0% found this document useful (0 votes)
78 views17 pages

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tekanan Darah Sistole Pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas

This document summarizes a study that analyzed factors related to systolic blood pressure in participants of a Puskesmas (community health center) management training in Batam, Indonesia. The study used a cross-sectional design with 92 respondents. It found that sex, nutritional status, and gender were related to systolic blood pressure, but age was not. The study aimed to determine the relationship between factors like age, sex, and nutritional status on systolic blood pressure in training participants.

Uploaded by

Apolonia Bethan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
78 views17 pages

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tekanan Darah Sistole Pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas

This document summarizes a study that analyzed factors related to systolic blood pressure in participants of a Puskesmas (community health center) management training in Batam, Indonesia. The study used a cross-sectional design with 92 respondents. It found that sex, nutritional status, and gender were related to systolic blood pressure, but age was not. The study aimed to determine the relationship between factors like age, sex, and nutritional status on systolic blood pressure in training participants.

Uploaded by

Apolonia Bethan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 17

Jurnal Inspirasi

BPSDM Provinsi Jawa Barat


Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Tekanan Darah Sistole


pada Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas

Analysis of Factors Relating to Sistole Blood Pressure at Participants


in Puskesmas Management Train

Supriyono1

Widyaiswara Ahli Madya


BPSDM Provinsi Jawa Tengah.
(Naskah Diterima Tanggal 04 Januari 2018—Direvisi Akhir Tanggal 10 Maret 2019—Disetujui Tanggal 28
Maret 2019)

Abstract

This study generally aims to determine the analysis of factors related to cystole blood pressure in
Puskemas Management training participants at Batam Health Training Center. This type of research is
cross sectional with a sample of 92 respondents. Data collection by interview and examination.
Interviews were conducted to find out data about the characteristics of respondents which included age
and gender. Blood pressure checks are measured with a sphygmomanometer and stetoschope. Univariate
analysis was used to test normality using Kolmogorov-Smirnov, while bivariate analysis was used to
test factors that influence blood pressure. From the normality test obtained the results of p (normality)
= 0.00 <0.05, so the test used is the Kendall Tau test. Based on measurements of height and weight
obtained results are: Skinny category = 4.30%, Normal = 59.80%, Overweight = 17.40%, and Obese =
18.50%. The results of blood pressure measurements obtained results are: blood pressure in the normal
category = 69.60%, hypertension = 30.40%. From the statistical test results obtained p age = 0.064 (p>
0.05) there was no relationship between age and blood pressure systole. p gender = 0.014 p = nutritional
status = 0.010 (p <0.05), there is a relationship between sex and nutritional status with systolic blood
pressure..

Keywords : systole blood pressure, trainee, Kendall Tau test

Abstrak

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan tekanan darah sistole pada peserta pelatihan Manajemen Puskemas di
Balai Pelatihan Kesehatan Batam. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel
sebanyak 92 responden. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui data tentang karakteristik responden yang meliputi
usia dan jenis kelamin. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pengukuran dengan
sphygmomanometer dan stetoschope. Analisis univariat digunakan untuk menguji kenormalan
dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk
menguji faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah. Dari uji normalitas diperoleh hasil
p (normalitas) = 0,00 < 0,05, sehingga uji yang digunakan adalah uji Kendall Tau. Berdasarkan
pengukuran tinggi badan dan berat badan diperoleh hasi yaitu: kategori Kurus = 4,30%,
Normal = 59,80%, Kegemukan =17,40%, dan Obese =18,50%. Hasil pengukuran tekanan darah
diperoleh hasil yaitu: tekanan darah dalam kategori normal = 69,60%, hipertensi = 30,40%.
Dari uji statistik diperoleh hasil p usia = 0,064 (p>0,05) tidak ada hubungan antara usia

1 Email: [email protected]

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 32


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

dengan tekanan darah systole. p jenis kelamin = 0,014 p = status gizi = 0,010 (p<0,05), ada
hubungan jenis kelamin dan status gizi dengan tekanan darah sistole.

Kata kunci : tekanan darah sistole, peserta pelatihan, uji Kendall Tau

1. Pendahuluan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah meningkat yang
ditandai dengan batas atas (sistole) dan batas bawah (diastole) sebagai akibat dari kerja
jantung yang bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh. Prevalensi hipertensi di Kota Batam menurut Riskesdas (2013) masih cukup tinggi
yaitu 20,6%. Tertinggi di Kabupaten natuna yaitu sebesar 33,8% dan terendah di Kota
Tanjungpinang yaitu sebesar 19,9%.
Status gizi orang dewasa dapat diketahui dengan cara pengukuran indeks massa tubuh,
dengan rumus berat badan (dalam satuan kilogram) dibagi dengan tinggi badan kali tinggi
badan (dalam satuan meter). Kemudian dibandingkan dengan standar baku yang telah
ditetapkan, sehingga diperoleh hasil kurus, kekurangan gizi tingkat ringan, normal,
kelebihan berat badan, dan obesitas.
Obesitas merupakan keadaan patologis yaitu terjadi penimbunan lemak berlebihan tetapi
yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh. Dampak buruk obesitas terhadap
kesehatan sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit serius, seperti: jantung,
diabetes, ginjal, paru dan lain-lain. Prevalensi obesitas anak usia sekolah (6--14 tahun) di
Indonesia 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan. 1).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) prevalensi status gizi (kelebihan berat
badan atau (overweight) di Indonesia pada kelompok remaja umur 16--18 tahun (IMT/U)
berdasarkan Provinsi yaitu sebesar 1,4%, tertinggi terdapat di Yogyakarta sebesar 4,1 %,
sedangkan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 2,1%. Adapun pada usia 18 tahun keatas
Provinsi Kepulauan Riau termasuk dalam delapan besar tertinggi, prevalensi obesitas yaitu
sekitar 2,3%, angka nasional 1,6%. Sedangkan untuk kelebihan berat badan mencapai 6,2%,
urutan ke Sembilan di tingkat nasional. Rata-rata nasional 5,7%.
Di Batam angka obesitas dan kegemukan adalah 17,7% dan 11,8%, urutan ke empat di
provinsi Kepulauan Riau, sedangkan untuk obesitas tertinggi Kota Tanjungpinang 23,3% dan
terendah Kota Bintan 15,4%, sedangkan untuk kegemukan tertinggi Kabupaten Karimun
15,5% dan terendah Kabupaten Lingga 9,9%.
Berdasarkan data tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara usia, jenis kelamin dan status gizi dengan tekanan darah sistole.
Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada korelasi antara usia, jenis kelamin, dan status gizi
dengan tekanan darah sistole

Metodologi

Desain penelitian ini bersifat studi observasional dengan metode observasi, wawancara,
pengukuran tinggi badan, berat badan, dan pemeriksaan tekanan darah, dengan pendekatan
Cross Sectional. Variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dikumpulkan dan
diukur dalam waktu yang bersamaan atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan
dengan sekali pengamatan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pelatihan Kesehatan Batam
mulai tanggal 20 s.d. 28 Agustus 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan manajemen puskesmas, di Balai
Pelatihan Kesehatan Batam, adapun sampel yang diambil adalah sampel jenuh yaitu semua
peserta yang mengikuti pelatihan dengan jumlah responden sebanyak 92 orang. Kriteria

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 33


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

inklusi sesuai dengan daftar undangan peserta dari Bapelkes Batam atau usulan dari instansi
pengirim. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur timbang badan, tinggi badan,
sphygmomanometer (air raksa), stetoschope dan lembar observasi yang meliputi identitas
responden (usia, jenis kelamin, pendidikan), tekanan darah (sistole dan diastole), berat badan dan
tinggi badan.
Alur dalam pengolahan data meliputi editing,coding, cleaning, tabulating dengan
menggunakan program SPSS versi 22 dan program excel 2010. Analisis univariat digunakan
untuk menguji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole digunakan uji Kendall Tau.

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Hipertensi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
atau pada pemeriksaan berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama
yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik
dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.(8)
Hipertensi merupakan faktor risiko kardiovaskular yang sangat umum terjadi di
seluruh dunia. Hal ini terjadi seiring bertambahnya usiadan faktor penyebab lainnya
seperti obesitas. Pengobatan hipertensi bertujuan untuk mencegah penyakit
kardiovaskular dan untuk memperpanjang serta meningkatkan usia harapan hidup.
Kondisi hipertensi yang menetap tidak dikelola dengan baik terjadi di berbagai tempat.
Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah kondisi di mana tekanan
pada pembuluh darah meningkat secara menetap. Darah dibawa dari jantung ke seluruh
bagian tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdenyut, ia memompa darah
ke pembuluh darah. Tekanan darah terjadi karena kekuatan darah yang mendorong
dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan
semakin keras jantung harus bekerja untuk memompa.(17)
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh
darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut
dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh
darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel
berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan
diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena
darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan
140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran
terpisah. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak
ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 34


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala.(6)
2. Klasifikasi Hipertensi
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi(11):
1) Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up
seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2) Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi
campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).
3) Terdapat jenis hipertensi yang lain:
a. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas,
pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya
hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan
penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.
Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia
pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1,
angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean
survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis
untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan
sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada
aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit
myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
b. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang
umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
 Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah
penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan.
 Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
 Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
 Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal
tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan
karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
keturunan, dan lain sebagainya.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah
satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American
Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013).

