Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
JurnalKeperawatanMuhammadiyah
Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM
Analisis Budaya Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Pada Perawat Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawerigading Palopo
Try Ayu Patmawati 1, Nur Asphina R. Djano 2
1 Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Mega Buana Palopo, Indonesia
2 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Mega Buana Palopo, Indonesia
INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi: Objective: to analyze the culture of incident reporting of patient safety to
[email protected] nurses at the Sawerigading Palopo Hospital.
Methods: This article used descriptive analytic with a cross sectional design. The
population in this study were nurses at Sawerigading Palopo Hospital with a sample of
this study as many as 63 nurses, sampling using purposive sampling technique. The
instrument used was the IRCQ (Incident Reporting Culture Questionnaire).
Results: This study was found that from 63 respondents there were 38 respondents
(60.3%) who showed a negative response to incident reporting culture and positive
response about 25 people (39.7%). Based on the subscale, the factor that received
the greatest negative response was the factor “Collegial atmospheres of
unpleasantness and punishment” with a total of 47 respondents (74.6%).
Keywords: Conclusion: The culture of incident reporting at the Sawerigading Palopo
Incident Reporting, hospital have to be improved by maintaining the three factors that have
Patient Safety, Nurses received a positive response, while for the Collegial atmospheres of
unpleasantness and punishment still needs to be improved by minimizing
any worries from nurses regarding punishment and fear. Therefore it is
important for all boards of directors and management to monitor and
evaluate the culture of incident reporting in order to improve patient safety.
202
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
PENDAHULUAN sebagaimana dibuktikan dengan dimasukkannya mereka
Keselamatan pasien adalah isu yang paling sering dalam banyak program akreditasi rumah sakit.
dibahas belakangan tahun ini. Keselamatan pasien Akreditasi Kanada sekarang memiliki pelaporan insiden
didefinisikan sebagai “pencegahan bahaya bagi sukarela sebagai salah satu dari Praktik Organisasi yang
pasien” dan sebagai “pencegahan kesalahan dan efek Diperlukan (The Joint Commission, 2013), dan Komisi
buruk bagi pasien terkait dengan perawatan Australia tentang Keselamatan dan Kualitas dalam
kesehatan”(WHO, 2013). Pelaporan insiden dianggap Perawatan Kesehatan memiliki standar berjudul “Tata
memiliki efek positif pada keselamatan pasien, tidak Kelola untuk Keselamatan dan Kualitas dalam
hanya dengan mengarah pada perubahan dalam Organisasi Layanan Kesehatan,” di mana pelaporan
proses perawatan tetapi juga dengan mengubah sikap insiden merupakan persyaratan inti (Acreditation, 2014)
dan pengetahuan staf, Pelaporan insiden dapat sedangkan di Indonesia Kementerian Kesehatan
menjadi alat yang ampuh untuk mengembangkan dan Republik Indonesia membentuk Komite Nasional
mempertahankan kesadaran akan risiko dalam Keselamatan Pasien untuk melaksanakan lima fungsi
praktik perawatan kesehatan (Anderson, Kodate, diantaranya adalah pengembangan dan pengeloalaan
Walters, & Dodds, 2013). Pelaporan insiden dalam sistem pelaporan insiden,analisis dan penyusunan
perawatan kesehatan dianggap sebagai cara untuk rekomendasi keselamatan pasien. KNKP merupakan
memantau, mencegah, dan mengurangi terjadinya salah satu tempat pelaporan eksternal dari semua Tim
peristiwa yang dapat membahayakan keselamatan KPRS (Keselamatan Pasien Rumah Sakit) di Indonesia
pasien. Namun sebagian besar sistem pelaporan (Kemenkes, 2017)
insiden di rumah sakit bergantung pada laporan Kementerian kesehatan dalam Permenkes No 11 Tahun
sukarela oleh staf (Braithwaite J, Westbrook MT, 2017 juga telah menjabarkan bahwa kegiatan yang
Travaglia JF, 2010; Henriksen K, Battles JB, Marks dilaksanakan dalam tingkat fasilitas pelayanan
ES, 2005; Kousgaard MB, Joensen AS, 2012). kesehatan dalam membangun budaya keselamatan
Di rumah sakit, tantangan utama untuk melaporkan pasien adalah pembuatan kebijakan terkait apa yang
insiden yang terkait dengan keselamatan pasien harus dilakukan oleh staf bila terjadi insiden, investigasi
adalah takut disalahkan dan dihukum (Brunsveld- dan dukungan, pembuatan kebijakan tentang peran
reinders, Arbous, Vos, & Jonge, 2016; Wagner, individu dan akuntabilitas serta melakukan survei
Smits, Sorra, & Huang, 2013). Beberapa menyatakan budaya keselamatan untuk menilai budaya pelaporan
bahwa sistem pelaporan insiden secara sukarela juga dan pembelajaran di fasilitas pelayanan kesehatan.
