0% found this document useful (0 votes)
65 views8 pages

Instalasi Pengolahan Limbah Cair Di Stockpile Batu

The document discusses liquid waste management at a coal stockpile site owned by PT. X in Sumatra. It finds that the liquid waste, which has a high suspended solids content, is treated through coagulation and neutralization. However, using large coagulant chunks leads to imperfect mixing with suspended particles. The summary recommends that waste treatment instead go through coagulation, flocculation, stirring, sedimentation and neutralization for effective and efficient processing. Proper management of liquid waste can minimize environmental impacts and potentially improve environmental quality.

Uploaded by

Rudy Yunianto
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
65 views8 pages

Instalasi Pengolahan Limbah Cair Di Stockpile Batu

The document discusses liquid waste management at a coal stockpile site owned by PT. X in Sumatra. It finds that the liquid waste, which has a high suspended solids content, is treated through coagulation and neutralization. However, using large coagulant chunks leads to imperfect mixing with suspended particles. The summary recommends that waste treatment instead go through coagulation, flocculation, stirring, sedimentation and neutralization for effective and efficient processing. Proper management of liquid waste can minimize environmental impacts and potentially improve environmental quality.

Uploaded by

Rudy Yunianto
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 8 Nomor.

2 Periode Sepetember 2022-Februari 2023

INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


DI STOCKPILE BATUBARA PT. X

Shenny Linggasari
Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. Pajajaran CondongcaturDepokSleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 486701/02
Email: [email protected]

Abstract
Coal stockpile is a temporary storage area at the Coal Processing site before the coal is transported to
the Pier/end user. Indonesia has high rainfall (> 3000 mm/year), so it is very possible for liquid waste to
arise during the rainy season as a result of run off water which erodes the soil or washes coal. This running
water carries suspended solids and has the potential to affect air quality and environmental quality. The
aim of the research is to carry out the management of coal stockpile liquid waste carried out by PT. X
which is located in Sumatra. The results showed that the stages of the process of managing coal stockpile
liquid waste which has a high TSS content took place through coagulation and neutralization processes.
The use of coagulant in the form of large chunks causes the mixing process of coagulant with suspended
particles not to take place perfectly. If the first step is not perfect then the next step will be less effective,
and less efficient. In order for the waste treatment process to take place effectively and efficiently, it is
recommended that the stages of waste treatment go through the processes of coagulation, flocculation,
stirring, sedimentation and neutralization.
Keywords: liquid waste, stockpile and coal.
Abstrak
Stockpile batubara merupakan tempat penimbunan sementara di lokasi Pengolahan Batubara sebelum
batubara diangkut ke Dermaga / pengguna akhir. Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi (> 3000
mm/tahun), sehingga sangat memungkinkan timbul limbah cair saat musim hujan sebagai akibat dari
adanya air larian (run off) yang menggerus tanah atau mencuci batubara. Air larian ini membawa padatan
tersuspensi dan berpotensi mempengaruhi kualitas air dan kualitas lingkungan. Tujuan penelitian untuk
mengkaji pelaksanaan pengelolaan limbah cair stockpile batubara yang dilakukan oleh PT. X yang berlokasi
di Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan tahapan proses pengelolaan limbah cair stockpile batubara yang
memiliki kandungan TSS yang tinggi tersebut berlangsung melalui proses koagulasi dan netralisasi.
Penggunaan koagulan dalam bentuk bongkahan besar menyebabkan proses pencampuran koagulan dengan
partikel tersuspensi tidak berlangsung sempurna. Jika langkah pertama tidak berlangsungsempurna maka
langkah selanjutnya akan menjadi kurang efektif, dan kurang efisien.. Agar proses pengolahan limbah
berlangsung efektif dan efisien, maka tahapan pengolahan limbah disarankan melalui proses koagulasi,
flokulasi, pengadukan, sedimentasi dan netralisasi.
Kata kunci : limbah cair, stockpile dan batubara.

I. PENDAHULUAN Limbah cair yang berasal dari air hujan (run-off)


akan menggerus tanah dan mencuci batubara yang
Kegiatan pertambangan batubara memiliki dampak terkena air hujan. Air larian ini akan membawa
positif maupun dampak negatif bagi makhluk hidup padatan tersuspensi dan padatan/ zat yang terlarut.
dan lingkungan sekitarnya. Secara umum, dampak Padatan tersuspensi yang berasal dari run-off
positif yang dihasilkan adalah terbukanya lapangan stockpile batubara berada pada kadar diatas 2000
kerja baru, menambah pendapatan daerah setempat, mg/liter, bahkan mencapai 10.000 mg/liter.
bahkan dapat menjadi pusat pertumbuhan kota dan (Plafflin dan Ziegler, 2006). Penanganan yang
pusat pertumbuhan ekonomi baru, karena setiap baik, terhadap limbah cair akan meminimalisasi
pembukaan pertambangan akan menghasilkan dampak negatif yang timbul, bahkan dapat
multi efek, mulai dari penyediaan makanan, berdampak positip jika dikelola dengan baik dan
minuman, sarana dan prasarana tambang. Dampak akhirnya akan bermuara kepada meningkatnya
negatif yang berpotensi muncul adalah terjadi kualiatas mutu lingkungan. Proses pengolahan
perubahan landskap, budaya dan kualitas limbah cair yang efektif dan efisien adalah sebuah
lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas proses yang dapat mengurangi kadar pencemar
pertambangan. Namun apabila semua ini dikelola secara ekonomis. Instalasi pengolahan limbah cair
dengan baik dan benar pada kegiatan pasca dikatakan efektif dan efisien apabila hasil
tambang, maka tidak menutup kemungkinan pengolahan limbahnya memenuhi baku mutu yang
lingkungannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. disyaratkan untuk kegiatan tersebut dengan biaya
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

