0% found this document useful (0 votes)
46 views8 pages

Greensynthesis Nanoperak Menggunakan: Ekstrak Cair Batang Dadap Serep (Erythrina Subumbrans (Hassk.) Merr)

1) The document discusses the green synthesis of nanosilver using liquid extracts of Dadap Serep (Erythrina subumbrans) stems. 2) The synthesis uses varying ratios of liquid stem extract and AgNO3, and characterizes the resulting nanosilver particles. 3) Formula III, with a 1:2 ratio of liquid extract to AgNO3, produced the most stable nanosilver particles with a uniform size of around 75-96 nm.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
46 views8 pages

Greensynthesis Nanoperak Menggunakan: Ekstrak Cair Batang Dadap Serep (Erythrina Subumbrans (Hassk.) Merr)

1) The document discusses the green synthesis of nanosilver using liquid extracts of Dadap Serep (Erythrina subumbrans) stems. 2) The synthesis uses varying ratios of liquid stem extract and AgNO3, and characterizes the resulting nanosilver particles. 3) Formula III, with a 1:2 ratio of liquid extract to AgNO3, produced the most stable nanosilver particles with a uniform size of around 75-96 nm.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

GREENSYNTHESIS NANOPERAK MENGGUNAKAN

EKSTRAK CAIR BATANG DADAP SEREP


(Erythrina Subumbrans (Hassk.) Merr)

Agstrian Inamas Nainggolan, Diah Riski Gusti, Havizur Rahman


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
Jl. Letjen Soeprapto No.33 Telanaipura Jambi. 36361
Email: [email protected]

ABSTRACT
Nanosilver is a nanotechnology innovation that can be beneficial in health,
especially as an antimicrobial. Green synthesis is one of the methods for
synthesis nanosilver to be environmentally friendly, inexpensive, and not using
hazardous chemicals. Dadap Serep plant can be a reducing agent because it
contains secondary metabolites of flavonoids, saponins, isoflavonoids, alkaloids,
and lectins. This study investigates the ratio of the liquid extract of dadap serep
stems and AgNO3 in synthesis nanosilver. The ratio of nanosilver formulation FI
(2: 1); FII (1: 1); FIII (1: 2). The parameters observed in this study were the
surface plasmon resonance (SPR) absorption peak, particle size, polydispersity
index (PI), and zeta potential. Nanoparticle formula characterization data were
analyzed descriptively. The results showed that the nanosilver formula of dadap
serep stem liquid extract was brownish yellow with the maximum wavelength
absorption peak in the range 421-437 nm, particle size 75.93-96.06 nm,
Polydispersity index (PI) 0.13-0, 28 and the zeta potential (-24.73 mV) - (-46 mV).
The resulting nanosilver characteristics indicated that all formulations are in the
uniform nanoparticle size, but only formula III had excellent stability. Formula
III, with a ratio of the liquid extract of dadap serep and AgNO3 stem extract (1:2),
is the best formula.
Keyword: Dadap Serep (Erythrina sumbumbrans (Hassk.) Merr), Greensynthesis,
Nano Particle..

PENDAHULUAN
Nanoteknologi sangat berperan penting dalam pengembangan sediaan
nanoperak dan memungkinkan pembentukan material berukuran nano atau
yang sering di sebut nano partikel dimana memiliki prospek yang sangat besar
di berbagai bidang diantaranya sebagai detector, katalis, zat pelapis permukaan
dan antibakteri (Sharma, 2009).
Penelitian yang terus berlanjut terhadap nanopartikel perak
menghasilkan banyak manfaat dalam bidang kesehatan, kimia, elektronika dan
bioteknologi. Nanopartikel perak memiliki karakteristik ukuran partikel pada
rentang 1-100 nm, sehingga dapat di aplikasikan sebagai antibakteri (Sintubin
et al, 2011), antifungi (Vivek et al 2011), antivirus (Elechiguerra et al 2005),
antiinflamasi dan deteksi apoptosis dan terapi kanker (Peer et al, 2007).
Preparasi nanopartikel perak selama ini dilakukan dengan cara
mencampurkan garam perak dengan agen pereduksi dan agen penstabil berupa
bahan kimia hingga terbentuk nanopartikel. Bahan-bahan kimia yang
digunakan dapat berupa bahan kimia anorganik seperti natrium
tetraborohidrat, dan karbon tetraklorida maupun bahan kimia organik seperti
benzena. Bahan-bahan kimia yang digunakan bersifat racun dan berbahaya
bagi lingkungan (Handayani et al 2010). Oleh karena itu dibutuhkan metode
produksi yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan metode biologi
(greensynthesis) dengan menggunakan bahan alam yang tidak beracun dan
berbahaya. Metode greenshynthesis merupakan salah satu metode alternatif

1
yang dapat menghasilkan nanoperak yang ramah lingkungan karena mampu
mengurangi dampak negatif penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya
beserta limbahnya. Beberapa jenis tumbuhan telah digunakan dalam biosintesis
nanopartikel perak dan emas. Windri Handayani (2011), telah melaporkan
tanaman dadap serep megandung senyawa metabolit sekunder diantaranya
alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, triterpenoid tannin dan steroid sehingga
dapat digunakan sebagai agen reduktor nanoperak. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Desianti (2007) melaporkan bahwa
metabolit sekunder yang terkandung pada dadap serep meliputi alkaloid,
flavonoid, saponin, tritepenoid, tannin, fenol dan steroid. Semua metabolit
sekunder yang terdapat pada dadap serep mempunyai aktivitas anibakteri
(Cowan, 1999).
Kontrol ukuran dalam proses pembentukan nanopartikel perak
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dilakukan agar
mendapatkan suatu partikel perak yang optimal. Kondisi reaksi yang dilakukan
untuk kontrol ukuran partikel nanoperak dapat dilakukan dengan perlakuan
khusus terhadap perbandingan konsentrasi antara ekstrak dan konsentrasi
perak yang digunakan, suhu larutan nanoperak pada proses pencampuran dan
kondisi pH larutan nanopartikel. Gurunathan, dkk (2009) melaporkan pengaruh
kondisi reaksi (suhu, pH dan konsentrasi AgNO3) pada proses sintesis dan
ukuran nanopartikel perak.
Pada penelitian ini akan dikaji pengaruh rasio ekstrak cair dadap serep
dan AgNO3 pada proses greensynthesis untuk melihat pengaruhnya terhadap
partikel nanoperak yang terbentuk.

METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan AgNO3 (Merk), Batang dadap serep yang
diperoleh dari Kabupaten Muaro Bungo, Aqua DM (Brataco).
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik,
mikropipet, gelas beker, kertas saring Whattman No.1, aluminium foil, batang
pengaduk, nampan, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi, particle size analyzer,
Spektrofotometer UV-Vis..
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu determinasi tanaman
dadap serep, Pembuatan simplisia batang dadap serep, persiapan ekstrak cair
batang dadap serep, Sintesis nanoperak, Karakterisasi nanoperak yang meliputi
Spektrofotometri UV-Vis, Pengujian PSA (Particle Size Analyzer), Zeta Potensial,
polidispersity index (PI) dan Analisis Pengaruh Rasio Ekstrak cair dadap serep
dan AgNO3.
Pembuatan Simplisia Batang Dadap Serep
Sampel berupa daun dadap serep diambil dari daerah mendalo sebanyak
1 kg. Batang dadap serep dideterminasi di laboratorium Bioteknologi dan
Rekayasa Universitas Jambi untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang
digunakan. Batang dadap serep dikumpulkan dicuci bersih menggunakan air
mengalir dan dibilas menggunakan air demineralisata. Batang dadap di potong-
potong kemudian dikeringkan menggunakan oven hingga bobot konstan.
Persiapan Ekstrak
Batang dadap yang sudah kering ditimbang sebanyak 6 gram
dicampurkan dengan aqua demineralisata 400 mL kemudian dipanaskan pada
suhu 100˚C selama 15 menit sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 15 mg/ml.
Setelah dingin ekstrak cair disaring menggunakan kertas Whatman No.1 dan
disimpan pada suhu ..

