0% found this document useful (0 votes)
109 views10 pages

Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Di SMP Negeri

This document discusses school financing strategies to improve quality at SMP Negeri 1 Salatiga. It analyzes the school's internal and external factors using EFE, IFE, and SWOT analyses. The optimal strategy identified is to minimize weaknesses and take advantage of opportunities. Specifically, the school should maximize its human resources and limited costs by utilizing funds, committees, parents, and alumni. For example, prioritizing competitions together with committees, communicating school needs to raise funds, and submitting proposals to alumni for facilities, infrastructure, or honorary teacher salaries.

Uploaded by

andi suwandi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
109 views10 pages

Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Di SMP Negeri

This document discusses school financing strategies to improve quality at SMP Negeri 1 Salatiga. It analyzes the school's internal and external factors using EFE, IFE, and SWOT analyses. The optimal strategy identified is to minimize weaknesses and take advantage of opportunities. Specifically, the school should maximize its human resources and limited costs by utilizing funds, committees, parents, and alumni. For example, prioritizing competitions together with committees, communicating school needs to raise funds, and submitting proposals to alumni for facilities, infrastructure, or honorary teacher salaries.

Uploaded by

andi suwandi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Magister Manajemen Pendidikan e-ISSN 2549-9661

FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Volume: 4, No. 2, Juli-Desember 2017


[email protected] Halaman: 195-204

Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah dalam Peningkatan Mutu


di SMP Negeri

Ririn Tius Eka Margareta


Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]

Bambang Ismanto
Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the school financing planning strategy in
improving the quality of schools. Strategy determination using EFE (Internal Factor
Evaluation), IFE (Internal Factor Evaluation), and SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) analysis. This research is a qualitative research focusing on
determining financing planning strategy in SMP Negeri 1 Salatiga. Sources of data come
from principals and school treasurers. The technique of collecting data using interviews
and documentation. Data analysis included: data collection, data reduction, data display
and drawing conclusion/ verification. The result of the research is the appropriate school
financing strategy for SMP Negeri 1 is to implement WO strategy or to support defensive
strategy that is strategy that minimmize weakness to exploit opportunity. In other words,
schools use the number of human resources and limited costs to the maximum by using
the funds owned and utilize the role of committees, parents, and alumni. For example, a
school can scale priorities together with committee-related competitions to be followed,
communicate school needs to the committee in order to improve the quality of education,
and submit proposals to alumni to contest, establish school facilities and infrastructure,
or salary of honorary teachers/staff.

Keywords: IFE, EFE, school quality, school financing planning strategy, SWOT

Article Info
Received date: 17 Agustus 2017 Revised date: 13 November 2017 Accepted date: 13 November 2017