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 35


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 dan <80
Normal 120-129 dan/ atau 80-84
Normal Tinggi 130-139 dan/ atau 84-89
Hipertensi Derajat I 140-159 dan/ atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 dan/ atau 100-109
Hipertensi Derajat 3 >180 dan/ atau >110
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 dan <90

3. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial dapat memicu terjadinya
hipertensi.Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu(1,6-8):
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah,
berhubungan dengan individu itu sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin dan
riwayat keluarga.
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013 pada
kelompok umur >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%. Pada usia lanjut,
hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik atau
yang dikenal dengan hipertensi sistolik terisolasi(HST).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai
risiko sekitar 2,3 kali lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun,
akibat faktor hormonal maka pada perempuan kejadian hipertensi lebih tinggi dari
pria.
c. Riwayat Keluarga/keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial). Tentunya
faktor lingkungan dan faktor genetik juga ikut berperan. Menurut Davidson bila
kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar
30% akan turun ke anak-anaknya.
d. Ras
Kondisi ras juga dapat mempengaruhi berkembangnya hipertensi. Diketahui
bahwa Ras yang berasal dari Afrika dan Amerika memiliki risiko peningkatan
tekanan darah dibandingkan dengan Ras lain yang berada di Amerika Serikat.
Kejadian hipertensi pada orang Afrika dan Amerika dapat ditemui pada usia lebih
muda dan timbulnya lebih berat.
2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi
antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas fisik,
berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, dislipidemia dan stress.
Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita Diabetes
Melitus akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan
jantung.

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 36


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi
penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko
bagi kesehatan.(7)
b. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses arterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan adanya kaitan erat antara
kebiasaan merokok dengan proses arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.
Merokok juga meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot
jantung bertambah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan semakin
meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.
c. Kurang Aktifitas Fisik
Kurang aktifitas fisik dapat menurunkan efisiensi kerja jantung, menurunkan
kemampuan tubuh termasuk kemampuan seksual dan kebugaran jasmani.
d. Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan
di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan
tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah
rerata lebih tinggi.
e. Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol
HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
f. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan, namun
mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan darah berperan dalam
menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol. Dikatakan bahwa, efek terhadap tekanan darah
baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya.
g. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah meningkat.
Terjadinya stress pada diri seseorang tidak selalu buruk. Tapi terlalu banyak
stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, terlalu banyak
tekanan dapat mendorong perilaku yang meningkatkan tekanan darah, seperti pola
makan yang buruk mulai dari tidak teratur/ berlebihan, tidak makan sama sekali,
aktivitas fisik, dan penggunaan tembakau atau minum alkohol.

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 37


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan


penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala
yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Selain ketidaknyamanan emosional yang dirasakan saat menghadapi situasi
stres, tubuh akan bereaksi dengan melepaskan hormon stres (adrenalin dan kortisol)
ke dalam darah. Hormon ini mempersiapkan tubuh untuk respon "fight or flight"
dengan membuat detak jantung lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah
untuk mendapatkan lebih banyak darah ke sel-sel yaitu organ inti tubuh dan bukan
pada ekstremitas (bagian kaki tangan/ anggota tubuh).Konstriksi pembuluh darah
dan peningkatan denyut jantung dapat meningkatkan tekanan darah, tapi hanya
untuk sementara. Ketika reaksi stres hilang, tekanan darah kembali ke tingkat
prastresnya. Ini disebut stres situasional, dan pengaruhnya umumnya berumur
pendek dan hilang saat kejadian yang menegangkan berakhir.Stres kronis (konstan)
menyebabkan tubuh kita masuk ke kondisi tekanani tinggi selama berhari-hari atau
berminggu-minggu dalam satu waktu. Hubungan antara stres kronis dan tekanan
darah tidak jelas dan masih dipelajari.
4. Patofisiologi Hipertensi
Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi
terhadap aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi
itu sementara curah jantung tetap normal. Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang
menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi,
denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai
hipertensi perbatasan hiperkinetik. Para penderita ini memberikan gambaran yang khas
dari hipertensi esensial tetap apabila terjadi kondisi curah jantung menurun dan resistensi
perifer meningkat seiring bertambahnya usia.(2,16)
Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh
penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil. Penurunan jumlah atau kepadatan
pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer. Hipertensi juga
dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer, yang bisa meningkatkan venous
return (volume darah yang kembali ke jantung), meningkatkan preload jantung, dan
akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas apakah peningkatan
konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi esensial.(1,17)
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular
melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan
darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering
meningkat pada orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi
tekanan sistolik sangat tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau
rendah. Kondisi ini disebut hipertensi sistolik terisolasi. Tekanan nadi yang tinggi pada
orang lanjut usia dengan hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena
peningkatan kekakuan arteri, yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh
tekanan darah tinggi.
Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi
yang ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan
keterlibatan salah satu atau kedua penyebab berikut: (14,15)
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 38


