0% found this document useful (0 votes)
22 views45 pages

Implementasi Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

This document discusses a research study on the implementation of accrual-based accounting procedures in the preparation of financial reports and the impact on report quality. The study analyzed the implementation of accrual accounting stages by regional work units, the head of financial management, and oversight by the inspectorate. The results showed the regional work units and head of financial management mostly implemented procedures well, while oversight needed improvement. Differences in implementation success were due to procedures not being fully adopted and weak oversight. The report quality was deemed good but in need of some improvement. Strengthening procedures and oversight were recommended to improve accrual system implementation and report quality.

Uploaded by

Suck Yuck
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
22 views45 pages

Implementasi Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

This document discusses a research study on the implementation of accrual-based accounting procedures in the preparation of financial reports and the impact on report quality. The study analyzed the implementation of accrual accounting stages by regional work units, the head of financial management, and oversight by the inspectorate. The results showed the regional work units and head of financial management mostly implemented procedures well, while oversight needed improvement. Differences in implementation success were due to procedures not being fully adopted and weak oversight. The report quality was deemed good but in need of some improvement. Strengthening procedures and oversight were recommended to improve accrual system implementation and report quality.

Uploaded by

Suck Yuck
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 45

Implementasi Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual dalam Penyusunan

Laporan Keuangan terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Oleh :
Sutan Hariri Harahap
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Konsentrasi Keuangan Daerah
Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRACT
The research entitled the procedures implementation of accounting base of
accrual in the preparation of financial report toward quality of Financial Reports.
Aims of this research is to find out and analyze the implementation of stages /
steps / procedures of Accounting Base of Accrual in the preparation of Financial
Reports produced by Regional Work Unit of urban comunities (SKPD Kelurahan)
as accounting entity, Head of local government financial management office
(PPKD) as informer, and Inspectorate of Ketapang Regency as government
internal control (APIP) in overseeing the successful implementation of the
accounting procedures. This type of research is descriptive, analysis instruments
used are the Internal Control Quisionare (ICQ) using a Likert scale, document
analysis and identification.
The results of this research showed the success rate of procedures implementation
of accounting base of accrual by Regional Work Unit of urban comunities (SKPD
Kelurahan) about 71.48% which is good interpretation either by need a little
improvement, by Head of local government financial management office (PPKD)
about 81.98% which is very good interpretation. The Inspectorate of Ketapang
Regency success rate in supervice procedures of Accounting Base of Accrual
about 59.11% with a pretty good interpretation either by need much
improvement. The difference due to the success rate caused by fully accrual
accounting procedures in the preparation of Financial Reports has not been
implemented both on the accounting entity and the reporting entity, also
surveillance for the implementation of accounting procedures in the preparation
of Financial Reports by the Inspectorate of Ketapang Regency was not yet carried
out. The quality of reports produced about 74.00% which is good interpretation
either by need a little improvement.
The Regional Work Unit of Urban Communities (SKPD kelurahan) success rate
is not directly impact to the Head of local government financial management
office (PPKD) success rate. The Both success does not impact directly to the
successfull supervision by the Inspectorate of Ketapang Regency. Such a
condition needed enhacement / improvement in the implementation of accounting
procedures by the both accounting entity and the reporting entity, PKPT
Preparation, stages and goal surveillance implementation. enhacement /
improvement is expected to accelerate the implementation of accrual based

1
accounting system in the preparation of Financial Reports and improve the
quality of reports produced and increase surveillance success.
Keyword : Implementation of accounting procedure, Finacial Report and Quality
of Financial Report.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian


Akuntansi pada sektor publik (pemerintah) menjadi alat pengukuran untuk
menentukan apakah sektor publik telah mencapai keberhasilan dalam 3-E (efisien,
ekonomis dan efektif). Salah satu reformasi akuntansi disektor publik
(pemerintah) adalah perubahan basis akuntansi dari dari metode akuntansi kas
(cash basis) ke metode akuntansi akrual (accrual basis).
Akuntansi akrual merupakan metode yang digunakan di sektor swasta
(privat), yang kemudian diadopsi ke sektor publik (pemerintah) karena dianggap
dapat memberikan informasi yang lebih dapat diandalkan dan lebih transparan
mengenai kewajiban dan hak yang akan diterima dimasa yang akan datang.
Keputusan ekonomi dapat diambil lebih baik dengan menggunakan informasi
yang diperluas tidak sekedar berdasarkan persediaan kas yang ada.
Pertanggungjawaban penggunaan dana tidak hanya dari sisi pengeluaran kas
semata, tetapi lebih ditekankan dari sisi keluaran (output) dan atau dari sisi hasil
(outcame) yang dihasilkan.
Dengan adanya penekanan pertanggungjawaban dari dua sisi tersebut,
maka penggunaan dana akan lebih dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
dan lebih transparan (transperancy). Target pencapaian dari sisi keluaran (output)
dan hasil (outcame) mengharuskan adanya sinkronisasi antara rencana yang akan
dilaksanakan dengan hasil yang akan dirasakan oleh masyarakat.
Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik dalam rangka
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, maka
diperlukan reformasi akuntansi sektor publik. Aspek yang diperlukan dalam
reformasi tersebut adalah perlunya dimiliki standar akuntansi pemerintahan dan
perlunya dilakukan perubahan sistem akuntansi dari single entry menjadi double
entry.
Reformasi akuntansi di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya 1 paket
perundang - undangan keuangan negara yang terdiri dari 3 (tiga) buah regulasi
yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Penggelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
Dari ketiga regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia,
penggelolaan keuangan negara dan daerah diharapkan dapat dikelola secara lebih
efisien, lebih ekonomis dan lebih efektif, sehingga hasil dari penggunaan dana

2
yang dilakukan oleh pemerintah lebih dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat (akuntabilitas) dan lebih terbuka kepada masyarakat (transparansi).
Tujuan tersebut sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 3, ayat (1) yang berbunyi :
”Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang–
undangan, efisien , ekonomis , efektif , transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan”.
Reformasi akuntansi di Indonesia dimulai secara bertahap untuk menunju
akuntansi berbasis akrual. Pemerintah Indonesia pertama kali melakukan
perubahan dari sistem akuntansi berbasis kas (cash basis) menjadi sistem
akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual). Hal ini diperkuat
dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai dasar pelaksanaan
sistem akuntansi pemerintahan dengan basis cash towards accrual (CTA).
Pada tahun 2010 Pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi baru
berupa Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berbasis akrual. Regulasi baru ini mengatur setiap entitas
pemerintah baik entitas pelaporan maupun entitas akuntansi diwajibkan
menerapkan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangannya. Sesuai
dengan yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, pasal 4, ayat (1) yang berbunyi : ”Pemerintah
menerapkan SAP berbasis akrual”. Sebagai petunjuk penerapan SAP berbasis
akrual tersebut Pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi berupa Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Daerah.
Semakin meningkatnya sumber dana yang dikelola oleh pemerintah daerah
dan semakin kompleksnya/berkembangnya transaksi-transaksi keuangan dalam
pengelolaan keuangan daerah, implementasi akuntansi berbasis akrual diyakini
akan mampu untuk memberikan pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada
masyarakat. Alasan mengapa harus diterapkan metode akuntasi basis akrual dalam
penyusunan laporan keuangan entitas adalah :
1. Lebih menyempurnakan atas penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual
(cash toward accrual).
2. Meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan lebih lengkapnya jenis
laporan dan informasi yang dihasilkan.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabiltas.
Jika penerapan akuntansi basis akrual telah diterapkan secara menyeluruh
pada setiap entitas, baik entitas akuntansi maupun entitas pelaporan maka akan
membawa dampak yaitu :
1. Perubahan posisi keuangan entitas akan cepat diketahui setiap terjadinya
transaksi keuangan, yaitu mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
entitas.

3
2. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan disebabkan pertimbangan yang
akan diambil tidak hanya didasarkan ketersediaan kas semata.
3. Mengurangi praktik-praktik tidak sehat dalam pengelolaan keuangan pada
entitas, yaitu dapat meniminalisasi adanya kecurangan dalam penggunaan
dana.
Laporan keuangan adalah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Keterlambatan dalam
implementasi akuntansi basis akrual akan menyebabkan tujuan peningkatan
kualitas laporan keuangan tidak akan tercapai dengan cepat dan menyebabkan
lemahnya tarnsparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat. Pembuatan laporan
keuangan yang baik dan benar berarti akan membudayakan akuntabilitas dan
transparansi, dengan demikian berarti akan mengikis korupsi dan praktik
pertanggungjawaban keuangan yang tidak benar. Penyusunan laporan keuangan
yang baik tidak terlepas dari kepatuhan entitas dalam melaksanakan prosedur
sesuai dengan siklus akuntansi.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk :
1. Menganalisa pengaruh implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual yang
telah dilaksanakan terhadap kualitas laporan keuangan yang disajikan.
2. Menganalisa pengaruh pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang terhadap implementasi prosedur akuntansi berbasis
akrual.
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
dalam meningkatkan kualitas hasil pelaporan keuangan yang disajikan pada
SKPD Kabupaten Ketapang.

KAJIAN PUSTAKA

Organisasi Publik
(Sulistiyani, et al., 2009) menyebutkan otonomi daerah hanya dapat
dilaksanakan apabila ditopang oleh organisasi sektor publik yang bersih,
transparan dan akuntabel. Keadaan ini juga tidak terlepas dari faktor sumber daya
manusia yang notabene adalah pegawai pemerintah sebagai unsur dinamis dalam
organisasi publik.
(Mahmudi, 2007) menyebutkan penyajian laporan keuangan adalah salah
satu bentuk dari pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Tidak
adanya laporan keuangan menunjukkan lemahnya akuntabilitas. Lebih lanjut
lemahnya akuntabilitas tersebut mengindikasikan lemahnya sistem yang
selanjutnya berimbas pada membudayanya korupsi sistemik.

4
Akuntansi Pemerintahan
Secara umum akuntansi terbagi kedalam 3 (tiga) cabang yaitu : akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan. Akuntansi
pemerintahan merupakan salah satu bidang akuntansi yang berkaitan dengan
lembaga pemerintahan. Akuntansi pemerintahan meliliki karakteristik khusus
diantaranya lebih menekankan pada pelaksanaan anggaran negara/daerah serta
pelaporan realisasinya. (Riyanto, et al., 2015).
Akuntansi akrual (accrual accounting) mencatat dampak dari transaksi
bisnis ketika hal itu terjadi. Ketika perusahaan melaksanakan suatu jasa,
melakukan penjualan, atau mengeluarkan beban, akuntan akan mencatat transaksi
itu meskipun ia tidak menerima atau membayar kas. Akuntansi dasar kas (cash
basis accounting) hanya mencatat transaksi tunai penerimaan kas dan pembayaran
kas. Penerimaan kas diperlukan sebagai pendapatan, dan pembayaran kas
ditangani sebagai beban. (Junior, et al., 2012).

Laporan Keuangan dan Kualitas Hasil Pelaporan Keuangan


Laporan Keuangan adalah merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi
yang memberikan gambaran keuangan tentang sutau perusahaan yang secara
periodik disusun oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan memiliki sifat
historis yaitu memuat angka-angka tentang kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan pada masa yang telah lalu (Sumarsan, 2011).
Manfaat akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah adalah (Riyanto, et al., 2015) :
a. Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah.
b. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah.
c. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait jasa layanan,
efisiensi dan pencapaian tujuan.
Prosedur / tahapan - tahapan / langkah - langkah dalam akuntansi yang
harus dilaksanakan dalam membuat laporan pada akuntnasi komersial (Riyanto,
et al., 2015) adalah :
a. Pencatatan data kedalam dokumen sumber / bukti transaksi.
b. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi kedalam buku jurnal
(buku harian).
c. Melakukan posting ke buku besar yaitu memindahkan debet dan kredit dari
jurnal ke akun. buku besar.
d. Penyusunan neraca saldo, yaitu menyiapkan neraca saldo untuk mengecek
keseimbangan buku besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuian dan memasukkan jumlahnya pada neraca
saldo.
f. Membuat ayat-ayat jurnal penutup, yaitu menjurnal dan memindahbukukan
ayat-ayat jurnal penutup.

