Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 08 No.
2 Juni 2020, Hlm: 97-101
ISSN 2303-2227 eISSN 2615-594X DOI: https://doi.org/10.29244/jipthp.8.2.97-101
Accredited by National Journal Accreditation No. 30/E/KPT/2019 Available online at https://journal.ipb.ac.id/index.php/ipthp/index
Produksi Telur dan Kualitas Telur Ayam IPB D-1 G7 serta Pendugaan Nilai
Ripitabilitasnya
Egg Production and Egg Quality IPB D-1 Chicken G7 and Repeatabilty Estimation
R. Habiburahman*, S. Darwati, C. Sumantri, & Rukmiasih
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Indonesia
*Email koresponden author:
[email protected] (Received 19-04-2020; Revised 31-05-2020; Accepted 12-06-2020)
ABSTRACT
IPB-D1 is a chicken cross between male F1 PS (PelungxSentul) with F1 female (Kampung x parent
stock cobb). The establishment of chicken IPB-D1 aims to produce commercial meat type local chicken
with semi-intensive maintenance management. The aim of this research to observe study assesses the
performance of egg production and the quality of IPB D-1 chicken eggs and estimates the value of
repeatability of production and haugh units of IPB D-1 chicken eggs. The chicken was observed as many
as 30 hens IPB D-1 G7 aged 24-36 weeks and eggs as many as 288 eggs. The production and egg quality
data were analyzed descriptively and the repeatability values were analyzed with Anova. Egg weight 40
g, Haugh unit value 87 (Very good), egg production 49.22%. The repeatability value of egg production is
0.2 (Moderate) and the repeatability value of the haugh unit is 0.31 (Medium). IPB D-1 Chicken has the
potential to be a good dual-purpose chicken.
Keywords: IPB D-1 Chicken, Production, Ripitability
ABSTRAK
IPB-D1 adalah ayam persilangan antara jantan F1 (PelungxSentul) dengan betina F1 (Kampung
x parent stock cobb). Pembentukan ayam IPB-D1 bertujuan untuk memproduksi ayam lokal jenis
pedaging komersial dengan manajemen pemeliharaan semi intensif. Penelitian ini bertujuan mengkaji
performa produksi telur dan kualitas telur ayam IPB D-1 serta mengestimasi nilai ripitabilitas produksi
dan haugh unit telur ayam IPB D-1. Ternak yang diamati sebanyak 30 ekor betina IPB D-1 G7 umur
24-36 Minggu dan telur sebanyak 288 butir telur. Data produksi dan kualitas telur dianalisis deskriptif
dan dianalisis nilai ripitabilitasnya dengan ANOVA. Bobot telur 40 g, Nilai Haugh unit 87 (Sangat baik),
produksi telur 49.22%. Nilai ripitabilitas produksi telur 0.2 (sedang) dan nilai ripitabilitas haugh unit
0.31(Sedang). Ayam IPB D-1 memilki potensi sebagai ayam dwiguna yang baik.
Kata kunci : Ayam IPB D-1, produksi, ripitabilitas
PENDAHULUAN Ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam
ras pedaging meningkatkan produktivitas ayam lokal yaitu
Telur merupakan salah satu protein hewani yang bobot badan, ukuran tubuh, dan produksi telur. Salah satu
terjangkau masyarakat. Konsumsi telur terus meningkat ayam lokal yang disilangkan dengan ayam ras pedaging
ini dapat dilihat dari kenaikan konsumsi telur perkapita adalah ayam IPB D-1. Ayam IPB D-1 merupakan silangan
dan produksi telur secara umur di Indonesia. Menurut 3 rumpun ayam yaitu ayam kampung, ayam pelung, dan
BPS (2019) konsumsi telur perkapita perminggu sebanyak ayam sentul dengan ayam ras pedaging. Ayam IPB D-1
2.12 pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 2.15 setiap walaupun ayam lokal yang ditujukan untuk ayam memilki
minggunya. Peningkatan konsumsi telur ini harus diiringi pertumbuhan yang baik disamping itu memilki potensi
peningkatan produksi. Salah satu untuk meningkatan produksi telur dari sumbangan 25% genetik ayam ras.