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan


penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit
substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi
lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan
plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau
bagian tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting
dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
yaitu:
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan ke luar tubuh (anti
diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mere-absorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan
sampai batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga
bahwa disfungsi endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh darah)
dan peradangan vaskular juga ikut berperan dalam meningkatkan resistensi perifer
dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.
4. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh
seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor
risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attact), penyakit
arteri koroner (infark myocard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. Menurut
studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, pernyakit arteri perifer, dan gagal jantung.(13)

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 39


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Kualitas hidup penderita menjadi rendah sebagai dampak komplikasi hipertensi


dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat
komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar
dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).(9,13,15)
5. Tanda dan Gejala
Pada dasarnya Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya harus
melalui skrining. Sehingga diagnosis klinis harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
profesional. Pada kebanyakan kasus, tekanan darah tinggi tidak menyebabkan sakit kepala
atau mimisan. Bukti terbaik menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi tidak
menyebabkan sakit kepala atau mimisan, kecuali dalam kasus krisis hipertensi, keadaan
darurat medis saat tekanan darah 180/110 mm Hg atau lebih tinggi. Jika tekanan darah
sangat tinggi dan mengalami sakit kepala atau mimisan dan merasa tidak enak badan,
tunggu lima menit dan lakukan pengukuran ulang. Bila menetap maka tindakan segera
harus dilakukan.(6)
Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di
bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau
desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Pada pemeriksaan fisik,
hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada
pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Adanya
perubahan retinopati hipertensi dapat dipertimbangkan untuk penggolongan hipertensi,
walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil
oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami
hipertensi.(4,21)
Berbagai gejala mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan, namun tidak selalu
disebabkan olehtekanan darah tinggi, namun perlu dipertimbangkan seperti(4,6,21):
 Bintik-bintik darah di mata
Bintik-bintik darah di mata (subconjunctival hemorrhage) lebih sering terjadi
pada penderita diabetes atau tekanan darah tinggi, namun kondisi tersebut tidak
menyebabkan bintik-bintik darah. Floaters di mata juga tidak berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Namun, hal tersebut dapat mendeteksi kerusakan pada saraf
optik yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang tidak diobati.
 Kemerahan pada wajah
Kemerahan pada wajah terjadi saat pembuluh darah di wajah melebar. Hal
ini dapat terjadi secara tidak terduga atau sebagai respons terhadap pemicu tertentu
seperti paparan sinar matahari, cuaca dingin, makanan pedas, angin, minuman
panas dan produk perawatan kulit. Kemerahan pada wajah juga dapat terjadi
karena kondisi tekanan emosional, paparan panas atau air panas, konsumsi alkohol
dan olahraga yang semuanya dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
Kemerahan pada wajah dapat terjadi saat tekanan darah lebih tinggi dari biasanya,
tetapi tekanan darah tinggi bukan penyebab terjadinya kemerahan pada wajah.
 Pusing
Pusing sesaat dapat terjadi karena efek samping dari beberapa obat tekanan
darah, tetapi hal ini tidak disebabkan karena tekanan darah tinggi. Namun, kondisi

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 40


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

pusing atau sakit kepala jangan sampai diabaikan terutama bila onsetnya mendadak.
Sakit kepala yang tiba-tiba, kehilangan keseimbangan atau koordinasi dan kesulitan
berjalan sebagai tanda peringatan adanya stroke. Tekanan darah tinggi merupakan
faktor risiko stroke yang utama.