5
g. Penyusunan laporan keuangan yaitu laporan rugi laba, laporan perubahan
modal dan neraca.

Kualitas Laporan Keuangan


Karakteristik laporan keuangan adalah ukuran - ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi, agar laporan keuangan dapat
memenuhi kualitas harus memiliki karakteristik (BPKP, 2009) :
a. Relevan
Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi dimasa lalu.
b. Andal
Penyajian laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi dalam
laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
c. Dapat dibandingkan
Penyajian laporan keuangan dikatakan dapat dibandingkan apabila
informasi yang termuat akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan
lain pada umumnya.
d. Dapat dipahami
Penyajian laporan keuangan dikatakan dapat dipahami apabila informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna.

Faktor - Faktor yang mempengaruhi Kualitas Hasil Pelaporan Keuangan


Terdapat setidaknya 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi kualitas laporan
yang dihasilkan, yaitu :
a. Sumber Daya Manusia.
Sumber daya manusia dalam konteks organisasi publik dipahami sebagai
potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seorang pegawai yang
terdiri atas potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik adalah kemampuan
fisik yang terakumulasi pada seorang pegawai, sedangkan non fisik adalah
kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang ilmu
pengetahuan, intelegensia, keahlian, keterampilan dan human relation
(Sulistiyani, et al., 2009).
b. Pemanfaatan Teknologi Informasi.
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja
dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pemprosesan informasi (Haag dan Keen 1996) dalam (Kadir, et al., 2003).
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan

6
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirim informasi (Martin 1999) dalam (Kadir, et al., 2003).
Pemanfaatan teknologi informasi masa sekarang tidak hanya
diperuntukkan bagi organisasi, melainkan juga untuk kebutuhan perseorangan.
Bagi organisasi teknologi informasi dapat digunakan untuk mencapai
keunggulan kompetitif, sedangkan bagi perseorangan maka teknologi ini
digunakan untuk mencapai pekerjaan (Kadir, et al., 2003).
c. Pengendalian Intern.
Pengendalian intern dalam arti yang sempit sering disebut dengan
pengecekan internal. Pengecekan internal adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh seseorang diawasi oleh orang lain sehingga tercipta suatu
pengendalian. Sistem pengecekan intern dapat didefinisikan sebagai koordinasi
suatu sistem akun dan prosedur terkait sedemikian rupa sehingga seorang
pegawai yang independen dalam melaksanakan tugasnya, secara terus menerus
menguji pekerjaan pegawai lain tentang kemungkinan adanya kecurangan atas
elemen tertentu (George E. Bennet 1930) dalam (BPKP, 2009).
Terdapat 5 (lima) komponen kebijakan dan prosedur yang dirancang dan
diimplementasikan untuk memberikan jaminan bahwa tujuan pengendalian
manajemen akan dapat tercapai (COSO : 1999) dalam (Sumarsan, 2011) adalah :
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment).
2) Penilaian Resiko Manajemen (Management Risk Assesment).
3) Sistem Komunikasi dan Informasi (Information and Communication System).
4) Aktivitas Pengendalian (Control Activities).
5) Monitoring.

Landasan Normatif
Standar Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah Indonesia telah 2 (dua) kali menetapkan regulasi mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yaitu :
a. (Peraturan Pemerintah, 2005) Nomor 24 yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis kas menuju akrual. Sistem akuntansi tersebut mengakui
dan mencatat pendapatan, belanja dan pembiayaan berdasarkan basis kas, serta
mengakui dan mencatat aset, kewajiban dan ekuitas dana berbasis akrual.
Terhitung dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 yang
mengatur Standar Akuntansi Pemerintahan (basis akrual), maka Peraturan
Pemerintah nomor 24 tahun 2005 yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan (basis kas menuju kas) dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
b. (Peraturan Pemerintah, 2010) Nomor 71 yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis akrual. Sistem akuntansi tersebut mengakui dan
mencatat pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas dana berdasarkan
basis akrual, sedangkan untuk pendapatan-LRA, belanja, transfer dan
pembiayaan diakui dan dicatat berdasarkan basis kas, jika penganggaran

7
disusun dan dilaksanakan dengan basis kas, jika tidak maka diakui dan dicatat
dengan basis akrual.
Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 maka
entitas pemerintah dalam penyusunan laporan keuangan harus mengacu pada
sistem akuntansi berbasis akrual. Entitas pemerintah digolongkan dalam 2 (dua)
macam yaitu :
1. Entitas akuntansi, merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola
anggaran, kekayaan dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
2. Entitas pelaporan, merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
wajib menyelenggarakan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan yang terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Sebagai tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintahan, pasal 7, ayat (3) yang berbunyi :
”Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintahan daerah diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri”. Pada tahun 2013 ditetapkan (Peraturan
Menteri Dalam Negeri, 2013) nomor 64 tentang penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah. Regulasi ini dibuat dan
ditetapkan sebagai pedoman pemerintah daerah rangka penerapan SAP berbasis
akrual dalam pengakuan, pengukuran, penilaian transaksi keuangan untuk
penyajian dan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah


Kebijakan akuntansi pemerintah daerah dapat digolongkan menjadi
2 (dua) yaitu :
a. Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan.
Kebijakan ini memuat penjelasan atas unsur - unsur laporan keuangan
yang berfungsi sebagai panduan dalam penyajian laporan keuangan.
b. Kebijakan akuntansi akun.
Kebijakan ini mengatur difinisi pengakuan, pengukuran, penilaian dan /
atau pengungkapan transaksi atau peristiwa sesuai dengan PSAP atas :
1) Pemilihan metode akuntansi atas kebijakan dalam akuntansi dalam SAP.
2) Pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi dalam SAP.
Kedua kebijakan akuntansi tersebut berlaku untuk entitas akuntansi
maupun entitas pelaporan. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah diatur lebih
lanjut dalam peraturan Gubernur / Bupati / Walikota.

Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD)


SAPD adalah suatu sistem yang memuat prosedur dan teknik akuntansi
dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, pemindahan

8
(posting) kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo sampai dengan penyajian
laporan keuangan. Adapun penyajian laporan keuangan terdiri dari : Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pada SAPD dapat digolongkan menjadi 2 (dua) sistem akuntansi yaitu :
a. Sistem akuntansi PPKD
Sistem ini mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuain dan koreksi, penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pemerintah daerah.
b. Sistem akuntansi SKPD
Sistem ini mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset, kewajiban, ekuitas,
penyesuain dan koreksi, penyusunan laporan keuangan SKPD.

Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah pada Kabupaten


Ketapang
Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang menetapkan (Peraturan Daerah,
2009) nomor 2 tentang pokok pokok pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2009, pada pasal 203 ayat (1) yang
menyebutkan :”Bupati menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan”.
Sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut maka Bupati Ketapang menetapkan
(Peraturan Bupati, 2014) nomor 10 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Kabupaten Ketapang dan (Peraturan Bupati, 2014) nomor 11 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang.
Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-
konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik yang spesifik yang dipilih oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang sebagai pedoman dalam menyusun dan
menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Untuk memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar
entitas. Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang menerapkan
SAP berbasis akrual.
SAPD adalah suatu sistem yang memuat prosedur dan teknik akuntansi
dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, pemindahan
(posting) kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo sampai dengan penyajian
laporan keuangan.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang


Kebijakan akuntansi pemerintah daerah dapat digolongkan menjadi
2 (dua) yaitu :

9
a. Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan.
Kebijakan ini memuat penjelasan atas unsur-unsur laporan keuangan yang
berfungsi sebagai panduan dalam penyajian laporan keuangan.
b. Kebijakan akuntansi akun.
Kebijakan ini mengatur difinisi pengakuan , pengukuran , penilaian dan /
atau pengungkapan transaksi atau peristiwa sesuai dengan PSAP atas :
1) Pemilihan metode akuntansi atas kebijakan dalam akuntansi dalam SAP.
2) Pengaturan yang lebih rinci atas kebijakan akuntansi dalam SAP.

Pelaporan Keuangan
Dalam penyusunan dan pembuatan laporan keuangan tahunan dapat
dibedakan menjadi 3 golongan :
a. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas pelaporan
wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan tahunan, setidak-tidaknya
terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas akuntansi
wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan tahunan, setidak-tidaknya
terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
c. Dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah,
Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) selaku BUD wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan tahunan, setidak-tidaknya terdiri
dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan.

Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang


Sistem akuntansi terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Sistem akuntansi Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD).
Sistem akuntansi Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD)
mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan
LO, beban pendapatan LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban,
ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan laporan keuangan Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) serta penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pemerintah daerah.
b. Sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mencakup
teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan LO, beban
pendapatan LRA, belanja, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi,
penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

10
Landasan Empiris
1. Hasil penelitian dari (Kusuma & Fuad, 2012) Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat penerapan Akuntansi Akrual pada Pemerintah
Indonesia. Latar belakang penelitian untuk mendeskripsikan dan
membandingkan secara obyektif adopsi dan implementasi akrual dari sistem
akuntansi akrual pada pemerintah Indonesia dengan mengukur sejauh mana
penerapan akuntansi akrual dan menguji pengaruh dari faktor-faktor sumber
daya manusia, organisasional dan situasional terhadap tingkat penerapan
akuntansi akrual pada pemerintah. Metode penelitian adalah metode analisis
regresi linear berganda untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian adalah bahwa
penerapan akuntasi akrual pada pemerintah untuk tingkat satuan kerja hanya
sampai pada level tertentu yaitu 33,3%, atau dengan kata lain masih sangat
rendah. Faktor pelatihan yang diberikan kepada staf keuangan terkait
penerapan akuntansi akrual terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual dan faktor-faktor lainnya yaitu
tingkat pendidikan staf keuangan, kualitas teknologi informasi, dukungan
konsultan, pengalaman sebelumnya dalam menjalankan basis kas menuju
akrual, latar belakang pendidikan pimpinan dan ukuran satuan kerja tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual.
2. Hasil penelitian dari (Santoso & Pambelum, 2008) Pengaruh Penerapan
Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dalam Mencegah Froud. Latar belakang penelitian untuk menjelaskan
hubungan antara pengaruh penerapan akuntansi sektor publik, pengawasan
terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah dan implikasinya terhadap fraud, karena masalah
tersebut merupakan masalah yang sangat relevan bagi Pemerintah saat ini.
Metode penelitian adalah metode deskriftif, dengan penilaian hubungan antara
variabel menggunanakan skala nominal. Hasil penelitian adalah Penerapan
Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Instansi Pemerintah akan berpengaruh terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah baik secara parsial maupun secara bersama –
sama, Penerapan Akuntansi Sektor Publik, Pengawasan terhadap kualitas
Laporan Keuangan Instansi Pemerintah, Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah akan berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud baik secara parsial
maupun secara bersama – sama.
3. Hasil penelitian dari (Darma Putra & Ariyanto, 2015) Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Latar belakang penelitian adalah ingin memecahkan permasalahan : Apakah
kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kesiapan penerapan
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Pemerintah Daerah
Kabupaten Badung. Apakah komunikasi berpengaruh terhadap kesiapan
penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Pemerintah
Daerah Kabupaten Badung. Apakah komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasisakrual di
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. Apakah gaya kepemimpinan

11
berpengaruh terhadap kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintahan
berbasis akrual di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. Metode penelitian
adalah simple random sampling (sederhana). Hasil penelitian kualitas sumber
daya manusia, komunikasi, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.
4. Hasil penelitian dari (Pamungkas, 2012) Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor
Publik dan Pengawasan terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Latar belakang penelitian
Mengetahui sejauhmana hubugan antara Akuntnasi Sektor Publik, Pengawasan
dan akuntabilitas pemerintah. Kondisi ini didukung dengan data Laporan
Evaluasi Nasional Lakip menyatakan ingkat kepatuhan instansi dalam
mengimplementasikan Lakip sampai dengan periode 2002 masih rendah yaitu
berjumlah 30,60%. Metode penelitian dilakukan merupakan tipe kausalitas
yaitu berusaha mencari jawaban hubungan antara variabel yang dipilih.
Penggumpulan data menggunakan meode observasi dan kuesioner dengan
menggunakan skala likert. Hasil penelitian Penerparan akuntansi keuangan
sektor publik dan pengawasan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah baik secara parsial maupun simultan. Penerparan akuntansi
keuangan sektor publik, pengawasan dan kualitas hasil laporan berpengaruh
terhadap akuntabilitas Instansi Pemerintah baik secara parsial maupun
simultan.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan beberapa Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Kabupaten Ketapang yang mengimplementasikan prosedur
akuntansi berbasis akrual (PABA) dalam penyusunan laporan keuangannya.
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka bentuk penelitian yang digunakan
adalah bentuk penelitian deskriptif.
Penelitian ini mendeskripsikan keadaan dalam tahapan - tahapan
perkembangan (developmental studies) dalam penyusunan laporan keuangan pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang yang bersifat
perpotongan waktu (cross sectional).