produksi telur yaitu dengan meningkatkan produktivitas Ayam IPB D-1 juga menghasilkan telur yang cukup
ternak tersebut. produktif. Telur ayam bernilai gizi tinggi, namun mudah
Edisi Juni 2020 97
Habiburahman et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 8 (2): 97-101
rusak, disamping itu telur ayam lokal memilki potensi
yang tinggi di kota maupun dipedesaan. Telur ayam lokal
dianggap memiliki rasa lebih enak dibandingkan dengan
telur ayam ras. Harga jual yang tinggi menjadi salah satu
faktor telur ayam lokal tidak sepopuler ayam ras. Oleh
karena itu perlunya penelitian kualitas dan produksi telur
ayam lokal untuk mengetahui potensi produksi dan kualitas
telur ayam lokal indonesia untuk bersaing dengan telur
ayam ras
Ripitabilitas merupakan salah satu parameter genetik
untuk mengetahui daya ulang suatu sifat yang dimiliki
individu selama individu tersebut hidup (Darwati et al.
2019). Nilai ripitabilitas menurut Noor (2008) antara 0-1.
Nilai tersebut menggambarkan kemampuan ternak untuk
mengulangi produksi sekarang di masa yang akan datang.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji perfoma Gambar 1. Ilustrasi persilangan ayam yang dikaji dan
produksi dan kualitas telur ayam indukan serta keturunannya. bagian (---) diamati pada penelitian ini.
Mengestimasi nilai ripitabilitas produksi telur dan kualitas
telur ayam IPB D-1 G7. Data produksi telur menjadi
indikator untuk melihat effisiensi ayam lokal petelur. Pemberian Pakan dan Air Minum
Kualitas telur dapat dilihat dari interior dan eksterior. indeks Pakan diberikan 100g perhari dan air minum
putih telur, indeks kuning telur, indeks haugh, dan daya buih diberikan ad libitum. Pemberian pakan dilakukan sebanyak
putih telur merupakan uji kualitas telur secara interior. Pada 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pakan komersial
penelitian ini untuk mengukur kualitas telur dengan mencari untuk petelur sebanyak 60% dengan campuran dedak 40%.
nilai haugh unit (HU). Kandungan nutrisi pakan yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
MATERI DAN METODE
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan
Waktu dan Lokasi Penelitian Pakan Campuran
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Kadar air 11.96
Desember 2019. Lokasi penelitian di Laboratorium Lapang Protein 14.12
Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan,
Lemak kasar 5.18
Institut Pertanian Bogor.
Serat Kasar 10.56
Alat dan Bahan
Abu 12.32
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
40 kandang individu berukuran 35cm × 29cm × 35cm.
Alat lain yang digunakan untuk pemeliharaan ayam adalah Pengumpulan Telur
tempat pakan, tempat minum, ember, gayung, dan egg Telur ayam yang akan diuji kualitas telur dikoleksi
tray. Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian pada pagi dan sore hari. Pada malam hari dilakukan
ini menggunakan alat berupa timbangan digital dengan pengukuran kualitas telur untuk menjaga kesegaran
ketelitian 0.1 g untuk bobot telur, kuning telur, putih telur, telur. Telur yang digunakan untuk uji kualitas merupakan
dan kerabang. Jangka sorong untuk lebar dan panjang sample telur sebanyak 9 butir yang dikoleksi sebanyak 3
telur. Meja kaca sebagai wadah pengukuran. Mikrometer kali pada periode kesatu, kedua, dan ketiga. Produksi telur
sekrup untuk mengukur tebal kerabang. Roche Yolk Colour berdasarkan data pencatatan produksi. Data Produksi telur
Fan untuk mengukur warna kuning telur. Alat lain yang per ekor dikoleksi dari 30 ekor ayam betina.per per hari.
dibutuhkan yaitu tabulasi data produksi telur dan alat tulis. Data produksi yang diperoleh untuk menduga produksi dan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah parameter genetik produksi telur.
