Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Di SMP Negeri
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Di SMP Negeri
Bambang Ismanto
Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the school financing planning strategy in
improving the quality of schools. Strategy determination using EFE (Internal Factor
Evaluation), IFE (Internal Factor Evaluation), and SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) analysis. This research is a qualitative research focusing on
determining financing planning strategy in SMP Negeri 1 Salatiga. Sources of data come
from principals and school treasurers. The technique of collecting data using interviews
and documentation. Data analysis included: data collection, data reduction, data display
and drawing conclusion/ verification. The result of the research is the appropriate school
financing strategy for SMP Negeri 1 is to implement WO strategy or to support defensive
strategy that is strategy that minimmize weakness to exploit opportunity. In other words,
schools use the number of human resources and limited costs to the maximum by using
the funds owned and utilize the role of committees, parents, and alumni. For example, a
school can scale priorities together with committee-related competitions to be followed,
communicate school needs to the committee in order to improve the quality of education,
and submit proposals to alumni to contest, establish school facilities and infrastructure,
or salary of honorary teachers/staff.
Keywords: IFE, EFE, school quality, school financing planning strategy, SWOT
Article Info
Received date: 17 Agustus 2017 Revised date: 13 November 2017 Accepted date: 13 November 2017
195
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
PENDAHULUAN sistem sekolah dan berpengaruh terhadap
Tujuan pendidikan merupakan tujuan output sekolah (Wijaya, 2012). Pelanggan
seluruh pihak yang terkait dalam dunia internal misalnya guru dan siswa memiliki andil
pendidikan. Pemerintah (Pemerintah Pusat), untuk mewujudkan output sekolah yang
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, dan bermutu. Pelanggan eksternal merupakan
masyarakat merupakan pihak-pihak yang pelanggan yang ada di luar sistem sekolah dan
memiliki peran penting dalam keberhasilan menerima/ menikmati output sekolah (Wijaya,
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional 2012). Sebagai contoh, pelanggan eksternal
yaitu mengembangkan potensi peserta didik misalnya pengelola sebuah perusahaan yang
agar menjadi manusia yang beriman dan menerima karyawan dari output sekolah.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mereka yang akan menikmati mutu output yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, juga merupakan mutu sekolah.
mandiri, dan menjadi warga negara yang Definisi lain dari mutu adalah pernyataan
demokratis serta bertanggung jawab (Undang- yang dinamis terkait dengan produk, pelayanan,
Undang Nomor 20 Tahun 2003). Peserta didik orang, proses kerja, lingkungan, dan setiap
merupakan input sekaligus output pendidikan aspek dalam organisasi yang dapat memenuhi
yang membutuhkan pendidikan bermutu. atau melebihi harapan pelanggan (Goetsch and
Indikator minimal dari pendidikan bermutu Davis, Ishikawa dalam Rahardjo, 2012: 515).
dapat ditinjau dari tercapainya Standar Artinya, sekolah dikatakan bermutu jika
Nasional Pendidikan (SNP). Dalam Peraturan memberikan pelayanan jasa yang sesuai/
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang melebihi ekspektasi pelanggan. Guru
Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa mengharap supaya sekolah memberi gaji sesuai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah dengan kebutuhannya maka sekolah yang
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di bermutu akan memberikan gaji sesuai atau
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan lebih dari kebutuhan guru tersebut. Calon siswa
Republik Indonesia. Standar Nasional akan memilih sekolah yang memiliki banyak
Pendidikan (SNP) terdiri dari standar isi, prestasi daripada sekolah yang kurang
proses, pendidik dan tenaga kependidikan, berprestasi maka sekolah bermutu akan
kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, mengusahakan sedemikian rupa supaya setiap
pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian. siswa dan atau guru mampu berprestasi/
Dengan adanya standar nasional tersebut, maka bersaing dengan siswa/ guru-guru dari sekolah
arah peningkatan mutu pendidikan Indonesia lain.
