Inventarisasi Dan Eksplorasi Mineral Logam Di Kab. Sikka Dan Ende Monday, 12 June 2006 23:28
Inventarisasi Dan Eksplorasi Mineral Logam Di Kab. Sikka Dan Ende Monday, 12 June 2006 23:28
Sikka dan
Ende
Monday, 12 June 2006 23:28
PROSPEK LOGAM DASAR DI DAERAH RATENGGO KABUPATEN ENDE DAN DAERAH
MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA - PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Fase III Tahun Anggaran 2005
Oleh : Franklin
Subdit Ekplorasi Mineral Logam
Abstract
The prospect area is located in Magepanda, Sikka district and Ratenggo, Ende district, East Nusa
Tenggara province, Republic of Indonesia. The prospect area was discovered as a result of a systematic
exploration program by Directorate of Mineral Resources (DMR) since 1999-2000 and 2002, and than
proceed on the year 2003 – 2004 by DMRI – KORES, focused on base metal and precious metal
mineralization.
The geology of the prospect area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau
Formation and intrusive of granodiorite and Quaternary volcanics. From the chemical analysis results of
major elements of representative volcanics shows characteristic of toleiitic magma. The predominant system
of lineaments in the prospect area tends to be NE-SW trend. This fault system appears to have a closed
relationship with the mineralization in the prospect area.
Most of base metal mineralization were hosted by phyllic – argillic andesitc to dacitic tuff of Kiro
Formation and Tanahau Formation and intrusive of quartz diorite with the occurrences of structure control
of hydrothermal type or massive sulphide type. Rock samples from trenches indicate the mineralization
types are disseminated, fracture filling and containing chalcopyrite, galena, sphalerite, and pyrite. The best
grade revealed from these trench in Keli Ndati is 612 ppm Cu and 18 ppb Au, whilst from Magepanda
trenches is 260 ppm Cu and 60ppb Au.
Pendahuluan
Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data geologi, dan
paritan uji di daerah Ratenggo Kabupaten Ende dan Wai Wajo – Magepanda Kabupaten Sikka Flores Nusa
Tenggara Timur yang di duga merupakan daerah potensi endapan tembaga serta mineral ikutannya,
terutama di lokasi Lowo Polut dan Lowo Done – Magepanda, Kabupaten Sikka.
Hasil penyelidikan ini didasarkan pada studi kuantitatif pada batuan dan karateristik mineral seperti
misalnya melalui pemetaan geologi, petrografi dan mineragrafi serta komparasi data hasil penyelidikan
tahun 2004.
Penyelidikan yang telah dihasilkan ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai perbandingan
terhadap keterdapatan endapan mineral tembaga beserta mineral ikutannya di daerah-daerah lainnya.
Daerah penyelidikan terletak pada koordinat 121° 47’ 10” – 122° 06’ 05” Bujur Timur dan 8° 38’ 38” –
8° 42’ 36” Lintang Selatan dengan luas kurang lebih 21.980 hektar (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia
dari Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten Sikka dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat ke Desa
Magepanda kurang lebih 25 menit sedangkan ke Ratenggo kurang lebih tiga jam.
Hasil Penyelidik Terdahulu
Daerah Ratenggo dan Magepanda telah diselidiki secara sistematik oleh Direktorat Sumber Daya
Mineral sejak tahun 1999 – 2000 (Franklin dkk, 1999) dan 2002 kemudian dilanjutkan pada tahun 2003 –
2004 atas dasar kerjasama bilateral antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dengan
Korea Resources Corporation (KORES) Korea Selatan yang difokuskan pada penyelidikan logam dasar dan
logam mulia.
Tahun 2004, di daerah Magepanda, tim eksplorasi menemukan adanya tempat kedudukan tembaga
sulfida tersebar pada batuan gunungapi Tersier, granodiorit dan diorit. Hasil penyontoan geokimia sedimen
sungai aktif dan penyontoan batuan termineralisasi di daerah ini menunjukkan adanya beberapa daerah
anomali tembaga termasuk emas. Analisis batuan termineralisasi dari Sungai Done menghasilkan
kandungan tembaga 250 ppm dan emas 50 ppb.