ayam betina hasil persilangan pelung-sentul-kampung- Kualitas Telur
ras pedaging generasi ke-7 (IPB D-1 G7) 32 betina umur Pengamatan kualitas telur ayam IPB D-1 G7 setiap
24 minggu yang telah siap bertelur dan 288 telur. Bahan indukan diambil 9 butir telur sebagai sampel. Data yang
lain yang dibutuhkan adalah pakan komersial untuk ayam diambil untuk mengevaluasi kualitas telur pada penelitian
petelur, dedak padi, air, vita chick, sekam, vaksin ND, tetra ini adalah bobot telur, bobot kuning telur, bobot putih telur,
chlore, dan formalin. bobot kerabang basah, haugh unit, warna kuning telur, dan
Prosedur tebal kerabang telur. Warna kuning telur diamati dengan alat
pembantu Roche Yolk Colour Fan dengan skor 1-15 dengan
Persilangan 15 macam warna. Menurut Stadelman & Coteriil (1977)
Ayam IPB D-1 Generasi ke-6 disilangkan interse menjelaskan bahwa HU dapat dihitung dengan rumus :
kembali untuk memperoleh IPB D-1 G7. Ilustrasi
persilangan dapat dilihat pada Gambar 1. HU =100 log (H+7.57-1.7 W0.37)
98 Edisi Juni 2020
Habiburahman et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 8 (2): 97-101
Keterangan : telur. Adapun parameter indeks dan kualitas telur ayam IPB
HU = Haugh unit D-1 G7 dari 288 telur dapat dilihat pada Tabel 3.
H = tinggi putih telur kental (mm) Dari informasi Tabel 3 dapat didapatkan informasi
W = bobot telur (g) bahwa karakteristik telur ayam IPB D-1. Bobot telur 40.54
g, tinggi putih telur 6.6 mm, panjang telur 51.05 mm, lebar
Analisis Data
telur 38.01 mm, bobot putih 23.00 g, bobot kuning 12.29 g,
Produksi Telur warna kuning 7, berat kerabang 4.58 g, tebal kerabang 2.9
Data dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan mm, nilai HU 87.45.
rataan (X̅ ), simpangan baku (SD), dan koefisien keragaman
(KK).
Tabel 3. Rataan ± sd(KK) performa produksi dan kualitas telur
Nilai Ripitabilitas ayam IPB D-1 G7
Nilai ripitabilitas merupakan nilai yang Parameter Rata-rata
menggambarkan nilai ternak untuk mengulangi performanya Bobot (g) 40.54 ± 4.49 (20.25)
di masa akan datang. Menurut Noor (2008) Nilai
Tinggi Putih (mm) 66 ± 0.97 (0.95)
ripitabilitas berkisar 0-1. Nilai ripitabilitas pada penelitian
ini menggunakan data produksi telur yang didapatkan Panjang (mm) 51.05 ± 2.70 (7.29)
selama 3 bulan dan nilai haugh unit yang telah diambil. Data Lebar (mm) 38.02 ± 3.05 (9.33)
produksi telur yang didapatkan dibagi menjadi produksi Bobot Putih (g) 23.00 ± 2.74 (2.77
setiap bulan sehingga didapatkan data produksi telur 3 kali Warna Kuning 7.16 ± 1.26 (1.60)
pengulangan. Nilai ripitabilitas dapat diduga menggunakan Bobot Kuning (g) 12.29 ± 1.66 (2.77)
hasil dari analisis ragam (Becker 1985) yang dapat dilihat
Berat Kerabang (g) 4.58 ± 0.06 (0.94
pada Tabel 2 sehingga didapatkan nilai ripitabilitas produksi
telur dan haugh unit ayam IPB D-1 G7. Tebal Kerabang (mm) 0.3 ± 1.74 (3.02)
Nilai HU 87.45 ± 5.32 (28.35)
Tabel 2. Daftar sidik ragam
Sumber Keragaman Db SS MS EMS
Berat telur ayam IPB D-1 G7 masih tergolong seperti
Antar Individu N-1 SSw MSw δe2+k δw2
ayam kampung. Berat telurayam kampung pada penelitian
Antar Pengukuran dalam m - N Sse Mse δe2 Hartono (2014) sebesar 38-42 g. SNI telur ayam konsumsi
Individu (2008) mengkelompokan menjadi tiga jenis berdasarkan
Sumber : Becker (1985) bobotnya yaitu bobot telur <50 g (kecil), bobot telur 50-
60 g (sedang), bobot telur >60 g (besar). Berdasarkan
N = Jumlah individu
pengkelompokan SNI telur ayam IPB D-1 G7 tergolong
m = Jumlah total pengukuran
kecil. Tebal kerabang ayam IPB D-1 G7 tergolong tipis 0.3
k = 1/(m-1) (m- (∑mk2)/m)
δe2 = MSe
mm keuntungan dari kerabang tipis ini memudahkan ayam
δw2 = (Ms(w+Mse))/k saat proses pipping saat menetas.