menjadi lebih jelas (Raharjo, 2012: 301). Hal Kriteria minimal (nilai kumulatif)
ini ditegaskan juga oleh Hidayah, Susilowati, pemenuhan SNP yang harus dipenuhi oleh
dan Sukirman (2014: 15-16), yang menyatakan setiap satuan pendidikan merupakan Standar
bahwa pemenuh-an SNP dilakukan guna Pelayanan Minimal (SPM) (Permendikbud
mewujudkan pelaksanaan pendidikan yang Nomor 8 Tahun 2017). Sekolah yang hanya
bermutu. memenuhi SNP perlu meningkatkan pelayanan
Sekolah merupakan lembaga yang diberi untuk meningkat-kan standar pelayanan
kewenangan untuk menghasilkan generasi- sekaligus meningkat-kan mutu sekolah.
generasi penerus bangsa. Sekolah yang Peningkatan mutu pendidikan selama ini
bermutu akan menghasilkan output yang belum sesuai dengan harapan karena
bermutu pula. Mutu merupakan suatu konsep disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
atau pandangan mengenai mutu produk yang adalah strategi pembangunan pendidikan yang
sesuai harapan dengan tingkat kepuasan lebih bersifat “input oriented” dan “macro
tertentu yang dirasakan oleh pelanggan dan oriented” yang cenderung diatur oleh birokrasi
seluruh stakeholder (Sallis, 2010: 29-35). ditingkat pusat (Suti, 2011). Meskipun telah
Dalam sudut pandang sekolah, mutu sekolah diberlakukan otonomi daerah, campur tangan
adalah nilai tinggi rendahnya jasa yang Pemerintah masih cukup dominan. Hal ini
diberikan kepada pelanggan baik pelanggan membatasi sekolah khususnya sekolah negeri
internal maupun eksternal. Pelanggan internal untuk mengarah pada “customer oriented”
merupakan pelanggan yang berada di dalam yaitu peningkatan mutu yang berfokus pada
196
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
kebutuhan pelanggan. Untuk memenuhi pendidikan di tingkat Sekolah Menengah
kebutuhan pelanggan sekaligus meningkatkan Pertama (SMP) Negeri berasal dari Pemerintah
mutu, sekolah membutuhkan biaya yang dan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini,
terkadang tidak dapat/ kurang jika hanya pemerintah memiliki kebijakan dan peraturan
menggunakan biaya pendidikan dari terkait dengan pembiayaan satuan pendidikan/
pemerintah dan sumbangan sukarela. sekolah. Pembiayaan sekolah adalah proses
Standar pembiayaan adalah standar yang dimana pendapatan dan sumber daya yang
mengatur komponen dan besarnya biaya tersedia digunakan untuk memformulasikan
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai
satu tahun dan terdiri dari biaya investasi, biaya wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang
operasional, dan biaya personal (Peraturan berbeda-beda (Levin dalam Subarna: 2014).
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005). Dalam hal Tidak hanya tingkat dan wilayah geografis,
ini, pemerintah telah berupaya sedemikian rupa perhitungan kebutuhan sekolah dari berbagai
dalam peningkatan mutu pendidikan misalnya aspek perlu dipertimbangkan dan diputuskan
melalui pembiayaan berupa Dana Bantuan secara bijaksana. Sekolah dengan jumlah siswa
Operasional Sekolah (BOS), Bantuan sedikit tetapi memiliki lahan dan bangunan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), sekolah yang luas membutuhkan biaya
Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Dana perawatan yang memadai. Demikian pula
Alokasi Khusus (DAK), dan sebagainya. dengan sekolah yang memiliki banyak guru/
Berbagai peraturan dan kebijakan juga telah pegawai tidak tetap membutuhkan biaya
dibuat sedemikian rupa guna peningkatan mutu operasional untuk menggaji dan memberi
pendidikan. Namun pertanyaannya adalah tunjangan yang layak.
sudahkah mutu pendidikan meningkat. Sampai Dengan kebijakan dan peraturan yang
saat ini, kebijakan pemerintah dalam “sama”, beberapa sekolah tidak dapat
menentukan dan memberikan dana “sama rata” meningkatkan mutu dengan maksimal.
