0% found this document useful (0 votes)
108 views13 pages

Kajian Tingkat Kebutuhan Dan Penyediaan Es Untuk Operasi Penangkapan Ikan Di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo

This document summarizes a study on the demand and supply of ice for fishing operations at the Lampulo Ocean Fisheries Port (PPS Lampulo) in Banda Aceh, Indonesia. The study found that the monthly demand for ice at PPS Lampulo is 7,781.1 tons (129,685 ice blocks), while local ice factories only produce 1,899 tons (30,600 ice blocks) per month. The remaining demand is met by ice factories outside the port area. Issues with ice ordering were found on busy days like after holidays when all boats are docked and fishermen must queue. The distribution of ice in the port occurs on time and in the correct amounts, aided by ice distributors.

Uploaded by

Martono
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
108 views13 pages

Kajian Tingkat Kebutuhan Dan Penyediaan Es Untuk Operasi Penangkapan Ikan Di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo

This document summarizes a study on the demand and supply of ice for fishing operations at the Lampulo Ocean Fisheries Port (PPS Lampulo) in Banda Aceh, Indonesia. The study found that the monthly demand for ice at PPS Lampulo is 7,781.1 tons (129,685 ice blocks), while local ice factories only produce 1,899 tons (30,600 ice blocks) per month. The remaining demand is met by ice factories outside the port area. Issues with ice ordering were found on busy days like after holidays when all boats are docked and fishermen must queue. The distribution of ice in the port occurs on time and in the correct amounts, aided by ice distributors.

Uploaded by

Martono
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah

Volume 3, Nomor 2: 12-24


April 2018
ISSN. 2527-6395

Kajian Tingkat Kebutuhan dan Penyediaan Es Untuk Operasi


Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo

Study of The Level of Demand and Supply of Ice for Fishing


Operations in The Port of Ocean Fisheries Lampulo
Muhammad Yunanda1*, Rizwan1, Alvi Rahmah2
1
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan
Perikanan, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. 2Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan Perikanan, Universitas
Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
*email korepondensi: [email protected]

ABSTRACT
The increase in number of fishing fleet units at Pelabuhan Perikanan Samudera
Lampulo (PPS Lampulo) has an impact on fishing material supplies such as the ice
fishing supplies. So far, the fishermen in PPS Lampulo have been preserving
conventionally the fish with block ices. This study aims to provide information on
the number of ice demand, ice supply and the mechanism of ice distribution for
fishing activities, in order to definitely find out the the ice demand and ice supply in
PPS Lampulo. This research was conducted on July to August 2017 at Pelabuhan
Perikanan Samudera Lampulo (PPS Lampulo). The research method used in this
study is observation/ direct observation of the object to be studied by spreading the
questionnaires to the respondents selected on purposive sampling. The respondents
are consisted of port parties (2 persons), ice factory parties (2 persons), boat owners/
boatmen/ fishermen (75 persons). The result shows that the ice demand for fishing
operation in PPS Lampulo is 7.781,1 tons equals to 129.685 block ices/ month. There
are 1.899 tons equals to 30.600 block ices/ month produced by Karya Nusa Jaya Ice
Factory and PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari in PPS Lampulo. Both of the ice
factories productions are lack of supply in number because the higher demand for
fishing, therefore, the others factories from the outside of the port area take a part.
The number of insufficient block ices demand distributed by the ice factories from
the outside of the port area is 5.882,1 tons/ month. The block ices needs for the < 5
GT boat are not measured because most of the fishermen do not carry the block ice
supplies, therefore, the lack supply in number of block ices are 5.838,6/ month. The
mechanism of block ices distribution at PPS Lampulo is distributed on time and right
in number. The role of ice distributors is very helpful in distributing so that the
fishermen do not have to come directly to the ice factory to make an order. The
problem in ordering block ices is only on certain days such as after Idul Fitri holidays
or when all of the boats are tethered in the port that makes the fishermen have to
queue.
Keywords: Ice demand, ice supply, PPS Lampulo.

12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

ABSTRAK
Peningkatan jumlah unit armada penangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Lampulo berdampak pada bahan perbekalan untuk melaut, salah
satunya perbekalan es. Selama ini nelayan yang ada di PPS Lampulo mengawetkan
hasil tangkapannya masih dengan cara yang konvensional yaitu menggunakan es
balok. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jumlah
kebutuhan dan penyediaan es serta mekanisme pendistribusian es untuk keperluan
penangkapan ikan, agar kebutuhan dan penyediaan es di PPS Lampulo diketahui
secara pasti.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2017 yang
berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo.Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi/pengamatan langsung terhadap objek yang ingin diteliti
dengan penyebaran kuesioner kepada para responden secara purposive sampling.
Responden terdiri dari pihak pelabuhan perikanan (2 orang), pihak pabrik es (2
orang), pemilik kapal/ pengurus kapal/ nelayan (75 orang). Hasil penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa perbekalan es yang dibutuhkan untuk operasi
penangkapan ikan di PPS Lampulo sebanyak 7.781,1 ton atau sekitar 129.685 batang
es/bulan. Produksi es yang ada di PPS Lampulo sebanyak 1.899 ton atau sekitar
30.600 batang/bulan, produksi es disediakan oleh pabrik es Karya Nusa Jaya dan PT.
Aceh Lampulo Jaya Bahari. Penyediaan oleh kedua pabrik es yang berada di PPS
Lampulo masih terbilang kurang karena kebutuhan untuk perbekalan melaut yang
begitu besar sehingga pendistribusian dilakukan oleh pabrik es yang berada di luar
area pelabuhan.Jumlah kebutuhan es ditutupi kekurangannya melalui pendistribusian
yang dilakukan oleh pabrik es yang berada di luar pelabuhan sebanyak 5.882,1
ton/bulan.Apabila kebutuhan es dengan kapal ukuran < 5 GT tidak dihitung
dikarenakan banyak nelayan yang tidak membawa perbekalan es maka
kekurangannya sebanyak 5.838,6 ton/bulan.Mekanisme pendistribusian es ke kapal
yang ada di PPS Lampulo tepat waktu dan tepat jumlah.Peran agen es sangat
membantu dalam pendistribusian sehingga para nelayan tidak perlu datang langsung
ke pabrik es untuk memesan.Permasalahan untuk pemesanan es hanya pada hari
tertentu seperti setelah hari raya idul fitri atau pada saat semua kapal bertambat di
pelabuhan yang membuat para nelayan harus antri.
Kata Kunci: Kebutuhan es, penyediaan es, PPS Lampulo.

PENDAHULUAN
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo merupakan pelabuhan tipe A
milik pemerintah yang berada di Banda Aceh.Pelabuhan ini mempunyai potensi
untuk dikembangkan karena memiliki sumberdaya ikan yang cukup besar. Produksi
hasil tangkapan di PPS Lampulo sangat meningkat, ini jelas terlihat dari tingkat
produksi ikan yang dihasilkan yaitu sebesar 12.579,921 ton pada tahun 2016
dibandingkan dengan produksi tahun 2014 yaitu sebesar 8.519,861 ton (UPTD PPS
Lampulo, 2016). Jumlah kapal yang berada di PPS Lampulo juga mengalami
peningkatan dari tahun 2014 hanya mempunyai 342 unit meningkat menjadi 355 unit
pada tahun 2016. Peningkatan jumlah kapal ini akan berdampak pada peningkatan
bahan perbekalan untuk melaut, salah satunya perbekalan es (Syahbandar PPS
Lampulo, 2016).
Selama ini sebagian besar nelayan mengawetkan hasil tangkapannya masih
dengan cara konvensional yaitu menggunakan es balok dibandingkan menggunakan
palkah dengan sistem pendingin. Penggunaan es balok ini pada dasarnya dinilai

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

sebagaicara yang sederhana dan murah. Pendinginan ikan ini dimaksudkan untuk
menghambat metabolisme bakteri, sehingga ikan tidak menjadi cepat rusak dan
busuk.Namun terkadang para nelayan membawa persediaan es yang sedikit untuk
menyimpan hasil tangkapan dengan jumlah yang lebih besar.Ini sangat berpengaruh
pada mutu ikan dan mengakibatkan daya jual ikan menjadi rendah. Oleh karena itu
untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar lebih segar, nelayan sebaiknya membawa
perbekalan es dalam jumlah yang lebih optimal (Sovanda et al., 2013).
Penyediaan es untuk kebutuhan operasi penangkapan ikan merupakan salah satu
jasa yang mempunyai perananpenting di pelabuhan perikanan.Hal ini dikarenakan es
sangat dibutuhkan terhadap kelangsungan produksi dan penanganan mutu hasil
perikanan.Ketersediaan es di PPS Lampulountuk operasi penangkapan ikan hanya
disediakan oleh pabrik es milik swasta, dikarenakan pabrik es milik pemerintah
belum aktif sampai saat ini, dan apabila pemesanan es sedang banyak maka para
nelayan harus menunggu.Harga pendistribusian es balok dari luar area pelabuhan
juga lebih mahal dibandingkan dengan harga es di pabrik sekitar pelabuhan yang
dikelola oleh pihak swasta.Para nelayan juga harus memesan es dari luar dikarenakan
stok yang tidak cukup.Selain itu, pihak pelabuhan juga kurang mengetahui berapa
besar kebutuhan es yang diperlukan oleh setiap unit armada penangkapan ikan dan
penyediaan es oleh pabrik es/produsen yang ada di PPS Lampulo.Oleh karena itu
penelitian ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam sehingga tingkat kebutuhan
dan penyediaan es untuk operasi penangkapan ikan di PPS Lampulo dapat diketahui
secara pasti.
METODE PENELITIAN

Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di PPS Lampulo, Banda Aceh mulai Juli sampai
Agustus 2017.

Gambar 1. Peta wilayah penelitian


Metode Penelitian
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.Data primer
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi fisik pabrik es untuk
mengetahui kondisi dan kinerja pabrik tersebut sebagai fasilitas penyediaan es untuk
penanganan hasil tangkapan.Melakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada

14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

para responden.Responden diambil secara purposive samplingyang dianggap dapat


mewakili kepentingan untuk penelitian.Responden terdiri dari pihak pelabuhan
perikanan (2 orang), pihak pabrik es (2 orang), pemilik kapal/ pengurus kapal/
nelayan (75 orang). Jumlah responden tersebut dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Umar, 2004).

Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
= Kesalahan maksimal yang dapat diterima (0,1)2
= Normal Variabel (1,96)2
= Percent Variance (0,05)
Data sekunder adalah data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data
sekunder diperoleh dari dinas/institusi dan publikasi terkait.

Analisis Data

Analisis kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Analisis kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo
diperoleh melalui wawancara dan kuesioner kepada nelayan/pemilik kapal. Metode
perhitungan kebutuhan es untuk keperluan ikan menurut ukuran Gross Tonnage (GT)
kapal di PPS Lampulo dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah trip operasi penangkapan ikan per masing-masing jenis
kapal yang dilakukan dalam waktu 1 bulan. Armada penangkapan ikan yang
terdapat di PPS Lampulo adalah gill net, pancing, purse seine;
2) Kebutuhan es per bulan, yaitu kebutuhan es per trip untuk masing-masing
ukuran dan jenis kapal dalam 1 bulan;
3) Total kebutuhan es untuk 1 bulan, yaitu jumlah kebutuhan es per bulan masing-
masing ukuran kapal dikalikan dengan jumlah unit masing-masing ukuran kapal,
kemudian dijumlahkan.
Perhitungan di atas harus mendapatkan data jumlah kapal berdasarkan ukuran
(GT), lama trip, dan jumlah perbekalan es yang dibutuhkan setiap kali trip(Mudjari,
2010).Total kebutuhan es/bulan/GT dapat dihitung dengan menggunakan formula
yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Keterangan :
A= Ukuran kapal, contoh : A1 : 6-10 GT, contoh : A2 : 11-20 GT.
B = Jumlah trip dalam 1 bulan.
C= Kebutuhan es dalam sekali trip.
D= Jumlah trip dalam 1 bulan x kebutuhan es dalam sekali trip = kebutuhan es
dalam 1 bulan.
Y= Jumlah kapal.
X= Kebutuhan es dalam 1 bulan x jumlah kapal = total kebutuhan es/bulan/GT.

15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Tabel 2 Formula perhitungan kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Jumlah Total kebutuhan
Ukuran trip/bulan es/trip es/bulan kapal es/bulan/GT
kapal (GT) (D) (unit) (X)

A1 B1 C1 B1 x C1 Y1 D1 x Y1
A2 B2 C2 B2 x C2 Y2 D2 x Y2
A3 B3 C3 B3 x C3 Y3 D3 x Y3
A.. B.. C.. B.. x C.. Y.. D.. x Y..
Total kebutuhan es/bulan di PPS Lampulo ∑ D… X Y…

Analisis penyediaan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Analisis penyediaan es dilakukan secara deskriptif melalui pengamatan secara
langsung terhadap fasilitas pabrik es.Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
produksi dan mekanisme penyediaan es bagi kegiatan perikanan di pelabuhan
termasuk keperluan penangkapan ikan.

Analisis distribusi es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Mekanisme distribusi es dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
mekanisme pendistribusiannya.Parameter pendistribusian pabrik es yang baik adalah
pendistribusian yang tepat waktu dan tepat jumlah.Pendistibusian tepat waktu artinya
dapat langsung dilakukan saat kapal sedang membutuhkan es sedangkan
pendistribusian tepat jumlah artinya es yang diantar ke kapal sesuai dengan jumlah
pesanan pemilik/pengurus kapal (Mudjari, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Kapal - kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti bongkar
muat ataupun tambat labuh di areal PPS Lampulo antara lain purse seine, pancing,
gillnet. Jumlah kapal purse seine sebanyak 259 unit, pancing sebanyak 95 unit, dan
gill net hanya 1 unit pada tahun 2016. Alat tangkap sero dan gill net merupakan alat
tangkap yang paling sedikit keberadaannya di PPS Lampulo, hingga saat ini alat
tangkap sero sudah tidak digunakan lagi oleh nelayan di PPS Lampulo. Frekuensi
jumlah kapal dan jenis alat tangkap yang ada di PPS Lampulo pada tahun 2010–2016
dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan untuk jumlah jenis alat tangkap per kategori
Gross Tonnage (GT) tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3 Jumlah kapal dan alat tangkap di PPS Lampulo pada tahun 2010 - 2016
Jenis Alat Tangkap
Tahun Jumlah
Gill Net Pancing Purse Seine Sero
2010 2 82 199 2 285
2011 2 82 199 2 285
2012 2 22 298 2 324
2013 2 95 223 2 322
2014 2 98 241 1 342
2015 2 109 250 1 362
2016 1 95 259 - 355
Sumber : Syahbandar PPS Lampulo (2017)