yang murah. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pencucian batubara dan penimbunan serta
pelaksanaan pengelolaan limbah cair di stockpile pemuatan batubara ke dalam tongkang/kapal.
batubara yang dilaksanakan oleh PT X dan untuk Timbunan (stockpile) batubara adalah tumpukan
memberikan rekomendasi pengelolaan dalam batubara sementara untuk disimpan dalam waktu
upaya perbaikan pengelolaan limbah sehingga tertentu sebelum diangkut dan dimanfaatkan.
dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Masalah lingkungan fisik yang dapat timbul pada
Peraturan Baku Mutu air Limbah Tambang penambangan batubara dapat terjadi diantaranya
Batubara (Kepmen LH no 113 Tahun 2003, tentang pada tempat penumpukan batubara
baku mutu air limbah Kegiatan Penambangan (Sukandarrumidi,1995) :
Batubara (Hidup nomor 113 tahun 2003 baku mutu a. Sebagai akibat proses perlindian (leaching) yang
air limbah kegiatan penambangan batubara). terjadi oleh air hujan terhadap permukaan batubara
atau membentuk larutan (leachate) yang bersifat
asam yang dapat memberikan polusi terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA lingkungan air.
b. Sebagian besar batubara Indonesia termasuk jenis
Batubara, menurut Sukandarrumidi (1995),
lignit sampai bituminus yang bersifat swabakar
batubara adalah bahan bakar hidrokarbon
sebagai akibat oksidasi yang akan menaikkan
tertambat yang terbentuk dari tumbuh - tumbuhan
temperatur batubara.
dalam lingkungan bebas oksigen serta terkena
pengaruh temperatur dan tekanan yang
berlangsung sangat lama dan mengalami III. PENGELOLAAN LIMBAH
perubahan secara fisika dan kimia. Sebagai salah Konsep pengelolaan limbah telah bergeser dari
satu bahan galian dari alam, batubara memiliki tindakan pengolahan limbah yang bersifat
heterogenitas dan kompleksitas yang tinggi. penanggulangan terhadap limbah yang terlanjur
Cadangan sumber daya batubara yang ada di keluar dari proses produksi atau yang dikenal
Indonesia seluruhnya diperkirakan 57 milyar ton dengan end of pipe treatment , menjadi pollution
lebih dimana sebagian besar tersebar di prevention principle atau tindakan minimisasi
Kalimantan (52,10%), Sumatera (47,40 %) dan limbah yaitu upaya mencegah limbah menyebar ke
Jawa, Sulawesi, Papua (0,50%). Pemanfaatan lingkungan seminim mungkin. Upaya pengelolaan
batubara di Indonesia sebagian besar untuk bahan yang pertama sekali diupayakan adalah
bakar bagi pembangkit tenaga listrik dan sebagian meminimisasi limbah dengan cara reduksi pada
lainnya diekspor. sumbernya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah
baik di dalam pabrik (on-site), maupun di luar
Pada dasarnya, terdapat dua jenis material yang
pabrik (off-site). Reduksi limbah pada sumbernya
membentuk batubara :
adalah upaya untuk mengurangi volume,
a. Combustible material, yaitu bahan atau material konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah
yang dapat dibakar atau dioksidasi oleh oksigen. yang akan menyebar ke lingkungan,
Material tersebut umumnya terdiri atas karbon secarapreventif langsung pada sumber pencemar.
tertambat (fixed carbon), senyawa hidrocarbon,
Pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi
total sulfur, dan beberapa senyawa lain dalam
volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya
jumlah kecil.
yang menyebar di lingkungan, dengan cara
b. Non combustible material,
memanfaatkannya melalui cara pengggunaan
yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar
kembali (reuse), daur ulang (recycle) dan
atau dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut
umumnya terdiri atas senyawa anorganik (SiO2, perolehan kembali (recovery). Setelah upaya
Al2O3, FeO3, Mn3O4 dan senyawa logam lain minimisasi limbah dilakukan dengan maksimal,
kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya
dalam jumlah kecil) (Sunarijanto, 2008).
diolah dengan memperhatikan baku mutu yang
Kegiatan pertambangan batubara menimbulkan berlaku. Setiap upaya pengelolaan limbah
dampak terhadap perubahan sistem Hidrogeologi, umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya
perubahan ruang, lahan dan tanah serta kestabilan lumpur (sludge). Sisa akhir proses pengolahan
lahan, perubahan hidrologi, pencemaran kualitas limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan,
air yang diakibatkan oleh air asam tambang, harus diolah terlebih dahulu (Panggabean, 2000).
perubahan kualitas udara, kebisingan dan getaran,
erosi dan sedimentasi air permukaan dan degradasi 3.1. Minimisasi Limbah
biota perairan sebagai dampak turunannya.Adapun
kegiatan pertambangan batubara yang cenderung Berbagai istilah telah digunakan untuk menyatakan
mengubah komponen lingkungan yaitu upaya pilihan yang baik untuk pengelolaan limbah,
pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk, khususnya limbah berbahaya, antara lain reduksi
penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup, limbah, minimisasi limbah, pencegahan
penggalian batubara, pengangkutan batubara,
55
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