pada satuan pendidikan belum menjamin Kebijakan dan peraturan yang “sama” misalnya
peningkatan mutu pendidikan secara maksimal. jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah
Hal ini dikarenakan setiap sekolah memiliki (BOS) yang diterima oleh setiap siswa SMP.
kebutuhan yang berbeda-beda. Artinya, setiap Seharusnya, biaya satuan setiap siswa adalah biaya
sekolah membutuhkan dana yang berbeda pula. rata-rata per siswa yang dihitung dari total
pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di
Misalnya, bagi sekolah yang memiliki banyak sekolah dalam kurun waktu tertentu. Satuan biaya
siswa-siswi berprestasi akan membutuhkan pendidikan tiap siswa merupakan ukuran yang
lebih banyak dana (misalnya untuk lomba) menggambarkan seberapa besar uang yang
daripada sekolah yang memiliki sedikit siswa- dialokasikan sekolah (sumber dari Pemerintah,
siswi berprestasi. Selain itu, jumlah guru dan pemerintah daerah, orang tua, dan masyarakat) secara
efektif untuk kepentingan siswa dalam menempuh
pegawai tidak tetap (GTT/PTT/honorer) juga pendidikan, maka sekolah harus mengetahui besaran
tidak merata di setiap sekolah. Hal ini perlu untuk keperluan penganggaran yang setidaknya
evaluasi dan tindak lanjut penanggung jawab mendekati ketepatan. Total pengeluaran sekolah atau
pendanaan pendidikan yaitu Pemerintah, besar anggaran pembiayaan pendidikan mencakup:
pemerintah daerah, dan masyarakat, serta biaya pengembangan guru dan tenaga kependidikan,
honor non PNS Guru Tidak Tetap (GTT) dan Honor
pihak-pihak terkait. Non PNS Pegawai Tidak Tetap (PTT), Biaya Operasi
Strategi Perencanaan Pembiaya-an Sekolah. Pendidikan Langsung Non Personalia (Belanja
Barang dan Jasa), serta pengadaan peralatan
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung penunjang pendidikan/pembelajaran (Belanja Modal)
jawab Pemerintah, pemerintah daerah, dan (Hidayah, Susilowati, dan Sukirman, 2014: 15-17).
masyarakat (Undang-Undang Nomor 20 Tahun Dengan pemberian bantuan seperti dana
2003). Biaya satuan pendidikan terdiri atas Bantuan Operasional Sekolah dan sumbangan
biaya investasi (lahan pendidikan dan selain sukarela diharapkan mampu memenuhi
lahan pendidikan), biaya operasi (personalia kebutuhan sekolah. Pada kenyataannya, setiap
dan nonpersonalia), bantuan biaya pendidikan, sekolah memiliki jumlah pengeluaran dan
dan beasiswa (Peraturan Pemerintah Nomor 48 siswa yang berbeda-beda. Besarnya bantuan
Tahun 2008). Sumber biaya utama satuan dan sumbangan sukarela yang diterima tidak
197
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
dapat menjamin kebutuhan sekolah terpenuhi. belajar peserta didik, harus memfokuskan pada
Bagi sekolah swasta, kebutuhan sekolah program-program yang menjadi objek biaya,
mungkin dapat diatasi dengan iuran siswa supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan
namun tidak demikian dengan sekolah negeri. pendidikan dapat tercapai (Kurniady, 2011:
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 43). Dalam hal ini, kemampuan pengelola
2008, sekolah (pemerintah/ negeri) tidak pembiayaan sekolah dalam menentukan
diperkenankan melakukan pungutan terhadap strategi menjadi faktor penting. Salah satu
siswa. Meskipun memiliki aturan yang berbeda, kunci keberhasilan dalam pembangunan
sekolah swasta maupun negeri membutuh-kan pendidikan, terletak pada kemampuan SDM
strategi perencanaan pembiayaan yang tepat dalam mengelola dana yang tersedia dengan
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan mengacu pada kebutuhan pokok dan skala
mutu sekolah. prioritas program pembangunan pendidikan
Strategi adalah pendekatan secara dari tahun ke tahun secara bertahap dan
keseluruhan yang berkaitan dengan berkesinambungan sesuai dengan perencanaan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan program (Ferdi, 2013: 566). Dalam
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu peningkatan mutu sekolah juga dibutuhkan
tertentu (Maretsya, Soegiarto, dan Heriyanto, SDM yang mampu mengelola dana dan
2015). Strategi pembiayaan meliputi strategi menentukan strategi pembiayaan dari strategi
perencanaan (pelaksanaan gagasan), perencanaan sampai strategi tindak lanjut
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. pembiayaan.
