0% found this document useful (0 votes)
16 views8 pages

Article+0104 368 375

This document reviews different process methods that can be used to produce biofuel from palm oil, including cracking, hydrocracking, and catalytic cracking. The hydrocracking process using a Pd/Al2O3 catalyst produced the highest yield of 94%. Hydrocracking involves breaking carbon bonds in long chain hydrocarbons through hydrogenation to produce shorter chain hydrocarbons suitable for use as biofuel. The review found that hydrocracking palm oil was the most effective method for high volume biofuel production.

Uploaded by

anik khoiriyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
16 views8 pages

Article+0104 368 375

This document reviews different process methods that can be used to produce biofuel from palm oil, including cracking, hydrocracking, and catalytic cracking. The hydrocracking process using a Pd/Al2O3 catalyst produced the highest yield of 94%. Hydrocracking involves breaking carbon bonds in long chain hydrocarbons through hydrogenation to produce shorter chain hydrocarbons suitable for use as biofuel. The review found that hydrocracking palm oil was the most effective method for high volume biofuel production.

Uploaded by

anik khoiriyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi

https://journal.literasisains.id/index.php/INSOLOGI
ISSN 2828-4984 (Media Online) | ISSN 2828-4992 (Media Cetak)
Vol. 1 No. 4 (Agustus 2022) 368-375
DOI: 10.55123/insologi.v1i4.633
Submitted: 06-07-2022 | Accepted: 04-08-2022 | Published: 29-08-2022

Review Jurnal : Produksi Biofuel dari Palm Oil


dengan Berbagai Metode Proses
Muhammad Wafi1, Agus Budianto2*
1,2*
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, Surabaya,
Indonesia
Email: [email protected], 2*[email protected]

Abstract

Energy is one of the basic needs of all industrial and household needs in the social sphere. Along with
population economic growth, regional development and development from year to year, the need for
energy fulfillment in all sectors nationally is also getting bigger. The results of a study by the Department
of Energy and Mineral Resources explain that Indonesia's total energy consumption per capita is
increasing every year with growth of more than 5%. One type of renewable energy is biodiesel. Biodiesel
is a fuel oil (BBM) as one of the supporting capacities of human life which will continue to experience an
increase in demand along with the increase in population from year to year. Currently, the need for fuel
for people around the world is increasing, while fossil fuel reserves are running low. This situation has
resulted in scientists developing alternative energy sources which are expected to be able to overcome the
energy crisis in the future. In an effort to find, develop, and extract energy sources, the main factors are
energy, economy, and ecology. Making green energy in this study we review the process methods that can
be used to make biofuel from Pakm Oil raw materials, process methods include the cracking method,
hydrocracking method, In this research, the process method that produces the largest % yield is the
hydrocracking process method using a Pd/Al2O3 catalyst of 94%.

Keywords: Energy, Hydrocracking, Biofuel, Palm Oil, Cracking

Abstrak

Energi adalah salah satu kebutuhan dasar dari semua kebutuhan industri dan rumah tangga dalam lingkup
sosial. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi penduduk, pengembangan wilayah dan pembangunan dari
tahun ke tahun, kebutuhan akan pemenuhan energi di seluruh sektor secara nasional juga semakin besar.
Hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan bahwa total konsumsi energi per
kapita Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan di atas 5%. Salah satu jenis energi
terbarukan tersebut adalah biodiesel. Biodiesel merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai salah
satu daya dukung kehidupan manusia yang akan terus mengalami peningkatan kebutuhannya seiring
dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi
penduduk diseluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis.
Keadaan ini mengakibatkan para ilmuan mengembangkan sumber-sumber energi alternatif yang
diharapkan mampu mengatasi krisis energi di masa yang akan datang. Dalam upaya pencarian,
pengembangan, dan penggalian sumber energi harus mempertimbangkan faktor utama yaitu energi,
ekonomi, dan ekologi. Pembuatan green energy dalam penelitian ini kami mereview metode proses yag
dapat digunakan untuk membuat biofuel dari bahan baku Pakm Oil, metode proses antara lain, meode
cracking, metode hydrocracking, dalam penelitian ini didapat metode proses yang menghasilkan %yield
terbesar yaitu metode proses hydrocracking dengan menggukan katalis Pd/Al2O3 sebesar 94 %.