16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Tabel 4. Jumlah jenis alat tangkap per kategori Gross Tonnage tahun 2016
Armada Tangkap Jenis Alat Tangkap
Jum
Tahun perkategori (Gross Gill Net Pancing Purse Seine
lah
Tonnage)
<5 - 27 2 29
6 – 10 1 67 68 136
11 – 20 - - 28 28
2016
21 – 30 - 1 53 54
31 – 50 - - 66 66
>50 - - 42 42
Total 1 95 259 355
Sumber : Syahbandar PPS Lampulo (2017)

Kebutuhan es kapal purse seine


Kapal purse seine atau sering disebut kapal pukat cincin merupakan jenis kapal
yang paling banyak keberadaannya di PPS Lampulo.Ukuran kapal purse seine yang
terbesar di PPS Lampulo mencapai 131 GT. Kapal dengan alat tangkap ini
memerlukan waktu perjalanan/trip yang berbeda tergantung pada ukuran kapal dan
jumlah perbekalan melaut yang dibawa.Ukuran kapal 0-20 GT melakukan aktivitas
penangkapan selama 1 hari.Ukuran kapal 21-30 GT melakukan aktivitas
penangkapan dalam sekali perjalanan/trip selama 10 hari, sedangkan diatas 31 GT
memerlukan waktu perjalanan/trip selama 15 hari.Jenis hasil tangkapan yang
dominan tertangkap pada kapal dengan alat tangkap purse seine ini berupa ikan tuna
(yellow fin), selar, cakalang, layang.Kebutuhan es kapal dengan jenis alat tangkap
purse seine dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Kebutuhan perbekalan es untuk operasi penangkapan ikan kapal purse seine
Ukuran Jumlah Kebutuhan Jumlah kapal Total kebutuhan es
(GT) trip/bulan es/trip (unit) (ton/bulan)
<5 25 60 kg 2 3
6 - 10 25 300 kg 68 510
11 - 20 25 300 kg 28 210
21 - 30 3 12 ton 53 1.908
31 - 50 2 21 ton 66 2.772
> 51 2 24 ton 42 2.016
Jumlah 7.419

Kapal purse seine ukuran < 5 GT memerlukan 3 ton atau 50 batang es/bulan,
namun kapal ukuran ini juga terkadang tidak membawa es untuk keperluan
penangkapan ikan, dikarenakan jumlah hasil tangkapan yang tidak terlalu banyak dan
membutuhkan lama waktu trip hanya sehari. Kapal purse seine berukuran 6–10 GT
memerlukan 510 ton atau 8.500 batang es/bulan, kapal ukuran 11–20 GT
memerlukan perbekalan es sebanyak 210 ton atau sekitar 3.500 batang es/bulan,
sedangkan kapal purse seine berukuran 21– 30 GT memerlukan 1.908 ton atau
31.800 batang es/bulan. Kapal 31–50 GT memerlukan 2.772 ton atau 46.200 batang
es/bulan, dan kapal ukuran > 51 GT memerlukan 2.016 ton atau 33.600 batang
es/bulan. Total keseluruhan kebutuhan es kapal dengan alat tangkap purse seine
sebanyak 7.419 ton per bulan.

17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Kebutuhan es kapal pancing


Kapal pancing yang berada di PPS Lampulo terdiri dari 3 kategori ukuran kapal
yaitu 0-5 GT, 6-10 GT, 21-30 GT. Jenis hasil tangkapan yang dominan tertangkap
adalah ikan tuna (yellow fin), cakalang, cucut, layang, setuhuk. Kebutuhan
perbekalan es kapal dengan jenis alat tangkap pancing dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kebutuhan perbekalan es untuk operasi penangkapan ikan kapal pancing
Ukuran (GT) Jumlah Kebutuhan es/trip Jumlah kapal Total kebutuhan es
trip/bulan (unit) (ton/bulan)
<5 25 60 kg 27 40,5
6 - 10 2 2,4 ton 67 321,6
Jumlah 362,1

Kapal pancing ukuran < 5 GT memerlukan es untuk perbekalan melaut sebanyak


40,5 ton atau 675 batang es per bulan, namun kapal berukuran ini terkadang tidak
membawa perbekalan es untuk keperluan penangkapan ikan, dikarenakan jumlah
hasil tangkapan yang tidak terlalu banyak dan membutuhkan lama waktu trip hanya
sehari. Kapal ukuran 6–10 GT memerlukan es sebanyak 321,6 ton atau 5.360 batang
es per bulan. Total keseluruhan kebutuhan es kapal dengan alat tangkap pancing
sebanyak 362,1 ton per bulan.

Kebutuhan es kapal gill net


Kapal dengan jenis alat tangkap gill net merupakan kapal yang paling sedikit
keberadaannya di PPS Lampulo dari setiap tahunnya.Saat dilakukan penelitian tidak
ditemukan keberadaan kapal dengan jenis alat tangkap gill net di PPS Lampulo,
maka tidak diketahui jumlah kebutuhan es yang diperlukan oleh kapal gill
net.Menurut wawancara yang dilakukan kepada pihak syahbandar kapal dengan jenis
alat tangkap gill net sudah tidak beroperasi di PPS Lampulo.

