JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021 |
e-ISSN: 2716-2885
http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER KRISTEN DI ERA
MODERNISASI DAN APLIKASINYA BAGI PESERTA DIDIK DI SMA
KRISTEN ADI WIYATA JEMBER
The Importance Of Christian Character Education In The Modernization Era And Its
Application For Students In Adiwiyata Jember Christian High School
Dian Santayu Gulo
Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
Cempaka 48 Gebang 68117, Jawa Timur. Telp:(0331)5104182
[email protected] ABSTRACT
Students in this case Adolescents today are growing and developing with a great
dependence on digital technology, so it is not surprising that at a very young age they
are so skilled at it. Today's youth are growing with the advancement of digital
technology in an instant and egocentric world. Education is a human effort to develop
and develop innate potentials, both physically and spiritually in accordance with the
values that exist in society and culture. Christian characters are traits attached to a
person's personality. While Christianity is a term for someone who has accepted Jesus
Christ as Lord and Savior in person, as well as imitating his life and teachings in daily
life. Thus, the Christian character is also called Christian traits, namely the spiritual
qualities that a Christian has. Responsibility is the attitude and behavior of a person to
carry out their duties and obligations as he should do to oneself, society, environment,
country and God Almighty. Loyalty is a strong feeling about someone's support and
perseverance that shows full and continuous support. Love / Care is love is a good deed
done by someone for others by sacrificing or answering people's needs.
Keywords: Christian character education and modernization era.
ABSTRAK
Peserta didik dalam hal ini Remaja masa kini memang tumbuh dan berkembang
dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital, sehingga tidak
mengherankan jika di usia yang sangat belia mereka begitu terampil menguasainya.
Remaja masa kini bertumbuh dengan kemajuan teknologi digital dalam dunia yang
serba instan dan egosentris. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menunbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik secara jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Karakter kristen
merupakan sifat-sifat yang melekat pada kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen
adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat secara pribadi, serta meneladani hidup dan ajaran-ajaran-Nya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat
Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen yaitu. Tanggung jawab
pg. 1 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Tuhan yang Maha Esa. Kesetiaan adalah perasaan yang kuat
tentang dukungan dan ketekunan seseorang yang menunjukkan dukungan penuh dan
terus-menerus. Kasih/Kepedulian merupakan kasih adalah perbuatan baik yang
dilakukan oleh seseorang untuk orang lain dengan berkorban atau menjawab
kebutuhan orang.
Kata kunci: Pendidikan Karakter Kristen dan Era Modernisasi
PENDAHULUAN
Di masa lalu informasi hanya diperoleh dari sumber-sumber tertentu seperti guru,
orang tua, teman dan media cetak/ elektronik televisi yang memiliki keterbatasan.
Akibatnya, kontrol atas penyimpangan perilaku para remaja relatif lebih mudah dikenali
dan ditanggulangi. Namun, di era perkembangan teknologi informasi di masa sekarang
segala informasi yang ingin diketahui dengan mudah diakses, seolah tersaji di depan mata.
Baik itu informasi yang benar ataupun yang buruk, bahkan juga ada informasi yang
palsu/bohong atau hoaks. Alhasil, kerusakan dan kehancuran moral pada remaja tidak
mudah diketahui oleh para orang tua dan guru. Kerusakan baru diketahui ketika tiba-tiba
remaja melakukan atau mengalami hal-hal yang sudah jauh menyimpang dari norma-
norma dan aturan sosial yang berlaku.1
Ada beberapa masalah yang dicemaskan oleh orang tua yang dipandang berbahaya
bagi perkembangan nurani, moral, fisik, spiritual maupun kejiwaan remaja. 2 Misalnya
kecanduan games online, tayangan kekerasan dan konten seksual yang akan mempengaruhi
cara pandang tentang hidup, kehidupan dan berpotensi berperilaku agresif, gaya berbahasa
gaul yang memusingkan dan budaya texting kepada orang tua yang dianggap kurang sopan,
kurangnya bersosialisasi dan pornografi. Situs pornografi tersedia melimpah di berbagai
jaringan. Mereka digoda, dibujuk, disodorkan bahkan didesak untuk membukanya. Hal ini
1
dan Budyarto Arniwati, Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak Dan Remaja (Malang: Gandum Mas,
2012), p. 78.