2
Sintesis Nanoperak
Sintesis dilakukan dengan mencampurkan ekstrak batang dadap serep
dengan larutan AgNO3. Konsentrasi larutan perak nitrat yang digunakan dalam
sintesis nanoperak adalah 1 mM. Perbandingan konsentrasi larutan perak nitrat
dan ekstrak batang dadap serep dibuat dalam 3 formulasi dimasukkan kedalam
gelas beker dan dicampurkan selama 10 menit menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah itu ditambahkan aquades sedikit demi
sedikit selama 10 menit. Selanjutnya dihomogenizer selama 2 menit kemudian
dilanjutkan dengan sonikasi selama 40 menit sambil sesekali diaduk (Yuliani et
al, 2016).
Table 1. Rasio volume ekstrak batang dadap serep dan larutan AgNO3
Volume
Perbandingan Larutan AgNO3 1 mM Ekstrak cair batang
dadap serep
2:1 10 ml 5 ml
1:1 7,5 ml 7,5 ml
1:2 5 ml 10 ml
Karakterisasi Nanoperak
Uji Spektrofotometer UV-VIS
Nanoperak ekstrak cair dadap serep yang terbentuk di analisis
menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada rentang panjang gelombang
serapan 420-450 nm. Hal ini bertujuan untuk melihat parameter terbentuknya
partikel nanoperak yang stabil.
Particle Size Analyzer (PSA), Polidispersity Index (PI) dan Zeta Potensial
Karakterisasi partikel nanoperak ekstrak cair dadap serep di analisis
menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) untuk mengetahui distribusi ukuran
partikel dari sampel representatif yang menggambarkan ukuran partikel secara
menyeluruh.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif pada hasil uji organoleptis.
Sedangkan hasil uji ukuran partikel, polidispersity index (PI) dan zeta potensial
dianalisis menggunakan one way ANOVA.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa
tanaman yang diperoleh adalah benar tanaman Erythrina subumbrans (Hassk.)
Merr. yang dimaksudkan sesuai dengan morfologi dan klasfikasinya.
Determinasi tanaman Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr. dilakukan di
Laboratorium Agroindustri dan Tanaman Obat Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi. Hasil dari determinasi tanaman dadap serep terdapat pada
lampiran 2.
Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun dadap serep dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kandungan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada ekstrak. Hasil skrining fitokimia ekstrak dadap serep dapat
dilihat pada tabel 2.
Table 2. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Dadap Serep
Uji Fitokimia Keterangan

Alkaloid +
Flavonoid +
Fenol +
Saponin +
Triterpenoid +
Tanin +
Steroid +

3
Ekstraksi Batang Dadap Serep
Ekstraksi batang dadap serep dilakukan menggunakan metode ekstraksi
cair dengan menggunakan pelarut Aqua demineralisata (aqua DM). Batang
dadap serep yang digunakan sebanyak 6 gram dicampurkan dengan pelarut
aqua DM sebanyak 400 mL. Pelarut yang digunakan pada ekstraksi yaitu
pelarut aqua demineralisata yang telah dihilangkan kation dan anionnya
(Anonim, 1979).
Sintesis Nanoperak Ekstrak Cair Batang Dadap Serep
Sintesis nanoperak pada penelitian ini menggunakan metode
greensynthesis yaitu mencampurkan larutan AgNO3 dengan senyawa bahan
alam sebagai pereduktor. Pereduktor alami yang digunakan dalam sinteis
nanoperak adalah ekstrak cair batang dadap serep (Erythrina subumbrans
(Hassk.) Merr. Metode ini memanfaatkan bahan alam sebagai zat Pereduksi Ag+
menjadi Ag0 dan tidak terlepas dari peran senyawa tertentu yang bersifat
bioreduktor. Kesharwani et al (2009) dan Shankar et al (2004), melaporkan
bahwa metabolit sekunder seperti fenolik, terpenoid, flavonoid dan biomolekul
yang memiliki gugus fungsi aldehid, asam karboksilat dan amida merupakan
senyawa yang berperan dalam mengkonversi Ag+ menjadi Ag0.
Menurut Desianti (2007), telah dilakukan uji fitokimia dari berbagai
bagian tanaman, bahwa tanaman dadap serep (Erythrina subumbrans (Hassk.)
Merr) mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tannin dan alkaloida.
Berdasarkan kandungan yang dimiliki dadap serep tersebut sehingga dadap
serep dapat digunakan sebagai pereduktor dalam sintesis nanoperak.
Preparasi sediaan nanoperak dilakukan dengan mencampurkan ekstrak
cair batang dadap serep dengan perak nitrat (AgNO3) menggunakan magnetic
stirrer sehingga pada proses pencampurannya larutan nanoperak dapat
tercampur merata dan homogen. Sediaan nanoperak diformulasikan ke dalam 3
formulasi dengan perbandingan rasio antara ekstrak cair batang dadap serep
dan perak nitrat yaitu Formula I (2:1), Formula II (1:1) dan Formula III (1:2).
Perbandingan rasio formula dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi ekstrak dadap serep dan konsentrasi AgNO3 yang tepat dan
menghasilkan sediaan nanoperak yang memiliki kestabilan dan distribusi
partikel yang baik. Formulasi pencampuran antara ekstrak cair batang dadap
serep dan perak nitrat dapat dilihat pada Table 2.
Tabel 3. Rasio Formulasi Nanoperak Dadap Serep
Rasio (Ekstrak : Perak Nitrat)
Formula Perbandingan
(mg)
Formula I 2:1 10 : 5
Formula II 1:1 7,5 : 7,5
Formula III 2:1 5 : 10

Karakteristik Nanoperak
Preparasi nanoperak dilakukan dengan metode greensynthesis, yaitu
mencampurkan ekstrak cair batang dadap serep dengan perak nitrat (AgNO3)
dengan pemanasan pada suhu 100 0C selama 15 menit. Karakteristik
nanoperak yang diamati yaitu karakteristik fisik nanoperak. Karakteristik fisik
sediaan nanoperak yang diamati yaitu perubahan warna dari bening
kekuningan menjadi kuning kecoklatan hingga hitam yang menandakan
senyawa organik yang teroksidasi (Elumalai et al, 2011).
Nanoperak ekstrak cair batang dadap serep dianalisis menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis untuk melihat puncak serapan panjang gelombang
koloid nanoperak yang dipengaruhi ukuran, bentuk, morfologi, komposisi dan
sifat dielektrik koloid (Kelly et al, 2003). Hasil spectrum puncak serapan pada
panjang gelombang yang diperoleh dari ketiga formulasi pada rentang 420 - 450
nm. Hasil spektrofotometri UV-Vis yang didapatkan yaitu, formula I : 437 nm,
Formula II : 421 nm dan Formula III : 431 nm.

4
Hal tersebut menunjukkan bahwa nanoperak telah menunjukkan
karakteristik kesesuaian dengan puncak serapan nanoperak yang baik yaitu
pada rentang 400 – 500 nm (Bakir, 2011). Diantara ketiga formula tidak
menunjukkan perbandingan yang lurus antar rasio pencampuran ekstrak cair
dadap serep dan AgNO3 yang menandakan bahwa rasio pecampuran antara
ekstrak dan AgNO3 memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
absorbansi dan puncak serapan gelombang yang dihasilkan.
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis nanoperak ekstrak cair
batang dadap serep dengan menggunakan PSA (Paticle Size Analyzer) Horiba
Scientific SZ-100. Hasil analisis ukuran partikel nanoperak ekstrak cair batang
dadap serep dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 4. Ukuran Partikel Nanoperak Dadap Serep

Formula Perbandingan Ukuran Partikel (nm)

Formula I (2 : 1) 96,06 ± 7,15


Formula II (1 : 1) 75,93 ± 3,08
Formula III (1 : 2) 82,76 ± 2,70
Menurut Nagarajan (2008), nanopartikel dapat diartikan sebagai partikel
dengan ukuran 1- 100 nm. Berdasarkan hasil analisis ukuran partikel yang
diperoleh pada Formula I : 96,06 ± 7,15, Formula II : 75,93 ± 3,08 dan Formula
III : 82,76 ± 2,70. Masing-masing formula memiliki rentang ukuran partikel
yang telah tergolong kedalam partikel nano yang baik yaitu berada pada rentang
ukuran 1 – 100 nm. Ukuran partikel merupakan faktor penting dalam preparasi
nanoperak serta mempengaruhi kestablian nanoperak dan pelepasan obat.
Tabel 5. Hasil Uji Polydispersity Index Nanoperak