Strategi perencanaan pembiayaan pendidikan Berdasarkan studi pendahuluan, hal
pada SMP, diawali dengan disusunnya Visi dan serupa dialami oleh SMP Negeri 1 Salatiga
Misi Sekolah, strategi perencanaan dan yaitu dana BOS hanya memenuhi SNP
penyusunan RAPBS dilaksanakan melalui minimal. Banyaknya siswa-siswi berprestasi
analisis SWOT sederhana (Subarna, 2014: 81). dan berbakat serta banyak GTT/PTT
Strategi perencanaan pembiayaan sekolah membutuhkan dana yang cukup besar. Sesuai
merupakan bagian penting dari manajemen dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
yang perlu ditentukan sesuai dengan faktor Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012, SMP
internal dan eksternal suatu perusahaan/ Negeri 1 Salatiga tidak menerima pungutan
lembaga termasuk sekolah. Selain itu hasil dari melainkan sumbangan sukarela. Meskipun
penentuan strategi perencanaan akan demikian, biaya untuk meningkatkan mutu
berimplikasi pada strategi pelaksanaan. sekolah masih kurang. Salah satu faktor
Kebijakan pemerintah terkait dengan penyebabnya yaitu strategi perencanaan
pendidikan gratis membuat sekolah tidak perlu pembiayaan sekolah yang sekolah miliki belum
lagi memikirkan tentang menghimpun dana tepat. Dalam penyusunan perencanaan
dari orang tua dan masyarakat tetapi di sisi lain anggaran, banyak sekolah tidak mengawali
menjadi gamang bagaimana mengembangkan dengan analisis kebutuhan (need assesment)
program pendidikan sesuai keinginan lingkungan internal dan eksternal atau analisis
masyarakat sebagai customer (Subarna, 2014: SWOT (Haryati, 2011: 73). Oleh karena itu,
81). Sekolah yang memiliki input siswa yang penulis hendak menentukan strategi
kurang baik secara jumlah, akademis dan non perencanaan pembiayaan di SMP Negeri 1
akademis biasanya tidak terlalu terbeban Salatiga guna meningkatkan mutu sekolah.
dengan peningkatan mutu. Berbeda dengan Penentuan strategi perencanaan pembiayaan
sekolah yang memiliki jumlah siswa yang menggunakan analisis IFE, EFE, dan SWOT
banyak dan hampir semua siswa memiliki sebagai teknik analisis dengan mengetahui
kemampuan akademik dan atau non akademik faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
yang cemerlang. Sekolah dapat menentukan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
strategi perencanaan pembiayaan yang tepat sekolah.
untuk memenuhi kebutuhan sekolah termasuk Analisis EFE, IFE, dan SWOT.