Kata Kunci: Energi, Hydrocracking, Biofuel, Palm Oil, Cracking

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


368
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

1. PENDAHULUAN

Energi adalah salah satu kebutuhan dasar dari semua kebutuhan industri dan rumah
tangga dalam lingkup sosial. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi penduduk,
pengembangan wilayah dan pembangunan dari tahun ke tahun, kebutuhan akan
pemenuhan energi di seluruh sektor secara nasional juga semakin besar. Hasil kajian
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan bahwa total konsumsi
energi per kapita Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan di atas 5%
(Pusdatin, 2010).

Crude palm oil (CPO) adalah salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dunia, yakni sekitar 40% dari seluruh jenis minyak nabati.
Pemanfaatan minyak ini pun sangat beragam, terutama sebagai bahan pangan, industri
kosmetik, industri kimia, industri pakan ternak, dan lain-lain. Seperti namanya, crude
palm oil merupakan minyak kelapa sawit mentah. Produk ini diperoleh dari hasil
ekstrkasi atau proses pengempaan daging buah (mesocarp) kelapa sawit umumnya dari
spesies Elaeis guineensis dan belum mengalami pemurnian.

Minyak kelapa sawit mentah berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel
oil) sekalipun keduanya dihasilkan oleh buah yang sama. Selain itu, minyak kelapa
sawit mentah juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa
(Cocos nuifcera). Perbedaan ini terletak pada kandungan yang dimiliki oleh masing-
masing jenis minyak. CPO pada dasarnya mempunyai warna kemerahan karena adanya
kandungan beta-karoten yang tinggi. Beta karoten sendiri merupakan senyawa awalan
vitamin A yang juga merupakan pigmen berwarna dominan merah-jingga yang secara
alami ada pada tumbuhan termasuk buah-buahan.

Sementara itu, inti minyak kelapa sawit tidak memiliki kandungan beta-karoten
sehingga dari komposisi warnanya pun berbeda. Adapun perbedaan kandungan lemak
jenuh di antara minyak kelapa sawit mentah, minyak inti kelapa, dan minyak kelapa
cukup signifikan, yakni berturut-turut 41%, 81%, dan 86%. (Marshall, 2007)

Biofuel adalah nama lain dari bahan bakar hayati atau bahan bakar nabati. Biofuel
adalah bahan bakar hasil pengolahan bahan-bahan organik biomassa. Kata “bio” di
ambil dari sifat produksinya yang berbahan dasar dari senyawa-senyawa dalam makhluk
hidup seperti tanaman dan hewan. Biofuel tentu berbeda dengan kebanyakan bahan
bakar yang berbahan dasar minyak bumi atau batubara. Biofuel menggunakan Sumber
Daya Alam dapat diperbarui sebagai bahan dasarnya. Sehingga, biofuel menjadi
harapan besar saat ini untuk menciptakan sustainabilitas lingkungan untuk masa depan.
Dalam proses pembuatan serta pengolahanya, bahan bakar nabati umumnya melibatkan
fiksasi karbon kontemporer, seperti yang terjadi pada tumbuhan atau mikroalga melalui
proses fotosintesis.Berbagai macam jenis tanaman hasil komoditas Indonesia bisa
digunakan sebagai bahan dasar biofuel. Secara total, terdapat 50-60 spesies komoditas
tanaman alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biofuel

Salah satu jenis energi terbarukan tersebut adalah biofuel. Biofuel merupakan
Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai salah satu daya dukung kehidupan manusia yang
akan terus mengalami peningkatan kebutuhannya seiring dengan adanya peningkatan
jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk
diseluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin
menipis. Keadaan ini mengakibatkan para ilmuan mengembangkan sumber-sumber

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


369
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

energi alternatif yang diharapkan mampu mengatasi krisis energi di masa yang akan
datang. Dalam upaya pencarian, pengembangan, dan penggalian sumber energi harus
mempertimbangkan faktor utama yaitu energi, ekonomi, dan ekologi (Nugroho, 2014).

Ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari bahan bakar fossil terutama
minyak bumi telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk
mengembangkan bahan bakar nabati. Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel
diantaranya adalah kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, dan kacang kedelai. Dari beberapa
bahan baku tersebut maka bahan bakar nabati yang paling potensial untuk digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah kelapa sawit mengingat ketersediaan
bahan baku yang cukup melimpah dalam bentuk minyak kelapa sawit. Saat ini
Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia
yang ditunjukkan oleh share ekspor Indonesia sebesar 45.50 % periode tahun 2001-2017
(Trade Map, 2018) dan ekspornya mampu dari kapasitas produksi terpasang industri
biodiesel dariminyak kelapa sawit yaitu 3.184.311 kiloliter/tahun tercatat baru sekitar
10% atau 318.431 kiloliter/tahun yang terpakai mencukupi sekitar 37 % dari konsumsi
global (Oil World, 2017). Sejak pengembangan bahan bakar nabati dimulai pada tahun
2004 di Indonesia.

Proses perengkahan atau cracking merupakan proses perengkahan atau pemecahan


ikatan rantai C–C dari ikatan rantai karbon yang panjang dan berat molekul yang besar
menjadi ikatan rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan berat molekul yang lebih
kecil serta dapat menurukan jumlah residu yang dihasilkan. Kondisi untuk perengkahan
atau cracking terbagi menjadi dua yakni perengkahan thermal (thermal cracking) dan
perengkahan katalitik (catalytic cracking). Proses perengkahan minyak nabati atau
minyak dari tumbuhan menjadi bahan bakar terbarukan (Biofuels) sudah menjadi topik
hangat yang menarik untuk dikembangkan oleh para peneliti muda maupun profesional
sebagai sumber bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan serta mudah untuk
diperbaharui (Nurjannah, 2010)

Hydrocracking adalah proses perengkahan berkatalis dengan mereaksikan minyak


nabati dengan sejumlah gas hidrogen pada keadaan suhu dan tekanan tertentu. Produk
dari metode hydrocracking akan dihasilkan biofuel berupa alkana cair rantai lurus dari
C-15 sampai C-18. Proses hydrocracking ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dari segi kelebihan, proses ini dapat memberikan konversi yang tinggi, yield ke arah
middle distilat juga tinggi, kualitas alkana yang dihasilkan mepunyai bilangan setana
yang tinggi. Dari segi kelemahan, proses ini memerlukan energi yang cukup besar
karena hydrocracking beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga
memerlukan peralatan khusus, penentuan kondisi reaksi yang tepat (jenis katalis,
preparasi katalis, suhu, tekanan dan waktu reaksi) (Harold, 2013)

Adapun tujuan penelitian ini adalah Mengetahui metode yang menghasilkan %


yield biofuel yang tertinggi Mengetahui jenis katalis yang menghasilkan %yield biofuel
yang tertinggi Manfaat dari penelitian ini adalah Menghasilkan bahan bakar alternatif
untuk mengurangi dari penggunakan bahan bakar fossil dan memanfaatkan ketersedian
minyak kelapa sawit untuk menghasilkan energi terbarukan. Sehingga tidak
menyebabkan ketergantungan dengan bahan bakar fossil serta mengurangi eksplotasi
alam makin banyak lagi.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


370
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

2. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan metode review dari berbagai metode proses,
memahami apa inti dari tema atau topic yang tercantum di dalam jurnal tersebut. Pada
jurnal ilmiah maka review dilakukan untuk memmahai proses dan hasil penelitian yang
tercantum di dalamnya. Metode review jurnal ini dilakukan dengn cara pencarian jurnal
terdahulu mengenai tentang produksi biofuel menggunakan bahan baku Palm oil.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan studi literatur pada penelitian terdahulu, telah didapatkan data yield
produksi Biofuel dari minyak kelapa sawit berdasarkan metode proses pembuatanya.

Data Hasil Studi Literatur


Proses Katalis Hasil Nama Peneliti
Hydrocracking Ni-Mg/γ-Al2O3 yield 63.213% Anindita dkk (2014)
Cracking HZSM-5 yield 67.2% A. Budianto. dkk (2014)
yield 26.40% A. Budianto. dkk (2019)
Cracking Zink HZSM-5/ g selektifitas
alumina 75.94%
Daniatus. Hajj, dkk
Cracking CaO yield 27.59% (2019)
Au/HZSM-5 yield 10.71 %
Cracking (HZSM- Tillotama, dkk (2012)
5/MCM-41) yield 24.38%
Cracking katalis MoNi/HZ Koversi 86% Dia. K, dkk (2017)
Hydrocracking Ni/SAPO-34 yield 42% Tao Li, dkk (2016)
Cracking HZSM-5 yield 46.77% Nurjannah, dkk (2013)

Hydrocracking molybdenum yield 50.32% Hassanudin, dkk (2022)


nitride-bentonite

Hydrocracking Cr/acid activated yield 82.05% Wijaya, dkk (2013)


natural zeolite
Hydrocracking Pd/Al2O3 yield 94% Shiranun, dkk (2020)
HZSM-
Cracking 5/alumina yield 46% Bhatia, dkk (2009)
(CZA)
Cracking Ni/zeolite yield 80.60% Kadarwati, dkk (2015)
Cracking HY Zeolite yield 40% Istad, dkk (2020)
Ni/HZSM-5
Cracking Zeolite yield 12.91% Musa, dkk (2018)

1. Metode Cracking

Cracking atau perengkahan pada prinsipya adalah proses pemutusan dimana molekul
organic yang kompleks menjadi molekul yang sederhana sehingga dapat digunakan

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


371
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

sebagai bahan bakar yang lebih baik dari minyak nabati. dalam prakteknya, cracking
minyak nabati untuk menghasilkan bahan bakar cair hanya mungkin dicapai dengan
bantuan katalis. Hal ini berarti pula bahwa salah satu kunci peranan penting penyangga
berperan dalam aktivitas suatu katalis heterogen.

Pembuatan biofuel menggunakan metode cracking yang dilakukan oleh A. Budianto,


dkk (2019). Katalis HZSM-5 diperbarui dengan pengembanan logam transisi Ni, Zn
serta Cu dalam katalis HZSM-5, hasilnya menunjukkan adanya peningkatan yield
dibandingkan HZSM-5. Penggunaan katalis Zn/HZSM-5 memberikan hasil yield
biogasoline 29.38% biokerosen 12.86% dan biodiesel 4.78 (Nurjannah, 2010),
Budianto, et al 2014 mencoba memperbaiki katalis HZSM-5 dengan melakukan
pengembanan logam Pt dan Pd. Katalis Pt-HZSM-5 dan Pd-HZSM- 5 diuji pada reaksi
perengkahan palm oil. Hasil yang diperoleh menujukkan bahwa logam Pt dan Pd
meningkatkan fraksi biogasoline dalam biofuel.

100%

80,60%
80%
67,20%
% YIELD

60%
46%
40%
40%
26,40% 27,59% 24,38%

20% 12,91%

0%

JENIS KATALIS

Gambar 1. Perbandingan Produksi Biofuel Menggunakan Metode Cracking (A. Budianto, dkk
2014)(A.Budianto, dkk 2019)(Daniatus. Hajj, dkk 2019)(Tillotama, dkk 2012) Bhatia, dkk
(2009)Kadarwati, dkk (2015)Istadi, dkk (2020)Musa, dkk (2018)

Dari Gambar 1 dapat dilihat yield Biofuel tertinggi sebesar 80.60% menggunakan
katalis Ni/Zeolite .Gambar 1 menunjukkan bahwa kondisi yang terbaik diperoleh yaitu
pada proses produksi biofuel menggunakan katalis Ni/Zeolite yang dilakukan oleh
Kadarwati dkk. Dengan komposisi katalis Ni/Zeolite pada suhu 500 oC dengan %Yield
tertinggi..

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


372
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

2. Metode Hydrocracking

Hydrocracking adalah proses perengkahan berkatalis dengan mereaksikan minyak


nabati dengan sejumlah gas hidrogen pada keadaan suhu dan tekanan tertentu. Produk
dari metode hydrocracking akan dihasilkan biofuel berupa alkana cair rantai lurus dari
C-15 sampai C-18.

100% 94%
82,05%
80%
63,21%
% YIELD

60% 50,32%
42%
40%

20%

0%
Ni/SAPO-34 molybdenum Cr/acid activated Pd/Al2O3 Ni-Mg/γ-Al2O3
nitride-bentonite natural zeolite

JENIS KATALIS

Gambar 2. Perbandingan Produksi Biofuel Menggunakan Metode Hydroracking (Anindita, dkk 2014)
Tao Li, dkk (2016)Hassanudin, dkk (2022)Wijaya, dkk (2013)Shiranum. N, dkk (2020)Kadarwati(2015)

Dari Gambar 2 dapat dilihat yield Biofuel tertinggi sebesar 94% menggunakan katalis
Pd/Al2O3. Gambar 2 menunjukkan bahwa kondisi yang terbaik diperoleh yaitu pada
proses produksi biofuel menggunakan katalis Pd/Al2O3 yang dilakukan oleh Kadarwati.
dkk. Dengan komposisi katalis Pd/Al2O3 pada suhu 400 oC dengan %Yield tertinggi.

100% 94,00%
80,60% 82,05%
80%
67,20%

60%
% YIELD

40%

20%

0%
Cracking (Ni/Zeolite) cracking (HZSM-5) Hydrocracking ( Hydrocracking (
Pd/Al2O3 ) Cr/acid activated
natural zeolite )

Gambar 3. Grafik Perbandingan Biofuel dari Berbagai Macam Metode Proses (Kadarwati, dkk 2015)(A.
Budianto, dkk 2014)(Wijaya, dkk 2013)(Shiranun, dkk 2020)

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


373
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa pembuatan biofuel yang mengahsilkan %yield
terbesar adalah metode proses pembuatan menggunakan metode Hydrocracking dengan
katalis Pd/Al2O3 yang dilakukan oleh Shiranum. N dkk yaitu menghasilkan %yield
sebesar 94%. sedangkan untuk hasil %yield metode proses pembuatan biofuel
menggunakan metode cracking dengan katalis Ni/Zeolite menghasilkan %yield sebesar
80.60% yang dilakukan oleh Kadarwati., dkk.

4. KESIMPULAN
Dari review jurnal yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Metode produksi
pembuatan biofuel terbaik yaitu metode Hydrocracking menghasilkan %yield sebesar
94% dan metode Cracking menghasilkan %yield sebesar 80.60%. Katalis yang
menghasilkan %yield terbaik yaitu menggunakan metode Hydrocracking dengan katalis
Pd/Al2O3 yang menghasilakan %yield sebesar 94%.
REFERENCES
Anggraeni, A.S. (2015) „Pembuatan Katalis Padat K/Γ-Al2o3 Untuk Prores Transesterifikasi Minyak
Kelapa Sawit Rbd‟.

A. Budianto, D. H. Prajitno, and K. Budhikarjono, “Biofuel production from candlenut oil using catalytic
cracking process with Zn/HZSM-5 catalyst” ARPN J. Eng. Appl. Sci., vol. 9, no. 11, pp. 2121–
2124, 2014.