Formula Perbandingan Polydispersity Index (PI)

Formula I (2 : 1) 0,22 ± 0,10


Formula II (1 : 1) 0,28 ± 0,03
Formula III (1 : 2) 0,13 ± 0,012
Stabilitas nanoperak juga dipengaruhi oleh nilai Polydispersity Index (PI)
yang menggambarkan distribusi partikel nanoperak. Nilai PI nanoperak dapat
dilihat pada Tabel 4. Hasil uji Polydispersity Index (PI) pada Formula I : 0,22,
Formula II : 0,28 dan Formula III : 1,13. Menurut Avaidi (2010), jika nilai indeks
polidispersitas yaitu berada di bawah 0,5 dan mendekati 0 menunjukkan bahwa
nanoperak memiliki homogenitas yang baik dan dispersi ukuran partikel yang

5
homogen, sedangkan nilai indek polidispersitas > 0,5 menunjukkan
heterogenitas yang tinggi.
Hasil analisi nilai Polydispersity Index (PI) nanoperak Formula I, Formula
II dan Formula III berada dibawah 0,5 dan mendekati 0 sehingga masing-
masing formula nanopartikel memiliki homogenitas yang baik dan dispersi
ukuran partikel yang homogeny dengan formula terbaik adalah formula III
dengan nilai terkecil dan paling mendekati nilai 0.
Tabel 6. Hasil Uji Zeta Potensial Nanoperak Dadap Serep

Formula Perbandingan Zeta Potensial (mV)

Formula I (2 : 1) -24,73 ± 0,66


Formula II (1 : 1) -36,26 ± 1,19
Formula III (1 : 2) -46 ± 4,35
Menurut Dewandari (2013), nilai zeta potensial yang baik apabila berada
diluar rentang -30 mV hingga 30 mV. Zeta potensial menentukan stabilitas dari
suatu nanopartikel . Hasil analisis zeta potensial yang diperoleh pada F1, F2
dan F3 dapat diamati pada Tabel 5. Berdasarkan nilai zeta potensial yang
diperoleh, F III (-46 mV) memiliki stabilitas partikel yang baik dibandingkan
dengan F I (-24,73 mV) dan FII (-36,26 mV) karena berada pada rentang -30 mV
hingga 30 mV.
Pengaruh Konsentrasi Ektrak dan AgNO3 Terhadap Nanoperak
Aplikasi teknologi nanopartikel ekstrak batang dada serep diharapkan
dapat memberikan informasi terhadap sediaan nanoperak yang lebih baik.
Variasi rasio pencampuran antara ekstrak batang dadap serep dan AgNO3 pada
formulasi menentukan kemampuan AgNO3 dalam mengikat metabolit sekunder
pada ekstak cair batang dadap serep serta proses reduksi dan oksidasi sediaan
nanoperak sehingga menghasilkan sediaan nanoperak yang baik dan stabil
(Ristian, 2013). Perbandingan hasil uji formulasi nanoperak dengan parameter
nanoperak yang dihasilkan termuat dalam tabel 6.
Tabel 7. Perbandingan Formula dan Parameter Nanoperak Ekstrak Cair Batang
Dadap Serep
Spektrofotometer PSA Polydispersity Zeta Potensial
Formula
UV-Vis (nm) (nm) Index (PI) (mV)
Formula I (2:1) 437 96,06 0,22 -24,73
Formula II (1:1) 421 75,93 0,28 -36,26
Formula III (1:2) 431 82,76 0,13 -46
Dari hasil uji nanoperak terhadap beberapa parameter serta
pengaruhnya terhadap konsentrasi ekstrak dan AgNO3 dapat dilihat bahwa F III
dengan rasio konsentras ekstrak : AgNO3 (1:2) memiliki ukuran partikel,
polidispersity index (PI) dan zeta potensial yang memenuhi persyaratan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pencampuran AgNO3 sebanyak 5 mL dan
ekstrak batang dadap serep sebanyak 10 mL dengan perbandingan 1:2
memberikan sediaan nanoperak yang paling baik, juga terhadap hasil analisis
ketiga formulasi yang masih dalam rentang karakteristik nanopartikel yang
baik. Nilai polidispersity index yang dihasilkan pada F III adalah yang paling
kecil dan paling mendekati nilai 0 dan zeta potensial yang dihasilkan F III
berada diluar rentang (-30 mV) – (30 mV) yang menunjukkan kestabilan yang
baik, heterogenitas baik dan tidak mudah untuk beraglomerasi.
Hasil uji statistik menggunakan uji One-Way Annova menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang sangat nyata (P < 0,05) antara sediaan
nanoperak dengan variasi konsentrasi terhadap ukuran partikel, polidispersity
Index dan Zeta Potensial. Hal ini berarti bahwa sediaan nanoperak terdistribusi
homogen.

6
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak cair batang dadap
serep dapat berperan sebagai reduktor nanopartikel dalam mengkonversi Ag+
menjadi Ag0 dan rasio konsentrasi ekstrak cair batang dadap serep dan AgNO3
mempengaruhi ukuran, dispersi dan kestabilan partikel nanoperak yang
dihasilkan. Formula III dengan rasio konsentrasi antara ekstrak dan AgNO3 (1:2)
merupakan formula terbaik dari keseluruhan karakteristik dan parameter hasil
analisis nanoperak, Formula III memiliki nilai Zeta Potensial yang paling stabil (-
46 mV) dan nilai Polidispersity Index yang paling mendekati 0 (0,13).

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi sediaan nanoperak
ekstrak cair dadap serep. Diharapkan untuk kedepannya dapat dikembangkan
formulasi nanopartikel ekstrak cair batang dadap serep dengan menggunakan
metode yang berbeda dan pembuatan sediaan nanoperak ekstrak cair batang
dadap serep.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB Press.
Arikawati, Erlina. 2015. Nanosains dan Nanoteknologi. Diakses dari
http://erlinaarikawati.blogspot.co.id/2015/04/nanosains-dan-nano-
teknologi-nanosains.html pada tanggal 15 januari 2016 pukul 17:59
WIB.
Bakir. 2011. Pengembangan Biosintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Air
Rebusan Daun Bisbul (Diospyros Blancoi) Untuk Deteksi Ion Tembaga (II)
Dengan Metode Kolorimetri. FMIPA UI. Depok.
Clunan, Anne., et al. 2014. Nanotechnology in A Globalized World Strategic
Assessments of An Emerging Technology. Muntery: Naval Postgraduate
School.
Desianti, D. 2007. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Dadap Serep terhadap
Mencit Jantan Galur DDY. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Elechiguerra JL et al. 2005. Interaction of silver nanoparticles with HIV-1. J
Nanobiotechnol 3:1-10.
Elumalai, E. K., T. N. V. K. V, Prasad., P. C. Nagajyothi dan E, David. 2011. A
Bird’s Eye View On Biogenic Silver Nanoparticles and Their Aplication. Der
Chemica Sinica. 2(2): 88-97.
Firdaus, M. L., I. Fitriani., S. Wyantuti., Y. W. Hartati., R. Khaydarov., J. A.
McAlister., H. Obata and T. Gamo. 2017. Colorimetric Detection of Mercury
(II) Ion in Aqueous Solution Using Silver Nano-particles. Analyt. Sci,
33,800.
Gandjar, I. G dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Gurunathan, S., K. Kalishwaralal., R. Vaidyanathan., Venkataraman., Deepak.,
S. R. K. Pandian., J. Muniyandi., N. Hariharan and S. H. Eom. 2009.
Biosynthesis, purification and characterization of silver nanoparticles using
Escherichia coli. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces 74:328-335.
Guzman, M. G., D. Jean & G. Stephan. 2009. Synthesis of Silver Nanoparticles
by Chemical.
Handayani, W., Bakir., C. Imawan dan S. Purbaningsih. 2010. Potensi ekstrak
beberapa jenis tumbuhan sebagai agen pereduksi untuk biosintesis
nanopartikel perak. Seminar Nasional Biologi 2010 24-25 September
2010. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Handayani, W. 2011. “Pemanfaatan Tumbuhan Tropis Untuk Biosintesis
Nanopartikel Perak dan Aplikasinya Sebagai Indikator Kolometri
Keberadaan Logam Berat”. Thesis, Universitas Indonesia.
Haryo N., Stefanus. 2010. Teknologi Barudan Mutakhir:Nanosains. Diakses dari
http://noenoe-nano.blogspot.com/2010/02/norrnal-0-false-false
falseenus-x-none.html/ pada tanggal 12 juni 2020. Jam 14.00 WIB.

7
Haryono A., Dewi S., Harmami S.B. dan Randy M. 2008. Sintesa Nanopartikel
Perak dan Potensi Aplikasinya. Jurnal Riset Industri. Vol. 2 (3) hal 156-
163.
Martien, R., Adhyatmika., I. D. K. Irianto., V. Farida dan D. P. Sari. 2012.
Perkembangan teknologi nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat,
8(1), 133–144.
Montazer, M. et al. 2012. Durable Anti-Bacterial Nylon Carpet Using Colloidal
Nanosilver. Fibres and Textile in Eastern Europe. Vol 20. No 4(93). Hlm.
96-101.
Mulja, M dan Suharman. 1995. Analisis instrumental. Cetakan I, 26-32.
Airlangga University Press. Surabaya.
Nagarajan, R. dan Horton, T. A. (2008). Nanoparticles: Synthesis, Stabilization,
Passivation, and Functionalization. Washington DC : American Chemical
Society.
Oldenburg, S.J. 2011. Silver Nanoparticles. Properties and Applications. USA:
Sigma Aldrich.
Peer, D et al. 2007. Nanocarriers as an emerging platform for cancer theraphy.
Nat Nanotechnol 2: 751-760.
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminosae. Kanisius. Yogyakarta.
Pp. 77-78.
Rai, dkk. 2009. Nanoparticles as a New Generation of Antimicrobials.
Biotechnology Advances,27: 76 – 83.
Rasooli, I. 2011. Bioactive Compounds in Phytomedicine. InTech. Croatia,
pp.163-179.
Revisika. 2011. Efektifitas Daun Dadap Serep (Erythirna Subumbrans
(Hask.)Merr) Sebagai Penyembuh Luka Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus strain wistar). Skripsi. Malang: Jurusan Biologi F-MIPA,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Ristian, I. 2013. Kajian Pengaruh Konsentrasi Perak Nitrat (AgNO3) Terhadap
Ukuran Nanopartikel Perak. Skripsi. Semarang : Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Rusli, P. R. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Nanopartikel Titanium Dioksida
Fase Anatase dengan Metode Sol Gel (Skripsi). Universitas Negeri Medan.
Medan.
Sathiskumar, M., Snecha,K., Won, S. –W., Cho, C. W., Kim, S., Yun, Y. S., 2009,
Cinnamon zeylanicum Bark Exract and Powder Mediated Green Synthesis
of Nano crystalline Silver Particles and Its Bactericidal Activity. Journal of
Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 73(2009): 332-338.
Sharma, V. K., Ria A. Y, Yekaterina L. 2009. Silver Nanopartikel : Green
Synthesis and Their Antimicrobial Activities, J. Adv. Colloid Interface Sci,
145, 83-96.
Sileikaite, A., Igoris P., Judita P., Algimantas J. & Asta G. 2006. Analysis of
Silver Nanoparticles Produced by Chemical Reduction of Silver Salt
Solution. Materials Science, Vol. 12 (4).
Sintubin L et al. 2011. The antibacterial activity of biogenic silver and its mode of
action. Appl Microbiol Biotechnol 84:741–749.
Tiyaboonchai, W. 2003. Chitosan nanoparticles: A promising system for drug
delivery, Naresuan Univ. J., 11(3): 51-66
United States Department of Agriculture (USDA). 2011. Natural Resources
Conservation Service, http://plants.usda.gov/java/profile?symbol
=ERSU15, di akses tanggal 8 Mei 2020.
Yahya, S. 2013. Spektrofotometri UV-VIS. Jakarta. Erlangga.
Vivek, M, et al. 2011. Biogenic silver nanoparticles by gelidiela acerosa extract
and their antifungal effects. Avicenna Journal of Med Biotech. 3: 143-148.

You might also like