Hasil

Karakteristik responden
Rata-rata (mean) usia responden adalah 26,1 tahun, dengan standar deviasi (SD) adalah
3,024 tahun. Usia responden termuda 21 tahun dan tertua 39 tahun. Dengan sebaran usia
didominsi oleh usia produktif (25-29,9) yaitu sebesar 58,70%. Menurut jenis kelamin, maka
jenis kelamin laki-laki memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 58,70% sedangkan wanita
sebesar 41,30%. Analisis univariat distribusi responden berdasarkan karakteristik dapat
dilihat pada tabel 2, sedangkan karakteristk responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan karakteristik


Karakteristik Frekwensi Prosentase
1. Usia
20 – 24,9 26 28,30
25 – 29,9 54 58,70
30 - 34,9 11 11,90
35 - 39,9 1 1,10
Total 92 100,00
2. Jenis kelamin
Wanita 38 41,30
Laki-laki 54 58,70
Total 92 100,00

Sumber : data primer yang diolah

Tabel 3 : Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

Kategori Usia Wanita (%) Laki-laki (%)


20 – 24,9 5 (19,20) 21 (80,80)
25 – 29,9 26 (48,10) 28 (51,90)
30 - 34,9 6 ( 54,50) 5 (45,50)
35 - 39,9 1 (100,00) 0 (0,00)
Total 38 (41,30) 54 (58,70)

Sumber : data primer 2017

Status Gizi
Rata-rata berat badan responden 60,035 kg + 9,193 kg, dengan berat badan terendah 40 kg
tertinggi 102 kg, sedangkan untuk rata-rata tinggi badan adalah 1,61cm +0,078cm, dengan
tinggi badan terendah 1,47 cm dan tertinggi 1,85 cm.
Berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U), menunjukkan IMT/U
terendah 16,65, tertinggi 39,71, dengan rata-rata 23,26 + 4,85. Status gizi normal memiliki

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 41


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 59,8% dan kurus memiliki distribusi
paling rendah yaitu sebesar 4,3%. Distribusi status gizi dapat dilihat pada grafik 1

Obesitas (18.50%) Kurus (4.30%)

Kegemukan
(17.40%)
Normal (59.80%)

Grafik 1 : Distribusi indeks massa tubuh berdasarkan umur

Tekanan Darah
Tekanan darah sisitolik pada penelitian ini memiliki rata-rata yaitu 113,70±9,689mmHg
dengan tekanan darah paling rendah yaitu 90 mmHg, tertinggi yaitu 140 mmHg. Distribusi
tekanan darah dapat dilihat pada tabel 4. Responden dengan tekanan darah sistolik normal
memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 51 responden (55,40%).

Tabel 4 . Karateristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik


Tekanan darah
Kategori Sistolik
n Prosentase
Normal 51 55,40
Pre hipertensi 40 43,50
Hipertensi Tingkat 1 1 1,10
Hipertensi Tingkat 2 0 0,00
Total 92 100,00

Tabel 5. Karakteristik tekanan darah sistole berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tekanan darah
Karakteristik Normal Hipertensi Total
n prosentase N prosentase n prosentase
1. Usia
20 – 24,9 20 76,90 6 23,10 26 100,00
25 – 29,9 33 61,10 21 38,90 54 100,00
30 - 34,9 10 90,90 1 9,10 11 100,00
35 - 39,9 1 100 0 0,0 1 100,00
Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00
2. Jenis kelamin
Wanita 24 63,20 14 36,80 38 100,00
Laki-laki 40 74,10 14 25,90 54 100,00
Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00
Sumber : data primer 2017

Tabel 6. Karakteristik Status Gizi berdasarkan Tekanan Darah Sistole


Tekanan darah
Status Gizi Normal Hipertensi Total

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 42


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

n prosentase n prosentase n prosentase


Kurus 3 75,00 1 25,00 3 100,00
Normal 41 74,50 14 25,50 55 100,00
Kegemukan 11 68,80 5 31,20 16 100,00
Obesitas 9 52,90 8 47,10 17 100,00
Total 64 69,60 28 30,40 92 100,00
Sumber : data primer 2017

Uji Persyaratan Hipotesis


a. Uji Normalitas
Tabel 7. Hasil perhitungan uji normalitas
Data X2 hitung X2 tabel Distribusi data
Usia 0,00 0,303 Normal
Jenis kelamin 0,00 0,385 Normal
Status gizi 0,00 0,364 Normal
Sistole 0,00 0,363 Normal

b. Uji Hipotesis
Uji Kendall Tau bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent
dengan variabel independen. Apabila p < 0,05 berarti ada pengaruh yang siginifikan dan
sebaliknya jika p > 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang siginifkan antara usia, jenis kelamin,
dan status gizi a dengan tekanan darah sistole