kebutuhan siswa. Strategi pembiayaan yang Analisis EFE (External Factor Evaluation) dan
dapat diterapkan untuk melaksanakan proses IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui kondisi internal dan
198
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
eksternal suatu perusahaan dan dirumuskan digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
menjadi strategi yang mendetail melalui analisi (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
SWOT (Strengths (S), Weakness (W), (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
Opportunitiess (O) dan Threats (T)) (Sudarma, suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis
2012). Dalam mengembangkan Matriks EFE/ (Wikipedia, tt). Analisis SWOT adalah
IFE, faktor-faktor eksternal yang ditemukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
diberi bobot dengan skala 0,0 (tidak penting) – dari berbagai faktor sistematis untuk
1,0 (sangat penting) dan total seluruh bobot merumuskan strategi perusahaan (Maretsya,
harus sama dengan satu, kemudian diberi Soegiarto, dan Heriyanto, 2015). Faktor yang
rating/ nilai antara 1-4, dan skor bobot dihitung dimaksud yaitu internal (strengths dan
dari hasil perkalian bobot dengan nilai. weakness) faktor eksternal (opportunities dan
Penentuan bobot dan skor menggunakan skala threats). Kekuatan (Strengths) dapat diartikan
prioritas. Berdasarkan perhitungan skor faktor sebagai segala sesuatu yang dimiliki oleh
internal dan eksternal, selanjutnya dihitung sekolah dan mendukung visi, misi, dan tujuan
skor faktor internal pada tabel IFE dihitung sekolah. Kelemahan (Weakness) adalah hal-hal
Selisih Total Kekuatan dan Total Kelemahan (S yang menjadi kelemahan sekolah misalnya
– W) dan pada tabel EFE dihitung Selisih Total kinerja pegawai yang buruk. Peluang
Peluang dan Total Ancaman (O – T). Besarnya (Opportunitiess) adalah kesempatan yang
IFE dan EFE yang telah dianalisis dimasukan berasal dari luar sekolah dan dapat
ke dalam diagram keputusan analisis SWOT dimanfaatkan untuk mencapai visi, misi, dan
yaitu hasil IFE berada pada sumbu x dan hasil tujuan sekolah. Ancaman/ hambatan (Threats)
EFE berada pada sumbu y. adalah hal-hal yang dapat mengamcam/
SWOT merupakan salah satu teknik menghambat pencapaian sekolah misalnya
analisis yang dapat digunakan untuk munsul pesaing baru yang lebih unggul.
menentukan strategi-strategi yang dapat Secara lebih terperinci, strategi-strategi
membantu perusahaan/ lembaga termasuk yang dapat dihasilkan dari analisis SWOT
sekolah dalam peningkatan mutu. SWOT dijelaskan dalam tabel berikut:
adalah metode perencanaan strategis yang
200
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
Tabel 2. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sekolah di SMP Negeri 1 Salatiga
KEKUATAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
Sekolah memiliki kantin dan koperasi sebagai sumber pendapatan
1 0,2 8 0,8
internal lainnya.
Partisipasi karyawan (bukan pengelola) dalam pengelolaan
2 0,15 2 0,3
pembiayaan
3 Partisipasi siswa dalam pembiayaan sekolah 0,1 1 0,1
1,2
KELEMAHAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
1 Jumlah SDM yang mengelola pembiayaan sekolah 0,3 3 0,9
2 Pembiayaan untuk lomba 0,15 2 0,3
Pembiayaan untuk pengadaan/ perbaikan sarana dan prasarana
3 0,05 2 0,1
sekolah
4 Biaya untuk gaji guru/tenaga honorer 0,1 2 0,2
1,5
ANCAMAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
1 Peran pemerintah dalam pengadaan tenaga PNS 0,2 1 0,2
Keterlambatan pemerintah dan penerbit buku merealisasikan pengadaan
2 0,1 1 0,1
buku Kurikulum 2013 (K-13)
3 Honor untuk guru/ tenaga honorer 0,15 1 0,15
0,45
201
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
Berdasarkan Tabel EFE dan EFE dapat Total skor bobot peluang - Total skor bobot
dihitung: ancaman = 1,9 – 0,45 = 1,45
Total skor bobot kekuatan - Total skor bobot Sehingga diperoleh titik (-0,3 , 1,45) pada
kelemahan = 1,2 – 1,5 = - 0,3 diagram SWOT atau berada di kuadran 2
seperti gambar di bawah ini:
Berbagai Peluang
KUADRAN 3 KUADRAN 1
1,45
Kelemahan Kekuatan
-0,3 Internal
Eksternal
KUADRAN 2 KUADRAN 4
Berbagai Ancaman
Gambar 1. Diagram SWOT: Perencanaan Strategi Pembiayaan Sekolah
Berdasarkan diagram SWOT di atas dapat yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan
diketahui bahwa stategi yang cocok dengan untuk memanfaatkan peluang. Berikut strategi-
kondisi internal dan eksternal sekolah adalah strategi alternatif yang disajikan pada Tabel 4:
strategi WO atau mendukung strategi defensive
202
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto