24492-Article Text-74930-1-10-20181211 PDF
24492-Article Text-74930-1-10-20181211 PDF
ABSTRACT
The development direction of Ciledug Agropolitan Area based on Cirebon Regency Spatial
Plan 2011-2031 covers five districts: Pasaleman District, Waled District, Babakan District,
Pabedilan District, and Pabuaran District. Each district has a role to support the system of
Ciledug Agropolitan Region. Pasaleman District has a role as a producer of agricultural products
in Ciledug Agropolitan Area, thus the district has an urgency to discover potential commodities
that can be developed in order to support the development of Ciledug Agropolitan Area. The
objective of this research is to identify leading agricultural commodities in Pasaleman District in
order to support the role of Pasaleman District as agropolitan area. Stages to achieve the
objectives are to study the concept of agropolitan area, to identify methods in determining leading
agricultural commodities, to identify of leading commodities in Pasaleman District, and to
determine the role of Pasaleman District towards Ciledug Agropolitan Area system. Data
collection method in this research uses secondary data and primary data from farmer
questionnaire in Pasaleman District with Slovin method for sampling. In this study, four methods
of analysis is used in order to identify the leading agricultural commodities in Pasaleman District:
Location Quetient (LQ), agricultural productivity, agricultural production, and profit of each
commodity. Results from production and productivity calculation shows that the leading
agricultural commodity in Pasaleman District is sugarcane. However, the results of LQ and profit
calculation show that the leading agricultural commodity in Pasaleman District is papaya. The
implications of this study are expected to contribute in policy formulation for local governments
and farmers in developing the leading agricultural commodities in Pasaleman District.
Keywords: agriculture, agropolitan area, leading commodities, Pasaleman District
ABSTRAK
218
Journal of Regional and Rural Development Planning, Oktober 2018, 2 (3): 218-227
pertanian akan dipaparkan juga di bagian daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh
metodologi. adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan
Metode Pengumpulan Data sistem agribisnis (Basuki, 2012). Dalam
Pemilihan lokasi wilayah studi Undang-Undang Republik Indonesia No. 26
Kecamatan Pasaleman ditentukan berdasarkan Tahun 2007 menyatakan bahwa pengembangan
pada potensi wilayah dalam mengembangkan Kawasan Agropolitan ditekankan pada
konsep agropolitan sesuai dengan regulasi pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten secara berkelanjutan, terdesentralisasi,
Cirebon Tahun 2011 sampai dengan 2031 kerakyatan, pada sebuah kawasan perdesaan
sebagai salah satu dari Kawasan Agropolitan yang memiliki keterkaitan ekonomi desa-kota
Ciledug. Peran Kecamatan Pasaleman (urban-rural linkages).
diharapkan mampu mendukung konsep Suatu kawasan sentra produksi pangan
agropolitan dalam Kawasan Agropolitan (agropolitan) yang sudah berkembang harus
Ciledug. Pada penelitian ini, data yang didapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suroyo,
bersumber dari data primer dan data sekunder. 2014): Masyarakat di Kawasan Agropolitan
Data sekunder didapatkan dari Instansi sebagian besar memiliki pendapatan dari
Pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik kegiatan pertanian agribisnis; Kawasan
(BPS) Kabupaten Cirebon, Dinas Pertanian Agropolitan didominasi oleh kegiatan pertanian
Kabupaten Cirebon, dan sebagainya. Studi atau agribisnis, termasuk usaha industri
literatur didapat dari berbagai sumber buku, (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil
jurnal, dan penelitian sebelumnya yang terkait pertanian, perdagangan agribisnis hulu (sarana
dengan penelitian ini. Sedangkan data primer dan permodalan). Agrowisata dan jasa
didapat dari hasil kuesioner di Kecamatan pelayanan; terdapat hubungan antara kota dan
Pasaleman. daerah hinterland di sekitar Kawasan
Responden untuk kuesioner yang Agropolitan; dan kehidupan masyarakat di
disusun adalah petani di tiap Desa di Kawasan Agropolitan hampir sama dengan
Kecamatan Pasaleman. Jumlah responden suasana perkotaan karena ketersediaan sarana
didapat berdasarkan sampel dari populasi dan prasarana di Kawasan Agropolitan tidak
petani di Kecamatan Pasaleman. Penentuan jauh berbeda dengan di kota.
jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan Sistem Agribisnis sebagai pendekatan
rumus Slovin: Kawasan Agropolitan terdiri dari lima sub
sistem (Sutawi dalam Suroyo, 2014) antara
lain: Sub sistem agribisnis hulu (upstream
Apabila N tidak diketahui, maka dapat agribusiness), yaitu industri-indutri yang
digunakan dengan menggunakan pendekatan menghasilkan barang-barang modal bagi
sebagai berikut: pertanian; Sub sistem usaha tani (on farm
agribusiness), yaitu kegiatan yang
menggunakan barang-barang modal dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan sumber daya alam untuk menghasilkan
tingkat kepercayaan 95% dan standar error 5% komoditas primer; Sub sistem pengolahan
untuk responden petani. (downstream Agribusiness), yaitu industri yang
mengolah komoditas primer menjadi produk
Kawasan Agropolitan olahan baik produk antara maupun produk
Kawasan Agropolitan adalah kawasan akhir; Sub sistem pemasaran, yaitu kegiatan
yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas
pada wilayah perdesaan sebagai sistem pertanian baik segar maupun olahan di dalam
produksi pertanian dan pengelolaan sumber dan luar negeri; Sub sistem jasa, yaitu
penyediaan jasa bagi sub sistem agribisnis hulu, Tabel 1 Metode dari penelitian sebelumnya
sub sistem usaha tani, dan sub sistem agribisnis Sumber Location Shift Produksi
Quotient Share Pertanian
hilir. (LQ)
Oksantriandhi, √ √
Metode Penentuan Komoditas Unggul B. dan Santoso
Pertanian Budi, E.
(2014)
Menurut Hendayana (2003), penentuan Hidayat, R √ √
komoditas unggulan daerah adalah langkah (2013)
awal dalam pembangunan pertanian yang Puspita, D dan √
berpijak pada konsep efisiendi untuk meraih Santoso Budi,
E. (2013)
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam Sumber: Hasil literatur, 2018
menghadapi era globalisasi.
Hendayana (2003) melakukan analisis Berdasarkan tabel di atas, metode yang
penentuan komoditas unggulan dapat dengan paling banyak digunakan untuk penentuan
menggunakan metode Location Quotient (LQ). komoditas unggulan pertanian adalah metode
Metode ini menurut Hendayana (2003) cocok LQ. Selain itu juga, analisis Shift Share dan
digunakan sebagai metode dalam menentukan penentuan produksi pertanian juga digunakan
komoditas unggulan khususnya dari sisi untuk penentuan komoditas unggulan.
penawaran (produksi). Metode LQ sebelumnya Metode LQ adalah teknik yang
dilakukan oleh Ron Hood (1998). Menurut digunakan untuk menganalisis basis ekonomi
Hood (dalam Hendayana, 2003), LQ suatu wilayah, LQ juga digunakan untuk
merupakan alat dalam menentukan mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi
perkembangan ekonomi yang paling sederhana sektor basis atau unggulan (leading sector)
dan pendekatan yang umum digunakan dalam (Oksantriandhi dan Santoso, 2014). Dengan
penentuan model ekonomi basis dalam mempertimbangkan penelitian sebelumnya,
mengukur derajat spesialisasi kegiatan atau penelitian ini menggunakan dua variabel
produk ekonomi melalui pendekatan metode penentuan komoditas unggul pertanian,
perbandingan. Menurut Hendayana (2003), yang terdiri dari: LQ dan produksi pertanian.
metode LQ memiliki kelebihan dan Selain itu, penelitian ini menambahkan metode
keterbatasan. Salah satu kelebih metode LQ penentuan komoditas unggul pertanian dengan
dalam mengidentifikasi komoditas unggulan menggunakan metode Produktivitas dan Laba
adalah penerapan yang mudah, sederhana, dan Pertanian.
tidak memerlukan perhitungan yang kompleks. Metode Produksi Pertanian digunakan
Sedangkan keterbatasan metode LQ adalah pada penelitian ini untuk menentukan
mengenai akurasi dan validitas data yang komoditas unggulan pertanian. Menurut
digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil Mosher (1978) dalam Setiawan (2011), usaha
analisis yang terjadi. tani merupakan suatu bagian dari permukaan
Berikut adalah metode penentuan bumi dimana petani dapat bercocok tanam atau
komoditas unggul pertanian yang dilakukan memelihara hewan ternak. Setiawan (2011)
oleh penelitian sebelumnya. menyatakan bahwa produksi adalah perubahan
dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi
satu atau lebih output (produk).
Hubungan antara input dan output digunakan dalam bentuk benda atau jasa
(Sukirno dalam Setiawan, 2011) tersebut dapat selama proses produksi, pembagian biaya
diformulasikan sebagai fungsi produksi yaitu: produksi berdasarkan sifatnya terdiri dari
(Rusmiyati, 2017: 19) biaya tetap (fixed cost)
Q = f (K, L, M,…) yaitu biaya yang tidak berhubungan dengan
barang produksi seperti alat pertanian dan
Dimana Q mewakili output (keluaran) tenaga kerja; dan biaya tidak tetap (variable
selama periode tertentu, K, L, dan M adalah cost) yaitu biaya yang berubah ketika luas
modal yang dibutuhkan misalnya dalam bentuk pertanian berubah.
penggunaan mesin, lama pekerja dalam Beberapa ahli mendefinisikan laba
bekerja, bahan baku yang digunakan untuk sebagai berikut: Menurut Ahyari (1981: 205),
produksi. laba adalah penerimaan bersih yang diterima
Metode Cobb Douglass dalam pemilik usaha setelah semua biaya usaha
menentukan fungsi produksi secara matematik dikeluarkan. Selanjutnya Adiwijaya (1982:168)
dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut: menyatakan bahwa laba yang diperoleh seorang
petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih
dalam perbandingan antara neraca pada
Dimana: permulaan usahanya dengan neraca pada akhir
= tingkat produksi pada tahun t usahanya. Menurut Tohir (1980) dalam
= Faktor teknologi tahun t Rusmiyati (2017) secara matematis keuntungan
= Barang modal tahun t (profit) usaha tani dapat ditulis sebagai berikut:
= Tenaga kerja tahun t
α = pertambahan output setiap pertambahan 1 Laba/Profit = TR – TC = P . Q – TFC - TVC
unit modal Karena TR = f (Y) dan TC = (Y),
β = pertambahan output setiap pertambahan 1 maka Laba/Profit = f (Y)
unit tenaga kerja
Keterangan:
Penelitian ini menggunakan metode Profit : Keuntungan Usaha Tani
produktivitas pertanian untuk menentukan TR : Total revenue (total penerimaan
komoditas unggul pertanian. Produktivitas produsen dari hasil penjualan inputnya
pertanian didapat dari perhitungan besaran dikaitkan harga jual)
berat hasil pertanian yang dihasilkan oleh TC : Total cost (total biaya yang merupakan
petani dalam satu tahun pada setiap komoditas. penjumlahan dari biaya tetap maupun
Produktivitas pertanian dalam penelitian ini tidak tetap)
berhubungan dengan metode ekstensifikasi dan Y : Jumlah output (variable pilihan)
intensifikasi lahan. Hal ini terkait bagaimana TFC : Biaya Tetap (Fixed Cost)
petani dapat memanfaatkan lahan untuk setiap TVC : Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
komoditas yang berbeda agar dapat mencapai P : Harga beras
berat panen yang dihasilkan per tahun optimal. Q : Produksi beras
Laba atau Profit merupakan selisih
antara pendapatan (penerimaan) kotor dan HASIL DAN DISKUSI
pengeluaran total (biaya total). Menurut
Pada bagian ini akan dipaparkan
Mosher, 1987 dalam Rusmiyati (2017),
mengenai hasil dari perhitungan berbagai
penerimaan dalam pertanian adalah produksi
metode untuk menentukan komoditas unggulan
yang dinyatakan dalam bentuk mata uang
pertanian di Kecamatan Pasaleman. Selain itu,
sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran
hasil mengenai peran Kecamatan Pasaleman
selama kegiatan usaha. Biaya produksi adalah
nilai dari semua faktor produksi yang
terhadap Kawasan Agropolitan Ciledug juga untuk melakukan kegiatan ekspor papaya ke
akan dipaparkan. luar kecamatan. Berdasarkan hasil analisis LQ
ini, dapat dikatakan bahwa Kecamatan
Komoditas Unggulan Pertanian Kecamatan Pasaleman dapat menjadi kecamatan yang
Pasaleman unggul dalam menghasilkan pepaya
Komoditas unggulan di Kecamatan dibandingkan kecamatan lainnya, khususnya
Pasaleman dapat dilihat melalui analisis jumlah kecamatan-kecamatan yang tergabung dalam
produksi tiap komoditas pertanian, Kawasan Agro Ciledug. Sehingga, diperlukan
produktivitas komoditas pertanian, perhatian khusus dalam meningkatkan mutu
laba/keuntungan komoditas pertanian, dan dan kualitas komoditas pepaya di Kecamatan
analisis LQ pada Kecamatan Pasaleman. Pasaleman agar nantinya dapat meningkatkan
Pada perhitungan Analisis LQ beberapa perekonomian Kecamatan Pasaleman.
komoditas di Kecamatan Pasaleman didapat Penentuan komoditas unggulan sebagai
pada tabel sebagai berikut: basis perekonomian Kecamatan Pasaleman
dapat pula berdasarkan produktivitas komoditas
Tabel 2 LQ komoditas sayur dan buah pertanian yang ditanam di Kecamatan
Komoditas LQ Pasaleman. Dengan ini, dilakukanlah
Cabai Besar 2.21 pengukuran terhadap nilai produktivitas dari
Mangga 1.06 masing-masing komoditas di Kecamatan
Pisang 0.02 Pasaleman. Besar produktivitas dari masing-
Pepaya 2.90 masing komoditas di Kecamatan Pasaleman
Tebu 1.35 adalah sebagai berikut:
Sumber: Hasil analisis, 2018
Tabel 3 Produktivitas menurut komoditas di
Tabel 2 menunjukkan hasil analisis LQ Kecamatan Pasaleman Kabupaten
yang digunakan untuk menentukan komoditas Cirebon
unggulan dan tidak unggulan di Kecamatan Produktivitas
Pasaleman. Komoditas unggulan yang Komoditas
(Ton/Tahun/Ha)
dimaksud dalam analisis ini yaitu dikatakan Tebu 141.722
unggulan apabila telah mampu memenuhi Jagung 53.746
kebutuhan di daerahnya sendiri, sehingga Kacang Hijau 43.878
mampu untuk melakukan ekspor ke daerah
Kunyit 20
lainnya. Data produksi yang digunakan dalam
Pisang 20
analisis diatas didapatkan dari Dokumen
Cabai 8.017
Kabupaten Cirebon Dalam Angka Tahun
Padi 6.604
edaran 2017 (data sekunder).
Leunca 4
Berdasarkan hasil analisis LQ terlihat
Terong 2.6
bahwa komoditas yang menjadi unggulan
Singkong 2
(diurutkan dari yang paling unggul) yaitu
Paria 1.648
Pepaya, Cabai, Tebu, dan Mangga. Sedangkan
Pepaya 1.514
komoditas yang tidak unggul adalah komoditas
Bawang Merah 0.794
pisang. Oleh karena itu, komoditas pepaya
berpotensi untuk dijadikan komoditas unggulan Mangga 0.666
di Kecamatan Pasaleman karena telah Timun 0.645
mengalami spesialisasi dari Kabupaten Kacang Tanah 0.525
Cirebon. Selain itu, Kecamatan Pasaleman Kacang Panjang 0.125
telah mampu memenuhi kebutuhan komoditas Kedelai 0.085
papaya terhadap daerahnya sendiri, dan mampu Sumber: Hasil analisis, 2018
Tabel 3 menunjukkan nilai produktivitas hanya panen satu kali dalam satu tahun, tetapi
masing-masing komoditas pertanian di produksinya banyak dalam satu kali panen
Kecamatan Pasaleman. Berdasarkan tabel tersebut. Kegiatan panen ini juga berpengaruh
tersebut, diketahui bahwa lima komoditas terhadap besar produksi komoditas pertanian
pertanian di Kecamatan Pasaleman dengan nilai yang dihasilkan. Hal ini karena semakin besar
produktivitas tertinggi adalah komoditas tebu, luas lahan dan banyak petani yang
jagung, kacang hijau, kunyit, dan pisang. menanamnya maka semakin besar produksi
Komoditas tebu merupakan komoditas pertanian yang dihasilkan. Tetapi ada
pertanian yang memiliki produktivitas tertinggi pengecualian, dimana jika terdapat komoditas
mencapai 141,722 per kg per hektar per pertanian yang sering panen namun memiliki
tahunnya. Jika dilihat dari nilai produktivitas, luas lahan kecil, maka produksinya pun akan
maka komoditas tebu berpotensi untuk menjadi rendah karena luas lahan yang dipanen kecil
komoditas unggulan di Kecamatan Pasaleman. sehingga hasil panen yang didapat akan sedikit.
Hal ini turut didukung dengan potensi Selain mengetahui besar nilai LQ dan
komoditas tebu seagai komoditas dengan produktivitas hasil pertanian di Kecamatan
jumlah produksi terbanyak di Kecamatan Pasaleman, juga dihitung jumlah produksi per
Pasaleman jika dibandingkan dengan komoditas per tahun yaitu sebagai berikut:
komoditas pertanian lainnya. Walaupun tebu
Pada Tabel 4 diketahui bahwa komoditas oleh tebu, sehingga membuat jumlah
tebu memiliki jumlah produksi terbanyak produksinya pun ikut banyak. Oleh karena itu,
dengan total 8,861,500 kg pada setiap jika penentuan komoditas unggulan didasarkan
tahunnya. Selanjutnya disusul oleh komoditas atas kuantitas produksi komoditas pertanian,
Jagung dengan jumlah produksi total 170,500 komoditas tebu berpotensi untuk menjadi
kg setiap tahunnya. Dari kedua hasil ini, terlihat komoditas unggulan di Kecamatan Pasaleman.
perbandingan jumlah produksi komoditas tebu Jika dilihat dari keuntungan atau laba
dan jagung yang sangat jauh. Hal tersebut yang dihasilkan dari tiap komoditas di
kemungkinan terjadi karena mayoritas lahan Kecamatan Pasaleman, didapat pada Tabel 5
pertanian di Kecamatan Pasaleman ditanami sebagai berikut:
Tabel 5 Rata-rata Modal, pemasukan (revenue), dan keuntungan (profit) tiap komoditas di Kecamatan
Pasaleman, Kabupaten Cirebon
225
Journal of Regional and Rural Development Planning, Oktober 2018, 2 (3): 218-227
jika dilihat dari kesimpulan penelitian ini, Oksantriandhi, B. & Santoso, E. B. (2014)
metode produksi dan produktivitas pertanian Identifikasi Komoditas Unggulan di
menyatakan bahwa tebu merupakan komoditas Kawasan Agropolitan Kabupaten
paling unggul, upaya yang dapat mendukung Pasaman. Jurnal Teknik POMITS, 3 (1).
