Instalasi Pengolahan Limbah Cair Di Stockpile Batu
Instalasi Pengolahan Limbah Cair Di Stockpile Batu
Shenny Linggasari
Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. Pajajaran CondongcaturDepokSleman Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 486701/02
Email: [email protected]
Abstract
Coal stockpile is a temporary storage area at the Coal Processing site before the coal is transported to
the Pier/end user. Indonesia has high rainfall (> 3000 mm/year), so it is very possible for liquid waste to
arise during the rainy season as a result of run off water which erodes the soil or washes coal. This running
water carries suspended solids and has the potential to affect air quality and environmental quality. The
aim of the research is to carry out the management of coal stockpile liquid waste carried out by PT. X
which is located in Sumatra. The results showed that the stages of the process of managing coal stockpile
liquid waste which has a high TSS content took place through coagulation and neutralization processes.
The use of coagulant in the form of large chunks causes the mixing process of coagulant with suspended
particles not to take place perfectly. If the first step is not perfect then the next step will be less effective,
and less efficient. In order for the waste treatment process to take place effectively and efficiently, it is
recommended that the stages of waste treatment go through the processes of coagulation, flocculation,
stirring, sedimentation and neutralization.
Keywords: liquid waste, stockpile and coal.
Abstrak
Stockpile batubara merupakan tempat penimbunan sementara di lokasi Pengolahan Batubara sebelum
batubara diangkut ke Dermaga / pengguna akhir. Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi (> 3000
mm/tahun), sehingga sangat memungkinkan timbul limbah cair saat musim hujan sebagai akibat dari
adanya air larian (run off) yang menggerus tanah atau mencuci batubara. Air larian ini membawa padatan
tersuspensi dan berpotensi mempengaruhi kualitas air dan kualitas lingkungan. Tujuan penelitian untuk
mengkaji pelaksanaan pengelolaan limbah cair stockpile batubara yang dilakukan oleh PT. X yang berlokasi
di Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan tahapan proses pengelolaan limbah cair stockpile batubara yang
memiliki kandungan TSS yang tinggi tersebut berlangsung melalui proses koagulasi dan netralisasi.
Penggunaan koagulan dalam bentuk bongkahan besar menyebabkan proses pencampuran koagulan dengan
partikel tersuspensi tidak berlangsung sempurna. Jika langkah pertama tidak berlangsungsempurna maka
langkah selanjutnya akan menjadi kurang efektif, dan kurang efisien.. Agar proses pengolahan limbah
berlangsung efektif dan efisien, maka tahapan pengolahan limbah disarankan melalui proses koagulasi,
flokulasi, pengadukan, sedimentasi dan netralisasi.
Kata kunci : limbah cair, stockpile dan batubara.
yang murah. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pencucian batubara dan penimbunan serta
pelaksanaan pengelolaan limbah cair di stockpile pemuatan batubara ke dalam tongkang/kapal.
batubara yang dilaksanakan oleh PT X dan untuk Timbunan (stockpile) batubara adalah tumpukan
memberikan rekomendasi pengelolaan dalam batubara sementara untuk disimpan dalam waktu
upaya perbaikan pengelolaan limbah sehingga tertentu sebelum diangkut dan dimanfaatkan.
dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Masalah lingkungan fisik yang dapat timbul pada
Peraturan Baku Mutu air Limbah Tambang penambangan batubara dapat terjadi diantaranya
Batubara (Kepmen LH no 113 Tahun 2003, tentang pada tempat penumpukan batubara
baku mutu air limbah Kegiatan Penambangan (Sukandarrumidi,1995) :
Batubara (Hidup nomor 113 tahun 2003 baku mutu a. Sebagai akibat proses perlindian (leaching) yang
air limbah kegiatan penambangan batubara). terjadi oleh air hujan terhadap permukaan batubara
atau membentuk larutan (leachate) yang bersifat
asam yang dapat memberikan polusi terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA lingkungan air.
b. Sebagian besar batubara Indonesia termasuk jenis
Batubara, menurut Sukandarrumidi (1995),
lignit sampai bituminus yang bersifat swabakar
batubara adalah bahan bakar hidrokarbon
sebagai akibat oksidasi yang akan menaikkan
tertambat yang terbentuk dari tumbuh - tumbuhan
temperatur batubara.
dalam lingkungan bebas oksigen serta terkena
pengaruh temperatur dan tekanan yang
berlangsung sangat lama dan mengalami III. PENGELOLAAN LIMBAH
perubahan secara fisika dan kimia. Sebagai salah Konsep pengelolaan limbah telah bergeser dari
satu bahan galian dari alam, batubara memiliki tindakan pengolahan limbah yang bersifat
heterogenitas dan kompleksitas yang tinggi. penanggulangan terhadap limbah yang terlanjur
Cadangan sumber daya batubara yang ada di keluar dari proses produksi atau yang dikenal
Indonesia seluruhnya diperkirakan 57 milyar ton dengan end of pipe treatment , menjadi pollution
lebih dimana sebagian besar tersebar di prevention principle atau tindakan minimisasi
Kalimantan (52,10%), Sumatera (47,40 %) dan limbah yaitu upaya mencegah limbah menyebar ke
Jawa, Sulawesi, Papua (0,50%). Pemanfaatan lingkungan seminim mungkin. Upaya pengelolaan
batubara di Indonesia sebagian besar untuk bahan yang pertama sekali diupayakan adalah
bakar bagi pembangkit tenaga listrik dan sebagian meminimisasi limbah dengan cara reduksi pada
lainnya diekspor. sumbernya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah
baik di dalam pabrik (on-site), maupun di luar
Pada dasarnya, terdapat dua jenis material yang
pabrik (off-site). Reduksi limbah pada sumbernya
membentuk batubara :
adalah upaya untuk mengurangi volume,
a. Combustible material, yaitu bahan atau material konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah
yang dapat dibakar atau dioksidasi oleh oksigen. yang akan menyebar ke lingkungan,
Material tersebut umumnya terdiri atas karbon secarapreventif langsung pada sumber pencemar.
tertambat (fixed carbon), senyawa hidrocarbon,
Pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi
total sulfur, dan beberapa senyawa lain dalam
volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya
jumlah kecil.
yang menyebar di lingkungan, dengan cara
b. Non combustible material,
memanfaatkannya melalui cara pengggunaan
yaitu bahan atau material yang tidak dapat dibakar
kembali (reuse), daur ulang (recycle) dan
atau dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut
umumnya terdiri atas senyawa anorganik (SiO2, perolehan kembali (recovery). Setelah upaya
Al2O3, FeO3, Mn3O4 dan senyawa logam lain minimisasi limbah dilakukan dengan maksimal,
kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya
dalam jumlah kecil) (Sunarijanto, 2008).
diolah dengan memperhatikan baku mutu yang
Kegiatan pertambangan batubara menimbulkan berlaku. Setiap upaya pengelolaan limbah
dampak terhadap perubahan sistem Hidrogeologi, umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya
perubahan ruang, lahan dan tanah serta kestabilan lumpur (sludge). Sisa akhir proses pengolahan
lahan, perubahan hidrologi, pencemaran kualitas limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan,
air yang diakibatkan oleh air asam tambang, harus diolah terlebih dahulu (Panggabean, 2000).
perubahan kualitas udara, kebisingan dan getaran,
erosi dan sedimentasi air permukaan dan degradasi 3.1. Minimisasi Limbah
biota perairan sebagai dampak turunannya.Adapun
kegiatan pertambangan batubara yang cenderung Berbagai istilah telah digunakan untuk menyatakan
mengubah komponen lingkungan yaitu upaya pilihan yang baik untuk pengelolaan limbah,
pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk, khususnya limbah berbahaya, antara lain reduksi
penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup, limbah, minimisasi limbah, pencegahan
penggalian batubara, pengangkutan batubara,
55
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari
pencemaran dan reduksi pada sumbernya. Perkembangan ilmu dan teknologi memberikan
Minimisasi limbah adalah upaya mengurangi peluang untuk menawarkan bermacam-macam
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya jenis teknologi peralatan instalasi pengolahan
limbah yang berasal dari proses produksi, dengan limbah. Begitu pula halnya dengan jenis dan
jalan reduksi pada sumbernya dan atau karakter limbah yang dibuang ke lingkungan.
pemanfaatan limbah. Hal tersebut sejalan dengan Untuk memilih teknologi pengolah limbah yang
definisi US-EPA (United State of Environmental sesuai, hal-hal yang perlu diperhatikan pada awal
Protection Agency) yang menyatakan minimisasi pemilihan adalah kajian tentang seluruh informasi
limbah dalam arti yang luas yaitumeliputi segala karakteristik limbah dan sumbernya, ketersediaan
upaya mengurangi beban berbagai fasilitas lahan dan rencana tata guna lahan di wilayah
pengolahan, penyimpanan atau pembuangan tersebut (Moersidik, 1995).
limbah dengan mengurangi jumlah atau daya Informasi yang dibutuhkan sebelum memilih
racunnya (Panggabean, 2000). instalasi pengolah limbah cair adalah :
Pengolahan air limbah dapat dibagi atas dua jenis 1. Data kuantitas dan kualitas limbah cair
upaya, yaitu preventif dan upaya kuratif. Upaya 2. Data tata guna lahan
preventif dapat dilakukan melalui cara: 3. Data kondisi lingkungan badan air penerima
4. Informasi peraturan pembuangan limbah cair.
1. Pengurangan volume air limbah, antara Metode pengolahan yang paling tepatuntuk air
lain konservasi air dan bahan lain yang digunakan buangan terutama sangat bergantung pada
dalam proses, pemisahan berbagai aliran limbah kandungan bahan polutan dan sifat- sifatnya
yang keluar dari proses, daur ulang danpenggunaan dan tujuan akhir pengolahan. Selain itu juga
kembali air limbah, menghindari pembuangan bergantung pada baku mutu air limbah serta
secara bersamaan. dana dan biaya yang tersedia.
2. Pengurangan konsentrasi air limbah,
antara lain : modifikasi alat dan perubahan proses, Unit pengolahan fisik adalah jenis pengolahan
pemisahan, ekualisasi dan proporsionasi, limbah yang didalam prosesnya menggunakan
memperoleh kembali bahan penting dari air mekanisme fisik; yang termasuk dalam unit
limbah. pengolahan fisik adalah saringan (screening),
flotasi, filtrasi dan gas transfer (Cheremisinoff,
Upaya kuratif adalah pengolahan air limbah yang 1996). Unit pengolahan kimia adalah jenis
telah umum dilakukan, yaitu secara fisika, kimia, pengolahan limbah cair yang menggunakan
biologi, atau kombinasinya, tergantung dari jenis penambahan bahan kimia ataupun reaksi kimia
pencemarannya. Derajat pengolahan yang untuk mereduksi unsur-unsur pencemar yang
dikehendaki antara lain tergantung pada badan air terkandung dalam air limbah. Jenis pengolahan
penerima, serta keadaan air limbah yang akan kimia yang biasa digunakan adalah netralisasi air
dibuang limbah yang bersifat asam atau alkalis sampai pH
tertentu. Presipitasi/ koagulasi/ flokulasi
3.2. Teknologi Pengolahan Limbah digunakan untuk memisahkan padatan termasuk
logam berat (Cheremisinoff, 1996). Pengolahan
Air limbah sering menimbulkan pencemaran yang biologis adalah jenis pengolahan limbah cair
terjadi karena adanya zat, energi, makhluk hidup, dengan menggunakan aktivitas biologis di dalam
atau komponen lain dalam lingkungan yang mereduksi unsur-unsur pencemar yang terkandung
mengakibatkan lingkungan tidak dapat atau kurang dalam limbah cair. Pengolahan biologis terutama
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Limbah digunakan untuk mengurangi bahan organik yang
cair harus diolah terlebih dahulu dengan teknologi mudah terurai dalam bentuk koloid ataupun
yang tepat guna karena beberapa hal, antara lain terlarut.
untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan baik terhadap sumber-sumber air, Unit Pengolahan Limbah Cair Secara
kesehatan masyarakat atau kerusakan lain yang Kimia
mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut Untuk karakteristik air limbah yang didominasi
(Moersidik, 1995). oleh padatan terlarut dan padatan tersuspensi tinggi
Tujuan pengolahan limbah cair untuk maka teknologi pengelolaan limbah yang tepat
mendegradasi beban pencemarnya, sehingga adalah secara fisik kimia yang dilengkapi dengan
kualitas efluen yang dihasilkan memenuhi syarat- unit pengendapan kimia menggunakan koagulan
syarat tertentu (Soemantojo, 1996). Pengolahan dan flokulan. Pengolahan limbah cairsecara kimia
limbah cair merupakan upaya untuk mengurangi biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
volume, konsentrasi, atau bahaya limbah, setelah partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
limbah keluar dari proses produksi (end of pipe) logam-logam berat, senyawa phosphor dan zat
melalui proses fisika, kimia, biologi ataukombinasi organik beracun. Prinsip dari pengolahan kimia
ketiga proses tersebut. adalah dengan menggunakan
54
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari
metode dimana bahan pencemar dipisahkan atau akan saling menggumpal. Untuk membantu
dikonversi dengan cara menambah bahan kimia. pendekatan antar partikel koloid diperlukan
bantuan dari luar berupa penambahan bahan kimia
Proses pengolahan kimia terutama ditujukan dan atau pengadukan.
untuk :
1. Netralisasi dari efluen (limbah) yang bersifat asam Penggumpalan partikel koloid dapat terjadi
atau basa, dengan bantuan dari luar berupa penambahan
2. Menaikkan kualitas separasi solid bahan kimia yang dapat mengganggu kestabilan
3. Pemisahan zat organik terlarut seperti koloidal dan muatan listrik partikel-partikel koloid.
umumnya pada polutan organik, Bahan kimia tersebut harus memiliki muatan listrik
4. Penghilangan konsentrasi sisa dan lemak serta yang berlawanan dengan muatan listrik partikel
minyak koloid. Gaya tolak akan diperkecil sehingga gaya
5. Menaikkan efisiensi dengan proses flokulasi dan tarik akan bebas bekerja, sehingga sesama partikel
filtrasi koloid saling mendekat dan menggumpal. Ion
Oksidasi dari warna atau substansi toksik atau koagulan yang muatannya berlawanan juga dapat
dengan kata lain polutan yang tidak dapat berikatan atau teradsorbsi dengan partikel- partikel
mengurai. koloiduntuk membentuk ikatan yang lebih besar.
Dalam hal ini, ion koagulan lebih berperan sebagai
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bola pengikat antara partikel koloid satu dengan
menangani limbah cair, sehingga akan lebihmudah partikel koloid lainnya (Raju, 1995).
dalam merencanakan peralatan yang diperlukan.
Hal-hal tersebut adalah : Dengan bantuan pengadukan, kedua proses
1. Perubahan sifat dari limbah cair yang akan diolah destabilisasi koloid di atas akan membentuk
(jenis, kadar dan proporsi konstituen), partikel-partikel gumpalan yang lebih besar dan
2. Masalah karakteristik khusus limbah. Karakteristik lebih berat sehingga dapat mengendap secara
limbah sangat penting untuk menentukan gravitasi. Proses tersebut disebut proses
pemilihan jenis alat (instalasi) pengolahan yang penggumpalan koloid atau lebih dikenal sebagai
akan dipergunakan, misalnya karakteristik fisika, reaksi koagulasi - flokulasi. Banyak pihak yang
kimia dan biologis dan jenis kontaminan yang berusaha mendefinisikan reaksi tersebut secara
mungkin ada dalam limbah tersebut. terpisah. Reaksi koagulasi lebih dikaitkan kepada
proses pengrusakan kestabilan (destabilisasi)
3.3. Prinsip Dasar Pengendapan Kimia partikel koloid sedangkan reaksi flokulasi
dikaitkan kepada proses pembentukan gumpalan
Unit pengendapan kimia berfungsi untuk (flok).
menurunkan kandungan padatan tersuspensi dalam
limbah cair. Padatan tersuspensi yang terkandung Proses penggumpalan koloid seringkali tidak
dalam limbah cair dapat dikelompokkan menjadi mampu menghasilkan gumpalan yang besar dan
sedimen dan koloid. Padatan sedimen, karena berat untuk dapat mengendap dengan cepat,
ukuran dan beratnya, dapat langsung mengendap sehingga membutuhkan rentang waktu lama untuk
apabila didiamkan dalam waktu yang cukup. mengendap dengan sempurna. Hal ini dapat diatasi
Sedangkan penurunan padatan koloid yang dengan penambahan bahan kimia lain yang
memiliki ukuran sangat kecil, dilakukan secara berperan sebagai tali pengikat antara gumpalansatu
kimiawi. Koloid hanya dapat mengendap setelah dengan gumpalan lainnya. Bahan kimia ini disebut
digumpalkan antar sesamanya terlebih dahulu, sebagai koagulan pembantu atau disebut flokulan.
melalui reaksi koagulasi dan flokulasi (Hugges, Sesuai fungsinya sebagai tali pengikat, senyawa
2000). flokulan, umumnya merupakan suatu senyawa
polimer sintetik yang memiliki rantai ikatan
Partikel koloid dalam limbah cair bersifat stabil panjang, memiliki serat-serat terbuka dan dapat
karena lapisan permukaannya mempunyai muatan mengikat gumpalan-gumpalan yang berdekatan
listrik yang sama. Umumnya bermuatan negatif dengannya. Penggunaan flokulan ini dapat
walaupun ada juga koloid yang bermuatan positif. menghasilkan gumpalan yang kasat mata.
Karena memiliki muatan yang sama, partikel-
partikel tersebut umumnya tidak dapat saling Setelah koloid berhasil digumpalkan, proses
berdekatan dan saling tolak-menolak antar selanjutnya adalah proses pengendapan
sesamanya. Gaya tolak antar sesama partikel (sedimentasi) atau proses pemisahan padatan
koloid ini mencegah terjadinya penggumpalan. dengan air secara gravitasi. Syarat utama terjadi
pengendapan adalah gumpalan memiliki berat
Partikel koloid memiliki gaya tarik antar partikel yang cukup dan kecapatan jatuhgumpalan masih
yang akan bekerja jika jarak antar partikel koloid lebih besar daripada kecepatan aliran yang berbeda
tersebut sangat dekat. Jika berhasil memaksa arah. Kecepatan jatuhnya padatan atau gumpalan
partikel koloid untuk saling berdekatan, atau sangat dipengaruhi oleh berat padatan. Semakin
melawan gaya tolaknya, maka partikel tersebut berat suatu padatan maka kecepatan jatuhnya
55
Instalasi Pengolahan Limbah Cair… Shenny Linggasari
59