195
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
PENDAHULUAN sistem sekolah dan berpengaruh terhadap
Tujuan pendidikan merupakan tujuan output sekolah (Wijaya, 2012). Pelanggan
seluruh pihak yang terkait dalam dunia internal misalnya guru dan siswa memiliki andil
pendidikan. Pemerintah (Pemerintah Pusat), untuk mewujudkan output sekolah yang
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, dan bermutu. Pelanggan eksternal merupakan
masyarakat merupakan pihak-pihak yang pelanggan yang ada di luar sistem sekolah dan
memiliki peran penting dalam keberhasilan menerima/ menikmati output sekolah (Wijaya,
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional 2012). Sebagai contoh, pelanggan eksternal
yaitu mengembangkan potensi peserta didik misalnya pengelola sebuah perusahaan yang
agar menjadi manusia yang beriman dan menerima karyawan dari output sekolah.
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mereka yang akan menikmati mutu output yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, juga merupakan mutu sekolah.
mandiri, dan menjadi warga negara yang Definisi lain dari mutu adalah pernyataan
demokratis serta bertanggung jawab (Undang- yang dinamis terkait dengan produk, pelayanan,
Undang Nomor 20 Tahun 2003). Peserta didik orang, proses kerja, lingkungan, dan setiap
merupakan input sekaligus output pendidikan aspek dalam organisasi yang dapat memenuhi
yang membutuhkan pendidikan bermutu. atau melebihi harapan pelanggan (Goetsch and
Indikator minimal dari pendidikan bermutu Davis, Ishikawa dalam Rahardjo, 2012: 515).
dapat ditinjau dari tercapainya Standar Artinya, sekolah dikatakan bermutu jika
Nasional Pendidikan (SNP). Dalam Peraturan memberikan pelayanan jasa yang sesuai/
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang melebihi ekspektasi pelanggan. Guru
Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa mengharap supaya sekolah memberi gaji sesuai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah dengan kebutuhannya maka sekolah yang
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di bermutu akan memberikan gaji sesuai atau
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan lebih dari kebutuhan guru tersebut. Calon siswa
Republik Indonesia. Standar Nasional akan memilih sekolah yang memiliki banyak
Pendidikan (SNP) terdiri dari standar isi, prestasi daripada sekolah yang kurang
proses, pendidik dan tenaga kependidikan, berprestasi maka sekolah bermutu akan
kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, mengusahakan sedemikian rupa supaya setiap
pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian. siswa dan atau guru mampu berprestasi/
Dengan adanya standar nasional tersebut, maka bersaing dengan siswa/ guru-guru dari sekolah
arah peningkatan mutu pendidikan Indonesia lain.
menjadi lebih jelas (Raharjo, 2012: 301). Hal Kriteria minimal (nilai kumulatif)
ini ditegaskan juga oleh Hidayah, Susilowati, pemenuhan SNP yang harus dipenuhi oleh
dan Sukirman (2014: 15-16), yang menyatakan setiap satuan pendidikan merupakan Standar
bahwa pemenuh-an SNP dilakukan guna Pelayanan Minimal (SPM) (Permendikbud
mewujudkan pelaksanaan pendidikan yang Nomor 8 Tahun 2017). Sekolah yang hanya
bermutu. memenuhi SNP perlu meningkatkan pelayanan
Sekolah merupakan lembaga yang diberi untuk meningkat-kan standar pelayanan
kewenangan untuk menghasilkan generasi- sekaligus meningkat-kan mutu sekolah.
generasi penerus bangsa. Sekolah yang Peningkatan mutu pendidikan selama ini
bermutu akan menghasilkan output yang belum sesuai dengan harapan karena
bermutu pula. Mutu merupakan suatu konsep disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
atau pandangan mengenai mutu produk yang adalah strategi pembangunan pendidikan yang
sesuai harapan dengan tingkat kepuasan lebih bersifat “input oriented” dan “macro
tertentu yang dirasakan oleh pelanggan dan oriented” yang cenderung diatur oleh birokrasi
seluruh stakeholder (Sallis, 2010: 29-35). ditingkat pusat (Suti, 2011). Meskipun telah
Dalam sudut pandang sekolah, mutu sekolah diberlakukan otonomi daerah, campur tangan
adalah nilai tinggi rendahnya jasa yang Pemerintah masih cukup dominan. Hal ini
diberikan kepada pelanggan baik pelanggan membatasi sekolah khususnya sekolah negeri
internal maupun eksternal. Pelanggan internal untuk mengarah pada “customer oriented”
merupakan pelanggan yang berada di dalam yaitu peningkatan mutu yang berfokus pada
196
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
kebutuhan pelanggan. Untuk memenuhi pendidikan di tingkat Sekolah Menengah
kebutuhan pelanggan sekaligus meningkatkan Pertama (SMP) Negeri berasal dari Pemerintah
mutu, sekolah membutuhkan biaya yang dan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini,
terkadang tidak dapat/ kurang jika hanya pemerintah memiliki kebijakan dan peraturan
menggunakan biaya pendidikan dari terkait dengan pembiayaan satuan pendidikan/
pemerintah dan sumbangan sukarela. sekolah. Pembiayaan sekolah adalah proses
Standar pembiayaan adalah standar yang dimana pendapatan dan sumber daya yang
mengatur komponen dan besarnya biaya tersedia digunakan untuk memformulasikan
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai
satu tahun dan terdiri dari biaya investasi, biaya wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang
operasional, dan biaya personal (Peraturan berbeda-beda (Levin dalam Subarna: 2014).
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005). Dalam hal Tidak hanya tingkat dan wilayah geografis,
ini, pemerintah telah berupaya sedemikian rupa perhitungan kebutuhan sekolah dari berbagai
dalam peningkatan mutu pendidikan misalnya aspek perlu dipertimbangkan dan diputuskan
melalui pembiayaan berupa Dana Bantuan secara bijaksana. Sekolah dengan jumlah siswa
Operasional Sekolah (BOS), Bantuan sedikit tetapi memiliki lahan dan bangunan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), sekolah yang luas membutuhkan biaya
Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Dana perawatan yang memadai. Demikian pula
Alokasi Khusus (DAK), dan sebagainya. dengan sekolah yang memiliki banyak guru/
Berbagai peraturan dan kebijakan juga telah pegawai tidak tetap membutuhkan biaya
dibuat sedemikian rupa guna peningkatan mutu operasional untuk menggaji dan memberi
pendidikan. Namun pertanyaannya adalah tunjangan yang layak.
sudahkah mutu pendidikan meningkat. Sampai Dengan kebijakan dan peraturan yang
saat ini, kebijakan pemerintah dalam “sama”, beberapa sekolah tidak dapat
menentukan dan memberikan dana “sama rata” meningkatkan mutu dengan maksimal.
pada satuan pendidikan belum menjamin Kebijakan dan peraturan yang “sama” misalnya
peningkatan mutu pendidikan secara maksimal. jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah
Hal ini dikarenakan setiap sekolah memiliki (BOS) yang diterima oleh setiap siswa SMP.
kebutuhan yang berbeda-beda. Artinya, setiap Seharusnya, biaya satuan setiap siswa adalah biaya
sekolah membutuhkan dana yang berbeda pula. rata-rata per siswa yang dihitung dari total
pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di
Misalnya, bagi sekolah yang memiliki banyak sekolah dalam kurun waktu tertentu. Satuan biaya
siswa-siswi berprestasi akan membutuhkan pendidikan tiap siswa merupakan ukuran yang
lebih banyak dana (misalnya untuk lomba) menggambarkan seberapa besar uang yang
daripada sekolah yang memiliki sedikit siswa- dialokasikan sekolah (sumber dari Pemerintah,
siswi berprestasi. Selain itu, jumlah guru dan pemerintah daerah, orang tua, dan masyarakat) secara
efektif untuk kepentingan siswa dalam menempuh
pegawai tidak tetap (GTT/PTT/honorer) juga pendidikan, maka sekolah harus mengetahui besaran
tidak merata di setiap sekolah. Hal ini perlu untuk keperluan penganggaran yang setidaknya
evaluasi dan tindak lanjut penanggung jawab mendekati ketepatan. Total pengeluaran sekolah atau
pendanaan pendidikan yaitu Pemerintah, besar anggaran pembiayaan pendidikan mencakup:
pemerintah daerah, dan masyarakat, serta biaya pengembangan guru dan tenaga kependidikan,
honor non PNS Guru Tidak Tetap (GTT) dan Honor
pihak-pihak terkait. Non PNS Pegawai Tidak Tetap (PTT), Biaya Operasi
Strategi Perencanaan Pembiaya-an Sekolah. Pendidikan Langsung Non Personalia (Belanja
Barang dan Jasa), serta pengadaan peralatan
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung penunjang pendidikan/pembelajaran (Belanja Modal)
jawab Pemerintah, pemerintah daerah, dan (Hidayah, Susilowati, dan Sukirman, 2014: 15-17).
masyarakat (Undang-Undang Nomor 20 Tahun Dengan pemberian bantuan seperti dana
2003). Biaya satuan pendidikan terdiri atas Bantuan Operasional Sekolah dan sumbangan
biaya investasi (lahan pendidikan dan selain sukarela diharapkan mampu memenuhi
lahan pendidikan), biaya operasi (personalia kebutuhan sekolah. Pada kenyataannya, setiap
dan nonpersonalia), bantuan biaya pendidikan, sekolah memiliki jumlah pengeluaran dan
dan beasiswa (Peraturan Pemerintah Nomor 48 siswa yang berbeda-beda. Besarnya bantuan
Tahun 2008). Sumber biaya utama satuan dan sumbangan sukarela yang diterima tidak
197
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
dapat menjamin kebutuhan sekolah terpenuhi. belajar peserta didik, harus memfokuskan pada
Bagi sekolah swasta, kebutuhan sekolah program-program yang menjadi objek biaya,
mungkin dapat diatasi dengan iuran siswa supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan
namun tidak demikian dengan sekolah negeri. pendidikan dapat tercapai (Kurniady, 2011:
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 43). Dalam hal ini, kemampuan pengelola
2008, sekolah (pemerintah/ negeri) tidak pembiayaan sekolah dalam menentukan
diperkenankan melakukan pungutan terhadap strategi menjadi faktor penting. Salah satu
siswa. Meskipun memiliki aturan yang berbeda, kunci keberhasilan dalam pembangunan
sekolah swasta maupun negeri membutuh-kan pendidikan, terletak pada kemampuan SDM
strategi perencanaan pembiayaan yang tepat dalam mengelola dana yang tersedia dengan
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan mengacu pada kebutuhan pokok dan skala
mutu sekolah. prioritas program pembangunan pendidikan
Strategi adalah pendekatan secara dari tahun ke tahun secara bertahap dan
keseluruhan yang berkaitan dengan berkesinambungan sesuai dengan perencanaan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan program (Ferdi, 2013: 566). Dalam
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu peningkatan mutu sekolah juga dibutuhkan
tertentu (Maretsya, Soegiarto, dan Heriyanto, SDM yang mampu mengelola dana dan