komoditas ini dapat berupa insentif dari https://media.neliti.com/media/publicatio
lembaga atau pemerintahan untuk petani tebu ns/158721-ID-identifikasi-komoditas-
agar tetap menanam komoditas tersebut. Jika unggulan-di-kawas.pdf [27 Mei 2018].
dilihat dari analisis LQ dan laba terbesar, Puspita, D. & Santoso, E. B. (2013) Identifikasi
komoditas yang paling unggul di Kecamatan Potensi Komoditas Unggulan Koridor
Pasaleman adalah pepaya, hal ini dapat pada Jalan Lintas Selatan Jatim di
didukung oleh intensifikasi lahan pertanian Kabupaten Tulungagung - Trenggalek.
dengan menanam pepaya sebagai tanaman Jurnal Teknik POMITS, 2 (2), C-118-C-
hortikultura di tiap komoditas pertanian. 122.
Strategi yang dapat diterapkan untuk Rahardja, P. & Mandala, M. (2008). Pengantar
mengembangkan komoditas tebu dan papaya di Ilmu Ekonomi (Mikro & Makro). Jakarta:
Kecamatan Pasaleman dari segi pemberdayaan Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
petani dapat dilakukan dari sisi teknis dan sisi Universitas Indonesia.
permodalan. Sisi teknis bisa melalui pelatihan Rusmiyati. (2017). Analisis Keuntungan,
dan pembinaan petani untuk intensifikasi, Kelayakan Usaha dan Titik Impas Usaha
ekstensifikasi lahan, teknologi pertanian, Tani Padi Sawah di Desa Miau Baru
ketahanan tanaman terhadap hama, dan Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai
sebagainya. Sisi permodalan dapat berupa Timur. Magrobis Jurnal, 17 (2), 17-26.
bantuan modal atau bantuan penyedian bibit http://ejurnal.unikarta.ac.id/index.php/ma
tanaman yang unggul sehingga menghasilkan grobis/article/download/401/pdf [30 Mei
produk komoditas yang unggul. 2018].
Setiawan, A. B. & Prajanti, S. D. W. (2011)
DAFTAR PUSTAKA Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-
Faktor Produksi Usahan Tani Jagung di
Basuki, A. T. (2012). Pengembangan Kawasan Kabupaten Grobogan Tahun 2008.
Agropolitan. Jurnal Ekonomi dan Studi Jurnal Ekonomi dan Kebijakan (JEJAK),
Pembangunan, 3 (1), 53-57. 4 (1), 69-75.
http://journal.umy.ac.id/index.php/esp/art http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/j
icle/view/1291 [28 Mei 2018]. ejak/article/view/4642/3854 [30 Mei
Hendayana R. (2003). Aplikasi Metode 2018].
Location Quotient (LQ) dalam Suroyo, B. T. & Handayani, W. (2014)
Penentuan Komoditas Unggulan Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Nasional. Informatika Pertanian 12, 1- Kabupaten Kulonprogo, Daerah
21. Istimewa Yogyakarta. Jurnal
http://www.litbang.pertanian.go.id/infor Perencanaan Wilayah dan Kota, 5 (3),
matika_pertanian/RachmadH- 243-261.
211103.pdf [27 Mei 2018]. http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-
Hidayat, R. (2013). Analisis Komoditas content/uploads/2014/10/5.-Bambang-
Unggulan Sub Sektor Perkebunan di Tri.pdf [28 Mei 2018].
Kabupaten Bengkayang Provinsi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Kalimantan Barat. Jurnal Social Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Economic of Agriculture, 2 (1), 54-66.