R = δe2 + k δw2 Kualitas telur merupakan salah satu untuk
SE(R) = √((2 (1-R)2 [1+(k-1)R])/(k (k-1)(N-1))) menentukan telur itu baik dan buruknya. Dalam hal ini
parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas
telur yaitu haugh unit. Nilai haugh unit lebih dari 72
Peubah dikategorikan sebagai telur berkualitas AA, nilai haugh unit
Peubah yang diamati adalah produksi telur dan 60-72 sebagai telur berkualitas A, nilai haugh 10 unit 31-
kualitas telur. 60 sebagai telur berkualitas B dan nilai haugh unit kurang
1. Produksi telur = produksi telur yang dihasilkan ayam dari 31 dikategorikan sebagai telur berkualitas C (Mountney
dalam 1 periode 1976). Nilai haugh unit ayam IPB D-1 G7 yang diperoleh
2. Haugh Unit = mengukur tinggi putih telur (H) dan bobot sebesar 87.45 sehingga dapat dikatakan kualitas telur ayam
telur (g) dan dimasukan kedalam rumus HU menurut IPB D-1 G7 baik. Tingginya nilai haugh unit dikarekan telur
Stadelman & Coteriil (1977). diukur maksimal 1 hari setelah pengumpulan telur sehingga
3. Index telur = mengukur panjang telur, lebar telur, tinggi telur masih dalam keadaan segar. Peniilaian kualitas telur
putih telur, lebar kuning telur, tebal kerabang, dan berat sangat penting untuk mengetahui kualitas telur tersebut
kerabang. sehingga masyaratkan mengetahui secara umum telur yang
mereka konsumsi yaitu telur yang memilki kualitas yang
HASIL DAN PEMBAHASAN baik.
Kerabang telur ayam IPB D-1 G-7 diperoleh rata-
Kualitas telur rata 0.3 mm lebih tipis dibandingkan dengan penelitian
Telur konsumsi yang baik adalah ketika telur baru Widyantara et al. (2017) tebal kerabang ayam kampung
keluar dari ayam yang belum banyak mengalami penurunan yang diperoleh 0.32-0.35. Beberapa faktor memengaruhi
kualitas telur. Salah satu hal yang dapat dijadikan acuan tebal kerabang, yaitu umur, faktor genetik, kesehatan,
telur masih dalam kondisi bagus salah satunya Haugh unit lingkungan, dan pakan. Kerabang yang tipis relatif berpori
Edisi Juni 2020 99
Habiburahman et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 8 (2): 97-101
lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya individu ayam IPB D-1 G7. Produksi telur ayam IPB D-1
kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih cepat G7 selama 90 hari yang diteliti paling rendah 24 telur dan
(Widyantara et al. 2017). Proses penguapan yang lebih cepat paling tinggi 64 telur, ini yang menyebabkan tingginya
ini beresiko membuat DOC yang dihasilkan akan lebih kecil nilai koefisien keragaman. Rendahnya produksi telur pada
karena susut tetas pada saat penetasan telur. Kerabang yang salah satu individu dikarenakan keluarnya sifat mengeram
tipis juga dikhawatirkan jika menjadi telur konsumsi akan pada ternak yang kurang diharapkan untuk ayam jenis
mudah retak/pecah pada saat proses distribusi. petelur. Tingginya produksi telur pada ayam IPB D-1 G7
Nilai koefisien keragaman sampai saat ini tidak ada dikarenakan faktor genetik ayam ras.
