Wawancara Implementasi ILP Kapuas
Wawancara Implementasi ILP Kapuas
Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, Ibu Eka Pristalita, pada hari Selasa, 20
Agustus 2024 di ruang sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas. Pewawancara
adalah Sekretaris, Bapak Jum’atil Fajar.
Berikut transkripnya:
Hari ini saya akan mewawancarai Ibu Eka Pristalita. Beliau adalah Ketua Tim untuk
Pelayanan Kesehatan Primer. Saya akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait
dengan masalah Implementasi Integrasi Layanan Primer di Kabupaten Kapuas.
Pertanyaan pertama, bagaimana pemahaman Ibu tentang konsep ILP dan tujuannya di
Kabupaten Kapuas?
Baik, Pak. Jadi, konsep ILP ini sendiri adalah tindak lanjut dari salah satu bagian
transformasi kesehatan yang mencakup enam pilar, salah satunya adalah transformasi
layanan primer. Program ini baru diluncurkan tahun ini dan baru saja diluncurkan di
beberapa puskesmas yang melaksanakannya, berdasarkan instruksi dari Kemenkes.
Kalau tidak salah, peluncurannya di daerah Yogyakarta, Pak. Itu pun baru, artinya
puskesmas yang baru diluncurkan oleh Kemenkes di tahun ini. Jadi kita ini secara
serempak se-Indonesia ikut melaksanakan, walaupun dengan sarana dan prasarana
serta tenaga kesehatan yang terbatas.
Untuk tindak lanjutnya, kita sudah memiliki SK dan orientasi bagi tenaga kesehatan.
Namun, karena keterbatasan dana, pendanaan berasal dari DAK (Dana Alokasi
Khusus). Kami mengusulkan DAK untuk tahun 2024. Dalam DAK tersebut, ada alokasi
untuk orientasi tenaga kesehatan, tetapi hanya untuk tenaga kesehatan di puskesmas,
bukan di pustu. Jadi, yang mengikuti orientasi adalah Kepala Puskesmas. Waktu itu,
pelaksanaannya di Bokelkes pada bulan April. Kami juga mendapat dana untuk kegiatan
peluncuran ILP, meskipun dalam DAK disebut sebagai pertemuan koordinasi.
Pertemuan koordinasi ini melibatkan sekitar 50 peserta, yang dipimpin oleh Bupati atau
Sekda, untuk meluncurkan dan memperkuat komitmen lintas sektor bersama
puskesmas dan unsur-unsur terkait, seperti TP-PKK dari kelurahan dan kecamatan,
untuk mendukung ILP. Bentuk dukungan dari lintas sektor ini adalah menyediakan
pendanaan untuk kader.
Syukur-syukur, Pak, jika kita bisa mendapatkan dukungan dari desa untuk
melaksanakan posyandu. Selama ini, pendanaan posyandu dibagi antara puskesmas
dan dana desa. Namun, jika desa bisa mengupayakan pendanaan untuk satu pustu
dengan satu perawat, satu bidan, dan lima kader, maka pelayanan ILP bisa
dilaksanakan setiap hari di pustu. Masalahnya, posyandu hanya dilaksanakan sekali
sebulan. Dengan adanya target pemerintah untuk satu desa satu pustu, dukungan ini
sangat diharapkan.
Harapan kami adalah Kabupaten Kapuas dapat mendukung ILP dalam bentuk
komitmen daerah. Oke, karena dana daerah terbatas, kita bisa memanfaatkan dana
desa untuk menggaji tenaga kesehatan di pustu, meskipun mereka tidak bisa standby
setiap hari, mungkin bisa sekali seminggu atau sekali sebulan.
Pertanyaan berikutnya, program dan kegiatan apa saja di dalam kesehatan yang sudah
menerapkan prinsip ILP? Prinsipnya, semuanya sudah melaksanakan, tetapi belum
terintegrasi. Karena ILP ini berdasarkan siklus hidup, misalnya program imunisasi IDL,
selama ini hanya dilakukan sampai batas program imunisasi saja, tanpa tindak lanjut.
Misalnya, bayi A yang sudah mendapatkan imunisasi IDL, tumbuh kembangnya harus
tetap dipantau, bahkan ketika dia masuk usia sekolah, kesehatannya harus tetap
dipantau. Namun, karena ILP baru dimulai tahun ini, kita belum tahu bagaimana
perkembangannya, meskipun datanya sudah ada.
Misalnya, pasien dengan hipertensi, usia produktif, dan dia hamil, datanya harus
terintegrasi agar kita bisa melihat total laksana ibu hamil dengan hipertensi, dan tindak
lanjutnya seperti apa. Ini bisa digabungkan datanya dengan program lain melalui
koordinasi antar pemegang program.
Bagaimana koordinasi dan integrasi antar Unit Pelayanan Primer, Bus 1, dan Bus 2
dalam implementasi ILP? Koordinasi ini belum berjalan optimal karena ILP masih
dalam tahap percobaan.
Apa saja kendala utama dalam menjamin akses dan mutu layanan primer yang merata
dan berkualitas di Kabupaten Kapuas? Kendalanya adalah akses dan mutu, terutama
ketersediaan sarana dan prasarana. Tidak setiap desa memiliki poskesdes, polindes,
atau pustu yang aktif. Kadang ada bangunan, tapi tidak ada tenaga kesehatan, atau
sebaliknya, tenaga kesehatan ada, tapi bangunan pustu sudah rusak.
Apa saja kebutuhan prioritas terkait pendanaan dan sarana prasarana? Kebutuhan
prioritas adalah peningkatan kompetensi petugas untuk melaksanakan ILP dan
penguatan sarana prasarana. Kita tidak perlu membangun pustu baru, tapi bisa
memanfaatkan yang sudah ada, asalkan tenaga kesehatan terpenuhi dan terlatih untuk
melaksanakan ILP.
Apa saja inovasi dan terobosan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
implementasi ILP di Kabupaten Kapuas? Saat ini, belum ada inovasi karena
implementasinya masih bertahap. Namun, kita perlu melakukan terobosan agar teman-
teman tenaga kesehatan mendapatkan pengetahuan dan mampu melaksanakan ILP
dengan dukungan sarana prasarana yang memadai.
gensinya di level daerah sangat penting. Kita sudah disupport oleh Kemenkes, tinggal
melaksanakan.
Rapat koordinasi di tingkat SOPD juga perlu dilaksanakan. Setelah itu, kita bisa
mengatur sosialisasi ke masyarakat untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas.