Modul Pengenalan Batuan
1
BATUANBEKU
A. PENGERTIAN
Batuan beku (igneous rock) berasal dari kata ”ignis” yang dalam bahasa Latin berarti api
dan rock yang berarti batuan, jadi batuan beku adalah batuan yang berasal dari api. Secara
harfiah adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi magma baik di bawah permukaan (batuan
beku intrusif) maupun diatas permukaan (batuan beku ekstrusif).
B. PROSES PEMBENTUKAN
Batuan beku terbentuk dari hasil proses kristalisasi magma. Magma sendiri adalah suatu
lelehan material batuan yang bersifat mobile (dapat bergerak), terbentuk secara alamiah,
bertemperatur tinggi antara 7000
C – 12000
C di dekat permukaan. (Best, 1982). Dalam magma
tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, besi,
sulfur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile yang
merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Magma terbentuk dari pelelehan batuan yang dikontrol oleh tiga parameter dasar yaitu
tekanan (P), temperatur (T), dan komposisi kimia (X), yaitu :
1. Kenaikan temperatur T pada kondisi P dan X yang konstan (Increasing
Temperature).
2. Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan (Decompression).
3. Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama penambahan fluida khususnya
H2O dan CO2).
Magma dapat terbentuk di berbagai tempat, berikut ini adalah lokasi-lokasi dimana dapat
terbentuknya magma menurut Best (1982) dan Wilson (1989) :
1. Zona Subduksi (Subduction Zone)
a. Peleburan mantel atas/baji mantel (mantle wedge), mantel tersomatisasi.
b. Pelelehan parsial kerak samudera
c. Pelelehan kerak benua bagian bawah (anateksis)
2. Zona Tumbukan (Collision Zone)
a. Pelelehan parsial kerak benua bagian bawah (anateksis)
b. Pelelehan parsial kerak benua bagian tengah (anateksis)
3. Rekahan tengah samudera (mid oceanic rift)
2.
Modul Pengenalan Batuan
2
4.Rekahan tengah benua (intra continental rift)
5. Kepulauan tengah samudera (mid oceanic island)
Gambar 1. Lokasi – lokasi Terbentuknya Magma (Schminke, 2004)
Semua fenomena yang melibatkan batuan dalam fase leleh disebut igneous processes.
Igneous processes umumnya dibagi dalam 4 proses utama, yaitu : 1) pembentukan magma dari
batuan asal, 2) transportasi magma, 3) diferensiasi magma, 4) pembekuan magma menjadi
batuan beku.
Magma yang berpindah naik mendekati permukaan bumi biasanya mengalami berbagai
ubahan kimia dan mineralogi melalui proses diferensiasi, yang menghasilkan bermacam-macam
batuan beku dengan komposisi kimia yang berbeda-beda. Diferensiasi sendiri adalah proses-
proses yang menghasilkan magma turunan (derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia
dan mineralogi dari magma induk (primitive parental magma). Proses diferensiasi antara lain
terdiri dari proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), magma mixing, serta
asimilasi. (Best, 2005)
Ketiga proses diferensiasi tersebut diilustrasikan dalam gambar 2. Kristalisasi fraksional
merupakan proses pemisahan kristal-kristal dari lelehan magma pada proses kristalisasi. Urutan
kristalisasi mineral mengikuti kaidah deret Bowen yang menyatakan mineral akan terbentuk
secara berurutan pada urutan tertentu seturut penurunan suhu magma. Proses kristalisasi
fraksional akan menghasilkan magma yang bersifat lebih asam dari magma sebelumnya. Magma
mixing adalah proses dimana dua atau lebih magma dengan komposisi berbeda bertemu dan
saling menghomogenkan sehingga didapati magma baru dengan komposisi diantara dua jenis
3.
Modul Pengenalan Batuan
3
magmayang bercampur. Proses pencampuran magma biasanya terjadi di dapur magma dimana
suatu dapur magma terhubungkan dengan dapur magma lainnya sehingga terjadi pencampuran.
Asimilasi adalah perubahan komposisi magma, sebagai akibat dari adanya reaksi antara magma
dengan batuan dinding yang berkomposisi berbeda.
Gambar 2. Contoh proses diferensiasi magma (Schminke, 2004)
Pembentukan batuan beku juga dapat terjadi diatas permukaan bumi sebagai hasil dari
erupsi gunung berapi baik secara eksplosif maupun efusif, batuan beku jenis ini disebut juga
batuan beku fragmental atau vulkaniklastik yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Proses
terbentuknya batuan beku fragmental ini bisa terjadi akibat dari pembekuan magma yang keluar
ke permukaan secara cepat ketika erupsi gunung berapi, atau lava yang membeku ketika
bersentuhan dengan udara luar atau air. Gambar 5 menunjukkan skema sistem magma yang
berhubungan dengan gunung api sehingga dapat menghasilkan batuan beku vulkaniklastik.
Gambar 3. Skema sistem magma dan volkano (Schmincke, 2004)
4.
Modul Pengenalan Batuan
4
C.MINERAL-MINERAL PENYUSUN BATUAN BEKU
Mineral primer penyusun batuan beku merupakan mineral-mineral yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma. Pembekuan mineral-mineral tersebut dari magma mengikuti
suatu deret reaksi yang dikenal dengan Deret Reaksi Bowen (Bowen’s Reaction Series). Deret
reaksi tersebut menggambarkan urut-urutan pembentukan mineral yang dibagi menjadi Deret
Continuous dan Deret Discontinuous. Deret Continuous terdiri dari kelompok Feldspar
Plagioklas (Anortit – Albit), yang mengalami perubahan komposisi seiring dengan penurunan
temperatur magma, sementara Deret Discontinous menggambarkan pembentukan mineral-
mineral batuan beku pada kondisi temperatur tertentu dan tidak menerus.
Gambar 4. Diagram Reaksi Bowen (Pearson Prentice Hall, 2005)
Mineral primer dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelimpahannya dalam batuan beku,
yaitu :
a. Mineral utama (essential mineral), mineral yang jumlahnya cukup banyak (melimpah-
sangat melimpah), dan menjadi penyusun utama dalam batuan beku sehingga menjadi
dasar dalam penamaan batuan tersebut. Contoh : mineral orthoklas, plagioklas dan kuarsa
dalam granit. Mineral olivin pada dunit.
b. Mineral tambahan (accessory mineral) yaitu mineral-mineral yang jumlahnya sedikit
(cukup melimpah – minor) dan tidak menjadi dasar penamaan batuan, namun apabila
jumlahnya > 10% akan ikut memberi nama pada batuan. Contoh : biotit dalam granit
biotit. Contoh mineral aksesoris minor dalam batuan beku antara lain topaz, zirkon,
korundum, fluorit, garnet, magnetit, ilmenit, turmalin, dll.
5.
Modul Pengenalan Batuan
5
C.JENIS-JENIS BATUAN BEKU
Jenis-jenis batuan beku dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu menurut kedalaman
lokasi terbentuknya batuan beku tersebut dan komposisi kimia yang terkandung dalam batuan
beku tersebut. Menurut lokasi terbentuknya, batuan beku terbagi atas :
a. Batuan beku plutonik (intrusif) adalah batuan beku yang terbentuk pada lokasi yang
paling dalam dari permukaan bumi dan dekat dengan dapur magma. Batuan beku
plutonik menghasilkan batuan dengan ukuran kristal yang besar dan mempunyai ukuran
yang seragam karena pada proses terbentuknya diferensiasi dan kristalisasi magma
berlangsung lambat sehingga pembentukan mineralnya besar dan seragam. Contoh
batuan beku plutonik adalah granit, diorit, monzonit, dan gabro.
b. Batuan beku hipabisal adalah batuan beku yang terbentuk relatif lebih dangkal dari
batuan beku plutonik dan lebih jauh posisinya dari dapur magma. Batuan beku hipabisal
menghasilkan batuan dengan ciri-ciri ukuran kristalnya sudah tidak seragam sehingga
dalam batuan hipabisal terdapat mineral yang berukuran kasar yang bertindak sebagai
fenokris dan mineral yang berukuran lebih halus sampai afanit bertindak sebagai massa
dasar. Batuan hipabisal terbentuk karena proses diferensiasi dan kristalisasi magma yang
berlangsung cepat sehingga menimbulkan ketidakseragaman pada ukuran mineralnya.
Contoh batuan beku hipabisal adalah aplit, trasit, latit, andesit, dan basal.
c. Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terbentuknya di atas permukaan bumi
sebagai hasil pembekuan lava dan material lainnya yang keluar dari hasil erupsi
gunungapi. Batuan ini memiliki ukuran mineral yang sangat halus sampai dengan afanit
yang disebabkan oleh sangat cepatnya pembekuan magma. Batuan beku ekstrusif dapat
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari disintegrasi magma
yang keluar dari gunungapi akibat pelepasan gas sehingga magma tersebut keluar
ke permukaan dan dapat terbentuk di darat dan di udara. Contoh batuan
piroklastik adalah pumis dan tuf.
b. Hidroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari magma yang keluar
ke permukaan dan berinteraksi dengan air, contohnya adalah lava bantal.
c. Autoklastik adalah berupa batuan yang mempunyai tekstur fragmental yang
terbentuk dari proses mekanis lava ketika meluncur di pemukaan dan membeku
sehingga membentuk kenampakan seperti breksi. Contohnya adalah breksi
autoklastik.