Total kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Total kebutuhan es yang diperlukan untuk keperluan penangkapan ikan di PPS
Lampulo sebanyak 129.685 batang es/bulan atau sekitar 7.781,1 ton/bulan. Total
kebutuhan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo dapat dilihat pada
Gambar 2

Gambar 2 Total kebutuhan perbekalan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPSLampulo

18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Data diatas menunjukan bahwa kapal purse seine ukuran 31–50 GT memerlukan
es paling banyak yaitu sebesar 2.772 ton es/bulan.Kapal dengan ukuran < 5 GT pada
alat tangkap purse seine memerlukan es paling sedikit yaitu 3 ton.

Penyediaan es untuk keperluan penangkapan ikan di PPS Lampulo


Penyediaan/produksi es yang ada di PPS Lampulo disediakan oleh pabrik es
balok Karya Nusa Jaya dan PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari.Karya Nusa Jaya
merupakan pabrik yang hanya memproduksi es balok sedangkan PT. Aceh Lampulo
Jaya Bahari merupakan pabrik produsen berbagai macam hasil laut dan juga
memproduksi es balok untuk keperluan penangkapan ikan. Awalnya penyediaan es
yang ada di PPS Lampulo hanya disediakan oleh Karya Nusa Jaya, namun pada
tahun 2014 baru didirikannya PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari.

Penyediaan/produksi es oleh Karya Nusa Jaya


Pabrik es balok Karya Nusa Jaya ini merupakan pabrik milik pemerintah namun
dikelola oleh pihak swasta. Penyediaan/produksi es dalam 24 jam sebanyak 27,3 ton
atau sekitar 420 batang, maka dalam sebulan pabrik es Karya Nusa Jaya dapat
memproduksi sebanyak 819 ton atau sekitar 12.600 batang es untuk keperluan
penangkapan ikan. Berat es yang diproduksi 65 kg perbatang, es juga dijual kepada
agen agar mempermudah penjualan ke setiap kapal yang memerlukan.Harga yang
diberikan kepada agen berkisar Rp.16.000; dan penjualan eceran Rp.22.000; (diantar
sampai naik ke kapal).Penjualan kepada agen dalam sehari mencapai maksimal 200
batang, minimal 50 batang es.

Penyediaan/produksi es oleh PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari


PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari merupakan produsen berbagai macam hasil laut
yang berlokasi di pelabuhan perikanan lampulo Banda Aceh. Didirikan sejak tahun
2014, pabrik ini memiliki luas tanah sebesar 40.000 m2 dengan kapasitas cold
storage 2.000 ton dan pabrik es dengan kapasitas produksi 240 ton perhari atau
sekitar 4.000 batang es (PT.Aceh Lampulo Jaya Bahari, 2017). Es yang diproduksi
untuk keperluan penangkapan ikan maksimal 36 ton atau sekitar 600 batang dan
minimal 12 ton atau sekitar 200 batang, namun dalam sebulan es yang diproduksi
mencapai 1.080 ton atau sekitar 18.000 batang dan berat es perbatang yang
diproduksi 60 kg. Harga yang diberikan kepada nelayan berkisar Rp.13.000; apabila
pemesanan dalam jumlah yang banyak, dan Rp.15.000; dengan pemesanan yang
sedikit.

Jumlah produksi es dari pabrik Karya Nusa Jaya dan PT. Aceh Lampulo Jaya
Bahari
Penyediaan es oleh pabrik Karya Nusa Jaya mencapai 819 ton dalam sebulan
atau sekitar 12.600 batang.PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari memproduksi es untuk
keperluan penangkapan ikan sebanyak 1.080 ton atau sekitar 18.000 batang dalam
sebulan. Total produksi dari keduanya mencapai 1.899 ton atau sekitar 30.600
batang/bulan. Kondisi jumlah penyediaan es tersebut merupakan jumlah es balok
yang dapat diproduksi oleh kedua pabrik es seperti yang dapat dilihat pada Gambar
3.

