ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. , No.
Monitoring Lereng Menggunakan Prisma Untuk Mengetahui
Pergerakan Pada Lereng Inpit dan Ekspit PT Sago Prima Pratama
(J Resources) Site Seruyung Kecamatan Sebuku, Kabupaten
Nunukan,Kalimantan Utara
Aiv Fajri Muchtar1,*, Yoszi Mingsi Anaperta1
1
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
*[email protected]
**[email protected]
Abstract. PT Sago Prima Pratama is a company engaged in the field of gold mining with an open mining
system. Calculation and analysis of slope stability is very important to do, especially in open pit mining
using the open pit method. Rock masses that were initially stable and undisturbed were dug up (disturbed)
so that they could lose stability and cause landslides. If landslides occur, there will be hazards that disrupt
the mining process so that production will be disrupted. From the calculation using Surpac software it is
known that the pit depth is 150 meters from the ground surface. Movement often occurs on the slope,
therefore slopes must be monitored so that movement on the slope can be known and can be known hazards
on vulnerable slopes. Monitoring is usually done by looking at prism data. From these data we can see how
much the slope is moving. With this monitoring can anticipate the potential for landslides early, so that
treatment can be done earlier. Monitoring carried out at inpit has a range that ranges av. displacement at the
study site during the August 14-29 2018 is 0.023mm to 0.177mm and the range av. instant velocity ranges
from 0.30 - 1.33 mm / hour The fastest movement is at the BLS and the lowest is at the MSC.
Keywords: Monitoring, slope, stable, displacement, velocity
1 Pendahuluan yang meliputi cakupan wilayah sekitar 3.560 hektar di
Kalimantan Utara, Indonesia. [1]
PT J Resources Asia Pasifik, Tbk adalah satu-satunya PT Sago Prima Pratama merupakan salah satu
perusahaan terbuka yang fokus di bidang pertambangan perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas
emas. Saat ini PT J Resources Nusantara memiliki 4 aset dengan sistem tambang terbuka. Perhitungan dan analisis
yang telah berproduksi, yaitu Proyek Lanut (Sulawesi kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting
Utara), Proyek Penjom (Pahang, Malaysia), Proyek dilakukan, terutama pada tambang terbuka dengan
Bakan (Sulawesi Utara), dan Proyek Seruyung metode open pit. Massa batuan yang awalnya stabil dan
(Kalimantan Utara). Selain itu, perusahaan masih tidak terganggu digali (diberi gangguan) sehingga dapat
memiliki beberapa aset yang masih dalam tahap mengalami kehilangan stabilitas dan menyebabkan
eksplorasi dan persiapan konstruksi seperti di terjadinya longsor. Jika longsor terjadi maka akan timbul
Bolangitang, Sulawesi Utara dan Bulagidun, Gorontalo. bahaya yang mengganggu proses penambangan sehingga
PT Sago Prima Pratama (PT SPP) merupakan anak produksi akan terganggu.
perusahaan dari PT. J Resources Nusantara, Dari perhitungan menggunakan software surpac
melaksanakan kegiatan pertambangan dari tahapan diketahui kedalaman pit 150 meter dari permukaan
eksplorasi, eksploitasi dan produksi di Prospek Seruyung tanah. Sering terjadi pergerakan di bagian lereng, oleh
yang berlokasi di wilayah Kecamatan Sebuku, sebab itu lereng harus dimonitoring agar pergerakan
Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, pada lereng bisa diketahui dan dapat diketahui bahaya
Indonesia dan memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada bagian lereng yang rawan. Monitoring biasa di
lakukan dengan melihat data prisma. Dari data tersebut
1
kita bisa melihat berapa pergerakan lereng tersebut. 2.4 Klasifikasi dari gerakan Lereng tambang
Dengan adanya monitoring ini bisa mengantisipasi
potensi longsor lebih awal, sehingga bisa dilakukan Secara operasional gerakan dinding pit diklasifikasikan
penanganan lebih dini. menjadi empat tahap yaitu elastik, rayapan, rekahan dan
dislocation, collapse.