2015). Strategi pembiayaan meliputi strategi menentukan strategi pembiayaan dari strategi
perencanaan (pelaksanaan gagasan), perencanaan sampai strategi tindak lanjut
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. pembiayaan.
Strategi perencanaan pembiayaan pendidikan Berdasarkan studi pendahuluan, hal
pada SMP, diawali dengan disusunnya Visi dan serupa dialami oleh SMP Negeri 1 Salatiga
Misi Sekolah, strategi perencanaan dan yaitu dana BOS hanya memenuhi SNP
penyusunan RAPBS dilaksanakan melalui minimal. Banyaknya siswa-siswi berprestasi
analisis SWOT sederhana (Subarna, 2014: 81). dan berbakat serta banyak GTT/PTT
Strategi perencanaan pembiayaan sekolah membutuhkan dana yang cukup besar. Sesuai
merupakan bagian penting dari manajemen dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
yang perlu ditentukan sesuai dengan faktor Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012, SMP
internal dan eksternal suatu perusahaan/ Negeri 1 Salatiga tidak menerima pungutan
lembaga termasuk sekolah. Selain itu hasil dari melainkan sumbangan sukarela. Meskipun
penentuan strategi perencanaan akan demikian, biaya untuk meningkatkan mutu
berimplikasi pada strategi pelaksanaan. sekolah masih kurang. Salah satu faktor
Kebijakan pemerintah terkait dengan penyebabnya yaitu strategi perencanaan
pendidikan gratis membuat sekolah tidak perlu pembiayaan sekolah yang sekolah miliki belum
lagi memikirkan tentang menghimpun dana tepat. Dalam penyusunan perencanaan
dari orang tua dan masyarakat tetapi di sisi lain anggaran, banyak sekolah tidak mengawali
menjadi gamang bagaimana mengembangkan dengan analisis kebutuhan (need assesment)
program pendidikan sesuai keinginan lingkungan internal dan eksternal atau analisis
masyarakat sebagai customer (Subarna, 2014: SWOT (Haryati, 2011: 73). Oleh karena itu,
81). Sekolah yang memiliki input siswa yang penulis hendak menentukan strategi
kurang baik secara jumlah, akademis dan non perencanaan pembiayaan di SMP Negeri 1
akademis biasanya tidak terlalu terbeban Salatiga guna meningkatkan mutu sekolah.
dengan peningkatan mutu. Berbeda dengan Penentuan strategi perencanaan pembiayaan
sekolah yang memiliki jumlah siswa yang menggunakan analisis IFE, EFE, dan SWOT
banyak dan hampir semua siswa memiliki sebagai teknik analisis dengan mengetahui
kemampuan akademik dan atau non akademik faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
yang cemerlang. Sekolah dapat menentukan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
strategi perencanaan pembiayaan yang tepat sekolah.
untuk memenuhi kebutuhan sekolah termasuk Analisis EFE, IFE, dan SWOT.
kebutuhan siswa. Strategi pembiayaan yang Analisis EFE (External Factor Evaluation) dan
dapat diterapkan untuk melaksanakan proses IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui kondisi internal dan
198
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
eksternal suatu perusahaan dan dirumuskan digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
menjadi strategi yang mendetail melalui analisi (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
SWOT (Strengths (S), Weakness (W), (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
Opportunitiess (O) dan Threats (T)) (Sudarma, suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis
2012). Dalam mengembangkan Matriks EFE/ (Wikipedia, tt). Analisis SWOT adalah
IFE, faktor-faktor eksternal yang ditemukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
diberi bobot dengan skala 0,0 (tidak penting) – dari berbagai faktor sistematis untuk
1,0 (sangat penting) dan total seluruh bobot merumuskan strategi perusahaan (Maretsya,
harus sama dengan satu, kemudian diberi Soegiarto, dan Heriyanto, 2015). Faktor yang
rating/ nilai antara 1-4, dan skor bobot dihitung dimaksud yaitu internal (strengths dan
dari hasil perkalian bobot dengan nilai. weakness) faktor eksternal (opportunities dan
Penentuan bobot dan skor menggunakan skala threats). Kekuatan (Strengths) dapat diartikan
prioritas. Berdasarkan perhitungan skor faktor sebagai segala sesuatu yang dimiliki oleh
internal dan eksternal, selanjutnya dihitung sekolah dan mendukung visi, misi, dan tujuan
skor faktor internal pada tabel IFE dihitung sekolah. Kelemahan (Weakness) adalah hal-hal
Selisih Total Kekuatan dan Total Kelemahan (S yang menjadi kelemahan sekolah misalnya
– W) dan pada tabel EFE dihitung Selisih Total kinerja pegawai yang buruk. Peluang
Peluang dan Total Ancaman (O – T). Besarnya (Opportunitiess) adalah kesempatan yang
IFE dan EFE yang telah dianalisis dimasukan berasal dari luar sekolah dan dapat
ke dalam diagram keputusan analisis SWOT dimanfaatkan untuk mencapai visi, misi, dan
yaitu hasil IFE berada pada sumbu x dan hasil tujuan sekolah. Ancaman/ hambatan (Threats)
EFE berada pada sumbu y. adalah hal-hal yang dapat mengamcam/
SWOT merupakan salah satu teknik menghambat pencapaian sekolah misalnya
analisis yang dapat digunakan untuk munsul pesaing baru yang lebih unggul.
menentukan strategi-strategi yang dapat Secara lebih terperinci, strategi-strategi
membantu perusahaan/ lembaga termasuk yang dapat dihasilkan dari analisis SWOT
sekolah dalam peningkatan mutu. SWOT dijelaskan dalam tabel berikut:
adalah metode perencanaan strategis yang

