). Karakteristik Pengolahan Limbah 12. Appels, L., Lauwers, J., Degrève, J.,
Cair Minyak Kelapa Sawit dalam Helsen, L., Lievens, B., Willems, K., Van
Bioreaktor Cigar Kontinu. Jurnal Teknik Impe, J., Dewil, R., 2011. Anaerobic
Pertanian Lampung, Vol. 6, No. 2, 81-88 digestion in global bio-energy
production: potential and research

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20, No 1, Januari 2019 149


challenges. Renew. Sustain. Energy strength agro industrial waste water. Bio
Rev. 15 (9), 4295–4301 Process Engineering, 2, 39 – 47,
Springer – verlag
13. Fagbohungbe, Michael O., Herbert, Ben
M.J., Hurst, Lois., Ibeto, Cynthia N., Li, 17. Cao, Wenping., Zhang, Houhu., Wang,
Hong., Usmani, Shams Q., Semple, Kirk Yinmei., Pan, JiZheng. (2012).
T. (2017). The challenges of anaerobic Bioremediation of Polluted surface water
digestion and the role of biochar in by using biofilms on filamentous
optimizing anaerobic digestion. Waste bamboo. Ecological engineering 42. 146-
Management 61 (2017) 236–249 149
14. Sousa, D.Z., Salvador, A.F., Ramos, J., 18. Feng, Huajun., Hu, Lifang., Mahmood,
Guedes, A.P., Barbosa, S., Stams, Qaisar, Qiu, Caidi., Fang, Chengran.,
A.J.M., Alves, M. M., Pereira, M.A., Shen, Dongsheng. (2008). Anaerobic
(2013). Activity and viability of domestic wastewater teratment with
methanogens in anaerobic digestion of bamboo carrier anaerobic baffled
unsaturated and saturated long-chain reactor. International Biodeterioration
Fatty acids. Appl. Environ. Microbiol. 79 and Biodegradation 62 (18 June 2008)
(14), 4239–4245. 232-238.
15. Yangin-Gomec, C., Ozturk, I., 2013. 17. Castrillon, P., Fernandez-Nava, Y.,
Effect of maize silage addition on Ormaechea, & Maranon, E. (2013).
biomethane recovery from mesophilic Methane production from cattle manure
co-digestion of chicken and cattle supplemented with crude glycerin from the
manure to suppress ammonia inhibition. biodiesel industry in CSTR and IBR.
Energy Convers. Manage. 71, 92–100 Austria. Bioresource Technology 127. 312-
317.
16. Weiland, P. (1987). Development of
anerobic filters for treatment of high

150 Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) … (Winanti, W.S, et.al.)

You might also like