2
Hellen Chou Pratama, Cyber Samart Parentin (Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2012), p. 58.
pg. 2 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
akan merusak roh dan jiwa mereka. Pornografi akan mempengaruhi perilaku seksual dan
menggerakkan keinginan untuk melakukan hubungan seksual.
Dalam satu waktu internet membawa mereka ke dunia, dan membawa dunia ke dalam
kehidupan mereka. Mereka memiliki kekhasan pada nilai-nilai yang diampu, bagaimana
menyikapi hidup, kebiasaan dan perilaku, juga media sebagai sarana mengekspresikan diri.
Pengaruh teman sebaya begitu kuat sehingga tidak mudah baginya untuk percaya pada
orang dewasa.3 Walaupun ada begitu banyak yang berubah dalam situasi hidup dan budaya
digital, namun kebutuhan akan pengasuhan dan pendampingan dari orang tua terhadap
remaja tetap sama, bahkan jauh lebih mendesak mengingat tantangan zaman, serta dampak
negatif dari media digital berinternet terhadap kehidupan mereka. Pengasuhan dan
pendampingan remaja bukan semata-mata tugas dari orang tua, namun pihak sekolah
maupun lembaga agama (gereja) diharapkan juga ikut terlibat di dalamnya.
Pendidikan karakter telah lama dianut secara tersirat dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional, tetapi tidak mudah memberi batasan akurat tentang apa sebenarnya
yang dimaksud dengan pendidikan karakter itu, secara tersirat pendidikan karakter
dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang No. 2/ 1989 Pasal 4.
Bunyinya adalah sebagai berikut:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.4
Melihat fenomena pendidikan dan kondisi remaja saat ini maka pembentukan
karakter harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter tidak sekedar
memberikan ilmu pengetahuan tentang agama bagi peserta didik tetapi perlu memberikan
3
Roswitha Ndraha dan Julianto Simanjuntak, Makalah Utama Remaja (Tanggeran: Yayasan Peduli Konselin
Indonesi, 2014), p. 88.
4
Haidar Daulay, Pendidikan Nasional Di Indonesia (Jakarta: Prenana Media Group, 2014), p. 184.
pg. 3 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
keteladanan hidup yang dapat menjadi panutan bagi lingkungannya, yang menghasilkan
manusia yang dapat menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan zaman.5
Alkitab yang ditulis ribuan tahun yang lalu sudah memberikan banyak nasihat dan
perintah untuk memperhatikan karakter anak-anak dan remaja. Raja Salomo yang terkenal
penuh hikmat memberikan perintah untuk sejak dini mendidik anak muda dan remaja di
jalan yang patut bagi mereka, yakni jalan yang telah Tuhan sediakan dalam diri anak itu,
bukan mencari apa yang tidak ada padanya (Amsal 23:26). Firman Tuhan menyingkapkan
prinsip, bahwa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, maka kita perlu berubah secara
cerdas. Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis, Dia bekerja dengan cara yang ajaib dan
terus melakukan karya pemeliharaan-Nya secara kreatif dan inovatif. Dia bekerja dalam
setiap generasi dengan cara yang disesuaikan dengan perubahan yang diijinkan-Nya terjadi.
Ia mengajar dan memberikan perspektif tentang keharusan “berubah” pada diri sendiri.
Dengan adanya kenyataan bahwa era modernisasi berpengaruh pada remaja
sekarang maka penulis tertarik untuk meneliti pentingnya pendidikan karakter Kristen
diterapkan pada remaja. Penulis akan meneliti keterkaitan antara pendidikan karakter
Kristen lewat pembelajaran agama Kristen dengan perilaku peserta didik kelas X di Sekolah
Menengah Atas Kristen Adhi Wiyata, dengan judul penelitian “PENTINGNYA
PENDIDIKAN KARAKTER KRISTEN DI ERA MODERNISASI DAN
APLIKASINYA BAGI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
KRISTEN ADHI WIYATA KABUPATEN JEMBER”.
METODE
Peneliti menggunakan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. 6 Peneliti menggunakan pendekatan studi kasus yang
5
Siswantari Umaedi, Hadiyanto, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), p. 14.