19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Gambar 3 Jumlah produksi es Karya Nusa Jaya dan PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari

Mekanisme penyediaan dan distribusi es untuk keperluan penangkapan ikan di


PPS Lampulo
Penyediaan oleh pabrik es di PPS Lampulo selama ini masih terbilang kurang
mencukupi, sehingga kebutuhan es untuk keperluan nelayan didistribusi dari luar
pelabuhan.Mekanisme pendistribusiannya sudah dikatakan baik karena bantuan agen
es yang mempermudah untuk pendistribusian, jumlah pemesanannya juga sesuai dan
tepat waktu.Adanya peran agen es membantu pemilik/pengurus kapal untuk
pemesanan, sehingga tidak perlu mengurus langsung ke pabrik es, hanya menunggu
pesanan es diantar ke kapal. Kendala yang dialami nelayan sewaktu pemesanan es
hanya pada saat banyaknya pemesanan dihari yang sama sehingga terkadang nelayan
harus antri. Proses pemesanan es melalui agen dapat dilihat pada Gambar 4.
Pabrik es

Kapal

Pemilik/pengurus Agen es
kapal

Gambar 4 Proses pemesanan es melalui agen untuk perbekalan melaut

Fasilitas penyediaan es
Pabrik es di pelabuhan perikanan merupakan fasilitas untuk memproduksi dan
menyuplai es untuk kegiatan penangkapan ikan.Fasilitas penyediaan es berupa pabrik
es didalam kawasan pelabuhan merupakan kriteria bagi suatu pelabuhan perikanan
yang baik dalam mendukung kualitas hasil tagkapan ikan (Mudjari, 2010).
Proses pembuatan es balok di pabrik es Karya Nusa Jaya menggunakan air
sumur bor sedangkan PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari menggunakan air payau yang
diberi kaporit, diambil menggunakan pompa dengan debit pengambilan 18,84
m3/hari, disaring, lalu di tampung dalam tower berkapasitas 5 ton, dimasukan ke
dalam bak penampungan dengan ukuran 4x8 m. Jumlah yang digunakan untuk
pembekuan es sebanyak 24 cetakan dalam satu line/crane, dalam 1 bak terdapat 20
line/crane, sehingga total dalam 1 bak mencapai 480 cetakan dan terdapat 4 bak di
PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari. Pabrik es Karya Nusa Jaya memiliki 28 cetakan
dalam satu line/crane dan terdapat 15 line/crane sekali produksi. Proses pembekuan
es maksimum pada suhu -6 0C di PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari sedangkan pabrik

20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

es Karya Nusa Jaya pembekuan es mencapai -17 0C. Proses pembuatan es balok
dapat dilihat pada Gambar 5.

Air Tower penampungan air

Bak penampungan Filter (penyaringan


air)

Air dimasukan dalam cetakan es balok

Gambar 5. Proses pengambilan air hingga dimasukkan dalam cetakan es

Setelah dilakukan pengambilan air hingga dimasukan ke dalam cetakan maka


terjadilah proses pembekuan hingga menjadi es, proses ini memerlukan waktu
selama 24 jam. Proses pembekuan pada pabrik es yang berada di PPS Lampulo
menggunakan bahan baku amonia (NH3), obat soda dan air garam dengan salinitas
20 ppm yang berada diluar cetakan es gunanya untuk mempercepat pembekuan dan
tidak berkarat. Menurut Winaningsih (2005), pada proses pembuatan es balok
dilakukan dengan menerapkan siklus kompresi dan menggunakan amonia (NH3)
serta air garam sebagai media pendingin. Amonia dapat mendinginkan cetakan es
karena adanya kompresor yaitu digunakan untuk mesirkulasikan refrijeran amonia
keseluruh sistem. Kondensor digerakan oleh sebuah penggerak motor listrik atau
mesin diesel (sebagai pengganti listrik dimana apabila tidak ada arus listrik).
Kondensor merupakan alat untuk memindahkan panas dari sistem refrijerasi ke
media pendingin. Lamanya pembekuan untuk es balok dengan ukuran 25 kg
diperlukan waktu selama 20-25 jam, sedangkan es dengan kapasitas 100 kg
diperlukan waktu selama 40-50 jam. Pembekuan dapat dibagi menjadi 6 tahap
(Mustofa, 2007), yaitu :
1. Pendinginan awal, dimana bahan didinginkan hingga mencapai suhu
supercooling;
2. Periode supercooling, dimana air masih berada dalam fase cair meskipun pada
suhu di bawah titik beku. Setelah itu terjadi peningkatan sementara suhu di atas
titik beku yang diakibatkan oleh adanya pelepasan panas laten bahan;
3. Terjadi penurunan titik beku bahan dengan semakin meningkatnya konsentrasi
larutan pada bagian air yang tak terbekukan;
4. Periode pembentukan kristal es;
5. Kristalisasi air dan larutan pada bahan pangan terus berlangsung;
6. Penurunan suhu bahan pangan beku hingga mencapai suhu yang diinginkan.
Proses pengantaran suhu untuk pembekuan yaitu dari koil dihisap ke kompresor
lalu kompresor dibuang ke kondensor, didinginkan terus dibuang ke receiver
kemudian dibuang lagi ke koil. Proses pengantaran suhu ini dapat dilihat pada
Gambar 6.