6.
Modul Pengenalan Batuan
6
Batuanbeku plutonik dan hipabisal saat membeku di bawah permukaan akan
menghasilkan bentukan-bentukan tubuh batuan beku yang dibedakan berdasarkan geometri dan
hubungan dengan batuan sekitar yang diterobosnya, antara lain :
a. Batholith merupakan tubuh batuan beku intrusif (plutonik) dengan ukuran yang sangat
besar (dapat mempunyai luas lebih dari 100 km2
), terbentuk jauh di bawah permukaan,
dan umumnya mempunyai bentuk tidak beraturan dan batas bawah yang tidak jelas.
Batholith umumnya terbentuk dari batuan beku felsic atau intermediate, contohnya :
granit, monzonit kuarsa, atau diorit.
b. Stock merupakan batuan beku intrusif dengan bentuk tidak beraturan seperti batholith,
namun dengan ukuran yang lebih kecil (kurang dari 10 km2
). Stock dapat merupakan
penyerta tubuh batholith ataupun bagian atas dari batholith.
c. Dike (gang/korok) merupakan tubuh batuan beku intrusi yang berbentuk tabular yang
memotong lapisan batuan di sekitarnya.
d. Sill merupakan tubuh batuan beku intrusi berbentuk tabular dengan kedudukan
paralel/sejajar dengan lapisan batuan di sekitarnya.
e. Laccolith merupakan tubuh batuan beku intrusi yang bentuknya cembung ke arah atas di
bagian atas, dan rata di bagian bawah yang paralele dengan lapisan batuan di sekitarnya.
Lakolit terbentuk dari intrusi magma yang kental.
f. Lopolith merupakan tubuh batuan beku intrusi yang bentuknya cembung ke arah bawah,
dengan kedudukan paralel dengan lapisan batuan di sekitarnya. Lopolith terbentuk dari
intrusi magma yang tidak kental.
g. Volcanic neck merupakan tubuh batuan beku yang berbentuk silindris ataupun tak
beraturan hasil dari pembekuan pipa gunung api yang menghubungkan kepundan magma
dengan kawah. Apabila gunung api mengalami erosi, volcanic neck akan tersisa karena
sifatnya yang lebih resisten dan menghasilkan bentukan positif dari morfologi sekitarnya.
Gambar 5. Penggambaran bentuk batuan beku intrusif.
7.
Modul Pengenalan Batuan
7
Batuanbeku juga dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
komposisi mineral dan komposisi kimia yang dominan terkandung. Hal ini dipengaruhi oleh
proses diferensiasi magma yang menghasilkan magma dengan komposisi berbeda-beda,
sehingga produk batuan yang dihasilkan dari magma bersifat felsik sampai mafik.
a. Batuan beku felsik adalah batuan beku dimana komposisi mineralnya di dominasi
mineral-mineral felsik yang bersifat asam yang umumnya mempunyai kandungan silika
lebih dari 66%, mengandung kurang dari 30% mineral mafik, mempunyai warna yang
cerah dengan indeks warna antara 10%-40%. Mineral utama dalam batan beku felsik
adalah ortoklas, kuarsa, pagioklas, dan muskovit. Contoh batuannya adalah granit, riolit,
dan syenit.
Gambar 4. Contoh lokasi pembentukan batuan beku felsik (Schmincke, 2004)
b. Batuan beku intermediate adalah batuan beku yang komposisi mineralnya di dominasi
mineral-mineral yang mempunyai sifat lebih basa dari mineral-mineral felsik, umumnya
mempunyai kandungan silika 52%-66% dengan kandungan mineral mafik 30%-60%,
mempunyai warna yang sedikit gelap dengan indeks warna 40%-70%.Mineral utama
dalam batuan beku ini adalah feldspatoid, plagioklas, hornblenda, dan biotit. Contoh
batuannya adalah andesit, dasit, dan monzonit.
Gambar 7. Contoh lokasi pembentukan batuan beku intermediate (Schmincke, 2004)
8.
Modul Pengenalan Batuan
8
c.Batuan beku mafik adalah batuan beku yang mempunyai komposisi mineralnya
didominasi mineral-mineral mafik yang bersifat basa, mempunyai kandungan silika 45%-
52%, mempunyai warna yang gelap dengan indeks warna 70%-90%, mineral utama
dalam batuan beku mafik ini adalah biotit , hornblende, piroksen. Contoh batuanya
adalah gabro dan basal.