pencemaran dan reduksi pada sumbernya. Perkembangan ilmu dan teknologi memberikan
Minimisasi limbah adalah upaya mengurangi peluang untuk menawarkan bermacam-macam
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya jenis teknologi peralatan instalasi pengolahan
limbah yang berasal dari proses produksi, dengan limbah. Begitu pula halnya dengan jenis dan
jalan reduksi pada sumbernya dan atau karakter limbah yang dibuang ke lingkungan.
pemanfaatan limbah. Hal tersebut sejalan dengan Untuk memilih teknologi pengolah limbah yang
definisi US-EPA (United State of Environmental sesuai, hal-hal yang perlu diperhatikan pada awal
Protection Agency) yang menyatakan minimisasi pemilihan adalah kajian tentang seluruh informasi
limbah dalam arti yang luas yaitumeliputi segala karakteristik limbah dan sumbernya, ketersediaan
upaya mengurangi beban berbagai fasilitas lahan dan rencana tata guna lahan di wilayah
pengolahan, penyimpanan atau pembuangan tersebut (Moersidik, 1995).
limbah dengan mengurangi jumlah atau daya Informasi yang dibutuhkan sebelum memilih
racunnya (Panggabean, 2000). instalasi pengolah limbah cair adalah :

Pengolahan air limbah dapat dibagi atas dua jenis 1. Data kuantitas dan kualitas limbah cair
upaya, yaitu preventif dan upaya kuratif. Upaya 2. Data tata guna lahan
preventif dapat dilakukan melalui cara: 3. Data kondisi lingkungan badan air penerima
4. Informasi peraturan pembuangan limbah cair.
1. Pengurangan volume air limbah, antara Metode pengolahan yang paling tepatuntuk air
lain konservasi air dan bahan lain yang digunakan buangan terutama sangat bergantung pada
dalam proses, pemisahan berbagai aliran limbah kandungan bahan polutan dan sifat- sifatnya
yang keluar dari proses, daur ulang danpenggunaan dan tujuan akhir pengolahan. Selain itu juga
kembali air limbah, menghindari pembuangan bergantung pada baku mutu air limbah serta
secara bersamaan. dana dan biaya yang tersedia.
2. Pengurangan konsentrasi air limbah,
antara lain : modifikasi alat dan perubahan proses, Unit pengolahan fisik adalah jenis pengolahan
pemisahan, ekualisasi dan proporsionasi, limbah yang didalam prosesnya menggunakan
memperoleh kembali bahan penting dari air mekanisme fisik; yang termasuk dalam unit
limbah. pengolahan fisik adalah saringan (screening),
flotasi, filtrasi dan gas transfer (Cheremisinoff,
Upaya kuratif adalah pengolahan air limbah yang 1996). Unit pengolahan kimia adalah jenis
telah umum dilakukan, yaitu secara fisika, kimia, pengolahan limbah cair yang menggunakan
biologi, atau kombinasinya, tergantung dari jenis penambahan bahan kimia ataupun reaksi kimia
pencemarannya. Derajat pengolahan yang untuk mereduksi unsur-unsur pencemar yang
dikehendaki antara lain tergantung pada badan air terkandung dalam air limbah. Jenis pengolahan
penerima, serta keadaan air limbah yang akan kimia yang biasa digunakan adalah netralisasi air
dibuang limbah yang bersifat asam atau alkalis sampai pH
tertentu. Presipitasi/ koagulasi/ flokulasi
3.2. Teknologi Pengolahan Limbah digunakan untuk memisahkan padatan termasuk
logam berat (Cheremisinoff, 1996). Pengolahan
Air limbah sering menimbulkan pencemaran yang biologis adalah jenis pengolahan limbah cair
terjadi karena adanya zat, energi, makhluk hidup, dengan menggunakan aktivitas biologis di dalam
atau komponen lain dalam lingkungan yang mereduksi unsur-unsur pencemar yang terkandung
mengakibatkan lingkungan tidak dapat atau kurang dalam limbah cair. Pengolahan biologis terutama
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Limbah digunakan untuk mengurangi bahan organik yang
cair harus diolah terlebih dahulu dengan teknologi mudah terurai dalam bentuk koloid ataupun
yang tepat guna karena beberapa hal, antara lain terlarut.
untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan baik terhadap sumber-sumber air, Unit Pengolahan Limbah Cair Secara
kesehatan masyarakat atau kerusakan lain yang Kimia
mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut Untuk karakteristik air limbah yang didominasi
(Moersidik, 1995). oleh padatan terlarut dan padatan tersuspensi tinggi
Tujuan pengolahan limbah cair untuk maka teknologi pengelolaan limbah yang tepat
mendegradasi beban pencemarnya, sehingga adalah secara fisik kimia yang dilengkapi dengan
kualitas efluen yang dihasilkan memenuhi syarat- unit pengendapan kimia menggunakan koagulan
syarat tertentu (Soemantojo, 1996). Pengolahan dan flokulan. Pengolahan limbah cairsecara kimia
limbah cair merupakan upaya untuk mengurangi biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
volume, konsentrasi, atau bahaya limbah, setelah partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
limbah keluar dari proses produksi (end of pipe) logam-logam berat, senyawa phosphor dan zat
melalui proses fisika, kimia, biologi ataukombinasi organik beracun. Prinsip dari pengolahan kimia
ketiga proses tersebut. adalah dengan menggunakan

54
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

metode dimana bahan pencemar dipisahkan atau akan saling menggumpal. Untuk membantu
dikonversi dengan cara menambah bahan kimia. pendekatan antar partikel koloid diperlukan
bantuan dari luar berupa penambahan bahan kimia
Proses pengolahan kimia terutama ditujukan dan atau pengadukan.
untuk :
1. Netralisasi dari efluen (limbah) yang bersifat asam Penggumpalan partikel koloid dapat terjadi
atau basa, dengan bantuan dari luar berupa penambahan
2. Menaikkan kualitas separasi solid bahan kimia yang dapat mengganggu kestabilan
3. Pemisahan zat organik terlarut seperti koloidal dan muatan listrik partikel-partikel koloid.
umumnya pada polutan organik, Bahan kimia tersebut harus memiliki muatan listrik
4. Penghilangan konsentrasi sisa dan lemak serta yang berlawanan dengan muatan listrik partikel
minyak koloid. Gaya tolak akan diperkecil sehingga gaya
5. Menaikkan efisiensi dengan proses flokulasi dan tarik akan bebas bekerja, sehingga sesama partikel
filtrasi koloid saling mendekat dan menggumpal. Ion
Oksidasi dari warna atau substansi toksik atau koagulan yang muatannya berlawanan juga dapat
dengan kata lain polutan yang tidak dapat berikatan atau teradsorbsi dengan partikel- partikel
mengurai. koloiduntuk membentuk ikatan yang lebih besar.
Dalam hal ini, ion koagulan lebih berperan sebagai
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bola pengikat antara partikel koloid satu dengan
menangani limbah cair, sehingga akan lebihmudah partikel koloid lainnya (Raju, 1995).
dalam merencanakan peralatan yang diperlukan.
Hal-hal tersebut adalah : Dengan bantuan pengadukan, kedua proses
1. Perubahan sifat dari limbah cair yang akan diolah destabilisasi koloid di atas akan membentuk
(jenis, kadar dan proporsi konstituen), partikel-partikel gumpalan yang lebih besar dan
2. Masalah karakteristik khusus limbah. Karakteristik lebih berat sehingga dapat mengendap secara
limbah sangat penting untuk menentukan gravitasi. Proses tersebut disebut proses
pemilihan jenis alat (instalasi) pengolahan yang penggumpalan koloid atau lebih dikenal sebagai
akan dipergunakan, misalnya karakteristik fisika, reaksi koagulasi - flokulasi. Banyak pihak yang
kimia dan biologis dan jenis kontaminan yang berusaha mendefinisikan reaksi tersebut secara
mungkin ada dalam limbah tersebut. terpisah. Reaksi koagulasi lebih dikaitkan kepada
proses pengrusakan kestabilan (destabilisasi)
3.3. Prinsip Dasar Pengendapan Kimia partikel koloid sedangkan reaksi flokulasi
dikaitkan kepada proses pembentukan gumpalan
Unit pengendapan kimia berfungsi untuk (flok).
menurunkan kandungan padatan tersuspensi dalam
limbah cair. Padatan tersuspensi yang terkandung Proses penggumpalan koloid seringkali tidak
dalam limbah cair dapat dikelompokkan menjadi mampu menghasilkan gumpalan yang besar dan
sedimen dan koloid. Padatan sedimen, karena berat untuk dapat mengendap dengan cepat,
ukuran dan beratnya, dapat langsung mengendap sehingga membutuhkan rentang waktu lama untuk
apabila didiamkan dalam waktu yang cukup. mengendap dengan sempurna. Hal ini dapat diatasi
Sedangkan penurunan padatan koloid yang dengan penambahan bahan kimia lain yang
memiliki ukuran sangat kecil, dilakukan secara berperan sebagai tali pengikat antara gumpalansatu
kimiawi. Koloid hanya dapat mengendap setelah dengan gumpalan lainnya. Bahan kimia ini disebut
digumpalkan antar sesamanya terlebih dahulu, sebagai koagulan pembantu atau disebut flokulan.
melalui reaksi koagulasi dan flokulasi (Hugges, Sesuai fungsinya sebagai tali pengikat, senyawa
2000). flokulan, umumnya merupakan suatu senyawa
polimer sintetik yang memiliki rantai ikatan
Partikel koloid dalam limbah cair bersifat stabil panjang, memiliki serat-serat terbuka dan dapat
karena lapisan permukaannya mempunyai muatan mengikat gumpalan-gumpalan yang berdekatan
listrik yang sama. Umumnya bermuatan negatif dengannya. Penggunaan flokulan ini dapat
walaupun ada juga koloid yang bermuatan positif. menghasilkan gumpalan yang kasat mata.
Karena memiliki muatan yang sama, partikel-
partikel tersebut umumnya tidak dapat saling Setelah koloid berhasil digumpalkan, proses
berdekatan dan saling tolak-menolak antar selanjutnya adalah proses pengendapan
sesamanya. Gaya tolak antar sesama partikel (sedimentasi) atau proses pemisahan padatan
koloid ini mencegah terjadinya penggumpalan. dengan air secara gravitasi. Syarat utama terjadi
pengendapan adalah gumpalan memiliki berat
Partikel koloid memiliki gaya tarik antar partikel yang cukup dan kecapatan jatuhgumpalan masih
yang akan bekerja jika jarak antar partikel koloid lebih besar daripada kecepatan aliran yang berbeda
tersebut sangat dekat. Jika berhasil memaksa arah. Kecepatan jatuhnya padatan atau gumpalan
partikel koloid untuk saling berdekatan, atau sangat dipengaruhi oleh berat padatan. Semakin
melawan gaya tolaknya, maka partikel tersebut berat suatu padatan maka kecepatan jatuhnya
55
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

semakin tinggi. Selain berat jenisnya, berat suatu


gumpalan ditentukan oleh ukurannya. Reaksi
koagulasi - flokulasi dapat menghasilkan
gumpalan yang semakin membesar ukurannya. IV. METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
3.4. Penambahan Koagulan dan Flokulan observasi. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan melakukan observasi. Hasil observasi
Koagulasi merupakan unit proses yang pertama dibuat dalam bentuk catatan lapangan.
pada pengolahan air dan sangat penting untuk Pengumpulan data skunder dilakukan dengan
menghilangkan partikel yang tersuspensi dan yang melakukan studi literatur. Analisis data dilakukan
terlarut. Koagulasi merupakan perlakuan secara deskriptif terhadap data yang didapat
destabilisasi partikel koloid stabil dan suspensi. melalui observasi. Deskripsi difokuskan pada
Partikel yang mengalami destabilisasi lalu proses pengolahan limbah cair dan menemukan
dilakukan proses flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. upaya peningkatannya.
Pada umumnya proses koagulasi bertujuan untuk
menghilangkan partikel koloid anorganik. Juga
untuk menghilangkan bahan organik terlarut V. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan peningkatan koagulasi. Zat tersuspensi PT X merupakan perusahaan pertambangan
yang mempunyai ukuran lebih dari 5 – 10 µm batubara yang terletak di Sumatera Selatan, berdiri
dihilangkan lebih mudah dengan filtrasi dan sejak 1981 termasuk dalam daftar lima besar
sedimentasi. produsen batubara di Indonesia. Penjualan PT X di
Di dalam air permukaan terdapat partikel-partikel dalam negeri termasuk terbesar kedua dan hampir
dengan ukuran yang berbeda. Klasifikasi yang seperempat produksinya (22%) diekspor ke pasar
dikenal adalah : internasional termasuk Jepang, Taiwan, Malaysia,
1. Zat terlarut (contoh molekul ion) yang mempunyai Pakistan, Spanyol, Perancis dan Jerman.
ukuran diameter lebih kecil dari 1 nm,dengan fasa Letak pertambangan yang jauh dari garis pantai
homogen dan untuk menekan biaya transportasi mendorong
2. Koloid pada umumnya mempunyai ukuran antara PT X untuk mengkombinasikan sistem transportasi
1 m – 1 µm, fasa homogen-heterogen.Contohnya batubara, dengan kombinasi angkutan darat dan
zat humus, tanah liat, silika dan virus angkutan laut. Batubara dari lokasi pertambangan
diangkut melalui jalur darat menuju tempat
3. Zat-zat tersuspensi mempunyai ukuran lebih besar
penimbunan (stockpile) batubara untuk selanjutnya
dari 1 µm, fasa heterogen. Contohnya adalah
diangkut menggunakan tongkang. Stockpile
bakteri, alga, lumpur, pasir dan sisa kotoran
berfungsi sebagai tempat penimbunan sementara
organik.
sebelum batubara tersebut diangkut melalui jalur
Proses koagulasi diperlukan untuk menghilangkan perairan untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri.
bahan-bahan yang terkandung dalam air limbah Lahan yang digunakan untuk kegiatan operasional
yang berbentuk suspensi atau koloid. Partikel stockpile batubara seluas 93.386 m2 dengan
koloid merupakan partikel yang mempunyai kapasitas penumpukan sebesar 40.000 ton dan
ukuran 1 nm sampai 0,1 mm. Ukuran partikel yang kapasitas pengapalan 2.500.000 ton/tahun.
sangat kecil tersebut menyebabkan partikel -
partikel tidak dapat mengendap secara gravitasi. Instalasi pengolahan limbah cair stockpile batubara
Penggumpalan (agglomerasi) partikel-partikel ke PT X saat ini masih menggunakan Kolam
dalam kelompok-kelompok akan meningkatkan Pengendap Lumpur (KPL) yang terdiri atas kolam
ukuran partikel dan kecepatan pengendapan. pengendap untuk mengolah limbah cair yang
Namun ukuran partikel koloid yang sangat kecil dihasilkan dari limpasan air hujan di area stockpile
tersebut dan sifat stabilitas partikel akan mencegah batubara. Fungsi umum dari KPL adalah untuk
terjadinya agglomerasi (penggumpalan). mengendapkan partikel batu bara halus yang
terbawa bersama limpasan air hujan.
Sukandarrumidi (1995) menyatakan bahwa
Penambahan bahan kimia koagulan harus
masalah lingkungan fisik dapat terjadi pada tempat
dilakukan untuk menunjang terjadinya
penumpukan batubara sebagai akibat proses
destabilisasi koloid dalam reaksi koagulasi -
perlindian (leaching) yang terjadi oleh air hujan
flokulasi. Penambahan bahan kimia flokulan untuk
terhadap permukaan batubara atau membentuk
memperbesar ukuran gumpalan yang kemudian
larutan (leachate) yang bersifat asam yang dapat
akan mempercepat berlangsungnya pengendapan
memberikan polusi terhadap perairan. Lebih lanjut,
koloid (Raju, 1995). Beberapa jenis koagulan yang
Fitriyanti R (2013) menyatakan bahwa limbah cair
sangat efektif digunakan pada proses pengolahan
yang berasal dari limpasan air hujan di area
air limbah, antara lain : aluminium sulfat
stockpile batubara memiliki kandungan TSS (total
(Al2(SO4)3), ferri sulfat (FeCl3) dan ferro sulfat
suspended solid) yang tinggi(Tabel 1).
(FeSO4), serta beberapa jenis polimer.
56
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari
digunakan pada kisaran pH 4,5 – 7, sedangkan
kapur digunakan sebagai koagulan pada nilai pH 9
-11. Pemilihan jenis koagulan yang tidak sesuai
dengan pH menyebabkan proses koagulasi
berlangsung kurang efektif. Hasil pemeriksaan
Tabel 1. Hasil uji kualitas limbah cair di Bak nilai pH terhadap limbah cair yang masuk ke KPL
Pengendapan awal didapat bahwa nilai pH limbah cair yang masuk
berada pada kisaran 6 – 7. Berdasarkan nilai pH
Sampel ke tersebut, koagulan yang efektif digunakan untuk
No Param Satuan BML
eter mengurangi kandungan partikel tersuspensi (TSS)
I II
pada limbah cair stockpile batubara adalah
1 pH - 6–9 6,6 6,7
koagulan aluminium sulfat. Dengan demikian
2 TSS mg/l 200 670 510
2,2 3,7 pemilihan jenis koagulan untuk pengolahan limbah
3 Fe mg/l 7 6,21 4,20 cair stockpile batubara sudah tepat. Setelah proses
03 95 penambahan koagulan aluminium sulfat,
4 Mn mg/l 4 0,06 0,15 selanjutnya ditambahkan kapur untuk menetralkan
57 24 pH. Limbah cair yang telah diolah tersebut
Ket : BML : Baku Mutu Lingkungan Kepmen LH kemudian dilakukan sedimentasi dan selanjutnya
113 tahun 2003 air mengalir keluar dari kolam pengendap lumpur
menuju ke bandan air Sungai Musi setelah
Tabel 2. Hasil uji kualitas limbah cair di Bak memenuhi BMAL.
Netralisasi Setelah Proses Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
No Paramet Satuan BML Sampel ke diuraikan diatas, secara umum, proses pengolahan
er I II limbah cair dilakukan hanya dalam 2 tahapan yaitu
destabilisasi partikel dan sedimentasi.
1 pH - 6–9 6,8 6,9
Pencampuran koagulan dilakukan tanpa proses
2 TSS mg/l 200 187 162
pengadukan. Binnie et al. (2002) menyatakan
3 Fe mg/l 7 3,3031 2,106
4 bahwa proses koagulasi berlangsung dalam tiga
4 Mn mg/l 4 0,0334 0,072 tahapan yaitu proses destabilisasi partikel dengan
4 penambahan koagulan, kemudian tumbukan
melalui pengadukan dan diakhiri dengan
Ket : BML : Baku Mutu Lingkungan Kepmen LH sedimentasi. Jika langkah pertama tidak
113 tahun 2003 berlangsung sempurna maka langkah selanjutnya
akan menjadi tidak efektif. Dalam pengolahan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas limbah limbah cair, menggunakan aluminium sulfat dalam
cair pada Tabel 1 menunjukkan bahwa limbah cair bentuk bongkahan besar yang langsung ditaburkan
yang ditampung di Bak pengendapan awal untuk ke KPL. Penggunaan koagulan aluminium sulfat
parameter pH, besi (Fe) dan mangan (Mn) masih dalam bentuk bongkahan dapat mempengaruhi
memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan proses pencampuran antara koagulan dengan
dalam Peraturan Kepmen LH nomor 113 tahun partikel-partikel yang tersuspensi sehingga proses
2003 tentang Baku Mutu Limbah Penambangan koagulasi berlangsung kurang efektif karena
Batubara. Namun untuk parameter total padatan jumlah aluminium sulfat yang digunakan akan
tersuspensi masih jauh diatas nilai baku mutu yang menjadi lebih banyak dari yang dibutuhkan
ditetapkan. Pada Tabel 2. Hasil uji di Bak sehingga dapat meningkatkan biaya penggunaan
Netralisasi semua parameter memenuhi syarat koagulan. Binnie et al. ( 2002) menyatakan
baku mutu Kepmen LH nomor 113 tahun 2003. penggunaan koagulan dengan dosis yang
Kandungan partikel yang tinggi menyebabkan berlebihan dapat mengganggu proses
limbah cair yang sebagian besar berasal dari pembentukan flokulasi dan meningkatkan biaya
limpasan air hujan tersebut terlihat sangat hitam. penggunaan bahan kimia. Jika koagulan
Dalam pelaksanaan pengolahan limbah cair aluminium sulfat yang digunakan dalam bentuk
tersebut, pengolahan dengan menambahkan serbuk atau larutan, maka akan memperluas
koagulan aluminium sulfat [Al2(SO4)3] dan permukaan kontak antara partikel tersuspensi dan
penambahan kapur untuk proses pengendapan koagulan sehingga proses koagulasi akan
partikel-partikel yang berasal dari batubara halus berlangsung lebih baik dan koagulan yang
tersebut. Herlambang (2002) menyatakan dibutuhkan menjadi lebih sedikit.
penggunaan koagulan dapat menyebabkan proses Setelah proses destabilisasi, langkah kedua dalam
destabilisasi muatan pada partikel yang tersuspensi proses koagulasi adalah pengadukan. Pengadukan
sehingga koloid membentuk flok yang lebih besar merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran
sehingga dapat mengendap lebih cepat . Menurut dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran
Gusniani (1996) koagulan alumunium baik
57
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan


ditujukan untuk memperoleh keadaan yang
turbulen. Pengadukan bertujuan untuk 3. Dari kolam koagulasi dan flokulasi, aliran
mempercepat proses kontak antara partikel selanjutnya dialirkan ke kolam sedimentasi dimana
tersuspensi dan koagulan dan antara flok dengan terjadinya proses pengendapan. Selanjutnya aliran
flok untuk membentuk partikel yang lebih besar. dialirkan ke kolam netralisasi untuk menetralkan
Pengadukan juga menghasilkan turbulensi air pH. Penggunaan koagulan aluminium sulfat dapat
sehingga menciptakan tumbukan antar partikel menurunkan nilai pH. Untuk menaikkan nilai pH
yang ada dalam air baku dan mendispersikan bahan sehingga berada pada baku mutu yang ditetapkan
kimia yang akan dilarutkan dalam air. Dalam yaitu pada nilai pH 6 - 9 maka diperlukan
proses koagulasi, pengadukan akan membantu penambahan bahan kimia yang bersifat basa,
meratakan koagulan yang telah dibubuhkan karenanya penambahan kapur dapat dilakukan
dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada untuk proses netralisasi.
proses flokulasi, pengadukan akan menumbukkan
partikel-partikel flok yang telah terbentuk hingga
menjadi suatu gumpalan yang cukup besar untuk
selanjutnya melalui tahap ketiga dalam proses
koagulasi yaitu diendapkan (sedimentasi). Unit
pengolahan limbah cair Stockpile batubara belum
dilengkapi dengan pengaduk sehingga koagulan
yang ditambahkan ke KPL tidak dapat menyebar
merata sehingga proses koagulasi tidak
berlangsung sempurna.
Berdasarkan kondisi pengolahan limbah tersebut
ada beberapa rekomendasi yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Instalasi pengolahan air limbah di area stockpile
batubara sebaiknya memiliki kolam penampungan
sementara untuk menampung limpasan air hujan.
Dengan adanya kolam penampungan sementara
diharapkan limpasan air hujan yang melebihi
kapasitas KPL dapat ditampung dan tidak
mengalir ke badan air tanpa melalui proses
pengolahan.
2. Kolam penampungan sementara aliran dialirkan ke Gambar 1. Bagan Alir pengolahan limbah cair
kolam koagulasi dan flokulasi. Pada kolam
koagulasi dan flukolasi sebaiknya ada pengaduk 4. Untuk mengetahui apakah limbah hasil
yang digunakan untuk mendispersikan bahankimia pengolahan yang akan dibuang sudah aman
yang digunakan sehingga proses koagulasi berjalan bagi makhluk hidup, sebaiknya ada bio
lebih efektif. Qasim et al (2000) menyatakan indikator yang digunakan, misalnya ikan.
bahwa berdasarkan metodenya, pengadukan Limbahyang dibuang ke badan air, dalam hal
dibedakan menjadi tiga yaitu pengadukan mekanis ini limbah dialirkan ke Sungai Musi diharapkan
yang berupa immpeller yang digerakkan motor tidak mencemari kualitas air Sungai Musi yang
bertenaga listrik, pengadukan hidrolis yang menurut Samuel (2008) serta Wijaya dan
memanfaatkan gerakan air sebagai tenaga Prianto (2008) masih cukup baik dan layak
pengaduk dan pengadukan pneumatis yang untuk kehidupan biota. Skema sistem
menggunakan udara (gas) yang dimasukkan ke pengolahan limbah cair stockpile batubara
dalam air sehingga menimbulkan pengadukan pada dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini
air. Pengadukan cepat dapat dicapai dengan
metode pengadukan mekanis dan hidrolis (Nur dan 5. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran
Mochtar, 2007), sedangkan pengadukan lambat lingkungan dilakukan upaya minimisasi
dicapai dengan metode mekanik dan pneumatis limbah dengan melaksanakan good house
(Qasim et al, 2000). Proses pendispersian bahan keeping, misalnya mencegah kebocoran pipa air
kimia juga akan berlangsung lebih baik jika yang dapat membawa serta batubara halus ke
koagulan aluminium sulfat yang digunakan dalam saluran pembuangan yang akan menambah
bentuk serbuk atau cairan sehingga lebih mudah beban IPAL.
terdispersi di dalam air bakuyang akan diolah.
6. Mengingat Sungai Musi dipengaruhi oleh
pasang surut dimana setiap lima tahun sekali
58
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari

mengalami pasang tertinggi, maka disarankan


Universitas Indonesia. Jakarta
outlet KPL berada lebih tinggi dari pasang
tertinggi sehingga pada saat terjadi pasang air Herlambang. 2002. Teknologi
sungai tidak masuk ke dalam KPL dan
Pengolahan Limbah Cair Industri. Pusat
bercampur dengan limbah cair.
Pengkajian dan
VI. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan Teknologi Lingkungan. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Proses koagulasi berlangsung dalam tiga tahapan Pemerintah Kota Samarinda
yaitu proses destabilisasi partikel dengan
Hugges,MA. 2000 . Coagulation and Flokulation
penambahan koagulan, kemudian tumbukan
dalam Svarovsky, Ladislav. Solid-Liquid
melalui pengadukan dan diakhiri dengan
Separation. Fourth Edition. Butterworth-
sedimentasi. Jika langkah pertama tidak
Heinemann. Oxford. USA
berlangsung sempurna maka langkah selanjutnya
akan menjadi tidak efektif. Pengolahan limbah cair Moesidik, SS. 1995. Prinsip Desain Pengolahan
dilakukan hanya dalam 2 tahapan yaitu Limbah cair Industri. Makalah Program
destabilisasi partikel dan sedimentasi. Studi Ilmu Lingkungan Pascsarjana
Pencampuran koagulan dilakukan tanpa proses Univesitas Indonesia. Jakarta
pengadukan menyebabkan koagulan tidak
terdistribusi secara merata dan menyebabkan Nur.F dan Mochtar,H. 2007. Evaluasi Desin
proses tidak berlangsung secara ekonomis. Agar Instalasi Pengolahan Air PDAM Ibu Kota
proses pengolahan limbah berlangsung efektif dan Kecamatan Prambanan Kabupaten
efisien, maka tahapan pengolahan limbah Klaten. Jurnal Presipitasi. Vol. 3 No. 2
disarankan: September 2007
a. menggunakan ukuran koagulan yang Panggabean, P.M . 2000. Minimisasi Limbah Pada
halus/serbuk Pusat Pengembangan Pengelolaan
b. membuat beda tinggi antara bak satu dan Limbah Radioaktif. Buletin Limbah Vol.5
lainnya, sehingga terjadi aliran turbulen yang No. 1. Jakarta
sekaligus berfungsi sebagai pengaduk
alamiah. Plaffin, JR and Ziegler, EN. 2006. Encyclopedia of
c. Lakukan proses koagulasi, flokulasi, Environmental Science & Engineering.
sedimentasi dan netralisasi CRC Press. USA
d. Pengerukan kolam secara periodik Qasim, Syed , Edward.M, and Guang Zhu. 2000.
Water Works Engineering: Planning,
DAFTAR PUSTAKA Design and Operation. Prentice Hal PTR.
Bapedalda Provinsi Sumatera Selatan. 2005. Upper Saddle River.
Peraturan Perundang-Undangan Raju, B.S.N. 1995. Water Supply and Wastewater
Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Engineering. Tata McGraw-Hill
Sumatera Selatan Tahun 2005 Publishing Company Limited. New Delhi
Binnie .C; Kimber.M; Smethurst.G. 2002. Basic Soemantojo, R.W. 2006. Minimmisasi Limbah dan
Water Treatmen. Third Edition. RSC Audit Limbah dalam Industri. Materi
Press. Kursus Audit Limbah dalam Industri.
Cambridge UK Materi Kursus Audit Lingkungan.
Cheremisinoff, N.P. 1996. Biotechnology For Universitas Indonesia. Jakarta
Waste And Wastewater Treatment. Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut.
NoyesPublications. New Jerasy, USA
Gadjah Mada University Press.
Fitriyanti R . 2013. Karakteristik Limbah Cair
Stockpile Batubara. Jurnal Media Teknik YogyakartaSunarijanto. 2008. Batubara :
Volume 10 No 1. Pusat Penelitian Fakultas Panduan Bisnis PT Bukit Asam, Tbk.
Teknik Universitas PGRI Palembang
PTBA. Jakarta
Gusniani. 1996. Karakteristik Limbah Cair Industri.

59

You might also like