Hubungan antar variabel


Tabel 8 : Hubungan Usia dengan Tekanan Darah Sistole
Tekanan darah
Variabel Normal Hipertensi Jumlah r p
N % n % n %
1. Usia
20 – 24,9 20 76,90 6 23,10 26 100,00 0,185 0,064 *)
25 – 29,9 33 61,10 21 38,90 54 100,00
30 – 34,9 10 90,90 1 9,10 11 100,00
35 – 39,9 1 100,00 0 0,00 1 100,00
2. Jenis kelamin
Wanita 24 63,20 14 36,80 38 100,00 -0,256 0,014 *)
Laki-laki 54 74,10 14 25,90 54 100,00
3. Status gizi
Kurus 3 75,00 1 25,00 4 100,00 0,253 0,010 *)
Normal 41 74,50 14 25,50 55 100,00
Kegemukan 11 68,80 5 31,20 16 100,00
Obesitas 9 52,90 8 47,10 17 100,00
*) uji Kendall Tau
Sumber : data primer yang diolah

Pembahasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya mengambil sampel pada peserta pelatihan
manajemen puskesmas yang dilaksanakan di kota Batam, sehingga tidak dapat
menggambarkan populasi peserta pelatihan yang ada dib alai pelatihan kesehatan Batam.
Keterbatasan lainnya adalah hanya melihat korelasi antara usia, jenis kelamin dan status gizi

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 43


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

dengan tekanan darah sistole, karena masih dimungkinkan variabel lain yang berpengaruh
seperti kebiasaan makan, merokok, pendidikan, stress, aktivitas fisik dan lain-lain.
Umur merupakan salah satu aktor risiko yang melekat pada manusia yang tidak dapat
diubah, berhubungan dengan individu itu sendiri. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013 pada kelompok umur >55
tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan
hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik atau yang dikenal dengan hipertensi sistolik
terisolasi(HST). Dari hasil uji kendall tau diperoleh hasil p =0,064, > 0,05, sehingga bisa
dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah systole. Tidak
adanya hubungan antara usia dengan tekanan darah bisa disebabkan oleh faktor lain yang
tidak terjangkau dalam penelitian ini, seperti stress, kondisi psikologi, dan lain-lain. Namun
dalam penelitian lain, seiring dengan bertambahnya usia seseorang akan terkena hipertensi
pada saat usia menjelang 50 tahun keatas, kerja jantung akan berkurang 1% dalam setiap
tahunnya (Sutanto, 2010 dalam Patricia N. Adriaansz, 2016) Umur berkaitan dengan kinerja
karena pada umur yang menua akan di ikuti proses degenerasi organ tubuh sehingga
kemampuan organ menurun yang dapat menyebab fungsi-fungsi organ mulai mengalami
penurunan sehingga bisa berakibat naiknya tekanan darah terutama tekanan darah systole.
Dalam penelitan ini ditemukan ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan
darah systole dengan nilai p=0,014 (< 0,05) dengan kekuatan korelasi sebesar -0,256.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa wanita mempunyai risiko sekitar 0,256 kali lebih besar
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini bisa
dimungkikan adanya faktor hormonal yang memicu tingginya tekanan darah sistole lebih
tinggi dari laki-laki.
Status gizi dihitung berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U), maka dari
hasil analisis uji Kendall Tau, menunjukkan bahwa, status gizi (IMT/U) mempunyai
hubungan yang bermakna dengan tekanan darah sistolik panda peserta pelatihan manajemen
puskesmas dengan nilai p = 0,010, dengan kekuatan korelasi sebesar r = 0,253. Artinya bahwa
semakin bertambah status gizi maka bertambah pula tekanan darah systole, dengan
hubungan antara status gizi dengan tekanan darah adalah searah dan lemah. Hasil tersebut
sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Yulyius,dkk, 2014, yang menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa
program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universias Sam
Ratulangi. Hasil yang sama yang dilakukan oleh Hendrik (2011) pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah.
Indeks Massa Tubuh merupakan metode yang digunakan untuk menentukan status gizi
orang dewasa.untuk seseorang (Hendrik, 2011 dalam Yulyius, 2014). Obesitas merupakan
suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa
yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.Hal ini terkait dengan sindroma
metabolik diantaranya yaitu resistensi insulin, intoleransi glukosa maupun hipertensi.
Peningkatan tekanan darah merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi tekanan darah normal. Penyebab tekanan darah meningkat diantaranya
peningkatan kecepatan denyutan jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume darah. Faktor gizi berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme. Faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut pembuluh darah
cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.