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
Gambar 2. Digital Elevation Model Daerah Ratenggo, Ende dan Magepanda, Sikka -
NTT
Gambar 3. Peta geologi daerah Ratenggo dan Wai Wajo (Franklin, 2003)
Gambar 4. Kolom stratigrafi daerah Ratenggo - Wai Wajo (Franklin, 2003)
Foto 1 Mineralisasi tipe tersebar di Keli Ndati
dari breksi andesitik dan batupasir tufaan termetakan, tufa breksi dan tufa lapili Formasi Tanahau, lava
andesit Formasi Gunungapi Tua serta batuan terobosan terdiri dari dioritik, dasit dan retas andesit (DIM-
KORES, 2003).
Diorit kuarsa dalam pengamatan megaskopis (Foto 2) menunjukkan holokristalin, tekstur hipidomorfik
granular, berbutir halus berukuran 3,5 mm dengan bentuk butir anhedral-subhedral disusun oleh plagioklas,
piroksen, kuarsa dan mineral opak serta mineral sekunder, epidot, klorit, uralit, aktinolit dan serisit. Ubahan
yang teramati antara lain plagioklas terubah menjadi epidot ± klorit + serisit dan piroksen terubah menjadi
uralit ± aktinolit ± opak. Retas andesit dalam pengamatan megaskopis (Foto 3) menunjukkan tekstur
porfiritik dan glomeroporfiritik berbutir halus hingga berukuran 4 mm disusun oleh fenokris plagioklas,
piroksen, mineral opak dan sedikit kuarsa dalam masadasar mikrokristalin feldspar, disertai mineral-mineral
sekunder. Ubahan yang teramati antara lain plagioklas terubah menjadi epidot + serisit + lempung ± klorit
dan piroksen terubah menjadi uralit +
opak ± klorit.
Dasit dalam pengamatan megaskopis, menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran
1,5 mm, bentuk butir anhedral-subhedral, disusun oleh fenokris plagioklas, kuarsa, mineral opak dan relik-
relik hornblende, di dalam masadasar mikrogranular kuarsa, plagioklas dan hornblende. Ubahan yang
teramati antara lain plagioklas terubah menjadi epidot + serisit + lempung dan hornblende terubah menjadi
klorit ± epidot + opak.
Batuan sedimen berupa Wackestone atau batugamping biomikrit dibawah pengamatan megaskopis
memperlihatkan tekstur klastik, mengandung butiran mikrofosil foraminifera di dalam masadasar butiran
sangat halus bersifat karbonatan. Mikrofosil Foraminifera, terutama dari jenis globigerina, bentuk fosil
umumnya masih utuh berupa bulat-bulat halus sempurna, berukuran
hingga 0,25 mm, tersebar merata, tak berwarna sampai abu-abu kecoklatan, disusun oleh mikrokristalin
karbonat yang nampak terang sampai mendekati opak.
Struktur yang berpotongan berupa patahan berarah U 40 – 45 0 T dan patahan relatif berarah utara –
selatan merupakan tempat kedudukan mineralisasi yang sangat potensil terutama pada batuan dioritik dan
tufa dasitik. Zona-zona ubahan berkembang membentuk pola hampir melingkar (Gb.5). Zona ubahan
propilik (klorit, epidot dan kuarsa) berkembang pada bagian luar, yaitu sepanjang Lowo Polut/Lowo Liba
dan lingkaran punggungan Keli Done yang umumnya ditempati oleh batuan Formasi Kiro dan Formasi
Tanahau. Berikutnya diikuti oleh zona ubahan argilik (kaolinit, kuarsa + silisifikasi dan sedikit pirit), di
bagian yang agak dalam yang sebagian besar ditempati oleh batuan tufa dasitik. Zona ubahan pilik (serisit -
kuarsa, feldspar – kuarsa – klorit) terkadang tumpang tindih dengan silisifikasi berkembang cukup luas pada
batuan tufa dasitik dan diorit.