Gerakan yang elastik berhubungan dengan tegangan
2 Kajian Teori insitu dan penyesuaian dari massa batuan (rock mass
moduli) dan pada dasarnya merupakan reaksi dari massa
2.1 Metode Tambang Terbuka (Surface Mining) batuan yang digali. Sebagai contoh adalah gerakan yang
hanya beberapa milimeter untuk tinggi lereng lebih dari
300 m pada batuan keras sampai gerakan sebesar 1-2 m
Open pit mining dicirikan dengan bentuk tambang
pada tambang yang dalam di tanah tertier atau batuan
berupa corong (kerucut terbalik) di permukaan bumi.
lunak. Gerakan elatis tidak umum terjadi pada operasi
Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan
pertambangan.
diangkut ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada
Rayapan biasanya merupakan gerakan yang relatif
endapan ekonomis di bawahnya. Kedua aktivitas, yaitu
kecil dan bergantung pada waktu dimana terjadi pada
pengupasan dan penggalian, dilakukan pada suatu
beberapa massa batuan. Di belahan bumi yang lain
permukaan kerja (front) yang berbentuk satu atau
rayapan merupakan rheology dan pengertiannya kadang-
beberapa jenjang. Pembuatan pemuka kerja lebih dari
kadang dihubungkan dengan gerakan yang berhubungan
satu, baik pada elevasi yang sama maupun beda elevasi,
dengan pegunungan yang tinggi. Yang penting
dimaksudkan untuk memastikan terjaminnya
pegunungan ini dapat dibandingkan dengan penggalian
kemenerusan produksi[2]
lereng di pertambangan.
Kesimpulan dari 'displacement' horisontal yang
2.2 Lereng dicatat untuk rentang dari lereng pit yang ada di dunia.
Displacement horisontal di plot dengan kedalaman dan
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut semua kasus gerakan pada permulaan tahap ketiga
kemiringan tertentu dengan bidang horizontal.[2] sebagai contoh, sebelum lereng seluruhnya collapse.
Gerakan diklasifikasikan sebagai elastik, rayapan
2.2.1 Lereng Alam (bergantung waktu), rekahan dan dislocation dan pada
akhirnya apakah gerakan itu stabil.
Lereng alam (natural slope) adalah lereng yang
terbentuk karena fenomena alam yang terjadi akibat dari
proses geologi. 2.5 Intrumen Pemantauan Lereng
2.2.2 Lereng Buatan 2.5.1 Robot Total Station (RTS)
Lereng buatan (man made slope) adalah lereng yang Tingkat akurasinya pada metode pemetaan konvesional
terjadi akibat terbentuknya daerah galian dan atau daerah ini sangat dipengaruhi oleh variasi temperature dan
timbunan pada proses perencanaan geometrik jalan. tekanan pada area tersebut, terutama jika titik tempat alat
berada dan daerah yang diamati terpaut jarak yang cukup
jauh. [4]
2.3 Pemantauan Lereng Metode ini sering digunakan untuk mengukur
pergeseran dengan cara memantau puncak lereng atau
Tujuan dari pemantauan lereng adalah memberikan sekitar pertengahan lereng. Pengukuran pergeseran
pemberitahuan terlebih dahulu dari area yang berpotensi dalam arah horizontal dapat dilakukan menggunakan
tidak stabil sehingga rencana tambang dapat di total station. Pengukuran untuk prisma biasanya
modifikasi untuk menimalisir dampak dari menggunakan metode perpindahan kordinat, metode ini
ketidakstabilan lereng. digunakaan dengan cara mengukur easting, northing dan
Interpretasi yang detail serta pendugaan dari data elevation. Dengan data pengukuran tersebut dapat
pemantauan yang jelas dan pasti memerlukan ahli yang dibedakan berapa selisih kordinat awal pengukuran
trampil dan beberapa konsultan. Ini membolehkan prisma dengan yang baru diukur tersebut, biasa
pengaturan untuk memperkirakan resiko yang akan menggunakan rumus:
terjadi dan dasar untuk pemilihan kelayakan ekonomi.