21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Kompresor

Koil
Kondensor

Receiver

Gambar 6. Proses pengantaran suhu untuk pembekuan es

Pembahasan
Kebutuhan perbekalan es kapal di PPS Lampulo
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 Kapal pada alat tangkap
purse seine ukuran 6-10 GT memerlukan 25 trip dalam sebulan, es yang dibawa
dalam sekali trip sebanyak 300 kg/kapal dan jumlah kapal purse seine ukuran 6-10
GT yang berada di PPS Lampulo sebanyak 68 kapal. Total keseluruhan es yang
dibutuhkan kapal purse seine ukuran 6-10 GT sebanyak 510 ton/bulan. Kapal dengan
alat tangkap pancing yang memiliki ukuran sama yaitu 6-10 GT hanya memerlukan 2
trip dalam sebulan, namun es yang dibawa sebesar 2,4 ton/kapal dan kapal pancing
yang berada di PPS Lampulo sebanyak 67 kapal. Total keseluruhan kebutuhan es
kapal pancing ukuran 6-10 GT sebanyak 321,6 ton/bulan. Kebutuhan perbekalan es
pada kapal purse seine dan pancing yang ada di PPS Lampulo berbeda, tergantung
pada ukuran kapal (palkah) dan lamanya melaut.Besarnya biaya operasional yang
dibutuhkan untuk melakukan operasi penangkapan juga berpengaruh terhadap
jumlah kebutuhan es yang dibawa kapal tersebut.Kapal dengan ukuran besar
walaupun memiliki kapasitas palkah lebih besar, kebutuhan es yang dibawa bisa saja
tidak sesuai, dikarenakan pemilik kapal tidak dapat menyediakan biaya operasional
yang cukup untuk membeli bahan perbekalan melaut.
Kebutuhan es di PPS Lampulo yang dominan dibutuhkan oleh kapal dengan alat
tangkap purse seine berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mudjari (2010)
pada PPS Cilacap yang dominan dibutuhkan oleh kapal dengan alat tangkap jaring
insang (gillnet). Total kebutuhan es di PPS Lampulo selama sebulan mencapai
7.781,1 ton/bulan, sedangkan kebutuhan es di PPS Cilacap sebanyak 2.017,97
ton/bulan.
Kapasitas palkah yang besar memiliki keuntungan untuk menampung banyaknya
hasil tangkapan yang didapat, namun biaya yang dikeluarkan untuk operasional juga
besar. Agar kualitas ikan yang didapat tetap segar maka dilakukan pengawetan
menggunakan es balok. Es yang dibawa juga berpengaruh terhadap lama melaut,
semakin lama waktu trip suatu kapal maka es yang dibawa juga disesuaikan dengan
lamanya trip tersebut. Keuntungan yang didapat dengan lamanya melaut
berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh, semakin lama trip maka
pendapatan nelayan juga akan meningkat (Rahmasari, 2017).
Biaya operasional menurut Utomo et al. (2013) merupakan biaya yang
dikeluarkan secara rutin ketika unit tersebut beroperasi atau melakukan kegiatan
penangkapan ikan.Biaya pengeluaran yang dilakukan secara rutin oleh unit usaha
penangkapan ikan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu biaya operasional, biaya tenaga
kerja, dan biaya pendaratan ikan.Suatu usaha dapat terus melakukan kegiatan

22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

penangkapan ikan apabila selama keuntungan bernilai positif.Usaha tidak dapat


dipertahankan dalam jangka panjang jika semua biaya tidak tertutupi.

Total kebutuhan dan penyediaan es di PPS Lampulo


Berdasarkan analisis diketahui bahwa kapal yang memerlukan kebutuhan
perbekalan es paling banyak yaitu kapal purse seine yang berukuran 31-50 GT
sebanyak 2.772 ton/bulan (Gambar 4.1), faktor yang menyebabkan banyaknya
kebutuhan perbekalan es pada ukuran tersebut yaitu dikarenakan kapasitas palkah
yang besar, lamanya melaut dan jumlah armada penangkapan ikan yang banyak pada
ukuran kapal purse seine 31-50 GT. Kapal purse seine dengan ukuran < 5 GT
membawa perbekalan es paling sedikit, yaitu hanya 3 ton/bulan dikarenakan jumlah
armada penangkapan yg tidak terlalu banyak, ukuran kapal yang tidak terlalu besar,
dan hanya membutuhkan satu hari untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Jumlah kebutuhan dan produksi es pada analisis diketahui hasil perhitungan
menunjukkan bahwa besarnya kebutuhan es kapal penangkapan ikan yang ada di
PPS Lampulo yaitu sebesar 7.781,1 ton/bulan, sehingga dengan hasil produksi es
yang hanya sebesar 1.899 ton/bulan, maka kebutuhan es untuk kapal penangkapan
ikan di PPS Lampulo belum terpenuhi dengan baik (Gambar 4.1 dan 4.2). Selisih
antara kedua nilai tersebut sebesar 5.882,1 ton, namun apabila kebutuhan es dengan
kapal ukuran < 5 GT tidak dihitung dikarenakan banyak nelayan yang tidak
membawa perbekalan es, selisih diantaraya sebesar 5.838,6 ton.Kebutuhan es
tersebut dipenuhi kekurangannya oleh pabrik es diluar area PPS Lampulo seperti dari
Lamlagang dan Leupung. Apabila pemesanan sedang banyak es juga didistribusi dari
kota Sigli, tetapi ini terjadi jika semua kapal sedang berlabuh misalkan seperti setelah
lebaran idul fitri permintaan es untuk keperluan penangkapan ikan juga meningkat.