Ubahan-ubahan K-feldspar – biotit – piroksen dan magnetit sekunder terlihat berkembang pada batuan
dioritik di sekitar perpotongan dua patahan yang tersingkap.
Mineralisasi Gn. Keli Ndati
Mineralisasi sulfida (pirit) sangat dominan yang terdapat secara tersebar pada batuan
lava dasitik terbreksikan (Foto 1) dan mineral anglesit berwarna putih semi trasparan dan
opak, berbentuk prismatik tabular dan sangat getas mengisi rongga-rongga dan bidang
retakannya. Mineral kalkopirit terdapat sedikit dan umumnya terbentuk bersama pirit,
sfalerit, terlihat berupa bintik-bintik berwarna coklat semi transparen. Di sungai Keli
Ndati
Gambar 6. Peta geologi ubahan dan mineralisasi daerah Lowo polut – Keli Ndone
Foto 2. Diorit kuarsa daerah Lowo Polut Foto 3 Andesit daerah Lowo Polut
yang juga merupakan patahan utara – selatan, mineral pirit terdapat dominan, tersebar
pada batuan tufa lapili dan tufa breksi Formasi Kiro. Di daerah ini juga (Gb.4), dijumpai
mineralisasi pada lava andesitik dan dasitik yang terbreksikan dengan diameter 25 – 30
meter dan panjangnya 150 – 200 meter. Zona mineralisasi ini mengandung dominan pirit
dan bercak-bercak kalkopirit serta galena.
Mineralisasi Lowo Polut – Lowo Done
Mineralisasi pirit dominan bersama magnetit sekunder, diikuti kalkopirit dan
sedikit galena terdapat menyebar pada batuan dioritik (Gb.5). Sedangkan pada batuan sampingnya yaitu
tufa dasitik mineral pirit sangat dominan terdapat secara menyebar dan mengisi rekahan/retakan (Foto 4)
dengan sedikit kalkopirit, terutama yang kontak langsung dengan batuan terobosan dioritik. Zona
mineralisasi yang intensif tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi oleh dua struktur patahan geser
sinistral yang membentuk ‘jog-jog’ dilasi. Granodiorit dan diorit/diorit kuarsa yang ditemukan di daerah
Lowo Polut dan Keli Ndati ini umumnya telah terubah dan pada bagian yang mengalami ubahan dipotong
oleh urat kuarsa – magnetit – kalkopirit serta ditemukan mineral serisit, kaolinit dan klorit.
Ubahan hidrotermal dicirikan oleh hadirnya mineral-mineral ubahan propilitik segar umumnya
berwarna abu-abu muda, mengandung pirit tersebar kurang dari 2%, setempat mengisi rekahan batuan dan
terkadang kerapatan rekahan cukup intensif (5 rekahan permeter). Di lokasi parit uji II memperlihatkan
adanya dua retas sejajar yang
menunjukkan struktur ‘sheeted joint’ (Foto 6) dan relatif tidak terubah, berbutir halus, berwarna abu tua
kehitaman. Hasil analisis parit uji ini secara umum menunjukkan kandungan Cu 612 ppm dan Au 17 ppb.
Parit Uji Lowo Polut-Lowo Done
Parit uji yang dibuat di lokasi ini di maksudkan unutk Pengamatan geologi dan zona mineralisasi dalam
batuan Formasi Tanahau yang telah terpilikkan (Feldspar-serisit-kuarsa) dan mengandung pirit tersebar,
sedikit kalkopirit serta batuan terobosan diorit kuarsa. Ada empat parit uji yang dibuat yaitu parit uji MPT I ,
MPT II, MPT III yang terletak pada cabang kanan Lowo Mera Mbira dan merupakan anak Lowo Polut,
Magepanda serta parit uji MPT IV yang terletak di Lowo Done. Data teknis tentang keempat parit uji
tersebut dapat dilihat pada gambar 8 ~ 11. Secara umum litologi parit ditempati oleh batuan terobosan mikro
diorit kemudian berangsur berubah menjadi diorit kuarsa yang terpilikkan ditandai oleh batas kontak
berarah N 3400 N/700 W. Diorit kurasa ini kemudian diterobos oleh retas andesit ditandai oleh kontak
berarah N 00 E/900. Di atas batuan terobosan ini ditempati oleh tufa dasitik terkersikkan Formasi Tanahau
yang diterobos oleh diorit kuarsa dan retas andesit.
Bagian atas dari parit uji ini ditempati oleh tanah penutup yang terdiri dari bongkah-bongkah batuan
diorit dan andesit (Foto 7). Struktur berupa rekahan-rekahan pada batuan terobosan ini cukup intensif terlihat
dari jumlah kerapatan rekahan yang mencapai jumlah 10-15 per meter dengan arah umum yaitu N 350 0
E/700 W (Gambar 16).
Diduga arah struktur tersebut merupakan kontrol mineralisasi. Akibat terobosan tersebut mengakibatkan
terbentuknya zona ubahan serisit-feldspar-kuarsa baik di batuan terobosan itu sendiri serta pada batuan
sampingnya diikuti oleh pemineralan sulfida seperti pirit tersebar yang dominan dan setempat mengisi
rekahan, kalkopirit, galena dan sfalerit. Hasil analisis keempat paritan uji menunjukkan kandungan rata-rata
Cu 260 ppm dan Au 60 ppb.
Gambar 9. Penampang paritan uji MPT I, cabang kanan Lowo Mera Mbira, Magepanda.
Gambar 10. Penampang paritan uji MPT II, cabang kanan hulu Lowo Mera Mbira, Magepanda
Kesimpulan
Di Lowo Polut/Lowo Done (Mageapanda), tufa lapili dasitik yang telah diterobos oleh granodiorit,
diorit/diorit kuarsa dan diterobos lagi oleh retas andesit telah menghasilkan zona mineralisasi yang intensif
dan zona tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi oleh dua struktur patahan geser sinistral yang
membentuk jog-jog dilasi.
Diduga panjang zona ini hampir 250 meter dengan lebar kurang lebih 100 meter
(Gb.5). Mineralisasi yang teramati pada batuan ini antara lain pirit dominan, sedikit
kalkopirit, sfalerit dan pirhotit, sementara hasil analisis kimia conto batuan dari paritan uji
MPT I sampai dengan MPT IV, menunjukkan kandungan maksimum Cu: 260 ppm
dengan rata-ratanya di bawah 100 ppm dan maksimum Au: 60 ppb dengan rata-ratanya 11
ppb. Angka-angka tersebut meskipun kurang berarti namun dari pengamatan yang telah
Gambar 11. Paritan uji MPT III, Lowo Mera Mbira, Magepanda
Gambar 12. Penampang paritan uji MPT IV, Lowo Done, Magepanda
dilakukan daerah ini terlihat cukup prospek dan perlu dilakukan penyelidikan
eksplorasi yang lebih rinci untuk mendapatkan data-data yang lebih lengkap.
Daftar pustaka
Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral
Logam di
Daerah Wolowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi
Bahan Galian Logam, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
Sumberdaya Mineral Bandung.
Franklin dkk, 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo
dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA – Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi
Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan Molibdenum dan Logam Dasar Serta
Mineral Logam Ikutannya di Daerah Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi
Nusa Tenggara Timur, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia.
SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Franklin dkk, 2003, Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral logam di Kabupaten Sikka
dan Kabupaten Ende - Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DIM – KORES
Tahap I, Tahun Anggaran 2003.
Franklin dkk, 2004, Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral logam di Kabupaten Sikka
dan Kabupaten Ende - Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DIM – KORES
Tahap II, Tahun Anggaran 2004.