Tabel 1. Strategi-strategi berdasarkan analisis SWOT


(Marimin, 2004: 60)
IFA/EFA STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
Strategi SO Strategi WO
Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk
OPPORTUNITIES (O)
memanfaatkan peluang. Digunakan memanfaatkan peluang. Digunakan
jika perusahaan/ lembaga berada jika perusahaan/ lembaga berada
pada kuadran I pada kuadran III
Strategi ST Strategi WT
Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan dan
TREATHS (T)
mengatasi ancaman. Digunakan jika menghindari ancaman. Digunakan
perusahaan/ lembaga berada pada jika perusahaan/ lembaga berada
kuadran II pada kuadran IV

Suatu organisasi harus membuat akurat, seimbang, terintegrasi dan selaras


perencanaan dan pendefinisian strategi yang (Susanto, 2014: 11-13). Dalam hal ini, analisis
tepat agar dapat membuat keputusan mengenai SWOT dapat dijadikan salah satu alat ukur
pengalokasian sumberdaya yang ada secara dalam menentukan strategi yang tepat. Melalui
tepat dalam menjalankan strategi tersebut dan kekuatan dan peluang yang ada, sekolah dapat
untuk mengukur dan melihat apakah strategi meningkatkan mutu. Selain itu, sekolah dapat
yang direncanakan dan dijalankan berhasil atau meminimalkan kelemahan dan ancaman yang
tidak, maka harus dipilih pengukuran yang ada dengan strategi yang tepat.
199
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
Penelitian tentang strategi pembiayaan HASIL PENELITIAN DAN
sekolah sulit ditemukan karena belum banyak PEMBAHASAN
yang melakukan penelitian terkait. Penelitian Hasil Penelitian
Sudarsana (2016) menyatakan bahwa Faktor internal sekolah di SMP Negeri 1
perkembangan ekonomi merupakan salah satu Salatiga yaitu: 1) Kekuatan: a) Sekolah
alat untuk memenuhi permintaan masyarakat memiliki kantin dan koperasi sebagai sumber
terhadap pendidik-an, karena pendidikan pendapatan internal lainnya, b) Partisipasi
memerlukan biaya. Hal tersebut menegaskan karyawan (bukan pengelola) dalam
bahwa upaya sekolah baik dalam bentuk pengelolaan pembiayaan, dan c) Partisipasi
kegiatan atau program membutuhkan biaya siswa dalam pembiayaan sekolah; dan 2)
untuk memenuhi permintaan pelanggan Kelemahan: a) Jumlah SDM yang mengelola
sekaligus meningkatkan mutu. Hal ini pembiayaan sekolah, b) Pembiayaan untuk
ditegaskan dalam penelitian Suti (2011), unsur lomba, c) Pembiayaan untuk pengadaan/
pendanaan/pembiayaan pendidikan yang perbaikan sarana dan prasarana sekolah, dan d)
memungkinkan semua program pendidikan di Biaya untuk gaji guru/tenaga honorer.
lembaga pendidikan/ sekolah dapat Faktor eksternal sekolah di SMP Negeri 1
berlangsung. Tanpa biaya, kegiatan tidak Salatiga yaitu: 1) Peluang: a) Dana rutin dari
terlaksana yang berarti tujuan kegiatan/ Pemerintah dan Pemerintah Daerah, b) Peran
program pendidikan/ sekolah tidak tercapai. komite dan orang tua (misalnya memberi dana
sukarela), dan c) Kontribusi/ bantuan dari
METODE PENELITIAN alumni; 2) Ancaman/ hambatan: a) Peran
Penelitian ini merupakan penelitian pemerintah dalam pengadaan tenaga PNS, b)
kualitatif yang memaparkan tentang strategi Keterlambatan pemerintah dan penerbit buku
perencanaan pendidikan. Dalam penelitian ini, merealisasikan pengadaan buku Kurikulum
tingkat strategi yang digunakan adalah tingkat 2013 (K-13), dan c) Honor untuk guru/ tenaga
unit/ fungsional dengan lokasi penelitian di honorer.
SMP Negeri 1 Salatiga. Subyek penelitian yaitu Pengelola pembiayaan sekolah telah
kepala sekolah dan bendahara. Pengumpulan berupaya meningkatkan mutu dengan
data melalui wawancara dan studi dokumen. menentukan skala prioritas. Pertimbangan
Data yang terkumpul direduksi dengan cara terkait anggaran yang dimiliki dan prioritas
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pemenuhan kebutuhan sekolah dilakukan
sekolah. Kemudian data diolah sesuai dengan bersama seluruh stakeholders sekolah. Mulai
aturan analisis IFE, EFE, dan SWOT dan dari penyebaran angket kebutuhan selama satu
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. tahun ajaran hingga pengambilan keputusan,
Setelah itu strategi yang dihasilkan merupakan didiskusikan secara kekeluargaan oleh pihak-
kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini pihak terkait (Kepala sekolah, bendahara, guru,
juga dilakukan triangulasi sumber dengan karyawan, dan komite).
melakukan klarifikasi kebenaran data kepada Pembahasan
subyek penelitian. Berdasarkan faktor internal dan eksternal
Sekolah dapat diperoleh analisis sebagai
berikut:

200
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto
Tabel 2. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sekolah di SMP Negeri 1 Salatiga
KEKUATAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
Sekolah memiliki kantin dan koperasi sebagai sumber pendapatan
1 0,2 8 0,8
internal lainnya.
Partisipasi karyawan (bukan pengelola) dalam pengelolaan
2 0,15 2 0,3
pembiayaan
3 Partisipasi siswa dalam pembiayaan sekolah 0,1 1 0,1
1,2
KELEMAHAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
1 Jumlah SDM yang mengelola pembiayaan sekolah 0,3 3 0,9
2 Pembiayaan untuk lomba 0,15 2 0,3
Pembiayaan untuk pengadaan/ perbaikan sarana dan prasarana
3 0,05 2 0,1
sekolah
4 Biaya untuk gaji guru/tenaga honorer 0,1 2 0,2
1,5

Tabel 3. Faktor Eksternal Sekolah di SMP Negeri 1 Salatiga


PELUANG
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
1 Dana rutin dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah 0,25 4 1
2 Peran komite dan orang tua (misalnya memberi dana sukarela) 0,2 4 0,8
3 Kontribusi/ bantuan dari alumni 0,1 1 0,1
1,9

ANCAMAN
No Nama Faktor Bobot Nilai Skor Bobot
1 Peran pemerintah dalam pengadaan tenaga PNS 0,2 1 0,2
Keterlambatan pemerintah dan penerbit buku merealisasikan pengadaan
2 0,1 1 0,1
buku Kurikulum 2013 (K-13)
3 Honor untuk guru/ tenaga honorer 0,15 1 0,15
0,45

201
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
Berdasarkan Tabel EFE dan EFE dapat Total skor bobot peluang - Total skor bobot
dihitung: ancaman = 1,9 – 0,45 = 1,45
Total skor bobot kekuatan - Total skor bobot Sehingga diperoleh titik (-0,3 , 1,45) pada
kelemahan = 1,2 – 1,5 = - 0,3 diagram SWOT atau berada di kuadran 2
seperti gambar di bawah ini:

Berbagai Peluang

KUADRAN 3 KUADRAN 1
1,45

Kelemahan Kekuatan
-0,3 Internal
Eksternal
KUADRAN 2 KUADRAN 4

Berbagai Ancaman
Gambar 1. Diagram SWOT: Perencanaan Strategi Pembiayaan Sekolah

Berdasarkan diagram SWOT di atas dapat yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan
diketahui bahwa stategi yang cocok dengan untuk memanfaatkan peluang. Berikut strategi-
kondisi internal dan eksternal sekolah adalah strategi alternatif yang disajikan pada Tabel 4:
strategi WO atau mendukung strategi defensive