Pada tambang terbuka, masalah yang penting adalah X=Easting, Y=Northing Z=elevation.[5,6,8]
yang berhubungan dengan perancangan lereng dan
kestabilan dimana akan dipantau selama tahap operasi S √(( x¹-x )^2+( y¹-y)^2+(z¹-z)²) (1)
yaitu displacement, vibrasi (getaran), tekanan air tanah
(level), aliran air tanah. [3,6,9]
2
Gambar 1. Perhitungan Robot Total Station
2.5.2 Jaringan Survey
Gambar 3. Crack Gauge
Peralatan survey harus dikalibrasi secara benar, sesuai
petunjuk pabrik untuk menjamin keakuratan dan
kehandalannya. Sangat penting untuk meletakkan 2.5.4 Wireline Extensometer
titik-titik kontrol permanen pada lokasi yang mantap dan Rangkaian umumnya terdiri atas kabel yang di-anchored
memasang prisma secara baik. [6,7] pada bagian lereng yang tidak mantap dengan stasiun
pemantauan dan pulley dipasang pada bagian lereng
yang mantap di belakang rekahan tarik yang terakhir.
Jika bagian yang tidak mantap bergerak menjauhi tiang
pulley, pemberat akan bergerak dan perpindahan dapat
direkam, baik secara manual maupun elektronik
Gambar 2. Intrumen Jaringan Survey
2.5.3 Pengukuran Rekahan Gambar 4. Wireline Extensometer
Crack gages dengan electrical readout juga tersedia,
tetapi sering terjadi pada masalah lereng tambang, 2.5.5 Time Domain Reflectometer (TDR)
rekahan melampaui batas pengukuran dari peralatan.
Metode apa pun yang dipilih untuk pengukuran rekahan, TDR merupakan sebuah teknik dimana pulsa-pulsa
peralatan harus ditandai dengan tanggal pemasangan dan elektronik dikirimkan sepanjang sebuah kabel coaxial
dapat menunjukkan besar dan arah pergerekan. [7,8] yang sudah di-grouted di dalam sebuah lubang bor. Jika
terjadi deformasi atau kabel putus, sebuah signal akan
dipantulkan, yang memberikan informasi mengenai
deformasi sub-permukaan dari massa batuan. [7,11,12]
3
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dimulai dengan studi literatur
yaitu pencarian bahan pustaka terhadap masalah yang
akan dibahas meliputi studi tentang analisis mengenai
produksi penambangan melalui berbagai percobaan,
buku–buku, jurnal atau laporan studi yang sudah ada.
Selanjutnya yaitu observasi lapangan yang dilakukan
selama satu minggu guna melihat kondisi lapangan
secara langsung dan permasalahan aktual yang ada di
lapangan.
Tahapan pengambilan data meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer yang dimbil yaitu
pemasangan prisma, proses pengambilan data prisma.
Gambar 5. Time Domain Reflectometer Data sekunder berupa peta lokasi dan kesampaian
daerah, peta topografi lokasi penelitian, peta geologi
regional data curah hujan.
2.5.6 Inclometer Pengambilan data prisma dilakukan dengan
menggunakan total station dan prisma untuk mengetahui
Inclinometer terdiri atas sebuah casing yang dipasang ke pergerakan pada lereng displacement dan instant
dalam tanah melalui area yang diperkirakan bergerak. velocity. Langkah pengambilan data sebagai yaitu
Ujung casing diasumsikan tidak bergerak sehingga profil pertama berdirikan alat total station pastikan alat sudah
dari perpindahan lateal dapat dihitung. Sisi casing statif, selanjutnya pastikan titik pemantauan agar tidak
mempunyai lajur untuk unit sensor. Defleksi dari casing berpindah agar data yang diambil akurat dan pastikan
(massa batuan) diukur berdasarkan inklinasi dari unit alat sudah terkalibrasi sebelum ditembak ke prisma,
sensor. [6,12] setelah terkalibarsi alat siap di tembak ke prisma, data
yang di dapatkan berupa kordinat dan di import data ke
ms. Excel
Data yang di dapat dari penembakan prisma adalah
easting, northing, elevation. Setelah data yang di dapat
dari penembakan prisma akan di olah menggunakan
ms.excel.
3.2 Teknik Analisis Data
Tahapan selanjutnya yaitu tahapan pengolahan data.
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan dan
Gambar 6. Inclometer penggambaran, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel, grafik atau rangkaian perhitungan dalam
3 Metode Penelitian menyelesaikan suatu proses tertentu. Adapun kegiatan
pengolahan data berupa pergerakan atau displacement
Pelaksanaan penelitian mengenai monitoring lereng inpit dan instant velocity pada lereng tesebut menggunakan
dan ekspit pada PT Sago Prima Pratama (J Resources), software miscrosoft excel. [14]
Site Seruyung Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan pada 27 Juli
2018 hingga 15 September 2018.
4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini lebih terarah ke penelitian terapan (Applied 4.1.1 Lokasi Penelitian
Research), yaitu salah satu jenis penelitian yang
bertujuan untuk mengaplikasikan teori yang didapat Lokasi penelitian terletak di area pit Ade Raye, Main
dibangku perkuliahan terhadap kondisi aktual Silica, Water monitoring pond 4, Bareent leach Solution
dilapangan. Dalam melaksanakan penelitian Secara umum penyebaran bentuk lapisan batuan
permasalahan ini, penulis menggabungkan antara teori penyusun lereng relatif memiliki alterasi yang berbeda.
dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya Topografi diambil dari team survey pada tanggal 5
diperoleh pendekatan penyelesaian masalah.[13] September 2018. Jumlah prisma yang di monitoring
sebanyak 27 titik pemantauan baik inpit maupun ekspit.
Daerah pengambilan data prisma dapat dilihat dari
Gambar 7.
4
Gambar 7. Kondisi Lokasi Penelitian
Gambar 10. Kondisi pit main silica
Dalam monitoring lereng dilakukan terhadap empat (4)
daerah yang berbeda di inpit maupun ekspit.
Gambar 11. Kondisi Water Monitoring Pond
Lereng harus dimonitoring agar pergerakan pada
lereng bisa diketahui dan dapat diketahui bahaya pada
bagian lereng yang rawan. Monitoring biasa di lakukan
dengan melihat data prisma. Dari data tersebut kita bisa
melihat berapa pergerakan lereng tersebut. Dengan
adanya monitoring ini bisa mengantisipasi potensi
Gambar 8. Kondisi pit Ade raye longsor lebih awal.
4.1.2 Prisma Monitoring
Data monitoring lereng yang di ambil untuk dilakukan
analisis displacement dan instant velocity.
Gambar 9. Kondisi Bareent Leach Solution
Gambar 12. Data Monitoring Lereng Ade Raye
5
Gambar 13. Data Monitoring Main Silika Gambar 16. Grafik Curah Hujan Bulan Agustus
4.2 Pembahasan
Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa data
curah hujan dan data prisma monitoring yang diambil di
lapangan. Dari data tersebut di dapat displacement dan
instan velocity atau pada lereng tersebut menggunakan
software Microsoft excel. Dari data curah hujan dapat
diketahui berapa pengaruh curah hujan terhadap
pergerakan pada lereng tersebut. Setelah di akukan
pengolahan data maka didapat pergerakan dan
karakteristik material dari masing-masing inpit maupun
ekspit .
Gambar 14. Data Monitoring Bareent Leach Solution
4.2.1 Pengaruh Curah Hujan Terhadap
Displacement
4.2.1.1 Prisma Monitoring Ade Raye
Hasil Prisma Monitoring Ade raye dapat diketahui
displacement pada pit ade raye 0,021 mm dengan
intensitas hujan 5,92 mm pada bulan Agustus 2018.
Gambar 15. Monitoring Water Monitoring Pond
(WMP4)
4.1.3 Data Curah Hujan
Data curah hujan di dapatkan dari base control mine
engineering dimulai 1 Agustus sampai dengan 31 Gambar 17. Grafik Displacement monitoring prisma
Agustus 2018. Dari stasiun pemantauan curah hujan Ade Raye
menggunakan sistem jolis yang lokasinya berada di
dalam inpit. 4.2.1.2 Prisma Monitoring Main Silica
Hasil Prisma Monitoring Ade raye dapat diketahui
displacement pada pit ade raye 0,021 mm dengan
intensitas hujan 5,92 mm pada bulan Agustus 2018.
6
4.2.2 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Instan
velocity
4.2.2.1 Prisma Monitoring Ade Raye
Dari hasil pengamatan prisma pit ade raye memiliki
kondisi lereng relatif stabil dan tidak membahayakan.
Pengaruh curah hujan menyebabkan instant velocity
0,31mm/jam dengan intensitas curah hujan 5,92 mm
pada bulan agustus.
Gambar 18. Grafik Displacement Monitoring Prisma
Main silika
4.2.1.3 Prisma Monitoring Bareent Leach Solution
Hasil dari prisma monitoring diketahui bahwa
displacement terjadi pada 0,177 mm dan intesitas hujan
5,92 mm pada bulan Agustus 2018.
Gambar 21. Monitoring Instant Velocity ARA
4.2.2.2 Prisma Monitoring Main Silica
Dari hasil pengamatan prisma pit main silika memiliki
kondisi pergerakan pada lereng yang relatif aman dan
tidak membahayakan. Dengan instant velocity terjadi
0,30 mm/jam dengan curah hujan 5,92 mm.
Gambar 19. Grafik Displacement Monitoring Prisma
BLS
4.2.1.4 Prisma Monitoring WMP4
Hasil dari prisma monitoring diketahui bahwa
displacement terjadi pada wmp 4 sekitar 0,069 mm
dengan intensitas hujan 5,92 mm.
G
ambar 22. Monitoring Instant Velocity MSC
4.2.2.3 Prisma Monitoring Bareent Leach Solution
Dari hasil monitoring lereng pada BLS didapatkan
pergerakan pada lereng relatif lebih cepat karna material
timbunan akan mudah bergerak. Pengaruh curah hujan
terhadap lereng terjadi displacement 0,177 dan instant
velocity t 1,33 mm/jam.
Gambar 20. Grafik Displacement Monitoring prisma
WMP4
7
Gambar 23. Monitoring Instant Velocity BLS Gambar 25. Grafik Hasil Monitoring
Dari data grafik di atas dapat disimpulkan bahwa rentang
4.2.2.4 Prisma Monitoring WMP4 av. Pergerakan di lokasi penelitian selama 14-29 Agustus
2018 adalah 0,023 mm sampai 0,177 mm dan rentang
Dari hasil monitoring lereng pada WMP4 didapatkan average instant velocity berkisar antara 0,30–1,33
pergerakan pada lereng relatif lebih aman, dengan mm/jam. Pergerakan tertinggi instant velocity dan
pengaruh curah hujan terhadap instant velocity 0,30 displacement terjadi di BLS dan pergerakan terendah
mm/jam dengan curah hujan 5,92 mm pada bulan terjadi di main silika.
agustus.
Besar intensitas hujan akan semakin besar
displacement pada lereng dan semakin cepat juga instant
velocity pada lereng. Jenis material pada lereng sangat
berpengaruh pada kestabilan pada lereng tersebut, seperti
BLS sangat rentan sekali bergerak pada kondisi curah
hujan dan pada pit silika relatif stabil karena bermaterial
dominan silika advance agrilik.
Pada area BLS dan WMP material sama-sama
timbunan (soil) akan pergerakan lebih besar di BLS, hal
ini disebabkan oleh timbunan menahan gaya dorong dari
air (secara horizontal) sedangkan pada wmp4 material
timbunan mendapat gaya dorong air yang sama besar
sumbu x dan y.
Gambar 24. Monitoring Instant Velocity WMP4 Secara umum rainfall berbanding lurus dengan
instant velocity dan rainfall berbanding lurus dengan
displacement. Pemantau lereng memiliki tujuan untuk
4.2.3 Pengaruh tipe material terhadap memperoleh data yang konkrit dari perilaku lereng
displacement lereng dalam skala yang luas akibat dari kegiatan penambangan
dan kondisi lingkungan. Lereng yang akan runtuh akan
Tabel 1. Jenis material memberikan tanda-tanda nya. Munculnya kekar-kekar
tarik pada muka lereng adalah tanda-tanda yang mudah
Lokasi Penelitian Jenis material dikenali. Dengan mengamati perubahan dimensi kekar-
kekar tersebut atau dengan kata lain mengamati
MSC SAA
pergerakan/perpindahan (displacement) muka lereng,
ARA CAA maka kestabilan lereng tersebut bisa terpantau sehingga
WMP Timbunan tindakan pencegahan dapat dilakukan dan kalaupun
harus runtuh maka dapat diperkirakan waktunya
BLS Timbunan sehingga tindakan penyelamatan dapat dilakukan.
Pada lokasi penelitian dapat disimpulkan semakin
tinggi curah hujan membuat displacement dan instant
velocity semakin cepat dan Area BLS dan WMP4 instant
velocity relatif lebih tinggi dibandingkan ARA dan MSC,
Ha ini dikarenakan jenis material di daerah tersebut
timbunan instant velocity di MSC lebih rendah dari pada
ARA dikarenakan material SAA lebih kuat dari CAA.
Pemantauan lereng perlu dilakukan secara berkala agar
8
mengetahui kondisi lereng. Agar terhindar dari berada pada daerah BLS dikarna material pada
ketidakstabilan pada lereng tersebut. Oleh karna itu daerah ini tanah timbunan.
perlu kewaspadaan pada lereng agar terhindar dari
bahaya kelongsoran
5.2 Saran
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Prisma Monitoring 1. Diperlukan pemantauan dan analisis lebih lanjut untuk
memantau kestabilan lereng baik di inpit maupun di
ekspit
2. Perlu dilakukan studi empiris mengenal parameter
resiko (low, medium, high risk).
3. Diperlukan kontrol yang lebih disdaerah BLS daripada
daerah lain
Daftar Pustaka
[1] Anonim. (2018). Data-data Laporan dan Arsip PT
Sago Prima Pratama.
[2] Arif, I. I. (2016). Geoteknik Tambang. Gramedia
Jakarta : Pustaka Utama.
[3] Saptono, Singgih. Pengembangan Metode Analisis
Stabilitas Lereng Berdasarkan Karakterisasi Batuan
di Tambang Terbuka Batubara. Disertasi tidak
diterbitkan. Bandung: ITB (2012).
[4] Rumansara, (2014). Analisis Kestabilan Tambang
Terbuka.
[5] Hoek, E and Bray, J. (1981) Rock Slope
Engineering Civil and Mining Edition 4TH,
London and New York.
[6] Golder Associated. (2012). Geotechnical
Investigation and Assessment PT Sago Prima
Pratama Seruyung Gold Project.
[7] Musa, R., & Saptono, S. (2015). Analisis
Karakteristik Longsoran Lereng Lowwall Tambang
Terbuka Batubara Ditinjau Dari Monitoring Radar.
Prosiding TPT XXIV Perhapi.
5 Kesimpulan dan Saran
[8] Rachmat, H. (2015). Analisis Perilaku Longsor
Lereng Tambang Terbuka Batubara Berdasarkan
5.1 Kesimpulan Data Monitoring Radar. Pub (Doctoral dissertation,
1. Monitoring atau pemantauan menggunakan prisma UPN "Veteran" Yogyakarta).
dan RTS yang datanya dihitung menggunakan
[9] Muarifah, L. (2016). Monitoring Kestabilan Lereng
program Ms. excel untuk mendapatkan grafik
Untuk Early Warning System Pit 302 PT.
pergerakan lereng (Discplacement dan Instan
Jembayan Muarabara Kalimantan Timur (Doctoral
velocity) dan mengetahui jenis materialnya
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
2. Monitoring atau Pemantauan dilakukan di inpit
mempunyai rentang bahwa rentang av. displacement [10] PT. Sago Prima Pratama. (2015.) Laporan Studi
di lokasi penelitian selama 14-29 Agustus 2018 Kelayakan (Revisi).
adalah 0,023mm sampai 0,177mm dan rentang av.
instant velocity berkisar antara 0,30 – 1,33 mm/jam [11] Harman Setyadi, dkk. (2015). Discovery and
Pergerakan tercepat berada pada BLS dan yang Inventory of Seruyung Gold Project, Kabupaten
terendah berada pada MSC Nunukan, North Kalimantan.
3. Dari hasil monitoring atau pemantauan didapatkan
[12] Wyllie, Duncan C., & Christopher W. Mah. Rock
pergerakan paling signifikan berada BLS dan yang
Slope Engineering: Civil and Mining. 4rd. (ed).
paling terendah di main silika
New York: Spoon Press (2004)
4. Dari hasil monitoring yang dilakukan pada daerah
inpit dan ekspit didapatkan pergerakan paling cepat
9
[13] Yusuf, A. Muri. Metodologi Penelitian Teliti &
Hati-hati. Jakarta: Prenamedia Group (2005)
[14] Bahri, S. (2009). Slope Stability Radar Monitoring
Pada Tambang Terbuka. Documentation.
10