Sumber dan Jenis Data Penelitian


Sumber data adalah data sekunder, berupa laporan keuangan yang
dihasilkan oleh 5 (lima) SKPD tahun anggaran 2015, Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) Inspektorat Kabupaten Ketapang tahun 2015, Program Kerja
Audit (PKA) dan Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Ketapang
tahun 2015 serta Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Inspektorat
Kabupaten Ketapang tahun 2015.

12
Jenis data adalah data cross sectional yaitu data penyusunan dan penyajian
laporan keuangan dari 5 (lima) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tahun
anggaran 2015 dan didukung dengan in-depth interview dari beberapa pihak yang
terkait seperti : Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan-Satuan
Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) pada 5 (lima) Kantor Kelurahan , Pegawai
pada SKPKD Kabupaten Ketapang dan Inspektur, Sekretaris, Inspektur Pembantu
serta Auditor pada Inspektorat Kabupaten Ketapang.

Teknik Pengumpulan Data


a. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada
responden untuk mendapatkan informasi dalam pengumpulan data yang
diperlukan yang berhubungan dengan sistem dan prosedur akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan.
b. Analisis dokumen
Melaksanakan analisis dokumen berupa :
1) Laporan keuangan 5 (lima) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Ketapang, yaitu : Kantor Kelurahan Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru,
Kantor Kelurahan Tengah, Kantor Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan
Sukaharja..
2) Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan, yaitu sumber
daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern
terhadap 5 (lima) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Ketapang, yaitu : Kantor Kelurahan Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru,
Kantor Kelurahan Tengah, Kantor Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan
Sukaharja.
3) Program Kerja Audit (PKA) dan hasil pemeriksaaan Inspektorat Ketapang
terhadap 5 (lima) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Ketapang, yaitu : Kantor Kelurahan Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru,
Kantor Kelurahan Tengah, Kantor Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan
Sukaharja..
4) Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan terhadap 5 (lima) Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang yaitu Kantor Kelurahan
Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru, Kantor Kelurahan Tengah, Kantor
Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan Sukaharja.
Alat Analisis Data
Untuk melakukan analisis terhadap pokok permasalahan yang telah
dikemukakan di depan, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana pengaruh implementasi
prosedur akuntansi berbasis akrual terhadap kualitas laporan keuangan yang
disajikan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang.
Alat analisis yang akan digunakan adalah :

13
1) Internal Control Quisionare (ICQ) berisikan pertanyaan - pertanyaan yang
berhubungan dengan implementasi prosedur akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan.
2) Evaluasi deskriptif laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten Ketapang, hal ini dilakukan untuk mengetahui
penerapan prosedur akuntansi berbasis akrual pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang. Dari hasil evaluasi deskriptif tersebut
akan ditemukan jawaban mengenai :
a) Apakah implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual telah sesuai
atau belum sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan?
b) Apakah dampak dari implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual
tersebut terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan?
c) Apakah dampak dari implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual
yang belum dilaksanakan terhadap kualitas laporan keuangan yang
dihasilkan?
3) Identifikasi dari penyebab belum dilaksanakan prosedur akuntansi berbasis
akrual pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan
implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual belum dapat dilaksanakan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang.
b. Untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana pengaruh pengawasan
yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang terhadap
implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual. Alat analisis yang akan
digunakan adalah :
1) Internal Control Quisionare (ICQ) berisikan pertanyaan - pertanyaan yang
berhubungan dengan proses pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Ketapang.
2) Evaluasi deskriptif program kerja audit pada pemeriksaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang dan pencapaian hasil dari
program pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan anggaran sampai dengan
pertanggungjawaban anggaran yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang.
3) Identifikasi dari penyebab keberhasilan pengawasan yang dilaksanakan oleh
Inspektorat Kabupaten Ketapang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor
apa saja yang menyebabkan keberhasilan pengawasan yang dilaksanakan
oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang.
c. Untuk menjawab permasalahan mengenai faktor - faktor apa saja yang
mempengaruhi kualitas laporan keuangan dan bagaimana pengaruh faktor-
faktor tersebut dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disajikan
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang. Alat
analisis yang akan digunakan adalah :

14
1) Internal Control Quisionare (ICQ) berisikan pertanyaan - pertanyaan yang
berhubungan dengan faktor - faktor yang mempengaruhi peningkatan
kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Ketapang.
2) Identifikasi dari faktor - faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas
laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Ketapang.

Variabel Penelitian
Terdapat 3 (tiga) variabel dalam penelitian ini, definisi operasional ketiga
variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Prosedur Akuntansi


Prosedur akuntansi adalah penerapan tahapan-tahapan / langkah - langkah
yang dimulai dari proses pencatatan bukti transaksi dalam buku jurnal, kemudian
diposting (digolongkan) kedalam buku besar, diikhtisarkan kedalam neraca lajur
(work sheet) sampai pembuatan laporan keuangan. Alat pengukuran
menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan bobot (score) penilaian
untuk setiap tahapan atau siklus akuntansi sebagai berikut :
- Pencatatan/penginputan bukti transaksi ke dalam buku jurnal dengan bobot
nilai 1.
- Pencatatan/penginputan bukti transaksi kedalam buku jurnal dan pemindahan
(posting) / penginputan jurnal kedalam buku besar dengan bobot nilai 2.
- Pencatatan/penginputan bukti transaksi kedalam buku jurnal, pemindahan
(posting) / penginputan jurnal kedalam buku besar, dan pembuatan kertas kerja
dengan bobot nilai 3.
- Pencatatan/penginputan bukti transaksi kedalam buku jurnal, pemindahan
(posting) / penginputan jurnal kedalam buku besar, pembuatan kertas kerja dan
neraca saldo dengan bobot nilai 4.
- Pencatatan/penginputan bukti transaksi kedalam buku jurnal, pemindahan
(posting) / penginputan jurnal kedalam buku besar, pembuatan kertas kerja,
pembuatan neraca saldo dan pembuatan/penyusunan laporan keuangan dengan
bobot nilai 5.

2. Kualitas Laporan Keuangan


Karakteristik laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi, agar laporan keuangan dapat memenuhi
kualitas harus memiliki karakteristik : relevan, andal, dapat dibandingkan dan
dapat dipahami. Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik
memberikan bobot penilaian (score) berdasarkan karakteristik kualitas laporan
keuangan. Sumber Pusdiklatwas BPKP modul auditing edisi kelima tahun 2009
yaitu :

15
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan tidak
diverifikasi secara berjenjang, hanya informasi keuangan tahun berjalan, bentuk
laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan tidak lengkap
dengan bobot nilai 1.
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan telah
diverifikasi secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun
lalu, bentuk laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan
tidak lengkap dengan bobot nilai 2.
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan telah
diverifikasi secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun
lalu, bentuk laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan
lengkap dengan bobot nilai 3.
- Penyampaian laporan keuangan tepat waktu, laporan keuangan telah diverifikasi
secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun lalu, bentuk
laporan tidak seragam dengan SKPD lain dan jenis laporan keuangan lengkap
dengan bobot nilai 4.
- Penyampaian laporan keuangan tepat waktu, laporan keuangan telah diverifikasi
secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun lalu, bentuk
laporan seragam dengan SKPD lain dan jenis laporan keuangan lengkap dengan
bobot nilai 5.
Faktor–faktor yang mempengaruhi dalam menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas, adalah sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi
dan pengendalian intern. Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan
teknik memberikan bobot (score) penilaian untuk sumber daya manusia dinilai
dari jenjang pendidikan PPK-SKPD, teknologi informasi dinilai dari penggunaan
media elektronik dalam penyusunan laporan keuangan dan pengendalian intern
dinilai dari pengecekan rutin saldo kas dan barang inventaris oleh pegguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran. Dari kriteria tersebut penulis memformulasi
alternatif jawaban sebagai berikut :
- Sumber daya manusia berpendidikan SMA/sederajat, pembuatan laporan
keuangan dilaksanakan secara semi komputerisasi dan dilaksanakan pengecekan
rutin atas saldo kas dan barang inventaris secara berkala dengan bobot nilai 1.
- Sumber daya manusia berpendidikan Diploma, pembuatan laporan keuangan
secara semi komputerisasi dan dilaksanakan pengecekan rutin atas saldo kas
dan barang inventaris secara berkala dengan bobot nilai 2.
- Sumber daya manusia berpendidikan Sarjana (S1), pembuatan laporan keuangan
secara semi komputerisasi dan dilaksanakan pengecekan rutin atas saldo kas dan
barang inventaris secara berkala dengan bobot nilai 3.
- Sumber daya manusia berpendidikan Diploma,, pembuatan laporan keuangan
secara komputerisasi (program) dan dilaksanakan pengecekan rutin atas saldo
kas dan barang inventaris secara berkala dengan bobot nilai 4.

16
- Sumber daya manusia berpendidikan Sarjana (S1), pembuatan laporan keuangan
secara komputerisasi (program), dan dilaksanakan pengecekan rutin atas saldo
kas dan barang inventaris secara berkala dengan bobot nilai 5.

3. Pengawasan Inspektorat
a. Kegiatan pemeriksaan (PKPT).
Pemeriksaan ini dilaksanakan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang tercantum dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).
Sasaran pemeriksaan adalah ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan keuangan dan
pengelolaan aset. Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik
memberikan bobot penilaian (score) untuk tahapan kegiatan pemeriksaan yang
dilaksanakan oleh tim pemeriksa. Sumber Pusdiklatwas BPKP modul auditing
edisi kelima tahun 2009 :
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan pengujian substantif dan
pengembangan temuan serta pembuatan laporan hasil pemeriksaan dengan
bobot nilai 1.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan penilaian evaluasi sistem
pengendalian manajemen, pengujian substantif dan pengembangan temuan serta
pembuatan laporan dengan bobot nilai 2.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan survey pendahuluan, pelaksanaan
penilaian evaluasi sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif dan
pengembangan temuan serta pembuatan laporan dengan bobot nilai 3.
- Pelaksanaan perencanaan audit, penilaian evaluasi sistem pengendalian
manajemen, pengujian substantif dan pengembangan temuan, pembuatan
laporan hasil pemeriksaan serta fungsi pengawasan pada setiap tahapan
pelaksanaan audit dengan bobot nilai 4.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan survey pendahuluan, penilaian
evaluasi sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif dan
pengembangan temuan, pembuatan laporan hasil pemeriksaan serta fungsi
pengawasan pada setiap tahapan pelaksanaan audit dengan bobot nilai 5.

b. Kegiatan review
Review ini dilaksanakan terhadap penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Pemerintah Daerah. Sasaran review adalah menilai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). Alat pengukuran menggunakan skala nominal
dengan teknik memberikan bobot penilaian (score) untuk tahapan kegiatan
pelaksanaan review. Sumber Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun
2008 tetang pedoman pelaksanaan Reviu LKPD.
- Pemahaman atas entitas, penilaian atas sistem pengendalian intern dan
penyusunan program kerja review dengan bobot nilai 1.

17
- Penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka dan penyusunan laporan hasil review dengan bobot nilai 2.
- Pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern, penyusunan program
kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam penelusuran angka,
permintaan keterangan, pelaksanaan prosedur analitis dan penyusunan laporan
hasil review dengan bobot nilai 3.
- Pemahaman atas entitas, pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern,
penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka, permintaan keterangan dan penyusunan laporan hasil review
dengan bobot nilai 4.
- Pemahaman atas entitas, pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern,
penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka, permintaan keterangan, pelaksanaan prosedur analitis dan
penyusunan laporan hasil review dengan bobot nilai 5.

c. Kegiatan monev dan tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP)


Monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil pemeriksaan dilaksanakan
untuk mengevaluasi sejauhmana auditan dalam menyelesaikan temuan - temuan
yang menjadi tanggungjawab dalam penyelesaiannya. Kegiatan ini juga
dimaksudkan untuk dapat mendorong dan membantu auditan agar dapat
menyelesiakan temuan – temuan pemeriksaan secepat mungkin. Alat pengukuran
menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan bobot penilaian (score)
untuk hasil dari kegiatan monev dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Sumber
laporan hasil monitoring dan evaluasi TLHP Inspektorat Kabupaten Ketapang.
- Bertambahnya total temuan pemeriksaan dengan bobot nilai 1.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status dalam proses dengan bobot
nilai 2.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status tuntas dengan bobot nilai 3.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status dalam proses dan status tuntas
dengan bobot nilai 4.
- Tidak ada temuan pemeriksaan yang perlu ditindak lanjuti dengan bobot
nilai 5.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisa pengaruh
implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual yang telah dilaksanakan terhadap
kualitas laporan keuangan yang disajikan, menganalisa pengaruh pengawasan
yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang terhadap implementasi

18
prosedur akuntansi berbasis akrual dan menganalisa faktor - faktor yang
mempengaruhi dalam meningkatkan kualitas hasil pelaporan keuangan yang
disajikan pada SKPD Kabupaten Ketapang, maka hasil penelitian diuraikan
berikut ini.

Ruang Lingkup Hasil Penelitian


Hasil penelitian dalam penulisan ini dibatasi pada hal – hal sebagai
berikut :
a. Implementasi Prosedur akuntansi berbasis akrual, dinilai dari tahapan dalam
penyusunan laporan keuangan SKPD kelurahan dan LKPD Pemerintah
Kabupaten Ketapang sesuai dengan siklus akuntansi.
b. Penilaian untuk kualitas laporan keuangan dinilai dari karakteristik sebagai
berikut :
1) Relevan, dinilai dari ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2) Andal, dinilai dari otorisasi yang dilaksanakan dalam penyusunan laporan
keuangan
3) Dapat dipahami, dinilai dari kelengkapan laporan keuangan yang bersifat
umum antar entitas SKPD kelurahan.
4) Dapat dibandingkan, dinilai dari penggunaan dokumen-dokumen yang
digunakan dalam menghasilkan laporan keuangan antar entitas SKPD
kelurahan.
c. Penilaian faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1) Sumber daya manusia, dinilai dari jenjang pendidikan yang dimiliki oleh
Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (PPK-
SKPD).
2) Pemanfaatan teknologi, dinilai dari penggunaan teknologi komputer
(aplikasi) dalam menghasilkan laporan keuangan.
3) Pengendalian internal, dinilai dari pengecekan yang dilaksanakan oleh
atasan langsung.
d. Penilaian pelaksanaan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), dinilai
dari pelaksanaan : perencanaan audit, pelaksanaan survey pendahuluan,
penilaian evaluasi sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif dan
pengembangan temuan, pembuatan laporan hasil pemeriksaan serta fungsi
pengawasan pada setiap tahapan pelaksanaan audit.
e. Penilaian pelaksanaan review LKPD, dinilai dari pelaksanaan : pemahaman
atas entitas, pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern, penyusunan
program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam penelusuran
angka, permintaan keterangan, pelaksanaan prosedur analitis dan penyusunan
laporan hasil review.

19
f. Penilaian pelaksanaan monitoring dan evaluasi Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan, dinilai dari berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan.

Perkembangan Akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam


penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Ketapang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan. Sejak dibentuknya Pemerintah Kabupaten Ketapang pada tahun 1959
sampai dengan tahun 2015, perkembangan sistem akuntansi pada Pemerintah
Kabupaten Ketapang dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :
1. Dari tahun 1959 sampai dengan 2005 penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah menggunakan basis kas (cash basis). Jenis laporan
keuangan adalah berupa laporan pertanggungjawaban anggaran dari sisi
penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah. Metode pencatatan yang
digunakan adalah single entry sytem.
2. Dari tahun 2006 sampai dengan 2014 penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah menggunakan basis kas menuju akrual (cash toward
accrual). Jenis laporan keuangan adalah berupa Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Metode pencatatan yang digunakan adalah double entry
system.
3. Tahun 2015 penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan
basis akrual (accrual basis). Jenis laporan keuangan adalah berupa Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK). Metode pencatatan yang digunakan adalah double entry system.
Perkembangan akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Ketapang sangat
dipengaruhi oleh sistem akuntansi Pemerintah Pusat. Reformasi akuntansi di
Indonesia dimulai dengan diterbitkannya 1 paket perundang - undangan keuangan
negara yang terdiri dari 3 (tiga) buah regulasi yaitu Undang-Undang Nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaaan Penggelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

SKPD Kelurahan di Kecamatan Delta Pawan


Pemerintah Kabupaten Ketapang memiliki 9 (sembilan) SKPD Kelurahan
yang terbagi dalam 2 Kecamatan. Kecamatan Delta Pawan memiliki 5 (lima)
Kelurahan yaitu Keluarahan Tengah, Kelurahan Sampit, Kelurahan Sukaharja,
Kelurahan Mulia Baru dan Kelurahan Kantor. Kecamatan Benua Kayong
memiliki 4 (empat) Kelurahan yaitu Keluarahan Mulia Kerta, Kelurahan Kauman,
Kelurahan Banjar dan Kelurahan Tuan Tuan (data tercantum dalam tabel 4.30).
Penelitian ini penulis hanya akan mendeskripsikan mengenai Kelurahan -

20
Kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Delta Pawan.

Implementasi Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual pada Kantor Kelurahan


Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru, Kantor Kelurahan Tengah, Kantor
Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan Sukaharja
Sistem akuntansi SKPD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan
pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan
SKPD (Peraturan Bupati Ketapang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang).
Pada tahun anggaran 2015 kantor Kelurahan Sampit, kantor Kelurahan
Mulia Baru, kantor Kelurahan Tengah, kantor Kelurahan Kantor dan kantor
Kelurahan Sukaharja telah membuat dan menyajikan laporan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Jenis Laporan Keuangan yang disajikan
Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2015

Jenis Laporan SKPD Kantor Keluarahan


Sampit Mulia Baru Tengah Kantor Sukaharja
LRA √ √ √ √ √
Neraca √ √ √ √ √
LO √ √ √ √ √
LPE √ √ √ √ √
CaLK √ √ √ √ √
Sumber : Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 pada SKPD Kantor Kelurahan
Dari 5 (lima) SKPD kantor Kelurahan yang dijadikan obyek penelitian,
yang menjadi responden sebanyak 20 (dua puluh) orang. Setiap SKPD kelurahan
diambil sebanyak 4 (empat) orang responden. Kedua puluh orang responden ini
kemudian diminta untuk mengisi kuesioner terdiri dari 48 (empat puluh delapan)
pertanyaan yang disusun dalam :
1. Komponen pengendalian intern yang terdiri dari bagian :
a. Lingkungan pengendalian.
b. Penaksiran risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Informasi dan komunikaksi
e. Monitoring.
2. Pelaksanaan audit oleh APIP yang terdiri dari bagian :
a. Independensi APIP.
b. Kompetensi APIP.
c. Pelaksanaan audit internal APIP.
d. Tindak lanjut atas Laporan audit.

21
Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk
mengetahui implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan
laporan keuangan dari mulai pengendalian internal sampai dengan pelaksanaan
audit oleh APIP. Adapun hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 48 x 20
= 4.800

Rumus Indeks % = Total skor x 100


Y
= 3.431 x 100
4.800
= 71,48 %

Implementasi Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual pada Satuan Kerja


Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Ketapang
Sistem akuntansi PPKD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan
pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan
laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pemerintah daerah (Peraturan Bupati Ketapang Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang)
Pada tahun anggaran 2015 Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) Kabupaten Ketapang selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) dan Bendahara Umum Daerah (BUD) yang bertugas sebagai konsolidator
laporan keuangan entitas akuntansi telah membuat dan menyajikan laporan
keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL,
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk
mengetahui implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan
laporan keuangan konsolidasian (LPKD) telah dilaksanakan. Responden
berjumlah 20 (dua puluh) orang pada bagian pembukuan dan verifikasi serta
bagian anggaran Sekretariat Daerah Kabupaten Ketapang. Adapun hasil
perhitungan adalah sebagai berikut :

Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 48 x 20
= 5.040

22
Rumus Indeks % = Total skor x 100
Y
= 3.935 x 100
4.800
= 81,98 %

Kualitas Laporan Keuangan


Karakteristik laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi, agar laporan keuangan dapat memenuhi
kualitas harus memiliki karakteristik : relevan, andal, dapat dibandingkan dan
dapat dipahami.
Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan
bobot penilaian (score) untuk karakteristik kualitas laporan keuangan dengan
mengambil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.
Adapun alternatif jawaban (sumber Pusdiklatwas BPKP modul auditing edisi
kelima tahun 2009) adalah :
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan tidak
diverifikasi secara berjenjang, hanya informasi keuangan tahun berjalan, bentuk
laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan tidak lengkap
dengan bobot nilai 1.
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan telah
diverifikasi secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun
lalu, bentuk laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan
tidak lengkap dengan bobot nilai 2.
- Penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu, laporan keuangan telah
diverifikasi secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun
lalu, bentuk laporan tidak seragam dengan SKPD lain, jenis laporan keuangan
lengkap dengan bobot nilai 3.
- Penyampaian laporan keuangan tepat waktu, laporan keuangan telah diverifikasi
secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun lalu, bentuk
laporan tidak seragam dengan SKPD lain dan jenis laporan keuangan lengkap
dengan bobot nilai 4.
- Penyampaian laporan keuangan tepat waktu, laporan keuangan telah diverifikasi
secara berjenjang, informasi keuangan tahun berjalan dan tahun lalu, bentuk
laporan seragam dengan SKPD lain dan jenis laporan keuangan lengkap dengan
bobot nilai 5.

Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk mengetahui


kualitas laporan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kelurahan. Adapun hasil
perhitungan adalah sebagai berikut :

23
Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 4 x 20
= 400

Rumus Indeks % = Total skor x 100


Y
= 296 x 100
400
= 74,00 %

Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang


Pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat berupa : kegiatan
pemeriksaan pada SKPD, kegiatan review Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) dan kegiatan monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Penilian terhadap ketiga program tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam pelaksanaannya. Penulis akan menghitung terlebih dahulu
keberhasilan pengawasan secara umum dari kuesioner yang diajukan kepada
20 responden pada SKPD Inspektorat Kabupaten Ketapang. Dari hasil keusioner
tersebut penulis akan memilih jawaban responden terkait dengan perhitungan
tingkat keberhasilan untuk ketiga program pengawasan yang dilakukan oleh
Inspektorat Kabupaten Ketapang. Kedua puluh orang responden ini kemudian
diminta untuk mengisi kuesioner terdiri dari 48 pertanyaan yang disusun dalam :
1. Kualifikasi APIP yang terdiri dari bagian :
a. Independensi.
b. Kompetensi.
2. Pelaksanaan audit internal yang terdiri dari bagian :
a. Program kerja audit.
b. Pelaksanaan audit.
c. Laporan hasil audit.
d. Tindak lanjut atas laporan hasil audit.
3. Komponen pengendalian internal yang terdiri dari bagian :
a. Lingkungan pengendalian.
b. Penaksiran risiko.
c. Aktivitas pengendalian.
d. Informasi dan komunikasi.
e. Monitoring

Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk


mengetahui proses pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten
Ketapang terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ketapang.
Adapun hasil perhitungan (data tercantum dalam tabel 4.67) adalah sebagai
berikut :

24
Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 48 x 20
= 4.800
Rumus Indeks % = Total skor x 100
Y
= 3.028 x 100
4.800
= 63,08 %

Kegiatan Pelaksanaan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)


Pemeriksaan ini dilaksanakan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang tercantum dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).
Sasaran pemeriksaan adalah ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan keuangan dan
pengelolaan aset.
Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan
bobot penilaian (score) untuk pelaksanaan program kerja pemeriksaan tahunan
dengan mengambil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada
responden. Adapun alternatif jawaban (sumber Pusdiklatwas BPKP modul
auditing edisi kelima tahun 2009) adalah :
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan pengujian substantif dan
pengembangan temuan serta pembuatan laporan hasil pemeriksaan dengan
bobot nilai 1.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan penilaian evaluasi sistem
pengendalian manajemen, pengujian substantif dan pengembangan temuan serta
pembuatan laporan dengan bobot nilai 2.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan survey pendahuluan, pelaksanaan
penilaian evaluasi sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif dan
pengembangan temuan serta pembuatan laporan dengan bobot nilai 3.
- Pelaksanaan perencanaan audit, penilaian evaluasi sistem pengendalian
manajemen, pengujian substantif dan pengembangan temuan, pembuatan
laporan hasil pemeriksaan serta fungsi pengawasan pada setiap tahapan
pelaksanaan audit dengan bobot nilai 4.
- Pelaksanaan perencanaan audit, pelaksanaan survey pendahuluan, penilaian
evaluasi sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif dan
pengembangan temuan, pembuatan laporan hasil pemeriksaan serta fungsi
pengawasan pada setiap tahapan pelaksanaan audit dengan bobot nilai 5.
Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk
mengetahui pencapaian hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

25
Ketapang. Adapun hasil perhitungan (data tercantum dalam tabel 4.69) adalah
sebagai berikut :

Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 9 x 20
= 900

Rumus Indeks % = Total skor x 100


Y
= 532 x 100
900
= 59,11 %

Kegiatan Pelaksananan Review Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Kabupaten Ketapang
Review ini dilaksanakan terhadap penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Pemerintah Daerah. Sasaran review adalah menilai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD).
Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan
bobot penilaian (score) untuk karakteristik kualitas laporan keuangan dengan
mengambil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan. Adapun alternatif
jawaban (sumber Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2008 tetang
pedoman pelaksanaan Reviu LKPD) adalah :
- Pemahaman atas entitas, penilaian atas sistem pengendalian intern dan
penyusunan program kerja review dengan bobot nilai 1.
- Penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka dan penyusunan laporan hasil review dengan bobot nilai 2.
- Pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern, penyusunan program
kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam penelusuran angka,
permintaan keterangan, pelaksanaan prosedur analitis dan penyusunan laporan
hasil review dengan bobot nilai 3.
- Pemahaman atas entitas, pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern,
penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka, permintaan keterangan dan penyusunan laporan hasil review
dengan bobot nilai 4.
- Pemahaman atas entitas, pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern,
penyusunan program kerja review, persiapan review, pelaksanaan dalam
penelusuran angka, permintaan keterangan, pelaksanaan prosedur analitis dan
penyusunan laporan hasil review dengan bobot nilai 5

26
Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk
mengetahui pencapaian hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Ketapang. Adapun hasil perhitungan (data tercantum dalam tabel 4.70) adalah
sebagai berikut :

Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 6 x 20
= 600

Rumus Indeks % = Total skor x 100


Y
= 294 x 100
600
= 49,00 %

Kegiatan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Tindak Lanjut Hasil


Pemeriksaan (TLHP)
Monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil pemeriksaan dilaksanakan
untuk mengevaluasi sejauhmana pihak SKPKD Kabupaten Ketapang auditan
dalam menyelesaikan temuan - temuan dalam pelaksanaan review LKPD yang
menjadi tanggungjawab dalam penyelesaiannya. Kegiatan ini juga dimaksudkan
untuk dapat mendorong dan membantu SKPKD Kabupaten Ketapang agar dapat
menyelesiakan temuan – temuan pemeriksaan secepat mungkin.
Alat pengukuran menggunakan skala nominal dengan teknik memberikan
bobot penilaian (score) untuk karakteristik kualitas laporan keuangan dengan
mengambil jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan. Adapun alternatif
jawaban (sumber laporan hasil monitoring dan evaluasi TLHP Inspektorat
Kabupaten Ketapang) adalah :
- Bertambahnya total temuan pemeriksaan dengan bobot nilai 1.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status dalam proses dengan bobot
nilai 2.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status tuntas dengan bobot nilai 3.
- Berkurangnya jumlah temuan pemeriksaan status dalam proses dan status tuntas
dengan bobot nilai 4.
- Tidak ada temuan pemeriksaan yang perlu ditindak lanjuti kembali dengan
bobot nilai 5.

Hasil pengisian Internal Control Quisionare (ICQ) bertujuan untuk


mengetahui pencapaian hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

27
Ketapang. Adapun hasil perhitungan (data tercantum dalam tabel 4.71) adalah
sebagai berikut :

Y = Nilai Tertinggi
= Bobot Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 2 x 20
= 200

Rumus Indek % = Total skor x 100


Y
= 90 x 100
200
= 45,00 %

Ringkasan Hasil Penelitian

Implementasi Prosedur Faktor- Keberhasilan Pengawasan Inspektorat


Akuntansi berbasis faktor Kabupaten Ketapang
Akrual yang
Kualitas mempe-
Laporan ngaruhi
Keuangan Kualitas
Laporan PKPT, Pemerik- Pelaksa- Pelaksa-
SKPD
Keuangan Review saan naan naan
SKPD SKPKD Kelurahan
SKPD dan PKPT Review TLHP
Kelurahan
TLHP LKPD

71,48 % 81,98 % 74,00 % 55,00 % 63,08 % 59,11 % 49,00 % 45,00 %


baik sekali sangat baik cukup baik cukup cukup cukup
baik sekali baik sekali baik baik baik
sekali

Tingkat keberhasilan Implementasi Prosedur Akuntansi Akrual pada SKPD


Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah, Kelurahan
Kantor dan Kelurahan Sukaharja
a. Evaluasi deskriptif dari dokumen berupa :.
1) Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekutas (LPE) dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
2) Laporan penatausahaan bendahara pengeluaran berupa Buku Kas Umum
(BKU), laporan SPj- fungsional dan rincian objek belanja.
Hasil evaluasi deskriptif laporan keuangan pada Kantor Kelurahan Sampit,
Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah, Kelurahan Kantor dan Kelurahan
Sukaharja adalah :

28
1) Tingkat implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual secara menyeluruh
berkisar sebesar 24,79% dari 71,48 % total penilaian aspek komponen
pengendalian intern dan pelaksanaan audit oleh Inspektorat Kabupaten
Ketapang. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prosedur akuntansi
berbasis akrual belum diterapkan sepenuhnya sesuai dengan Peraturan
Bupati Ketapang Nomor 11 tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Ketapang.
2) Pembuatan laporan keuangan tahun anggaran 2015 dilakukan hanya pada
akhir tahun anggaran, dengan demikian maka tidak akan terjadi
kesinambungan untuk prosedur akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi
yang seharusnya. Angka – angka yang tersaji dalam laporan keuangan
dihasilkan dari jumlah kumulatif belanja untuk satu tahun anggaran, bukan
dihasilkan dari pencatatan jurnal dan hasil jumlah buku besar pada akhir
tahun anggaran 2015.
3) Angka-angka yang tersaji dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
belum sepenuhnya dihasilkan dari prosedur akuntansi yang seharusnya.
Prosedur tersebut dimulai dari pencatatan bukti transaksi kedalam jurnal,
diposting dalam buku besar, diikhtisarkan dalam neraca saldo, dibuatkan
ayat jurnal penyesuaian (jika ada), dibuatkan jurnal penutup dan
diikhtisarkan kembali kedalam neraca saldo setelah penyesuian. Angka-
angka yang tersaji dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekutas (LPE) adalah
mutasi dari angka-angka yang tersaji dalam laporan pertanggungjawaban
bendahara pengeluaran (SPJ-Fungsional).
4) Hasil prosedur akuntansi berupa buku jurnal, buku besar maupun neraca
saldo tidak tersaji sebagai pendukung laporan keuangan, baik dalam bentuk
soft file ataupun print out.

Dari hasil evaluasi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa


implementasi akuntansi berbasis akrual jika dilihat secara khusus untuk
prosedur akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi pada Kantor Kelurahan
Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah, Kelurahan Kantor dan
Kelurahan Sukaharja adalah belum dilaksanakan secara menyeluruh dalam
menghasilkan laporan keuangan entitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muhamad Indra Yudha
Kusuma, Fuad (2013) yang menyatakan bahwa penerapan akuntasi akrual pada
pemerintah untuk tingkat satuan kerja hanya sampai pada level tertentu yaitu
33,3%, atau dengan kata lain masih sangat rendah. Faktor-faktor yaitu tingkat
pendidikan staf keuangan, kualitas teknologi informasi, dukungan konsultan,
pengalaman sebelumnya dalam menjalankan basis kas menuju akrual, latar
belakang pendidikan pimpinan dan ukuran satuan kerja tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual.

29
b. Hasil identifikasi dari penyebab belum dilaksanakan prosedur akuntansi
berbasis akrual secara menyeluruh pada Kantor Kelurahan Sampit, Kelurahan
Mulia Baru, Kelurahan Tengah, Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja
adalah bahwa :
1) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja hanya menjalankan fungsi
penatausahaan bendahara pengeluaran berupa pembuatan Buku Kas Umum,
SPJ-Fungsional dan Rincian per objek Belanja untuk setiap bulannya.
2) PPK-SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja belum menjalankan
penatausahaan yang seharusnya dalam pembuatan laporan keuangan SKPD.
c. Dampak dari tidak diselenggarakannya prosedur akuntansi sesuai dengan siklus
akuntansi yang seharusnya adalah tidak akan cepat / mudah untuk menelusuri
kembali (rekam jejak) terhadap transaksi-transaksi yang telah terjadi pada saat
dilaksanakan pengawasan pihak internal maupun pemeriksaan dari pihak
eksternal. Dengan demikian akan berdampak terhadap keandalan kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bambang Pamungkas
(2012) yang menyatakan bahwa penerparan akuntansi keuangan sektor publik
dan pengawasan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
baik secara parsial maupun simultan.

Tingkat Keberhasilan Implementasi Prosedur Akuntansi Akrual pada


SKPKD Kabupaten Ketapang
a. Hasil evaluasi deskriptif dari dokumen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Ketapang adalah bahwa :
1) Tingkat implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual berkisar sebesar
secara menyeluruh berkisar sebesar 43,97 % dari 81,98 % total penilaian
aspek komponen pengendalian intern dan pelaksanaan review oleh
Inspektorat Kabupaten Ketapang. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
prosedur akuntansi berbasis akrual belum diterapkan sepenuhnya sesuai
dengan Peraturan Bupati Ketapang Nomor 11 tahun 2014 tentang sistem
akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang.
2) Impelementasi prosedur akuntansi berbasis akrual belum diterapkan secara
menyeluruh sesuai dengan siklus akuntansi dalam menghasilkan laporan
keuangan baik pada entitas akuntansi maupun entitas pelaporan.
3) Pemerintah Kabupaten Ketapang menggunakan dua sistem akuntansi yaitu
akuntansi berbasis kas untuk pencatatan pendapatan-LRA dan belanja
(budgetary report) serta akuntansi berbasis akrual untuk pencatatan aset,
kewajiban dan ekuitas (financial report).

30
4) Program aplikasi SIPKD hanya menghasilkan laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary report) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL). Penginputan data
langsung kedalam program komputer.
5) Laporan keuangan (financial report) yang terdiri Neraca, Laporan
Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE) dihasilkan dengan komputerisasi manual.
6) Hasil prosedur akuntansi berupa jurnal dan buku besar, neraca saldo, ayat
jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan neraca saldo setelah penyesuian
tersimpan dalam komputer.
Dari hasil evaluasi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi akuntansi berbasis akrual jika dilihat secara khusus untuk
prosedur akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi pada SKPKD Kabupaten
Ketapang belum dilaksanakan secara menyeluruh dalam menghasilkan
laporan keuangan pemerintah daerah (entitas akuntansi dan entitas pelaporan).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muhamad Indra Yudha
Kusuma, Fuad (2013) yang menyatakan bahwa penerapan akuntasi akrual pada
pemerintah untuk tingkat satuan kerja hanya sampai pada level tertentu yaitu
33,3%, atau dengan kata lain masih sangat rendah. Faktor-faktor yaitu tingkat
pendidikan staf keuangan, kualitas teknologi informasi, dukungan konsultan,
pengalaman sebelumnya dalam menjalankan basis kas menuju akrual, latar
belakang pendidikan pimpinan dan ukuran satuan kerja tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual
b. Hasil identitikasi penyebab belum dilaksanakan prosedur akuntansi berbasis
akrual secara menyeluruh dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Ketapang (konsolidasian) dikarenakan pada entitas
akuntansi (SKPD) belum berjalannya fungsi penatausahaan PPK-SKPD
kelurahan dengan baik serta belum adanya program secara komputerisasi yang
memudahkan dalam penginputan data laporan keuangan entitas maupun
laporan keuangan konsolidasian. Dari hasil evaluasi tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa implementasi akuntansi berbasis akrual jika dilihat secara
khusus untuk prosedur akuntansi berbasis akrual pada SKPKD Kabupaten
Ketapang adalah belum dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan siklus
akuntansi dalam menghasilkan laporan keuangan konsolidasian.
c. Dampak dari tidak diselenggarakannya prosedur akuntansi sesuai dengan siklus
akuntansi yang seharusnya adalah tidak akan cepat / mudah untuk menelusuri
kembali (rekam jejak) terhadap transaksi-transaksi yang telah terjadi pada saat
dilaksanakan pengawasan pihak internal maupun pemeriksaan dari pihak
eksternal. Dengan demikian akan berdampak terhadap keandalan kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bambang Pamungkas
(2012) yang menyatakan bahwa penerparan akuntansi keuangan sektor publik

31
dan pengawasan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
baik secara parsial maupun simultan.

Kualitas Laporan Keuangan


a. Hasil evaluasi deskriptif dari dokumen laporan keuangan entitas kelurahan
adalah bahwa :
1) Tingkat kualitas laporan keuangan SKPD kelurahan berkisar sebesar
74,00 % dengan kriteria baik sekali dilihat dari komponen kelengkapan
laporan yang telah dibuat.
2) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja telah menyampaikan laporan
keuangan berkisar 74% telah tepat waktu.
3) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja dalam pembuatan laporan
keuangan sebagian besar telah melalui otorisasi secara berjenjang.
4) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja berkisar 74% telah menyajikan
informasi tahun lalu dan tahun berjalan
5) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja berkisar 74% telah seragam
dalam penyajian laporan keuangan.
6) SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia Baru, Kelurahan Tengah,
Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja telah membuat laporan
keuangan secara lengkap yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan
atas laporan Keuangan (CaLK). Dengan kelima komponen laporan tersebut
maka keuangan telah disajikan secara lengkap.
Dari hasil evaluasi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan telah memiliki karakteristik : relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami. berkisar sebesar 74,00 %.
b. Hasil identitikasi penyebab adalah belum seragamnya bentuk laporan keuangan
pada entitas kelurahan serta belum berjalannya prosedur akuntansi yang
memadai sesuai dengan siklus akuntansi.
c. Dampak belum seragamnya dalam penyajian laporan keuangan entitas
keluarahan akan terdapatnya perbedaan persepsi dalam penyusunan laporan
keuangan yang akan berakibat terhadap tahapan konsolidasi laporan keuangan.
d. Hasil evaluasi deskriptif bahwa jenjang pendidikan dari PPK-SKPD,
penggunaan teknologi dan pengendalian internal hanya mendukung dalam
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas berkisar sebesar 55,00 %
dengan dengan kriteria cukup baik.

32
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian I Wayan Gde Yogiswara
Darma Putra, Dodik Ariyanto. (2015) yang menyatakan bahwa kualitas sumber
daya manusia, komunikasi, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.

Tingkat Keberhasilan Pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang


Pelaksanaan pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang dilakukan
untuk 3 (tiga) kegiatan yaitu pelaksanaan pengawasan PKPT, pelaksanaan review
laporan keuangan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi TLHP. Tingkat
keberhasilan dari ketiga program tersebut adalah berkisar sebesar 63,08 % dengan
kriteria baik sekali. Untuk keberhasilan masing-masing program adalah sebagai
berikut :

Tingkat keberhasilan pelaksanaan PKPT


a. Tingkat keberhasilan pelaksanaan PKPT berkisar sebesar 59,11 % dengan
kriteria cukup baik atau sekitar 24,35 % dari keberhasilan pengawasan
Inspektorat Kabupaten Ketapang..
b. Hasil evaluasi deskriptif dari dokumen Program Kerja Audit (PKA) adalah
bahwa dalam bagian Program Kerja Audit tidak tercantum untuk
dilaksanakannya pengawasan prosedur akuntansi untuk penyusunan laporan
keuangan entitas SKPD Kantor Kelurahan..
c. Hasil identitikasi penyebab tidak dilakukan pengawasan untuk prosedur
akuntansi dalam menghasilkan laporan keuangan karena pengawasan tersebut
akan dilaksanakan pada saat dilaksanakan kegiatan review atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang.
d. Dampak dari tidak dimasukkannya pengawasan untuk prosedur akuntasi dalam
menghasilkan laporan keuangan sesuai dengan siklus akuntansi pada entitas
SKPD kelurahan maka tidak akan diketahuinya penerapan untuk sistem
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Urip Santoso, Yohanes Joni
Pambelum (2008) yang menyatakan bahwa penerapan akuntansi sektor publik dan
pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah akan
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah baik secara parsial
maupun secara bersama – sama, Penerapan akuntansi sektor publik, Pengawasan
terhadap kualitas Laporan Keuangan instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah akan berpengaruh terhadap pencegahan Fraud baik secara
parsial maupun secara bersama – sama.

Tingkat keberhasilan pelaksanaan review Laporan Keuangan Pemerintah


Daerah Kabupaten Ketapang
a. Tingkat keberhasilan pelaksanaan review laporan keuangan berkisar sebesar
49,00 % dengan kriteria cukup baik atau sekitar 20,19 % dari keberhasilan
pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang.

33
b. Hasil evaluasi deskriptif dari dokumen Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) adalah bahwa kegiatan review tidak termasuk kedalam bagian Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).
c. Hasil identifikasi penyebab tidak dimaksukkannya kegiatan review LKPD
dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) disebabkan selama ini
kegiatan review tersebut dilaksanakan menunggu LKPD selesai dibuat oleh
pihak PPKD. Dengan demikian maka kegiatan review dilaksanakan dengan
waktu yang tidak terlalu lama.
d. Dampak dari tidak dimasukkannya kegiatan review laporan keuangan pada
PKPT menyebabkan pelaksanaan review hanya dilakukan secara singkat.
Kondisi tersebut menyebabkan dalam pelaksanaan review tidak dapat
dilakukan secara paralel (bersamaan) dari mulai awal tahun anggaran, sehiigga
tidak dapat melaksanakan pengawasan yang lebih mendalam terhadap prosedur
akuntansi yang telah dilaksanakan oleh entitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Urip Santoso, Yohanes Joni
Pambelum (2008) yang menyatakan bahwa penerapan akuntansi sektor publik dan
pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah akan
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah baik secara parsial
maupun secara bersama – sama, Penerapan akuntansi sektor publik, Pengawasan
terhadap kualitas Laporan Keuangan instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah akan berpengaruh terhadap pencegahan Fraud baik secara
parsial maupun secara bersama – sama.

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TLHP


a. Tingkat keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi TLHP berkisar
sebesar 45,00 % dengan kriteria cukup baik atau sekitar 18,54 % dari
keberhasilan pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang.
b. Hasil evaluasi deskriptif dari dokumen laporan pelaksanaan tindak lanjut
selama tahun 2015 adalah bahwa telah terjadi penurunan jumlah temuan
pemeriksaan sebesar 62,73 % masuk dalam kategori baik sekali. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
pada tahun 2015 masuk dalam kategori baik sekali.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Urip Santoso, Yohanes Joni
Pambelum (2008) yang menyatakan bahwa penerapan akuntansi sektor publik dan
pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah akan
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah baik secara parsial
maupun secara bersama – sama, Penerapan akuntansi sektor publik, Pengawasan
terhadap kualitas Laporan Keuangan instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah akan berpengaruh terhadap pencegahan Fraud baik secara
parsial maupun secara bersama – sama.

34
Tabulasi Penilai Akhir Pelaksanaan Prosedur Akuntansi
0 – 29,99 % Kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang
sangat mendasar.
30 – 49,99 % Agak kurang, perlu banyak perbaikan termasuk perubahan
yang mendasar
50 – 64,99 % Cukup baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak
mendasar.
65 – 74,99 % Baik, perlu sedikit perbaikan.
75 – 84,99 % Sangat Baik.
85 – 100 % Memuaskan.
Sumber : Adaptasi Keputusan Menteri PAN Nomor : KEP/135/M.PAN/9/2004
Dari hasil skor yang diperoleh untuk masing-masing bagian penilaian
kemudian dikonversikan dengan penilaian yang didasarkan pada sumber
(Peraturan Mmenteri Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004) Nomor :
KEP/135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Adapun penilaian untuk masing-
masing bagian penilaian adalah :

Ringkasan Hasil Olah Data Jawaban Responden

No. Indikator Hasil Keteraangan / Interprestasi

I. Penilaian SKPD Kelurahan 71,48 % Tingkat keberhasilan implementasi


prosedur akuntansi berbasis akrual
baik dengan perlu sedikit
perbaikan.

1. Komponen Pengendalian 59,67 % Rata-rata nilai untuk komponen


Internal (SPIP) pengendalian internal telah cukup
baik (memadai), dengan perlu
banyak perbaikan yang tidak
mendasar.

a. Lingkungan pengendalian 69,20 % Baik dengan perlu sedikit perbaikan


untuk pembagaian tugas antara
bagian bendahara dan bagian
pencatatan (akutansi).

b. Penaksiran risiko 61,50 % Cukup baik (memadai) dengan perlu


banyak perbaikan yang tidak
mendasar dalam prosedur
penggunaan dokumen - dokumen
penatausahaan keuangan dan aset
daerah .

c. Aktivitas pengendalian 53,42 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan yang tidak

35
mendasar dalam pelaksanaan
prosedur akuntansi berbasis akrual
sesuai dengan siklus akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan.

d. Informasi dan Komunikasi 55,67 % Cukup baik, dengan perlu banyak


perbaikan / peningkatan yang tidak
mendasar dalam program sistem
komputerisasi pelaporan keuangan.

e. Monitoring 58,50 % Cukup baik, dengan perlu banyak


perbaikan / peningkatan yang tidak
mendasar dalam pemeriksaan intern
oleh atasan langsung terhadap
pelaksanaan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan.

2. Pelaksanaan Audit APIP 19,41 % Rata - rata penilaian untuk


pelaksanaan audit adalah kurang
dengan perlu banyak perbaikan dan
perubahan yang sangat mendasar.

a. Independensi APIP. 16,33 % Kurang, dengan perlu banyak


perbaikan dan perubahan yang
sangat mendasar dalam perencanaan
penyusunan PKPT serta koordinasi
dalam pelaksanaan pengawasan.

b. Kompetensi APIP 16,35 % Kurang, dengan perlu banyak sekali


perbaikan dan perubahan sangat
mendasar dalam peningkatan jumlah
tenaga auditor yang memiliki
kemampuan khusus dalam bidang
akuntansi.

c. Pelaksanaan Audit 20,48 % Kurang, dengan perlu banyak sekali


perbaikan dan perubahan sangat
mendasar dalam tahapan
pelaksanaan audit serta sasaran
pemeriksaan terhadap prosedur
penyusunan laporan keuangan.

d. TLHP 24,50 % Kurang, dengan perlu banyak


sekali perbaikan dan perubahan
sangat mendasar dalam
upaya menindaklanjuti temuan
pemeriksaan.

II. Penilaian SKPKD Kabupaten 81,98 % Tingkat keberhasilan implementasi


Ketapang prosedur akuntansi berbasis akrual

36
telah sangat baik.

1. Komponen Pengendalian 73,50 % Rata-rata nilai untuk komponen


Internal (SPIP) pengendalian internal telah baik
dengan perlu sedikit perbaikan.

a. Lingkungan pengendalian 80,80 % Sangat baik.

b. Penaksiran risiko 54,83 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan dalam penaksiran
risiko atas tidak terselenggaranya
penyusunan laporan keuangan oleh
SKPD (entitas akuntansi) Kabupaten
Ketapang.

c. Aktivitas pengendalian 79,85 % Sangat baik.

d. Informasi dan Komunikasi 88,66 % Memuaskan.

e. Monitoring 63,35 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan dalam
pemeriksaan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.

2. Pelaksanaan Review 67,83 % Rata-rata nilai untuk komponen


pelaksanaan review telah baik
dengan perlu sedikit perbaikan.

a. Independensi APIP. 84,00 % Sangat baik.

b. Kompetensi APIP 72,33 % Baik, dengan perlu sedikit perbaikan


/ peningkatan jumlah tenaga auditor
yang memiliki kemampuan khusus
dalam bidang akuntansi serta
perubahan program review masuk
dalam PKPT.

c. Pelaksanaan Review 60,00 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan/peningkatan yang
tidak mendasar untuk tahapan
pelaksanaan review serta sasaran
review.

d. TLH Review 55,00 % Cukup baik (memadai), dengan


perlu banyak perbaikan/ peningkatan
yang tidak mendasar dalam upaya
menindak- lanjuti temuan hasil
review.

37
III. Kualitas Laporan Keuangan 74,00 % Baik dengan perlu sedikit perbaikan /
peningkatan dalam penerapan
prosedur akuntansi dalam
menghasilkan laporan keuangan.

IV. Faktot - faktor yang 55,00 % Cukup baik (memadai), dengan perlu
mempengaruhi peningkatan banyak perbaikan / peningkatan yang
kualitas laporan keuangan tidak mendasar.

V. Pengawasan oleh Inspektorat 63,08 % Tingkat keberhasilan pengawasan


Kabupaten Ketapang dalam implementasi prosedur
akuntansi berbasis akrual telah
cukup baik (memadai), dengan perlu
banyak perbaikan / peningkatan yang
tidak mendasar.

a. Pelaksanaan PKPT 59,11 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan / peningkatan yang
tidak mendasar dalam tahapan audit
dan sasaran audit .

b. Pelaksanaan Review 49,00 % Cukup baik (memadai), dengan perlu


banyak perbaikan / peningkatan yang
tidak mendasar dalam pelaksanaan
tahapan review dan PKPT.

c. Pelaksanaan TLHP 45,00 % Agak kurang baik, dengan perlu


banyak sekali perbaikan /
peningkatan dan perubahan sangat
mendasar dalam pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan.

Dari tabel tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi


prosedur akuntansi berbasis akrual belum dilaksanakan secara menyeluruh
pada SKPD kelurahan selaku entitas akuntansi dan SKPKD selaku PPKD yang
betugas membuat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang.
Kondisi ini dibuktikan dengan tidak adanya pencatatan jurnal yang dilaksanakan
oleh pihak SKPD kelurahan pada saat terjadinya transaksi keuangan. Prosedur
pencatatan dalam jurnal yang tidak dilaksanakan oleh SKPD Kelurahan akan
berdampak terhadap pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)
dalam proses konsolidasi yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian maka proses konsolidasi yang dilakukan oleh pihak
SKPKD tidak dihasilkan dari proses pencatatan yang dilakukan oleh pihak SKPD
kelurahan. Prinsip dasar dari akuntansi berbasis akrual adalah dilaksanakannya
pencatatan pada jurnal saat terjadinya transaksi tanpa menunggu apakah transaksi
itu dibayar atau diterima dari/oleh bendahara. (Junior, Horngren, Thomas, &
Suwardy, 2012). Dengan tidak adanya pencatatan dalam jurnal maka prosedur
akutansi untuk tahapan selanjutnya sesuai dengan siklus akuntansi tentunya tidak

38
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. (Peraturan Bupati Ketapang Nomor
11 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ketapang).
Penerapan prosedur akuntansi yang tidak konsisten dan berkesinambungan
menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat keberhasilan dalam penerapan
akuntansi berbasis akrual pada SKPD kelurahan dan SKPKD Kabupaten
Ketapang serta berdampak terhadap keberhasilan pengawasan yang dilaksanakan
oleh Inspektorat Kabupaten Ketapang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bambang Pamungkas
(2012) yang menyatakan bahwa penerparan akuntansi keuangan sektor publik,
pengawasan dan kualitas hasil laporan berpengaruh terhadap akuntabilitas
Instansi Pemerintah baik secara parsial maupun simultan.
Hasil penelitian Urip Santoso, Yohanes Joni Pambelum (2008) yang
menyatakan bahwa penerapan akuntansi sektor publik dan pengawasan terhadap
kualitas laporan keuangan instansi pemerintah akan berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah baik secara parsial maupun secara
bersama – sama, Penerapan akuntansi sektor publik, Pengawasan terhadap
kualitas Laporan Keuangan instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah akan berpengaruh terhadap pencegahan Fraud baik secara parsial
maupun secara bersama – sama.
Adapun perbedaaan tingkat keberhasilan dalam penerapan prosedur dan
pengawasan akuntansi berbasis akrual adalah sebagai berikut :
1. Tingkat keberhasilan untuk SKPD kelurahan sebesar 71,48 % dengan
interprestasi baik dengan perlu sedikit perubahan. Hal ini tidak berdampak
secara langsung terhadap tingkat keberhasilan pada SKPKD Kabupaten
Ketapang. Tingkat keberhasilan pada SKPKD justru mencerminkan tingkat
interprestasi sangat baik sebesar 81,98 %. Kondisi ini mencerminkan bahwa
prosedur akuntansi yang dilaksanakan belum berkesinambungan antara pihak
SKPD kelurahan yang menghasilkan laporan keuangan entitas terhadap
prosedur akuntansi yang dilaksanakan oleh SKPKD selaku PPKD dalam
menghasilkan laporan keuangan konsolidasian.
2. Tingkat keberhasilan pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang sebesar 63,08 % dengan interprestasi cukup baik
(memadai) dengan perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar, Kondisi
ini tidak menunjukkan kesesuaian dengan tingkat keberhasilan yang diperoleh
oleh pihak SKPD kelurahan dan pihak SKPKD Kabupaten Ketapang. Hal
demikian mencerminkan belum adanya sinergi dalam pelaksanaan dan
pengawasan khususnya dalam penerapan implementasi prosedur akuntansi
berbasis akrual antara pihak SKPD keluarahan, SKPKD Kabupaten Ketapang
dan Inspektorat Kabupaten Ketapang.
3. Tingkat keberhasilan penerapan prosedur akuntansi berbasis akrual SKPD
Kelurahan, SKPKD Kabupaten Ketapang dan pengawasan oleh Inspektorat
Kabupaten Ketapang hanya berdampak secara langsung terhadap kualitas hasil
laporan keuangan yang dihasilkan sebesar 74,00 % dengan interprestasi baik

39
dengan perlu sedikit perubahan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas
laporan keuangan masih dapat ditingkatkan jika dilaksanakan perubahan dalam
penerapan prosedur akuntansi dalam menghasilkan laporan keuangan serta
dilakukannya pengawasan terhadap prosedur akuntansi yang dilaksanakan oleh
entitas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, evaluasi dan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan pada SKPD Kelurahan Sampit, Kantor Kelurahan Mulia Baru,
Kantor Kelurahan Tengah, Kantor Kelurahan Kantor dan Kantor Kelurahan
Sukaharja belum dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan siklus
akuntansi. Tingkat implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam
penyusunan laporan keuangan berkisar sebesar 71,48 % dengan interprestasi
kriteria baik dengan sedikit perubahan. Penilaian tersebut terdiri dari penilaian
untuk : (a) Komponen pengendalian internal dengan penilaian sebesar 59,67 %
dengan interprestasi cukup baik (memadai) dengan perlu banyak perbaikan
yang tidak mendasar. Perbaikan / peningkatan yang harus dilaksanakan adalah
untuk prosedur penggunaan dokumen - dokumen penatausahaan keuangan dan
aset daerah, pelaksanaan prosedur akuntansi berbasis akrual sesuai dengan
siklus akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, program sistem
komputerisasi pelaporan keuangan dan pemeriksaan internal oleh atasan
langsung terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
(b) Komponen pelaksanaan audit dengan penilaian sebesar 19,41 % dengan
interprestasi kurang dengan perlu banyak perbaikan dan perubahan yang sangat
mendasar. Perbaikan / peningkatan yang harus dilaksanakan adalah : dalam
perencanaan penyusunan PKPT serta koordinasi dalam pelaksanaan
pengawasan, jumlah tenaga auditor yang memiliki kemampuan khusus dalam
bidang akuntansi, tahapan pelaksanaan audit serta sasaran pemeriksaan
terhadap prosedur penyusunan laporan keuangan dan upaya - upaya dalam
menindaklanjuti temuan pemeriksaan.
2. Implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah (konsolidasian) pada SKPKD Kabupaten
Ketapang belum dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan siklus
akuntansi. Tingkat implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual dalam
penyusunan laporan keuangan berkisar sebesar 81,98 % dengan interprestasi
sangat baik. Penilaian tersebut terdiri dari penilaian untuk : (a) Komponen
pengendalian internal dengan penilaian sebesar 73,50 % dengan interprestasi
baik dengan perlu seikit perbaikan. Perbaikan / peningkatan yang harus
dilaksanakan adalah : penaksiran risiko atas tidak terselenggaranya penyusunan

40
laporan keuangan oleh SKPD (entitas akuntansi) Kabupaten Ketapang,
pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan,
(b) Komponen pelaksanaan review dengan penilaian sebesar 67,83 % dengan
interprsetasi baik dengan perlu sedikit perbaikan. Perbaikan / peningkatan yang
harus dilaksanakan adalah : jumlah tenaga auditor yang memiliki kemampuan
khusus dalam bidang akuntansi serta perubahan program review masuk dalam
PKPT, tahapan pelaksanaan review serta sasaran review LKPD dan upaya
menindak- lanjuti temuan hasil review.
3. Kualitas laporan keuangan pada SKPD Kelurahan Sampit, Kelurahan Mulia
Baru, Kelurahan Tengah, Kelurahan Kantor dan Kelurahan Sukaharja adalah
berkisar sebesar 74,00 % dengan interprestasi baik dengan perlu sedikit
perbaikan / peningkatan. Perbaikan / peningkatan yang harus dilaksanakan
pada penerapan prosedur akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi yang
seharusnya.
4. Faktor penunjang dalam mengahsilkan laporan yang berkualitas yaitu : Sumber
Daya Manusia (SDM), pemanfaatan teknologi dan pengendalian internal
berkisar sebesar 55,00 % dengan interprestasi cukup baik (memadai) perlu
banyak perbaikan yang tidak mendasar. Perbaikan / peningkatan yang harus
dilaksanakan pada pemanfaatan teknologi (program komputisasi akuntansi)
dalam penyajian laporan keuangan.
5. Keberhasilan pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang dari 3 (tiga)
pelaksanaan kegiatan yaitu pelaksanaan PKPT, pelaksanaan review LKPD dan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi TLHP sebesar 63,08 % dengan
interprestasi cukup baik (memadai), dengan perlu banyak perbaikan /
peningkatan yang tidak mendasar. Penilaian tersebut terdiri dari penilaian
untuk : (a) Keberhasilan pengawasan Inspektorat Kabupaten Ketapang dalam
pelaksanaan PKPT berkisar sebesar 59,11 % dengan interprestasi cukup baik
(memadai) dengan perlu banyak perubahan yang tidak mendasar. Perbaikan /
peningkatan yang harus dilaksanakan untuk waktu penugassan pelaksanaan
tahapan – tahapan dalam pelaksanaan audit. (b) Keberhasilan dalam
pelaksanaan review LKPD berkisar sebesar 49,00 % dengan interprestasi
cukup baik (memadai), dengan perlu banyak perbaikan / peningkatan yang
tidak mendasar. Perbaikan / peningkatan yang harus dilaksanakan adalah dalam
pelaksanaan tahapan review dan waktu pelaksanaan review. (c) Keberhasilan
pelaksanaan TLHP berkisar sebesar 45,00 % dengan interprestasi agak kurang
dengan perlu banyak sekali perbaikan / perubahan yang sangat mendasar.
Perbaikan / peningkatan yang harus dilaksanakan dalam pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan.
6. Implementasi prosedur akuntansi berbasis akrual bukan merupakan sesuatu
kewajiban yang sangat mendasar / dianggap material dalam menghasilkan dan
memeriksa laporan keuangan emtitas. Sehingga antara entitas akuntansi, entitas
pelaporan dan aparat pengawasan internal pemerintah (Inspektorat Kabupaten
Ketapang) memiliki persepsi yang berbeda terhadap penerapan prosedur
akuntansi tersebut dalam menghasilkan laporan keuangan.

41
Saran
Untuk dapat mempercepat penerapan akuntansi berbasis akrual pada
entitas akuntansi maupun entitas pelaporan maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Perlu penambahan pegawai pada SKPD Kelurahan yang memiliki pengetahuan
dasar dan keahlian di bidang akuntansi. Hal demikian dimaksudkan untuk
dapat mempercepat pelaksanan prosedur sistem akuntansi berbasis akrual
dalam penyusunan laporan keuangan.
2. Perlu penambahan auditor pada Inspektorat Kabupaten Ketapang yang
memiliki pengetahuan dasar dan keahlian di bidang akuntansi. Hal demikian
dimaksudkan untuk dapat mempercepat pelaksanan prosedur sistem akuntansi
berbasis akraul dalam pelaksanaan pemeriksaan pada SKPD dan review LKPD
Kabupaten Ketapang.
3. Pelaksanaan pemeriksaan pada SKPD untuk Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) dapat mempertimbangksn untuk memasukkan sasaran
pengawasan terhadap implementasi prosedur akuntansi dalam menghasilkan
laporan keuangan. Hal demikian dimaksudkan agar didapat kesamaan persepsi
dalam penyusunan laporan keuangan dan keseragaman bentuk pelaporan
keuangan sesama entitas.
4. Pelaksanaan kegiatan review laporan keuangan supaya dipertimbangkan masuk
kedalam Program Kerja Pengawasan Tahunan PKPT. Hal demikian
dimaksudkan agar pelaksanaan review laporan keuangan dapat dilakukan
bersamaan (paralel) dengan proses penyusunan laporan keuangan oleh entitas.
Proses review yang dilakukan secara bersamaan tersebut akan lebih
menghasilkan hasil review yang lebih baik dikarenakan dapat melaksanakn uji
petik langsung kepada SKPD sebagai entitas akuntansi serta proses konsolidasi
oleh pihak PPKD.
5. Diperlukan penyempurnaan aplikasi pengelolaan keuangan yang dapat
mengakomodir prosedur akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Hal demikian dimaksudkan agar didapat kesamaan dalam prosedur
akuntansi dan keseragaman jenis laporan keuangan entitas yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, & Zainal, S. (2002). Kebijakan Publik (Revisi ed.). Jakarta: Yayasan
Pancur Siwah, Halaman 22.
Asfiansyah, A. (2015, Juni 1). Strategi Implementasi Akuntansi Akrual pada
Pemerintah Daerah Kota S. NeO- Bis , 1-19.
Badrudin, R. (2012). Ekomonika Otonomi Daerah (1 ed.). Yogyakarta: STIM
YKPN, Halaman 6-62.

42
BPKP. (2013). Modul Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual ; Konsep,
Pemikiran dan Implementasi di Indonesia. Jakarta: BPKP.
BPKP, P. (2009). Auditing Modul Pendidikan dan Pelatihan Pembentukksn
Auditor Ahli (Keenam ed.). Jakarta: Pusdiklatwas BPKP.
BPKP, P. (2009). Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Modul Pendidikan
dan Pelatihan Pembentukkan Auditor Ahli (Keenam ed.). Jakarta:
Pusdiklatwas BPKP, Halaman 8-9.
Darma Putra, I. W., & Ariyanto, D. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. E-Journal
Akuntansi , 13 Nomor 1, 14-32.
Djamhuri, A., & Mahmudi. (2006). New Public Management, Accounting Reform
and Institutional Perspective of Public sector Accounting in Indonesia .
Jurnal Bisnis dan Akuntansi , 3, 301-321.
Junior, W. T., Horngren, C. T., Thomas, C. W., & Suwardy, T. (2012). Akuntansi
Keuangan International Financial Reporting Standards (IFRS)
(Kedelapan Jilid I ed.). Jakarta: Erlangga.
Kadir, A., & Triwahyuni, T. C. (2003). Pengenalan Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi Office, Halaman 2-22.
Kriyantono, R. (2012). Teknis Praktis Riset Komunikasi . 2012: Pustaka Pelajar.
Kusuma, M. I., & Fuad. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Penerapan Akuntansi Akrual pada Pemerintah. Journal of
Accounting , 2 Nomor 3, 1-14.
Laougelo, Friska; Saerang, David Paul Elia. (2015). Analisis Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dalam Penyajian laporan
Keuangan Pemerintah Kota Bitung. EMBA , 3, 1-8.
M. Hanafi, M., & Halim, A. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Mahmudi. (2007). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah : Panduan
bagi eksekutif, DPRD dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan
Ekonomi, Sosial dan Politik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mahmudi. (2007). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah : Panduan
bagi Eksekutif, DPRD dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan
Ekonomi, Sosial dan Politik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mahmudi. (2010). Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik (Pertama ed.).
Yogyakarta: FE UGM.
Mardiasmo. (2000). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Andi Office.
Mulyadi. (2006). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

43
Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen ( 3 ed.).
Jakarta: Salemba Empat.
Pamungkas, B. (2012). Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan
Pengawasan terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Ilmiah
Ranggagading , 12 Nomor 2, 82-93.
Peraturan Bupati, K. K. (2014). Nomor 10 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Ketapang. Ketapang.
Peraturan Bupati, K. K. (2014). Nomor 11 tentang Sistem Akuntansi Kabupaten
Ketapang. Ketapang.
Peraturan Daerah, K. K. (2009). Nomor 2 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah. Ketapang.
Peraturan Menteri Dalam Negeri, R. I. (2013). Nomor 64 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan, R. I. (2011). Nomor 238/PMK.05 tentang Pedoman
Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan . Jakarta.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, R. I. (2004). Nomor:
KEP/135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah, R. I. (2005). Nomor 24 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Kas Menuju Akrual. Jakarta.
Peraturan Pemerintah, R. I. (2010). Nomor 71 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Akrual. Jakarta.
Ranuba, E. D., Pangemanan, S., & Pinatik, S. (2015, Maret 1). Analisis Kesiapan
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Berdasarkan PP
71 tahun 2010 pada DPKPAMinahasa Selatan. EMBA , 388-397.
Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedua Oktober.
Bandung: Alfabeta.
Riyanto, & Agus, P. (2015). Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual
(Cetakan 1 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Halaman 2-16.
Santoso, U., & Pambelum, Y. J. (2008). Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor
Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam
Mencegah Fraud. Administrasi Bisnis , 4 Nomor 1, 14-33.
Sari, E. N. (2013). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Efektivitas Penerapan
Akuntansi sektor Publik serta dampaknye terhadap Good Governance.
Riset Akuntansi dan Bisnis , 13 Nomor 1, 25-54.
Sohidin, Witurachmi, S., & Ariyanto, J. Rancangan Penyusunan Sistem Informasi
Akuntansi pada Pemerintah Daerah guna Meningkatkan Good Governance

44
dan Tata Pelaporan yang sesuai dengan standar Akuntansi Sektor Publik.
(pp. 281-306). Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Sukirno, S. (2002). Teori Makro Ekonomi : Modern Perkembangan Pemikiran
dari Klasik hingga Keynesian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, & Nana, S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sulistiyani, A. T., & Rosidah. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia :
Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik
( Pertama ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu, Halaman 52.
Sumarsan, T. (2011). Sistem Pengendalian Manajemen : Kosep Aplikasi dan
Pengukuran Kinerja (Cetakan 2 ed.). Jakarta: Indeks Permata Puri Media,
Halaman 7-35.
Tangkilisan, H. N. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Zawitri, S., Kurniasih, N., Siwi, T., & Kartikawati. (2015). Penerapan Sistem
Akuntansi Instansi Berbasis Akrual sebagai Implementasi PP nomor 71
Tahun 2010 pada Politeknik Negeri Pontianak. Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan , 4 Nomor 1, 24-44.

45

You might also like