yang baku, namun menurut Menurut Mattjik & Sumertajaya Peningkatan produktivitas telur penting untuk
(2000), koefisien keragaman 20-25% masih termasuk meningkatkan effisiensi produksi dikarenakan jumlah telur
homogen. Bobot, tinggi putih, lebar, bobot putih, warna yang dihasilkan tinggi akan mengurangi jumlah pakan yang
kuning, bobot kuning, bobot kerabang, tebal kerabang, dan dibutuhkan. Dalam penelitian ini diharapkan didapatkan
panjang telur termasuk seragam. Haugh unit tidak seragam. data dasar untuk menentukan seleksi keturunan ayam yang
Tingginya keragaman dapat diatasi dengan melakukan memilki produksi telur yang baik. Sehingga diharapkan
seleksi sehingga didapatkan keseragaman yang diinginkan. ayam IPB D-1 kedepannya memilki produksi telur yang
tinggi serta pertumbuhan sampai bobot potong yang tinggi.
Tabel 4. Rataan ± sd (KK) produksi telur ayam IPB D-1 G7 Ripitabilitas
Bulan Ke- Total Besarnya nilai ripitabilitas berkisar antara 0-1 (Noor
1 2 3 2008). Semakin tinggi nilai ripitabilitas dapat diartikan
Jumlah 17.07±3.19 15.00±4.53 12.23±4.59 44.3±9.39 semakin besar ternak tersebut akan mengulangi produksinya
Telur* (10.20) (20.55) (21.08) (88.08) di masa akan datang. Anova nilai ripitabilitas produksi telur
Persen 56.9 50 40.7 49.2 ayam IPB D-1 G7 dapat dilihat pada Tabel 5.
(%) Ripitabilitas produksi telur ayam IPB D-1 G7 yang
diperoleh berdasarkan sidik ragam yaitu 0.2. Hal tersebut
berarti bahwa keragaman daya ulang produksi telur ayam
Produksi Telur IPB D-1 G7 20% dipengaruhi oleh ragam genotip dan
Produksi telur ayam lokal relatif rendah salah satunya lingkungan yang permanen. 80% lainnya keragaman
ayam kampung yaitu sekitar 41.37% menurut Creswell & dipengaruhi oleh ragam gen lainnya dan ragam gen yang
Gunawan (1982). Rendahnya produksi telur ayam lokal disebabkan oleh lingkungan. Hal ini dikarenakan produksi
dikarenakan faktor genetik dari ayam lokal dan konsumsi telur termasuk sifat kuantitatif yang dikontrol oleh gen
pakan ayam. Pada ayam IPB D-1 G7 Produksi telur mencapai minor sehingga ekspresi gen tersebut dikontrol oleh banyak
49.22% lebih baik dibandingkan literatur. Peningkatan pasang gen dan ekspresinya dipengaruhi oleh lingkungan,
produksi telur ayam IPB D-1 G7 disebabkan oleh persentase seperti cuaca, manajamen, dan pakan.