Mekanisme penyediaan dan distribusi es untuk keperluan penangkapan ikan


Mengkaji jalur distribusi es merupakan cara menganalisis bentuk suatu
pendistribusian yang diberikan pihak pelabuhan dalam memenuhi kebutuhan es
kapal-kapal ikan. Pemesanan dapat dilakukan melalui agen es dan juga dapat
memesan langsung pada pihak pabrik es. Keberadaan para agen es mempermudah
proses distribusi es karena pihak pelabuhan tidak terlibat langsung dalam proses
pendistribusian (Mudjari, 2010). Proses pemesanan es melalui agen es yang terdapat
pada Gambar 4.3 diatas dideskripsikan sebagai berikut, pemilik/pengurus kapal
memesan sesuai kebutuhan kapalnya kepada agen, pemesanan ini dilakukan secara
langsung atau melalui telepon. Agen es untuk memenuhi pemesanan es balok,
mengambil langsung dari pabrik es, dalam proses pemesanan para agen es harus
melaporkan jumlah kebutuhan yang diperlukan kepada pihak pabrik es. Pihak pabrik
es menyediakan jumlah kebutuhan es sesuai permintaan. Proses pendistribusian ke
kapal sepenuhnya tanggung jawab para agen. Es yang dikirim berbentuk balok,
namun pada saat es sudah berada di kapal maka es tersebut dihancurkan
menggunakan penghancur es (ice crusher) menjadi es berukuran kecil.

KESIMPULAN
Jumlah total perbekalan es yang dibutuhkan oleh kapal dengan alat tangkap purse
seine di PPS Lampulo sebanyak 7.419 ton/bulan, sedangkan kapal alat tangkap
pancing membutuhkan 362,1 ton/bulan. Total keseluruhan kebutuhan es yang
diperlukan untuk perbekalan melaut di PPS Lampulo sebanyak 7.781,1 ton/bulan.

23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 2: 12-24
April 2018
ISSN. 2527-6395

Penyediaan es yang ada di PPS Lampulo disediakan oleh pabrik es Karya Nusa Jaya
dan PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari. Kapasitas penyediaan es yang dapat disediakan
oleh kedua pabrik es tersebut sebanyak 1.899 ton/bulan, maka kekurangan es yang
diperoleh sebanyak 5.882,1 ton/bulan. Es untuk perbekalan nelayan ditutup
kekurangannya oleh pabrik es di luar PPS Lampulo. Mekanisme pendistribusian es
ke kapal yang ada di PPS Lampulo tepat waktu dan tepat jumlah pesanan. Peran agen
es sangat membantu dalam pendistribusian es sehingga para nelayan tidak perlu
datang langsung ke pabrik es untuk memesan. Permasalahan untuk pemesanan es
hanya pada hari tertentu seperti setelah hari raya idul fitri atau pada saat semua kapal
bertambat di pelabuhan yang membuat para nelayan harus antri.

DAFTAR PUSTAKA
[UPTD PPS Lampulo] Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabuhan Perikanan
Samudera Lampulo. 2016. Data perkembangan produksi ikan 2016. Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh: Banda Aceh.
Mudjari, F.K. 2010.Tingkat kebutuhan dan penyediaan es untuk keperluan operasi
penangkapan ikan di PPS Cilacap. Skripsi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mustofa, D.K., A.H. Tambunan, S.T. Soekarto, A.S. Radite Praeko. 2007. Pengaruh
suhu media pembeku terhadap efisiensi eksergi dan laju pembekuan. Jurnal
Keteknikan Pertanian, 21(2): 148-149.
PT.Aceh Lampulo Jaya Bahari. 2017. Profil PT. Aceh Lampulo Jaya Bahari : Banda
Aceh.
Rahmasari, L. 2017. Pengaruh jarak tempuh melaut, lama bekerja dan teknologi
terhadap pendapatan nelayan. Jurnal Saintek Maritim, 16(2): 173
Sovanda, B.Y., A. Baheramsyah, T.F. Nugroho. 2013. Studi perencanaan Jacketed
Storage System memanfaatkan CO2 cair sebagai refrigeran. Jurnal Teknik
Pomits. 2(3): 209-210.
Syahbandar PPS Lampulo. 2016. Data Jumlah armada kapal dan alat tangkap 2016.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh: Banda Aceh.
Umar, H. 2004. Riset sumberdaya manusia. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Utomo, M.T.S., S.S. Djasmani, H. Saksono, Suadi. 2013. Analisis usaha purse seine
di Kecamatan Juwana kabupaten Pati. Jurnal Perikanan, 15(2): 93.
Winaningsih, W. 2005.Tinjauan perhitungan harga pokok produksi pada PT.
Agronesia Divisi Industri Es Bandung.Skripsi, Universitas Widyatama.
Bandung.

24

You might also like