Keterbatasan dalam penelitian :

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 44


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : penelitian hanya dilakukan pada satu tempat,
pengukuran tekanan darah dilakukan hanya satu kali pengukuran dan adanya variabel
pengganggu seperti stress, ras, genetic dan keadaan psikologi.

Kesimpulan
Distribusi responden berdasarkan usia, maka responden yang berusia 25-29,9 tahun yang
mendominasi yaitu sebesar 58,70%, sedangkan untuk jenis kelamin, laki-laki mendominasi
yaitu sebesar 58,70%. Sedangkan penyebaran hipertensi , responden di usia 25 – 29,9 tahun
masih mendominasi penderita hipertensi, dengan jenis kelamin wanita sebesar 36,80%.
Untuk status gizi kurus sebesar yang normal sebesar 79% , gizi lebih sebesar dan obesitas
sebesar %. Tekanan darah normotensi sebesar 69,60% dan hipetensi sebesar 30,40%.
Dari uji statistik diperoleh hasil Tidak ada hubungan antara usia dengan tekanan darah
systole dengan p usia = 0,064 (p>0,05) Sedangkan jenis kelamin dan status gizi, ada
hubungan yang bermakna dengan p jenis kelamin = 0,014 dan p = status gizi = 0,010
(p<0,05).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dan mengingat sering ditemui peserta dengan gejala-
gejala penyakit termasuk hipertensi, maka perlu disediakan klinik yang dilengkapi dengan
tenaga dokter, perawat dan ahli gizi yang bekerja secara full timer. Melakukan screening
pada setiap peserta pelatihan dengan melakukan pengukuran status gizi (berat dan tinggi
badan), tekanan darah dan pemeriksaan kadar Hb, kolesterol dan gula darah

Rekomendasi

Pemeriksaan terhadap calon peserta pelatihan agar dijadikan sebagai agenda rutin dari
sebuah siklus pelatihan.

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 45


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

DAFTAR RUJUKAN

1. Modul Pelatihan Kelaurga Sehat. Kemenkes RI. Tahun 2016


2. Tatalaksana Hipertensi Perhimpunan
3. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension/en/. Diakses
2 Juni 2017
4. Infodatin. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kemneterian Kesehatan RI. Tahun 2014
5. Word Health Statistic 2015. WHO. 2015
6. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure. Diakses tanggal
29 Mei 2017
7. http://www.who.int/mediacentre/factsheets. Diakses tanggal 29 Mei 2017
8. The Asia Pasific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment. WHO 2000
9. http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html. Diakses 4 Juni 2017
10. Fisher ND, Williams GH (2005). "Hypertensive vascular disease". Di Kasper DL,
Braunwald E, Fauci AS et al. Harrison's Principles of Internal Medicine (16th ed.). New York,
NY: McGraw-Hill. pp. 1463–81. ISBN 0-07-139140-1.
11. Wong T, Mitchell P (February 2007). "The eye in hypertension". Lancet 369 (9559): 425–
35. doi:10.1016/S0140-6736(07)60198-6. PMID 17276782.
12. Conway J (April 1984). "Hemodynamic aspects of essential hypertension in
humans". Physiol. Rev. 64 (2): 617–60. PMID 6369352.
13. Palatini P, Julius S (June 2009). "The role of cardiac autonomic function in hypertension
and cardiovascular disease". Curr. Hypertens. Rep. 11 (3): 199–205. PMID 19442329.
14. Andersson OK, Lingman M, Himmelmann A, Sivertsson R, Widgren BR (2004).
"Prediction of future hypertension by casual blood pressure or invasive hemodynamics?
A 30-year follow-up study". Blood Press.13 (6): 350–4. PMID 15771219.
15. Folkow B (April 1982). "Physiological aspects of primary hypertension". Physiol.
Rev. 62 (2): 347–504. PMID 6461865.
16. Struijker Boudier HA, le Noble JL, Messing MW, Huijberts MS, le Noble FA, van Essen H
(December 1992). "The microcirculation and hypertension". J Hypertens Suppl 10 (7): S147–
56. PMID 1291649.
17. Navar LG (December 2010). "Counterpoint: Activation of the intrarenal renin-angiotensin
system is the dominant contributor to systemic hypertension". J. Appl. Physiol. 109 (6):
1998–2000; discussion
2015. doi:10.1152/japplphysiol.00182.2010a. PMC 3006411. PMID 21148349.
18. Esler M, Lambert E, Schlaich M (December 2010). "Point: Chronic activation of the
sympathetic nervous system is the dominant contributor to systemic hypertension". J.
Appl. Physiol. 109 (6): 1996–8; discussion
2016. doi:10.1152/japplphysiol.00182.2010. PMID 20185633.
19. O'Brien, Eoin; Beevers, D. G.; Lip, Gregory Y. H. (2007). ABC of hypertension. London: BMJ
Books. ISBN 1-4051-3061-X.