telah digambarkan sebagai sumber frustrasi, gagal Budaya keselamatan pasien harus dibangun di fasilitas
menghasilkan manfaat yang diharapkan. pelayan kesehatan dalam hal ini yang dimaksud peneliti
Keefektifannya berkurang karena hambatan adalah rumah sakit. Rumah sakit harus menciptakan
pelaporan insiden sukarela, yang beberapa di budaya adil dan terbuka sehingga staf berani melapor
antaranya terkait dengan kekhawatiran tentang dan penangan insiden dilakukan secara sistematik tidak
dampak terhadap profesional perawatan kesehatan terkecuali untuk perawat (Kemenkes, 2017) sebab
pelaporan (Hughes RG, 2008; Noble D, 2010; Budaya keselamatan pasien memiliki peran penting
Shojania, 2008). Sehingga salah satu masalah utama dalam sikap perawat terhadap pelaporan kejadian. Oleh
dalam pengoperasian sistem pelaporan insiden adalah karena itu, upaya untuk memperkuat budaya
bagaimana memfasilitasi pelaporan insiden oleh keselamatan pasien juga dapat meningkatkan sikap
anggota staf, termasuk kejadian nyaris cedera (Evans perawat terhadap pelaporan kejadian (Kusumawati,
SM, Berry JG, Smith BJ, Esterman A & Handiyani, & Rachmi, 2019) Beberapa penelitian telah
O’Shaughnessy J, 2006). Namun penelitian Robson membahas tentang survei budaya keselamatan pasien
J, de Wet C, McKay J, Bowie P (Robson J, de Wet C, baik di Indonesia dan beberapa negara asing (Abdi,
McKay J, 2012) menyatakan bahwa semua Delgoshaei, Ravaghi, Abbasi, & Heyrani, 2015;
responden pada penelitiannya merasa bahwa Amirullah, Pasinringi, & Kapalawi, 2014; Pujilestari,
melaporkan insiden keselamatan pasien memberikan Maidin, & Anggraeni, 2014; Rachmawati, 2011),
manfaat dan mayoritas menunjukkan bahwa itu Sehingga urgensi penelitian ini adalah masih sedikit
adalah bagian penting dari pekerjaan mereka. yang membahas terkait budaya pelaporan insiden
Sistem pelaporan insiden sukarela adalah salah satu keselamatan pasien di luar negeri dan bahkan di
pendekatan untuk meningkatkan keselamatan pasien, Indonesia belum ada penelitian
203
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
terkait hal tersebut yang menggunakan instrumen S1, Ners sebanyak 26 orang dan D3 Keperawatan
dengan konten pelaporan insiden keselamatan sebanyak 5 orang. Pada tabel 1 juga nampak bahwa
pasien. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki lama kerja di
untuk menganalisis budaya pelaporan insiden atas 5 tahun.