Tabel 4. Strategi-Strategi Alternatif dalam Perencanaan Strategi Pembiayaan Sekolah


Kekuatan (S): Kelemahan (W):
-Sekolah memiliki kantin dan -Jumlah SDM yang mengelola
koperasi sebagai sumber pembiayaan sekolah (W1)
pendapatan internal lainnya. (S1) -Pembiayaan untuk lomba (W2)
IFA/EFE -Partisipasi karyawan (bukan -Pembiayaan untuk pengadaan/
pengelola) dalam pengelolaan perbaikan sarana dan prasarana
pembiayaan (S2) sekolah (W3)
-Partisipasi siswa dalam -Biaya untuk gaji guru/tenaga
pembiayaan sekolah (S3) honorer (W4)
Strategi SO: Strategi WO:
-Membentuk grup alumni untuk -Membuat skala prioritas bersama
Peluang (O) menggali dana guna menaikkan dengan komite terkait lomba-
mutu (S2, O3). lomba yang akan diikuti. (W2, O1)
-Dana rutin dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah (O1) -Menambah varian penjualan yang -Mengkomunika- sikan kebutuhan
dibutuhkan oleh warga sekolah sekolah kepada komite dalam
-Peran komite dan orang tua (S1, O2, O3). rangka meningkatkan mutu
(misalnya memberi dana pendidikan (W2, W3, W4, O2)
sukarela) (O2)
-Mengajukan proposal kepada
-Kontribusi/ bantuan dari alumni alumni untuk mengikuti lomba,
(O3) mengadakan sarana dan prasarana
sekolah, atau gaji guru/ tenaga
honorer. (W4, W2, W3, O3)

202
Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah Dalam … | Ririn T. E. Margareta & Bambang Ismanto

Strategi ST: Strategi WT:


Ancaman (T)
-Mengopti-malkan bantuan -Mensosialisasikan cara merawat
pegawai (bukan pengelola) dalam saran dan prasarana yang dimiliki
Peran pemerintah dalam
mengelola pembiayaan. oleh sekolah (W3, T3).
pengadaan tenaga PNS (T1)
-Mengadakan pelatihan terkait
Keterlambatan pemerintah dan
pengelolaan pembiayaan bagi
penerbit buku merealisasikan
karyawan yang terlibat/
pengadaan buku Kurikulum 2013
diperbantukan dalam mengelola
(K-13) (T2)
keuangan (S1, T3)
Honor untuk guru/ tenaga honorer
-Mengajukan permintaan
(T3)
penambahan tenaga PNS dari
Pemerintah (S1, T3).