genetik ayam ras sebanyak 25%. Sumbangan 25% genetik Ripitabilitas haugh unit telur ayam IPB D-1
ayam ras inilah yang menyebabkan peningkatan produksi G7 berdasarkan data yang diperoleh didapatkan nilai
telur ayam IPB D-1 G7 dibandingkan ayam lokal pada ripitabilitas produksi telur adalah 0.31. Hal tersebut berarti
umumnya. bahwa keragaman daya ulang produksi telur ayam IPB D-1
Koefisien keragaman produksi telur ayam IPB D-1 G7 31% dipengaruhi oleh ragam genotip dan lingkungan
G7 masih beragam. Produksi telur ayam IPB D-1 G7 jika yang permanen. 69% lainnya keragaman dipengaruhi
dilihat perbulannya masih seragam dengan nilai koefisien oleh ragam gen lainnya dan ragam gen yang disebabkan
keragaman 10-21, akan tetapi jika dilihat dari total produksi oleh lingkungan. Menurut Lasley (1987), perbedaan nilai
telur nilai koefisien keragaman yang diperoleh cukup heritabilitas suatu sifat dapat disebabkan oleh perbedaan
tinggi yaitu 88.08. Tingginya nilai koefisien keragaman jumlah pengamatan, jenis ternak, waktu, lingkungan serta
dikarenakan masih beragamnya produksi telur setiap metode pendugaan yang digunakan.
Tabel 5. Anova nilai ripitabilitas produksi telur ayam IPB D-1 G7
db JK KT Ragam w Ragam e Nilai Ripitabilitas
JK Antar Individu 29 851,43 29,35 4,20 16,74 0,20
Galat 60 1004,66 16,74
Total 89 1856,1
Tabel 6. Anova nilai ripitabilitas haugh unit telur ayam IPB D-1 G7
db JK KT Ragam w Ragam e Nilai Ripitabilitas
JK Antar individu 31 1807,48 58,31 11,18 24,76 0,31
Galat 256 6338,53 24,76
Total 287 8146,01
100 Edisi Juni 2020
Habiburahman et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 8 (2): 97-101
KESIMPULAN Hartono, T. A., A. W. Puger, I. M. Nuriyasa. 2014.
Kualitas telur lima jenis ayam kampung yang memiliki
Produksi telur ayam IPB D-1 G7 49.22%. Nilai warna bulu berbeda. Peternakan Tropika. 2(2): 153-
ripitabilitas produksi telur tergolong sedang. Ripitabilitas 162.
haugh unit tegolong sedang. Haugh unit telur ayam IPB Lasley, J. F. 1987. Genetics of Livestock Improvement.
D-1 tergolong sangat baik. Kualitas telur ayam IPB D-1 G7 New Dehli (IN): Prentice Hall of India.
sangat baik. Mattjik, A. A., & I. M. Sumertajaya. 2000. Perancangan
percobaan dengan aplikasi SAS dan minitab. Bogor
DAFTAR PUSTAKA (ID): IPB Pr.
Mountney, G. I. 1976. Poultry Technology 2nd Ed. Wesport
Becker, W. A. 1985. Manual of Quantitative Genetics.
(US). The Avi Publishing Inc.
3rd Ed. Pullman, Washington (US): Washington State
Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Bogor (ID): Penebar
University.
Swadaya.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2019. Statistik Indonesia
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Telur Ayam
2019. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
Konsumsi SNI-3926:2008. Jakarta (ID): Badan
Darwati, S., R. Afnan, H. Nurcahya, & N. Widayanti.
Standarisasi Nasional.
2019. Produksi telur dan reproduksi ayam silangan
Stadelman, W. J., & O. J. Cotteriil. 1977. Egg Science
antara ayam merawang dengan ayam arab serta
and Technology. 2nd Ed. Wetsport (US): The Avi
pendugaan nilai ripitabilitasnya. J. Pet. Indonesia.
Publishing Inc.
21(2): 102-108.
Widyantara, P. R. A., G. A. M. Kristina Dewi, & I. N. T.
Dirjen PKH (Direktorat Jenderal Peternakan dan
Ariana. 2017. Pengaruh lama penyimpanan terhadap
Kesehatan Hewan). 2018. Statistik Kesehatan
kualitas telur konsumsi ayam kampung dan ayam
peternakan dan Kesehatan Hewan 2018. Jakarta (ID):
lohman brown. Majalah Ilmiah Pet. 20(1): 5-11.
Dirjen PKH
Creswell, D. C., & B. Gunawan. 1982. Pertumbuhan
badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada
sistem peternakan intensif. Pros. Seminar Penelitian
Peternakan, Bogor.
Edisi Juni 2020 101