keselamatan pasien pada perawat di rumah sakit
RSUD Sawerigading Palopo. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya
Pelaporan Insiden di RSUD Sawerigading Palopo
METODE Budaya Pelaporan n Persentase (%)
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Respon Positif 25 39,7
ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Respon Negatif 38 60,3
cross sectional untuk menganalisis budaya Pada tabel 2 didapatkan bahwa dari 63 responden
pelaporan insiden pada perawat di Rumah Sakit terdapat 38 responden (60,3%) yang menunjukkan
Sawerigading Palopo. Populasi dalam penelitian ini respon negatif terhadap budaya pelaporan insiden
adalah perawat di Rumah Sakit Sawerigading dan menunjukkan respon positif terdapat 25 orang
Palopo. Sampel pada penelitian ini sebanyak 63 (39,7%).
perawat, pengambilan sampel dengan teknik non
probability sampling yaitu purposive sampling. Tabel 3.Distribusi Responden Berdasarkan
Subskala Budaya Pelaporan Insiden di RSUD
HASIL Sawerigading Palopo
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di RSUD Persentase
Sawerigading Palopo dengan jumlah responden No Subskala n
(%)
sebanyak 63 orang perawat yang didapatkan 1. Penerapan Belajar dari
dengan menggunakan teknik purposive sampling. kesalahan
Pengumpulan data menggunakan kuesioner IRCQ Respon Negatif 3 4,8
(Incident Reporting Culture Questionnaire). Respon Positif 60 95,2
2 Kesiapan untuk member-
Tabel 1. Distribusi Gambaran Karasteristik ikan umpan balik pada
Responden di RSUD Sawerigading Palopo laporan insiden
Karakteristik Mean (SD) n (%) Respon Negatif 11 17,5
Umur (tahun) 33,89 (±5,914) Respon Positif 52 82,5
Jenis Kelamin 3 Suasana kolegial akibat
ketidaknyamanan dan
Laki-laki 4 (6,3) adanya hukuman
Perempuan 59 (93,7) Respon Negatif 47 74,6
Pendidikan Respon Positif 16 25,4
D3 5 (7,9) 4 Manajemen insiden: rahasia
S1 32 (50,8) dan berdasarkan sistem
Ners 26 (41,3) Respon Negatif 17 27,0
Lama kerja (tahun) Respon Positif 46 73,0
1-5 10 (15,9) Pada tabel 3 didapatkan bahwa dari empat faktor/
6-10 31 (49,2) subskala budaya pelaporan insiden didapatkan hasil
11-15 15 (23,8) yakni pada faktor “penerapan belajar dari kesalahan”
16-20 3 (4,8) terdapat 3 responden (4,8%) yang menunjukkan
>21 (6,3) respon negatif sedangkan yang menunjukkan respon
Adapun hasil analisis yang telah dilakukan adalah positif sebesar 60 orang (95,2%), pada faktor
sebagai berikut : pada tabel 1 didapatkan bahwa usia “kesiapan untuk memberikan umpan balik pada
rata-rata pada responden adalah 33,89 yang terdiri laporan insiden” terdapat 11 responden (17,5%) yang
dari laki-laki sebnyak 4 orang (6,3%) dan perempuan menunjukkan respon negatif sedangkan yang
sebanyak 59 orang (93,7%), selain itu dari 73 menunjukkan respon positif sebesar 52 orang
responden, 32 diantaranya adalah yang berpendidikan (82,5%), pada faktor “suasana kolegial akibat
204
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
ketidaknyamanan dan adanya hukuman” terdapat 47 dengan pendekatan human error, budaya pelaporan
responden (74,6%) yang menunjukkan respon negatif yang bersifat multi-dimensi yang terdiri dari empat
sedangkan yang menunjukkan respon positif sebesar faktor yaitu penerapan belajar dari kesalahan, kesiapan
16 orang (25,4%), dan pada faktor “manajemen untuk memberikan umpan balik pada laporan insiden,
insiden: rahasia dan berdasarkan sistem” terdapat 17 suasana kolegial akibat ketidaknyamanan dan adanya
responden (27,0%) yang menunjukkan respon negatif hukuman dan manajemen insiden: kerahasiaan dan
sedangkan yang menunjukkan respon positif sebesar berdasarkan sistem.