Strategi-strategi pembiayaan sekolah termasuk melaksanakan program dan


merupakan upaya untuk mencapai tujuan memenuhi kebutuhan pelanggan pendidikan.
sekolah yaitu terselenggaranya pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan siswa pada SIMPULAN DAN SARAN
khusunya dan masyarakat pada umumnya. Hal Simpulan
ini sejalan dengan pendapat Sudarsana (2016) Berdasarkan pembahasan dapat
dan Suti (2011) bahwa pendidikan memerlukan disimpulkan bahwa strategi pembiayaan yang
biaya untuk memenuhi permintaan masyarakat tepat bagi SMP N 1 Salatiga yaitu menerapkan
dan melaksanakan seluruh program pendidikan. strategi WO atau mendukung strategi defensive
Strategi pembiayaan sekolah mempengaruhi yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan
mutu sekolah yang bersangkutan. Sependapat untuk memanfaatkan peluang. Dengan kata lain
dengan hal tersebut, Asmawi (2010) sekolah menggunakan jumlah SDM dan biaya
menyatakan bahwa pembiayaan merupakan terbatas secara maksimal dengan menggunakan
salah satu aspek yang menentukan mutu dana yang dimiliki serta memanfaatkan peran
pendidikan. Lebih luas lagi, hasil kajian Ferdi komite, orang tua, dan alumni. Misalnya
(2013) menyatakan bahwa pembiayaan sekolah dapat membuat skala prioritas bersama
merupakan proses yang kompleks sehingga dengan komite terkait lomba-lomba yang akan
strategi perencanaan pembiayaan sekolah diikuti, mengkomunikasikan kebutuhan
merupakan hal yang krusial. Pentingnya sekolah kepada komite dalam rangka
perencanaan strategi pembiayaan sekolah meningkatkan mutu pendidikan, dan
dalam meningkatkan mutu perlu diketahui, mengajukan proposal kepada alumni untuk
disadari, dan ditinjau ulang oleh pihak-pihak mengikuti lomba, mengadakan sarana dan
terkait sehingga membawa perubahan positif prasarana sekolah, atau gaji guru/ tenaga
bagi keberlangsungan dan pencapaian tujuan honorer.
sekolah. Saran
Sumber pembiayaan dapat berasal dari Saran diberikan kepada:
pemerintah, sumbangan, dan usaha lain yang 1) Pemerintah membuka kesempatan kepada
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bagi CPNS untuk menjadi PNS dan ditempatkan di
sekolah swasta misalnya pesantren, biaya dapat sekolah-sekolah yang membutuhkan. Dengan
berasal dari pungutan (Rifqi, 2015). Hal ini diangkatnya CPNS, biaya yang dimiliki
berarti, setiap sekolah dan pihak-pihak terkait sekolah dapat digunakan untuk membiayai hal
perlu mengidentifikasi peluang-peluang untuk lainnya guna peningkatan mutu,
sumber pembiayaan yang mungkin dapat digali 2) Kepala sekolah melakukan analisis faktor
dan digunakan untuk mencapai tujuan sekolah internal dan eksternal secara berkala sehingga
dapat membuat strategi yang lebih baik, dan
203
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017
3) Masyarakat diharapkan lebih peduli dengan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
pembiayaan sekolah karena biaya merupakan Sekolah
salah satu unsur yang penting dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
peningkatan mutu dan pencaaian visi dan misi tentang Standar Nasional Pendidikan.
sekolah. Raharjo, S. B. 2012. Evaluasi trend kualitas
pendidikan di indonesia. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Evaluasi
Asmawi, M. R.2010. Strategi meningkatkan Pendidikan, 16(2): 511-532.
lulusan bermutu di perguruan Rifqi, A. 2014. Strategi Peningkatan Dan
tinggi. Makara Hubs-Asia, 8 (3). Pemanfaatan Sumber Pembiayaan
Ferdi, W. P. 2013. Pembiayaan Pendidikan: Mandiri di Pondok Pesantren, 24 (4):
Suatu Kajian Teoritis. Jurnal 325.
Pendidikan dan Kebudayaan, 19 (4): Sallis, E. 2010. Total Quality Management in
565-578. Education (Manajemen Mutu
Haryati, S. 2011. Pengembangan Model Pendidikan). Yogyakarta: IRCiSoD.
Manajemen Pembiayaan Sekolah Subarna, B. 2014. Pendidikan Gratis Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Rintisan Menengah Pertama: Antara Harapan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Kenyataan. Yogyakarta:
di Kota Magelang, 36 (2): 64-86. Deepublish.
Hidayah, I., Susilowati, E. dan Sukirman. 2014. Sudarma, M. 2012. Analisis Swot Sebagai
Analisis Pembiayaan Pendidikan SMA Dasar Perumusan Dan Penerapan
di Kota Semarang. Riptek, 8 (2): 13-22. Strategi Pada Perusahaan (Studi Kasus
Indonesia, P. R. 2003. Undang-Undang di Telkom Malang). Jurnal Ilmiah
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun Mahasiswa FEB, 1(2).
2003 Tentang Sistem Pendidikan Sudarsana, I. K. (2016). Peningkatan Mutu
Nasional. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya
Kebudayaan, M. P. 2012. Peraturan Menteri Pembangunan Sumber Daya
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu,
Tahun 2012 tentang Pungutan dan 1(1): 1-14.
Sumbangan Biaya Pendidikan pada Susanto, A. B. 2014. Manajemen Strategik
Satuan Pendidikan Dasar. Komprehensif untuk Mahasiswa dan
Kementerian Hukum, HAM. 2008. Peraturan Praktisi. Jakarta: Erlangga.
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Suti, M. 2011. Strategi Peningkatan Mutu di
tentang Pendanaan Pendidikan. Era Otonomi Pendidikan. Jurnal
Kurniady, D. A. 2011. Pengelolaan Medtek, 3.
Pembiayaan Sekolah Dasar Di Wijaya, D. 2012. Pemasaran Jasa Pendidikan.
Kabupaten Bandung. Jurnal Penelitian Jakarta: Salemba.
Pendidikan 12 (1): 34. Wikipedia. (tt). Analisis SWOT. Diakses dari
Maretsya, A., & H Eddy Soegiarto K, H. 2015. https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_
Analisis strategi pembiayaan (finance) SWOT pada tanggal 14 Agustus 2017.
dalam upaya merebut pangsa.
Ekonomia, 4(2): 185-191.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2017 Tentang
204

You might also like