A. Budianto, D. H. Prajitno, A. Roesyadi, and K. Budhikarjono, “Hzsm-5 catalyst for cracking palm oil
to biodiesel: A comparative study with and without pt and pd impregnation” Sci. Study Res.
Chem. Chem. Eng. Biotechnol. Food Ind., vol. 15, no. 1, pp. 81–90, 2014.

Baharsyah, A. et al. (2013) „Optimasi Proses Pembuatan Biodiesel Berbantukan Gelombang Ultrasonik
dari Blending Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) dan Minyak Jarak ( Jatropha Curcas Oil)‟,
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(3), pp. 130–137.

Budianto, A. et al. (2014) „Hzsm-5 catalyst for cracking palm oil to biodiesel: A comparative study with
and without pt and pd impregnation‟, Scientific Study and Research: Chemistry and Chemical
Engineering, Biotechnology, Food Industry, 15(1), pp. 81–90.

Boey, P., Maniam, G.P., Hamid, S.A. (2011) Performance of calcium oxide as a heterogeneous catalyst
in biodiesel production: A Review, Chemical Engineering Journal, 168, 15-22.

Daryono, E.D. (2020) „Proses Interesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi Biodiesel Dengan Co-
solvent Metil Ester‟, Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan, 4(1), pp. 1–8.

Nurjannaah and HP., D. (2010) „Produksi Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Au/HZSM-5
dan Kompositnya‟, Jurnal Teknik ITS, 1(1), pp. 142–146

Nugroho, A M P, Fitriyanto D, Roesyadi A. (2014) Pembuatan Biofuel dari minyak kelapa sawit melalui
proses Hydrocracking dengan Katalis Ni-Mg/y-Al2O3. Jurnal Teknik POMITS Vol 3 No.2

Oil World. Fakta Kelapa Sawit Indonesia dalam Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-Dewan Minyak
Sawit Indonesia (TAMSI-DMSI) Indonesia (ID), 2017

Padil, P., Wahyuningsih, S. and Awaluddin, A. (2010) „Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa melalui
Reaksi Metanolisis Menggunakan Katalis CaCO3 yang dipijarkan‟, Jurnal Natur Indonesia, 13(1),
p. 27. doi:10.31258/jnat.13.1.27-32

Pusdatin. 2010, Buku Pegangan Statistik Ekonomi Energi Indonesia, DESDM 2010.

Sari, T.I. et al. (2011) „Katalis basa heterogen Campuran CaO dan SrO Pada Reaksi Tranesterifikasi
Minyak Kelapa Sawit‟, Prosiding Seminar Nasional AVoER ke- 3, pp. 26–27.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


374
Muhammad Wafi, Agus Budianto
INSOLOGI (Jurnal Sains dan Teknologi) Vol. 1 No. 4 (2022) 368 – 375

Singh, G. N., & Bharj, R. S. (2019). Study of physical-chemical properties for 2nd generation ethanol-
blended diesel fuel in India. Sustainable Chemistry and Pharmacy, 12, 100130.

Trade Map. 2018. List of importing market for a product import by United States of America Product:
151190 Palm Oil and fractions, wheter or not refined. Tersedia pada :https://trademap.org//
diakses tanggal 17 Juni 2021

Tuti Indah .S., M. Said Adhitya Summa .W. dan Ani .K. Sari. 2011. “Katalis Basa Heterogen Campuran
CaO & SrO Pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit”. Prosiding Seminar Nasional
AVoER ke-3. Palembang, Indonesia. Oktober 26-27.)

Yitnowati, U., Yoeswono, Wahyuningsih, T., D. & Tahir, I. 2008. Pemanfaatan Abu Tandan Kosong
Sawit sebagai Sumber Katalis Basa (K2CO3) pada Pembuatan Biodiesel Minyak Jarak Ricinus
communis.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


375

You might also like