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), p. 3.
pg. 4 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
mengekplorasikan kehidupan yang nyata melalui pengumpulan data yang detail dan
mendalam yang melibatkan berbagi sumber informasi dan infromasi manajemuk.
Proses dalam penelitian ini berisikan pengamatan atau wawancara dalam
berbentuk karakter peserta didik di kelas X. Metode kualitatif merupakan cara bagi peneliti
untuk mempermudah hasil penelitian yang berhadapan dengan kenyataan yang ada, dan
metode ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden dan juga
lebih memahami dan pengaruh dari dampat negatif dan positif dalam perkembangan era
modernisasi. Bentuk penelitian ini ditujukann untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.
HASIL
Memaparkan temuan penelitian tentang pentingnya pendidikan karakter Kristen
dalam era modernisasi bagi peserta didik serta aplikasinya bagi peserta didik di Sekolah
Menengah Atas Kristen Adhi Wiyata, Jember dan juga pembahasannya. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan metode studi kasus. Pada penelitian kualitatif, peneliti harus
menggali data berdasarkan apa yang dicapai, dirasakan bahkan dilihat dan dilakukan oleh
nara sumber agar data yang peneliti kerjakan sesuai dengan hasil di lapangan.
1. Pemahaman peserta didik dan guru agama Kristen tentang pendidikan karakter
Kristen
a. Pemahaman peserta didik tentang pendidikan karakter Kristen
i. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendidikan karakter Kristen: tanggung jawab
a) Bagaimana bentuk tanggung jawabmu sebagai peserta didik dalam mengerjakan
tugasmu di sekolah?
b) Bagaimana bentuk tanggung jawabmu sebagai peserta didik dalam menerapkan
moral yang baik terhadap teman, artinya berlaku adil dan sadar akan lingkungan?
c) Bagaimana kamu memperlakukan orang tua, kakak atau adik?
pg. 5 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
d) Bagaimana tanggung jawabmu sebagai peserta didik dalam membangun
komunitas?
e) Bagaimana tanggung jawabmu sebagai peserta didik dalam mengikuti aturan
sekolah, terutama yang berkaitan dengan kedisiplinan sekolah?.
Jawaban Informan (jawaban lengkap lihat Lampiran):
Informan A:
Informan A mau mengerjakan semua tugas dari sekolah sebagai bentuk dari
tanggung jawabnya dan ia mempunyai karakter baik dalam hal menghormati
orang tua, guru dan teman-temannya, ia juga mampu mengungkapkan
pendapatnya ketika ia berada dalam sebuah kelompok. Akan tetapi dalam hal
kedisplinan mengikuti aturan di sekolah terkadang ia lalai atau melanggar
aturan tersebut.
Informan B:
Informan B tidak terlalu peduli dengan tugas, ia cenderung ingin tahu namun
tidak mengerjakan bagiannya. Tingkat kepedulian terhadap teman, hanya
kepada orang tertentu saja sedang terhadap seluruh anggota keluarganya ia
peduli. Dalam hal aturan yang ada disekolahnya, beberapa di antaranya tidak
diikutinya.
Informan C:
Informan C bertanggung jawab atas tugasnya di sekolah. Ia peduli dengan
teman-temannya. Ia berusaha untuk menghormati orang tua, membantu. Ia
berusaha taat aturan di sekolahnya karena hal itu sudah menjadi kewajibannya.
Informan D:
Informan D bertanggung jawab terhadap tugas dan berusaha untuk selalu
mengikuti pelajaran di sekolah. Ia menghormati dan menghargai pendapat
orang lain, saling menolong serta membantu orang tua dan mau menurut
nasihat orang tua. Dalam hal aturan yang ada di sekolah terkadang ia
melanggar aturan tersebut dan sering tidak dilakukannya.
pg. 6 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
Informan E:
Dalam menyelesaikan tugasnya, Informan E sering tidak bertanggung jawab , ia
hanya sekedar mengerjakan saja. Dalam berteman tidak memilih-milih teman.
Ia juga peduli dengan keluarganya, serta ia senang dengan komunitas. Segala
aturan disiplin yang diberlakukan di sekolah selalu di ikutinya dengan baik,
hanya saja terkadang ia lalai.
Informan F:
Informan F selalu berusaha untuk peduli dan bertanggung jawab dengan
tugasnya. Ia peduli kepada teman dan juga kepada keluarga. Dalam berteman,
ia tidak membeda-bedakan teman. Dalam hal disiplin di sekolah terkadang ia
lalai meskipun pada dasarnya ia menghargai aturan sekolah.
Informan G:
Informan G tetap berusaha melaksanakan tugasnya dari sekolah, menghargai
sesama, menghormati kedua orang tua dan mengikuti tata tertib sekolah dengan
baik.
Informan H:
Informan H selalu berusaha untuk melakukan tanggung jawabnya dalam hal
menyelesaikan tugas di sekolah. Dalam hal kepedulian, informan H peduli
terhadap teman, keluarga, serta ia menghargai pendapat orang lain. Meskipun
demikian terkadang ia melanggar aturan disiplin yang di berlakukan di sekolah.
Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan dilapangan yaitu peserta didik kurang
dalam hal kedisplinan mengikuti aturan di sekolah terkadang lalai atau melanggar
aturan. tidak terlalu peduli dengan tugas dan tanggung jawabnya, Merasa terbeban
dalam menolong temannya sehingga penerapan kasih itu hanya kepada orang-orang
tertentu. dan menjadi tantangan berat dalam mempertahankan karakter tanggung
jawab, kesetiaan, dan kasih ialah pergaulan yang dapat mempengaruhi dan
mengubah perilaku mereka dalam menghadapi perkembangan era modernisasi
pg. 7 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
digital yang semaking berkembang sehingga merosoknya moral dan nilai karakter
peserta didik.
Peserta didik dalam hal ini remaja dengan menjaga sikap dan mengikuti
persekutuan ibadah mewujudkan pendidikan karakter harus bisa menjadi teladan
sedangkan pendidikan karakter yang di dapat selama mengikuti pelajaran Agama
Kristen ialah saling menghargai sesama teman dan bertumbuh lebih baik serta
berkelakuan baik.
Setelah penulis membahas pentingnya pendidikan karakter Kristen di era
modernisasi bagi peserta didik di SMA Kristen Adhi Wiyata Jember, peneliti juga
membandingkan hasil dari penelitian orang lain yang memiliki kesamaan guna
menguji hasil temuan di lapangan. Metode yang digunakan oleh penelitian yang lain
adalah kualitatif.
Jadi pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik dalam menyelidiki
sejauh mana peserta didik dapat bertaggung jawab dalam mengikuti perkembangan
dunia khususnya dalam perkembangan dunia teknologi. Dan keikutsertaan peserta
didik dalam perkembangan dunia secara global yang merupakan sikap kritis bagi
generasi pada saat ini yang merugikan diri mereka sendiri.
PEMBAHASAN
1. Pendidikan Karakter Kristen
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, adalah pendidikan yang menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak sebagai manusia dan anggota masyarakat
dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya7.
Dari definisi di atas, pendidikan adalah usaha yang terencana untuk
memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik
7
Ki Hajar Dewantara, Karya Bagian I: Pendidikan (Yogyakarta: MILPTS, cet II, 1962), p. 137.
pg. 8 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
dapat memiliki etika dan moril yang baik untuk mencapai sikap yang dewasa secara
maksimal, baik secara jasmani maupun rohani.
b. Pengertian Karakter kristen
Menurut Poerwadarminta karakter adalah sifat-sifat yang melekat pada
kepribadian seseorang. Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, serta
meneladani hidup dan ajaran-ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang
dimiliki seorang Kristen8.
Secara Alkitabiah karakter merupakan kebiasaan atau cara hidup moral
manusia dalam menjalani hidupnya di hadapan Allah, takut kepada Allah, dan
berusaha menyenangkan Tuhan, tidak peduli bagaimana pendapat orang lain
kepadanya. Seseorang berkarakter baik, jika orang tersebut melakukan apa yang
benar di hadapan Tuhan.
c. Pengetiaan Pendidikan karakter Kristen
Menurut Doni Koesoema, pendidikan karakter Kristen bukan sekedar
membuat seorang anak bertumbuh menjadi anak pintar, tetapi juga harus menjadi
orang yang beriman. Setiap pribadi pada dasarnya diciptakan secara unik oleh Allah,
sehingga pendidikan mesti mengarahkan pada kesempurnaan anak dalam segala hal
yang dimilikinya.
Pendidikan karakter Kristen sangat terarah dalam pembentukan jiwa yang
takut akan Tuhan dan mengarahkan pribadi agar mampu memberikan tanggapan
bebasnya atas tawaran cinta kasih Allah yang telah menebus dosa-dosa, sehingga
mereka hidup dalam pertolongan Tuhan dan kekudusannya.
d. Pentingnya Pendidikan Karakter Kristen
Pendidikan karakter sejak dulu hingga saat ini sangat penting dalam
mendidik anak-anak menjadi lebih baik menurut norma-norma yang berlaku dalam
8
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), p. 122.
pg. 9 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
budaya dan lingkungannya, dan untuk menjadikan peserta didik lebih baik dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.9
1. Jenis-Jenis Karakter Kristen
Ada beberapa karakter Kristen yang diterapkan dalam pengajaran Agama
Kristen kelas X semester I di Sekolah Menengah Atas Kristen Adhi Wiyata, yang
menjadi faktor penting dalam pendidikan karakter di era modernisasi saat ini,
diantaranya adalah.
a. Tanggung Jawab
Definisi tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya,
artinya tanggung jawab bersifat kodrati, sudah menjadi bagian kehidupan
manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul tanggung
jawabnya sendiri-sendiri. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab,
maka tentu ada pihak lain yang memaksa untuk tindakan tanggung jawab itu.
Jadi dapat dilihat dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang berkepentingan
pihak lain.10
b. Kesetiaan
Kesetiaan adalah perasaan yang kuat tentang dukungan dan
ketekunan seseorang yang menunjukkan dukungan penuh dan terus-
menerus.1112 Kesetiaan adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kesetiaan ditemukan dalam hubungan antara
seseorang dengan orang lain, dengan keluarga, orang tua, dengan komunitas
atau kelommpok yang lain, dengan negara, dan juga dengan Tuhan.
9
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global (Jakarta: PT Grasindo, 2007), p.
36.
10
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Sepanjang Rentang Hidup) (Ponorogo: STAIN Po Press, 2014), p.
13.
11
Hermawan kartajaya, Marketing In Venus, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2003), 126.
12
Hermawan kartajaya, Marketing In Venus (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), p. 126.
pg. 10 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
Kesetiaan dapat dilihat dalam kesediaan seseorang membela atau menolong
orang lain, mengasihinya dan kesediaannya untuk tidak meninggalkan pihak
yang lain.
c. Kasih atau Kepedulian
Kasih merupakan kebenaran yang mendatangkan perubahan hidup.
Kasih bukanlah perasaan. Perasaan manusia dapat berubah-ubah dan tidak
mendatangkan perubahan hidup. Penyebab kegagalan dari tindakan kasih
karena mengandalkan perasaan untuk mempraktekkan kasih sehingga tidak
bertumbuh dalam pengenalan kasih yang utuh. Dengan belajar kasih maka
semakin dapat mengasihi, bertindak/berespon dengan benar terhadap orang
lain. Dengan demikian kasih bukanlah tindakan yang mengikuti perasaan
tetapi tindakan yang membawa kita untuk belajar menjadi serupa dengan
Kristus.13
2. Era Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial di mana masyarakat
yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau
karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Modernisasi merupakan penerapan
pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan di segala bidang kehidupan. Aspek yang
menonjol dalam proses modernisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tinggi.14
Identifikasi beberapa contoh gaya hidup modernisasi yang terjadi di
lingkungan/ sekitar kita, sebagai berikut:
a. Penggunaan jenis teknologi komunikasi, misalnya pemakaian internet, telepon
selular, dan TV tabel.
b. Gaya hidup instan: menekankan gaya hidup yang praktis, efektif, cepat. Misal:
makanan siap saji, serta makanan impor.
13
Woen Soen Lan Sumarno K, Modul 2 Untuk Pengajar: Menjadi Teladan (Jakarta), p. 27.
14
Kun Maryati dan Juju Suryawati, SosiologI (Jakarta: Erlangga, 2006), p. 33.
pg. 11 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
c. Komunikasi di tempat-tempat tertentu. Misal di kafe, atau mall.
Pengaruh lingkungan dalam satu zaman tertentu sangat mempengaruhi tingkah laku
dan karakter peserta didik dalam hal ini remaja. 15
3. Peserta Didik
Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen
dalam sistem pendidikan yang harus dididik sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 16.
Secara psikologis peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikisnya. Peserta didik
sebagai individu di tengah-tengah perkembangannya memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal dan kemampuannya
4. Guru Agama Kristen
Menurut Serrano, guru agama Kristen adalah mengajar dan mendidik di
dalam pendidikan agama Kristen dengan mengandalkan kemampuan dan karakter
yang mengacu pada Yesus Kristus17.
Guru adalah pribadi yang selalu ditiru, menjadi seorang guru itu tidaklah
mudah karena guru merupakan suatu profesi atau jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
pendidikan.
15
Budyarto Arniwati, Dampat Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak Dan Remaja (Surabaya: Gandum Mas,
2012), p. 50.
16
Harfiyanto dkk, Pola Interaksi Sosial Siswa Pengunaan Gadget Di SMA 1 Semarang (Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2015), p. 4.
17
Paul F. Knitter, Profesionalisme Guru Dan Bingkai Materi Pendidikan Agama Kristen SD, SMP, SMA (Bandung:
Bina Media Informasi, 2009), p. 37.
pg. 12 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian, menganalisa data-data yang diperoleh serta
melakukan pembahasan hasil penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan seperti
yang diuraikan di bawah ini. Selanjutnya penulis memberikan saran-saran yang dapat
menjadi masukan kepada guru Kristen dan terlebih kepada peserta didik.
Pendidikan karakter Kristen bagi peserta didik kelas X oleh guru agama
Kristen adalah penting dalam rangka penanaman kesadaran diri melakukan tugas
dan tanggung jawab. Secara intelektual peserta didik dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, namun mereka abaikan dalam hal
melakukan kedisiplinan/ mematuhi aturan sekolah. Untuk itu perlu dipikirkan metode
yang tepat agar pembelajaran karakter menjadi efektif.
Ucapan Terima kasih
Dengan terselesainya Karya Ilmiah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihat-pihat yang membantu penulis dalam memberikan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya.
pg. 13 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen
JURNAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Vol.3, No.1, Januari 2021
Available online: http://journal.sttdp.ac.id/index.php/meta
Dian Santayu Gulo
REFERENSI
Arniwati, Budyarto, Dampat Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak Dan Remaja
(Surabaya: Gandum Mas, 2012)
Arniwati, dan Budyarto, Dampak Teknologi Terhadap Kehidupan Rohani Anak Dan Remaja
(Malang: Gandum Mas, 2012)
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global (Jakarta: PT
Grasindo, 2007)
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Sepanjang Rentang Hidup) (Ponorogo: STAIN
Po Press, 2014)
Haidar Daulay, Pendidikan Nasional Di Indonesia (Jakarta: Prenana Media Group, 2014)
Harfiyanto dkk, Pola Interaksi Sosial Siswa Pengunaan Gadget Di SMA 1 Semarang (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2015)
Hellen Chou Pratama, Cyber Samart Parentin (Bandung: Visi Anugerah Indonesia, 2012)
Hermawan kartajaya, Marketing In Venus (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Ki Hajar Dewantara, Karya Bagian I: Pendidikan (Yogyakarta: MILPTS, cet II, 1962)
Kun Maryati dan Juju Suryawati, SosiologI (Jakarta: Erlangga, 2006)
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
Paul F. Knitter, Profesionalisme Guru Dan Bingkai Materi Pendidikan Agama Kristen SD, SMP,
SMA (Bandung: Bina Media Informasi, 2009)
Roswitha Ndraha dan Julianto Simanjuntak, Makalah Utama Remaja (Tanggeran: Yayasan
Peduli Konselin Indonesi, 2014)
Sumarno K, Woen Soen Lan, Modul 2 Untuk Pengajar: Menjadi Teladan (Jakarta)
Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007)
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)
pg. 14 | Konsep Creative STT Duta Panisal
Jurnal Pendidikan Agama Kristen