46 orang (73,0%), Pada faktor “penerapan belajar dari kesalahan”
didapatkan respon positif sebesar 95,2%, budaya
PEMBAHASAN pembelajaran dari kesalahan ini harus dipertahankan
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa seperti yang dikemukakan (Mahajan, 2010) dalam
budaya pelaporan insiden menunjukkan respon penelitiannya bahwa pelaporan insiden yang berhasil
negatif sebesar 60,3 % sedangkan respon positif tergantung pada langkah-langkah perbaikannya salah
sebesar 39,7%. Rendahnya respon positif pelaposan satunya adalah adanya terciptanya atmosfer
insiden ini seperti pada hasil penelitian yang pembelajaran dari kesalahan, begitupun pada hasil
dilakukan (Mandriani, Yetti, & Hardisman, 2019) penelitan (Waters, Hall, Brown, Espezel, & Palmer,
yang menunjukkan persentasi respon postif terendah 2012) didapatkan para perawat mengakui bahwa
pada dimensi frekuensi pelaporan yaitu sebesar 31%. melaporkan insiden dapat mendorong pembelajaran,
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut belum sebagian besar perawat menunjukkan pelaporan
optimal, beberapa perawat juga mengatakan belum insiden berfungsi sebagai kesempatan belajar bagi
paham terkait insiden apa saja yang mesti dilaporkan, perawat yang terlibat langsung dalam insiden
pada penelitian (Hwang, Lee, & Park, 2012) juga begitupun staf lainnya. Selain itu menurut (Arabi et
menyatakan bahwa selain peran manajer dalam al., 2016) dalam peneltiannya bahwa lingkungan
mengontol laporan, pemahaman dan keterampilan belajar yang mendukung, tidak menghukum, bebas
merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam menyalahkan, melibatkan diskusi analitik dan umpan
pelaporan insiden yang efektif (misalnya kejadian balik yang cepat merangsang tingkat pelaporan yang
sentinel dan kejadian nyaris cedera). Selain itu lebih tinggi, dan berkontribusi untuk mencegah
menurut penelitian (Najihah, 2018) bahwa masih insiden.
banyak petugas kesehatan yang mengabaikan Pada faktor “kesiapan untuk memberikan umpan balik
pelaporan insiden karena merasa insiden tersebut pada laporan insiden”, didapatkan respon positif sebesar
dapat ditangani sendiri dan hanya melaporkan apabila 82,5%. Pelaksanaan umpan balik ini harus
sudah terjadi cedera. dipertahankan sehingga perlu monitoring dan evaluasi
Selain itu, perawat mengatakan bahwa takut akan dari pihak rumah sakit karena menurut penelitian
menganggu hubungan antar teman sejawat juga (Mandriani et al., 2019) ketika insiden terjadi di rumah
menjadi penyebab pelaporan tidak dilaksanakan sakit maka respon terhadap pelaporan tersebut harus
serta pengawasan yang belum optimal juga cepat dan segera dilakukan analisis penyebab kesalahan
menjadi faktor yang perlu ditingkatkan dalam serta menemukan solusi untuk hal tersebut selanjutnya
meningkatkan pelaporan insiden, hal tersebut juga dilaksanakan evaluasi dan tindakan preventif agar
diperkuat oleh (Adrini T, Harijanto, & Woro U, insiden tidak terulang, seperti (Lederman et al., 2013)
2015). Pada hasil penelitian (Prang & Jelsness- menyatakan dalam penelitiannya bahwa tanpa umpan
Jørgensen, 2014) juga didapatkan bahwa salah satu balik yang memadai tentang pelaporan tidak akan
yang membuat perawat enggan melaporkan insiden mendorong adanya laporan atau memberikan kepuasan
adalah karena karyawan yang dilaporkan tidak untuk pelaporan perawat karena manajemen harus
selalu terlindungi dengan baik, kepala ruangan memberikan umpan balik atas insiden yang dilaporkan,
tidak menjaga kerahasiaan sehingga meningkatkan umpan balik harus ditujukan kepada staf perawat secara
kekhawatiran ketika diidentifikasi di depan umum. umum dan perawat yang melaporkan secara khusus.
Penelitian in menggunakan instrumen IRCQ untuk
melihat lebih dalam terkait budaya pelaporan insiden Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari
keselamatan pasien. Struktur dari instrumen IRCQ empat faktor tersebut, faktor yang memiliki respon
merupakan refleksi dari fitur budaya pelaporan insiden positif terendah adalah faktor ketiga yakni
205
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
“suasana kolegial akibat ketidaknyamanan dan adanya manajemen insiden: kerahasiaan dan berdasarkan
hukuman” dengan persentase 25,4%. Berdasarkan data sistem, sedangkan untuk faktor suasana kolegial
yang didapatkan bahwa banyak perawat yang akibat ketidaknyamanan dan adanya hukuman masih
menjawab dengan adanya pelaporan insiden mereka harus ditingkatkan dengan meminimalisir adanya
khawatir akan menganggu hubungan antar teman kerja kekhawatiran dari para perawat terkait hukuman dan
bahkan ketidakharmonisan antar unit dan perawat juga rasa takut. Oleh karena itu penting bagi semua jajaran
merasa takut karena ketika terlibat dalam insiden akan direksi dan pihak manajemen untuk memonitoring
cenderung disalahkan. Beberapa penelitian dan mengevaluasi budaya pelaporan insiden agar
menyebutkan bahwa hingga saat ini rasa takut akan dapat meningkatkan keselamatan pasien
adanya sikap menyalahkan khususnya pada individu
masih menjadi salah satu faktor terbesar dalam SARAN
menghambat pelaporan insiden keselamatan pasien (El- Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, & Hemadeh, 2011; lebih jauh terkait faktor yang mempengaruhi
Najjar, Nafouri, Vanhaecht, & Euwema, 2015; rendahnya tingkat pelaporan insiden baik itu dari segi
Suryanto & Febri, 2018). Pihak rumah sakit kiranya pengetahuan, kerjasama tim, sikap dan lain-lain.
dapat memperhatikan agar tidak ada lagi respon
menyalahkan baik dari pihak manajemen maupun
teman sejawat sehingga mendorong profesional DAFTAR PUSTAKA
kesehatan, khususnya perawat untuk melaporkan Abdi, Z., Delgoshaei, B., Ravaghi, H., Abbasi, M.,
insiden hal ini didukung oleh (Howell et al., 2015) yang & Heyrani, A. (2015). The culture of patient
menunjukkan bahwa lingkungan terbuka dan safety in an Iranian intensive care unit. Journal
berkurangnya rasa takut terhadap respons hukuman of Nursing Management, 333–345.
meningkatkan pelaporan insiden. https://doi.org/10.1111/ jonm.12135
Pada faktor “manajemen insiden: rahasia dan Acreditation, C. (2014). Required Organizational
berdasarkan sistem” menunjukkan respon positif Practice Handbook. Canada.
sebanyak 46 responden (73,0%), dengan adanya Adrini T, M., Harijanto, T., & Woro U, E. (2015).
respon positif tersebut kiranya dapat ditingkatkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya
karena menurut penelitian (Howell et al., 2015) juga PelaporanInsidendiInstalasiFarmasiRSUDNgudi
menyatakan bahwa ketika tercipta lingkungan belajar Waluyo Wlingi. Jurnal Kedokteran Brawijayak,
yang responsif dan rahasia akan meningkatkan 28(2), 214–220. https://doi.org/http://dx.doi.
keterlibatan staf dengan pengungkapan kesalahan. org/10.21776/ub.jkb.2015.028.02.17
Penelitian (Elliott, Martin, & Neville, 2014) juga Amirullah, N. A., Pasinringi, S. A., & Kapalawi, I.
menyatakan pengembangan sistem pencatatan dan (2014). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien
pelaporan insiden keselamatan pasien harus Di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. 1–16.
dilakukan dengan cara anonim, rahasia, dan dapat Anderson, J. E., Kodate, N., Walters, R., & Dodds, A.
digunakan secara multiuser secara bersamaan. (2013). Can incident reporting improve safety ?
Healthcare practitioners ’ views of the effectiveness
KESIMPULAN of incident reporting. International Journal for
Pelaporan insiden adalah sistem pelaporan yang Quality in Health Care, 25(2), 141–150.
mengajak semua tenaga kesehatan untuk peduli Arabi, Y. M., Owais, S. M., Al-Attas, K., Alamry,
terhadap keselamatan pasien, pelaporan ini berguna A., Alzahrani, K., Baig, B., … Taher, S. (2016).
untuk memantau pencegahan terjadinya kesalahan Learning from defects using a comprehensive
dalam pemberian pelayanan kesehatan oleh karena itu management system for incident reports in
budaya pelaporan insiden harus menjadi kebiasaan bagi critical care. Anaesth Intensive Care, 210–220.
tenaga kesehatan. Budaya pelaporan insiden di rumah https://doi. org/10.1177/0310057X1604400207
sakit umum Sawerigading Palopo harus ditingkatkan Braithwaite J, Westbrook MT, Travaglia JF, H. C.
lagi dengan mempertahankan faktor-faktor yang sudah (2010). Cultural and associated enablers of,
mendapatkan respon positif yaitu penerapan belajar dari and barriers to, adverse incident reporting.
kesalahan, kesiapan untuk memberikan umpan balik Quality Safe Health Care, 19(3), 229–233.
pada laporan insiden, dan Brunsveld-reinders, A. H., Arbous, M. S., Vos, R.
206
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
DE, & Jonge, E. DE. (2016). Incident and error attitude on incident reporting in Indonesia.
reporting systems in intensive care : a systematic Enfemeria Clinica, 29. https://doi.org/https://doi.
review of the literature. International Journal for org/10.1016/j.enfcli.2019.04.007
Quality in Health Care, 28(December 2015), 2– Lederman, R., Dreyfus, S., Matchan, J., Hons, B. I.
13. https://doi.org/10.1093/intqhc/mzv100 S., Knott, J. C., & Milton, S. K. (2013).
El-jardali, F., Dimassi, H., Jamal, D., Jaafar, M., & Electronic error-reporting systems : A case study
Hemadeh, N. (2011). Predictors and outcomes into the impact on nurse reporting of medical
of patient safety culture in hospitals. BMC errors. Nursing Outlook, 61(6), 417-426.e5.
Health Services Research, 11(45). https://doi. org/10.1016/j.outlook.2013.04.008
Elliott, P., Martin, D., & Neville, D. (2014). Mahajan, R. (2010). Critical incident reporting and
Electronic Clinical Safety Reporting System : A learning. British Journal of Anaesthesia, 105(1),
Benefits Evaluation. JMIR Medical Infotmatics, 69–75. https://doi.org/10.1093/bja/aeq133
2(1). https://doi.org/10.2196/medinform.3316 Mandriani, E., Yetti, H., & Hardisman, H. (2019).
Evans SM, Berry JG, Smith BJ, Esterman A, S. P., Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
& O’Shaughnessy J, et al. (2006). Attitudes Oleh Petugas Kesehatan di RSUD dr Rasidin
and barriers to incident reporting: a Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
collaborative hospital study. Qual Ity Safe Andalas, 8(1), 131–137.
Health Care, 15(1), 39–43. Najihah, N. (2018). Budaya Keselamatan Pasien
Henriksen K, Battles JB, Marks ES, L. DI. (2005). dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah
Advances in patient safety: from research to Sakit : Literature Review. Journal of Islamin
implementation. Rockville (MD): Agency for Nursing, 3(1), 1–8.
Healthcare Research and Quality. Najjar, S., Nafouri, N., Vanhaecht, K., & Euwema,
Howell, A., Burns, E. M., Bouras, G., Donaldson, M. (2015). The relationship between patient
L. J., Athanasiou, T., & Darzi, A. (2015). Can safety culture and adverse events : a study in
Patient Safety Incident Reports Be Used to palestinian hospitals. Safety in Health, 1(16), 1–
Compare Hospital Safety ? Results from a 9. https:// doi.org/10.1186/s40886-015-0008-z
Quantitative Analysis of the English National Noble D, P. P. (2010). Underreporting of patient
Reporting and Learning System Data. PLOS safety incidents reduces health care’s ability to
ONE Journal, 61, 1–15. quantify and accurately measure harm
https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0144107 reduction. Journal Patient Safety, 6, 247–250.
Hughes RG, R. W. Z. (2008). Error reporting and Prang, I. W., & Jelsness-Jørgensen, L.-P. (2014).
disclosure. Patient Safety and Quality: An Should I report ? A qualitative study of barriers to
Evidence-Based Handbook for Nurses. incident reporting among nurses working in
Rockville,MD: Agency for Healthcare nursing homes. Geriatric Nursing, 35(6), 441–447.
Research and Quality, U.S. Department https://doi.org/10.1016/j.gerinurse.2014.07.003
OfHealth and Human Services, 39. Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R.
Hwang, J., Lee, S., & Park, H. (2012). Barriers to the (2014). Budaya Keselamatan Pasien di
Operation of Patient Safety Incident Reporting Instalasi Rawat Inap RSUP Dr . Wahidin
Systems in Korean General Hospitals. Sudirohusodo Kota Makassar. Jurnal Media
Healthcare Informatics Research, 18(4), 279– Kesehatan Masyarakat Indonesia, 57–64.
286. https://doi. org/10.4258/hir.2012.18.4.279 Rachmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya
Peraturan Kementerian Kesehatam Republik Keselamatan Pasien di RS
Indonesia Nomor 11. (2017).Keselamatan Muhammadiyah-‘Aisyiyah Tahun 2011.
Pasien. Jakarta. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta, 11–
Kousgaard MB, Joensen AS, T. T. (2012). Reasons 34.
for not reporting patient safety incidents in Robson J, de Wet C, McKay J, B. P. (2012). Do we
general practice: a qualitative study. Scand know what foundation year doctors think about
Journal PrimaryHealth Care, 30(4), 199–205. patient safety incident reporting? Development of a
Kusumawati, A. S., Handiyani, H., & Rachmi, S. F. web based tool to assess attitude and knowledge.
(2019). Patient safety culture and nurses’ Postgraduate Medical Journal, 87, 750–756.
Shojania, K. (2008). The frustrating case of incident-
207
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 5 (2) 2020
reporting systems. Qual Ity Safety Health Care, 17,
400–402.
Suryanto, S., & Febri, D. T. (2018). Hubungan Budaya
Keselamatan Pasien dengan Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien oleh Perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara.
The Joint Commission. (2013). Comprehensive
Accreditation Manual For Hospital.
Wagner, C., Smits, M., Sorra, J., & Huang, C. C.
(2013). Assessing patient safety culture in
hospitals across countries. International Journal
for Quality in Health Care, 25(3), 213–221.
Waters, N. F., Hall, W. A., Brown, H., Espezel, H.,
& Palmer, L. (2012). Perceptions of Canadian
labour and delivery nurses about incident
reporting : A qualitative descriptive focus
group study. International Journal of Nursing
Studies, 49(7), 811–821.
https://doi.org/10.1016/j. ijnurstu.2012.01.009
WHO. (2013). Exploring Patient Participation in
Reducing Health-care-related Safety.
208