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 46


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

20. http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf. Diakses 4


Juni 2017

Daftar Pustaka

Agusmita, 2018, Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Internet, http://cara menulis
buku.com/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet.htm, diakses tanggal 10-1-2018, jam
13.15 wib
Anggara, Febby Haendra Dwi dan Nanang Prayitno, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(1); Jan 2013 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin,
Jakarta
Anggraini, dkk. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang, Periode Januari 2009, Pekanbaru
https://yayanakhyar.files.wordpress.com, diakses 18 Juni 2017, 10.12 WIB
Badan litbangkes Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar,
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013, diakses 10-9-2017, 08.35 wib
Fitriani Nur, Neffrety Nilamsari, 2017, Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Tekanan Darah
pada Pekerja Shift dan Pekerja Non-Shift di PT.X Gresik, Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health Volume 2 No. 1 Oktober 2017,
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php, http://dx.doi.org, diakses 12-1-2018,
08.45 wib
Fitriani Nur, Neffrety Nilamsari, 2017 dalam Anggara, FHD., dan Prayitno, N.2013. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012 . Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 5(1):20-25, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , 2007, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. h.111-
2, [Diakses 23 Oktober 2013].Tersedia di
http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.p
df.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. h.39-
66. [Diakses 16 0ktober 2013]. Tersedia di
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010
/Laporan_riskesdas_2010.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014, Infodatin. Hipertensi. Pusdatin, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Modul Manajemen Puskesmas, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Modul Keluarga Sehat, Jakarta
Langgar ,Diana Puspita, Vilda Ana Veria Setyawati, 2014, Hubungan Antara Asupan Gizi Dan
Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di Ungaran
Tahun 2014, JURNAL VISIKES - Vol. 13 / No. 2 / September 2014, dari
https://scholar.google.co.id/citations?user=k1RoZhwAAAAJ&hl=en diedit 18 April
2018 jam 13.11 wib

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 47


Jurnal Inspirasi
BPSDM Provinsi Jawa Barat
Volume 10 | Nomor 1 | April 2019

Muniroh Lailatul, et al, 2007, Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun terhadap
Penurunan Tekanan darah sistolik dan Diastolik pada penderita Hipertensi, Universitas
AirlanggaSurabaya,https://www.researchgate.diakses 22 Juni 2017, 10.15 wib

Mendis S, 2013, Hypertension: a silent contributor to the global cardiovascular epidemic. Regional
health forum. 2013;17:1-5.
Nugroho AW, Santoso N, 2011, Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2011.
h. 246-247
Rahajeng E, Tuminah S, 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2009;59:580-7
Sihombing M. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik
dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Maj Kedokt Indon.
2010;60:406-12.
Sugondo, S, 2010, Obesitas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simanibrata M,
Setiana S. Syam AF, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-5. Jakarta: Interna
Publishing; 2010. h. 1973-83
Verma A, Patel P, Pate JR, Chaudhary H, 2013, Relation of BMI & hypertension in natives of
Gujarat. GCSMC J Med Sci. 2013;2:17-9.
Wangdi T, 2013, Burden, determinants and control of hypertension:a Bhutanese perspective.
Regional health forum.2013;17:20-5.
Widjaja FF, Santoso LA, Barus NRV, Pradana GA, Estetika C. Prehypertension and hypertension
among young Indonesian adults at a primary health care in a rural area. Med J Indones. 2013;22:37-
45.
Wahyuningsih dan Endri Astuti, 2008, Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut,
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Yogyakarta,
file:///C:/Users/Acer/Downloads/9-15-4-PB.pdf, diakses pada 11-9-2017, 09.30 wib
Yogiantoro M, 2010, Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K
Simanibrata M, Setiana S. Syam AF, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-
5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 1079-85.

Jurnal Inspirasi | Volume 10 | Nomor 1 | April 2019 | 48

You might also like