Gambar 8. Contoh lokasi pembentukan batuan beku mafik (Schminke, 2004)
d. Batuan beku ultramafik adalah batuan beku yang mempunyai komposisi mineral
didominasi oleh mineral-mineral yang bersifat ultrabasa dengan kandungan-kandungan
silika kurang dari 45%, mempunyai warna yang gelap dengan indeks warna diatas 90%,
mineral utama dalam batuan beku ultramafik adalah piroksen dan olivin. Contoh
batuaannya adalah dunit dan peridotit.
Gambar 8. Contoh batuan beku intrusif : a) felsik (granit), b) intermediate (diorit), c) mafik (gabbro), d)
ultramafik (peridotit)
a) b)
c) d)
9.
Modul Pengenalan Batuan
9
E.DESKRIPSI BATUAN BEKU
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan beku adalah:
a. Warna Batuan, kita dapat menginterpretasi jenis batuan beku felsik-mafik secara dini dari
warna batuan, jika warna batuan beku cenderung cerah maka batuan beku tersebut
kemungkinan felsik dan jika warna batuan cenderung gelap maka kemungkinan batuan
beku tersebut adalah mafik.
b. Tekstur
i. Kristalinitas, adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dapat mencerminkan kecepatan pembekuan
magma. Apabila magma dalam proses pembekuannya lambat, maka ukuran kristal
menjadikasar. Sedangkan jika pembekuan berlangsung cepat, maka akan membentuk
ukuran kristal halus, akan tetapi jika pembekuan berlangsung sangat cepat maka tidak
terbentuk kristal (amorf). Dalam pembentukannya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
1. Holokristalin, apabila dalam tubuh batuan beku terdiri atas kristal secara
keseluruhan.
2. Hipokristalin, apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal
3. Holohialin, apabila tubuh batuan beku secara keseluruhan tersusun atasgelas.
ii. Granularitas, didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristal yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Kelompok ini dibagi berdasarkan ukuran butirnya, yaitu :
a. Faneritik/fanerokristalin, besar kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu
sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang atau dengan lup. Kristal-
kristal jenis fanerik dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine) jika ukuran diameter butir < 1 mm
- Sedang (medium) jika ukuran diameter butir 1 – 5 mm
- Kasar (coarse) jika ukuran diameter butir 5 – 30 mm
- Sangat kasar (very coarse) jika ukuran diameter butir > 30 mm
b. Afanitik, besar kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan
10.
Modul Pengenalan Batuan
10
teksturafanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas, atau keduanya. Dalam analisa
mikroskopis tekstur ini dapat dibedakan menjadi:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butir berkisar antara 0,1 –
0,01mm
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butir berkisar
antara 0,01 – 0,002 mm
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas
2. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris sedangkan mineral yang
kecil disebut massa dasar / matriks yang bisa berupa mineral atau gelas. Secara
umum tekstur ini disebut tekstur porfiritik, namun dapat dibagi lagi berdasarkan
ukuran matriksnya, yaitu :
a. Faneroporfiritik, apabila fenokris berada di tengah-tengah massa dasar
faneritik.
b. Porfiroafanitik, apabila fenokris berada di tengah-tengah massa dasar afanitik.
iii. Bentuk Kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:
1. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristalnya
2. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi
3. Anhedral, apabila mineral sudah tidak memiliki bidang kristal asli
4. Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang
5. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang daripada satu dimensi
lainnya.
6. Prismatik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dibandingkan dua
dimensi lainnya
7. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur
iv. Hubungan antar Kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
11.
Modul Pengenalan Batuan
11
1.Panidiomorfik granular, jika sebagian besar kristalnya terdiri dari kristal-kristal
euhedral
2. Hipidiomorfik granular, jika sebagian besar kristalnya terdiri dari kristal-kristal
subhedral
3. Allotriomorfik granular, jika sebagian besar kristalnya terdiri dari kristal-kristal
anhedral
c. Struktur adalah ciri-ciri pada batuan yang dapat dilihat pada skala hand specimen atau
lebih besar lagi. Struktur batuan beku sebagian besar hanya bisa dilihat di lapangan saja,
misalnya:
1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah
laut, membentuk struktur seperti bantal
2. Masif, jika tidak menunjukkan sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya
lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
tubuh batuan beku
3. Vesikuler, struktur berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembekuan magma.
4. Skoria, struktur yang serupa seperti vesikuler tetapi dengan lubang-lubang yang
besar dan tidak teratur.
5. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya silikat atau karbonat
6. Xenolitis, struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan lain
yang masuk ke dalam batuan.
7. Struktur yang dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture), misalnya: kekar
tiang (columnar joint) dan kekar lembaran (sheeting joint).
d. Komposisi mineral menentukan komposisi batuan dengan mineral yang dominan sebagai
mineral utama yang dapat menentukan nama batuan dan mineral aksesoris yang terdapat,
jika mineral aksesoris > 10% maka dapat disertakan menjadi nama belakang dari nama
utama.
12.
Modul Pengenalan Batuan
12
F.KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Gambar 9. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Kandungan Mineralnya
Gambar 10. Klasifikasi Batuan Beku Plutonik Asam-Intermediet (IUGS)
13.
Modul Pengenalan Batuan
13
Gambar11. Klasifikasi Batuan Beku Vulkanik Asam-Intermediet (IUGS)
Gambar 12. Klasifikasi Batuan Beku Basa-Ultrabasa (IUGS)
Modul Pengenalan Batuan
17
G.BORANG DESKRIPSI BATUAN BEKU
Nama :
Kode Peraga :
Jenis Batuan Beku :
Batuan berwarna _________, mempunyai struktur _________, ukuran kristal ____-____
mm (fenokris : ___-___ mm, massa dasar _______ mm), menunjukkan tekstur berdasarkan
kristalinitas ____________, tekstur berdasarkan granularitas _________, berdasarkan
hubungan antar kristal ______________, komposisi batuan : mineral utama ________,
________, ________, mineral aksesori ________, ________.
Deskripsi Mineralogi :
(diurutkan berdasarkan kelimpahan mineralnya)
Mineral _____________, warna _____________, ukuran kristal _____________, bentuk
kristal ______________, kilap_______________, belahan______________, struktur
____________, kelimpahan _________, hadir sebagai (fragmen / matriks) dalam batuan.
Mineral _____________, warna _____________, ukuran kristal _____________, bentuk
kristal ______________, kilap_______________, belahan______________, struktur
____________, kelimpahan _________, hadir sebagai (fragmen / matriks) dalam batuan.
Mineral _____________, warna _____________, ukuran kristal _____________, bentuk
kristal ______________, kilap_______________, belahan______________, struktur
____________, kelimpahan _________, hadir sebagai (fragmen / matriks) dalam batuan.
Mineral _____________, warna _____________, ukuran kristal _____________, bentuk
kristal ______________, kilap_______________, belahan______________, struktur
____________, kelimpahan _________, hadir sebagai (fragmen / matriks) dalam batuan.
Nama Batuan Beku (Klasifikasi) : ________________________
18.
Modul Pengenalan Batuan
18
H.CONTOH DESKRIPSI BATUAN BEKU
Nama : Setiawan
Kode Peraga : BB 41
Jenis Batuan Beku : Batuan beku plutonik
Batuan berwarna abu – abu, mempunyai struktur masif, ukuran kristal 1 – 20 mm, menunjukkan
tekstur berdasarkan kristalinitas holokristalin, tekstur berdasarkan granularitas faneritik,
berdasarkan hubungan antar kristal panidiomorfik granular, komposisi batuan : mineral mayor
kuarsa, feldspar orthoklas, feldspar plagioklas, mineral aksesori berupa biotit, dan muskovit.
Deskripsi Mineralogi :
Kuarsa berwarna transparan/colorless, kilap kaca, pecahan konkoidal, tidak memiliki
belahan, struktur granular, bentuk anhedral, kelimpahan 45%.
Ortoklas berwarna merah muda, kilap kaca, pecahan uneven, belahan tidak teramati, struktur
prismatik, bentuk subhedral, kelimpahan 37%.
Plagioklas berwarna putih susu, kilap kaca, pecahan uneven, belahan tidak teramati, pecahan
tidak teramati, struktur prismatik, bentuk subhedral, kelimpahan 10%
Biotit warna hitam, kilap kaca, belahan 1 arah, struktur prismatik pendek, bentuk euhedral,
kelimpahan 3%.
Muskovit warna putih, kilap mutiara, pecahan uneven, belahan 1 arah, struktur lamellar,
bentuk kristalin, kelimpahan 1 %
Nama Batuan : Granit Biotit (Travis, 1955)
I. REFERENSI
Best, M.G., 2003, Igneous and Metamorphic Petrology, Blackwell Science, Ltd., Malden,
USA.
Blatt, H., and Tracy, 1996, Petrology : Igneous, Sedimentary and Metamorphic, Freeman
& Co.
Schmincke, H.U., 2004, Volcanism, Springer, Dordrecht, Netherland..
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis : A Global Tectonic Approach, Springer,
Dordrecht, Netherland.