ANALISIS PETROFISIKA BRF BERDASARKAN DATA LOG
PENGEBORAN SUMUR ‘KP-03’ DI STRUKTUR ‘KP’ CEKUNGAN
SUMATERA SELATAN
Fenty Ria Maretta (1015051021)
Presentasi Hasil Kerja Praktek
Outline
 Pendahuluan
 Latar belakang
 Tujuan
 Tinjauan Pustaka
 Geologi regional pengamatan
 Litologi dan stratigrafi daerah
 Teori Dasar
 DiagramAlir Penelitian
 Pembahasan
 Analisis kurva log
 Interpretasi IP
 Analisis kuantitatif dan kualitatif
 Kesimpulan
Pendahuluan
 Latar Belakang
Secara general, kondisi dalam sumur pengeboran dapat diketahui
dengan dua cara; pengambilan sampel core dan interpretasi
menggunakan metoda logging dengan parameter petrofisika.
Pengambilan sampel core adalah cara terbaik untuk memastikan isi dan
kualitas sebuah sumur hidrokarbon, namun memakan biaya dan waktu.
Karena itu alternatif terbaik yang digunakan para geofisikawan untuk
mengetahui isi sumur hidrokarbon adalah metoda logging dengan
parameter petrofisika. Pada kerja praktek kali ini, analisis sumur
hidrokarbon dilakukan dengan menggunakan software Interactif
Petrophysics (IP).
 Tujuan
Secara khusus tujuan dari Kerja Praktek ini adalah:
 Menginterpretasi data log sumur “KP-03” menggunakan software Interactive
Petrophysics.
 Mendapatkan nilai porositas (Ф), volume clay (Vcl), water saturation (Sw) dan
nett pay, jenis fluida pengisi sumur “KP-03” berdasarkan Analisis petrofisika.
Tinjauan Pustaka
GEOLOGI REGIONAL PENGAMATAN
Cekungan Sumatera Selatan (South
Sumatra Basin) dibatasi oleh Paparan
Sunda di timurlaut, daerah ketinggian
Lampung (Lampung High) diTenggara,
Pegunungan Bukit Barisan di baratdaya
serta Pegunungan Dua Belas dan
Pegunungan Tiga Puluh (Tiga Puluh High)
di baratlaut.
Secara tektonis Cekungan Sumatra
Selatan terbentuk akibat kompresi antara
Lempeng Eurasia dan Lempeng India pada
umur MesozoikTengah dan selanjutnya
selama masa Paleosen hingga Miosen
Awal terjadi fase ekstensi yang diikuti
proses inversi, sehingga terjadi
pengangkatan basement yang mempunyai
implikasi terhadap proses sedimentasi dan
stratigrafi. Pertamina, 2006
Litologi dan stratigrafi.
Urutan formasi batuan yang
telah tertembus oleh
pemboran sumur-sumur di
Struktur KP, dari bawah ke
atas adalah sebagai berikut :
1. Formasi Lahat.
2. FormasiTalang Akar
3. Formasi Baturaja
4. Fomasi Gumai
5. Formasi Air Benakat.
Urut-urutan stratigrafi dari
tua ke muda di struktur KP
(Koesoemadinata, 1980) :
1. Pre-Tertiary Basement
(BSM)
2. Formasi Lahat (LAF)
3. FormasiTalang Akar (TAF)
4. Formasi Baturaja (BRF)
5. Formasi Gumai (GUF)
6. Formasi Air Benakat (ABF)
7. Formasi Muaraenim (MEF)
8. FormasiTuff Kasai (KAF)
9. Endapan Kuarter
Pertamina,2006
Litologi dan stratigrafi...
1. Formasi Lahat (LAF)
Litologi terdiri dari shale abu-abu hingga
coklat tua, non-karbonatan pada bagian
atas dan karbonatan di bagian bawah,
dengan sisipan batupasir yang tidak
terkonsolidasi baik. Sehingga shale yang
berasal dari lingkungan lacustrine ini
dapat menjadi batuan induk
Karakteristik log Benakat Shale
menunjukkan, bahwa pada bagian atas
memiliki nilai GR yang tinggi dan nilai
PEF yang kecil (diinterpretasikan
diendapkan pada lingkungan transisi),
sedangkan di bagian bawah dengan nilai
GR kecil dan PEF besar (diendapkan di
laut dangkal).
2. FormasiTalang Akar (TAF)
Formasi Talang Akar di Struktur KP
terdiri dari shale berwarna coklat muda,
karbonan, berselang-seling dengan
batupasir (clean sand), berwarna coklat
muda hingga coklat tua, berukuran pasir
halus – sedang, kadang-kadang
mengandung pirit dan sisipan tipis
batubara. Formasi ini merupakan batuan
reservoar utama di Struktur Benuag,
dengan ketebalan formasi lebih dari
1000 m.
Litologi dan stratigrafi...
3. Formasi Baturaja (BRF)
Di Struktur KP, Formasi Baturaja
diendapkan secara selaras di atas
Formasi Talang Akar. Tersusun atas
shale berwarna coklat keabuan,
gampingan, mengandung pirit,
berselang-seling dengan
batugamping berwarna coklat
keabuan, berfragmen koral, dan
mengandung gloukonit. Formasi
ini umumnya sangat tight dengan
ketebalan rata-rata 35 m. Sifat
fisik yang tight tersebut membuat
BRF bertindak sebagai super seal
di daerah Gunung Kemala.
4. Formasi Gumai (GUF)
Di Struktur KP Formasi Gumai
diendapkan secara selaras di atas
Formasi Baturaja. Formasi ini terdiri
dari lapisan tebal Shale berwarna abu-
abu muda hingga coklat muda,
kadang gampingan dan mengandung
pirit, dengan sisipan tipis batupasir,
batupasir gampingan.
Litologi dan stratigrafi...
5. Formasi Air Benakat (ABF)
Sebelumnya Formasi Air
Benakat, Formasi Muaraenim
dan Formasi Kasai, disatukan
menjadi Formasi Palembang.
Formasi Air Benakat terdiri dari
shale berwarna abu-abu muda
hingga coklat muda berselang-
seling dengan batupasir,
mengandung karbon, dengan
sisipan tipis batugamping.
TERSETRIAL
Atas
Tengah
Bawah
KELOMPOK
UMUR FORMASI
TEBAL(m)
LIITOLOGI
Tengah
Bawah
Tuff ungu, hijau, merah dan coklat,
lempung tuffan, breksi dan konglomerat.
Bawah
Napal, lempung, serpih, serpih lanauan,
kadan-kadang gamping dan pasir tipis,
Globigerina biasa terdapat
Napal, gamping terumbu dan gamping
lempungan
Pasir, pasir gampingan, lempung,
lempung pasiran sedikit batubara, pasir
kasar pada dasr penampang di banyak
tempat.
22000-1600-1100
Atas
EosinOligosen
0-300
Paleosen
Kwarter
Plistosen
Pliosen
Miosen
Tengah
Atas
Pasir, lanau, lempung, aluvial.
Kerikil, pasir tuffan, dan lempung
konkresi vulkanik, tuff batuapung
Lempung, lempung pasiran, pasir dan
lapisan tebal batubara.
Lempung pasiran dan napalan, banyak
pasir dengan glaukonit, kadang
gampingan.
PALEMBANGTELISA
150-750
Batu
Raja
TalangakarLAFKasaiMuaraEnim
Air
Benakat
Gumai
Koesoemadinata, 1980
Teori Dasar
Logging dan Evaluasi kandungan HC
 Proses invasi ke dalam borehole
(Miftahul Firdaus, Elnusa)
Nomenclature:
Borehole:
Rm = Resistivity of mud.
Rmc = Resistivity of mud cake.
Flushed Zone:
Rmf = Resistivity of mud filtrate.
RXO = Resistivity of flushed zone.
SXO = Water Saturation of flushed zone.
Uninvaded or Virgin Zone:
RT = True resistivity of formation.
RW = Resistivity of formation water.
SW = Formation Water Saturation.
RS = Resistivity of adjacent bed or shoulder bed resistivity.
di = Diameter of invasion.
dh = Borehole diameter.
h = Bed thickness.
Invasi pada Borehole dan Hubungannya dengan
Resistivitas.
1. Flushed zone (df.) : zona yang terkontaminasi, zonasi lumpur masuk
kelapisan permaeble formasi.
Mengandung “Mud Filtrate” (Rm )
Mengandung “Residual Hydrocarbon”
Punya Resistivitas Batuan Rxo.
Tebal ~ 6 inches, tapi bisa lebih atau kurang
2. “Transition zone” (dj.)
Rentangnya bisa beberapa feet.
3. Undisturbed zone: zona yang tidak tersentuh lumpur pengeboran sehingga
bisa dikatakan memiliki resistivitas sebenarnya.
Punya Resistivitas Air Formasi (Rw), Resistivitas Batuan (Rt), dan
Water Saturation (Sw) .
Hukum Archie.
A. Resistivitas Air Formasi.
“Dengan mengukur besar arus I dan voltage
V, maka resistivitas air formasi (Rw)”
dihitung :
V
Rw = ----- [ ohmm]
I
B. Resistivitas Batuan (Rt).
Batuan dalam terisi oleh air formasi dan
minyak. “Makin kecil Sw makin banyak
minyak dalam pori & makin besar Rt
makin besar resistivity index (I).”
Jadi I dan Sw berbanding terbalik:
1
I = ---------
Sw n
Dimana n = Saturation exponent, kira-kira = 2
Persamaan ini dikenal sebagai Archie
Formula. Rumus ini dipakai sebagai
Dasar Interpretasi Data Log sampai
sekarang.
F. Rw
Sw n = --------------
Rt
Prinsip Pengukuran Logging :
Mengukur Resistivitas sebuah
Reservoir (R1).
Kemudian ukur Resistivitas Reservoir
lain yang diketahui mengandung air
(R2).
Dapat disimpulkan bahwa jika (R1) >
(R2), maka ada HC dalam reservoir (R1)
Evaluasi Formasi
Formation Evaluation dilakukan dengan memakai 3 log :
Log yang menunjukkan Zona Permeabel.
Spontaneous Potential
Gamma Ray
Log Yang Mengukur Resistivitas Formasi
Deep Induction
Deep Laterolog
Log Yang Mengukur Porositas.
Density
Neutron
Sonic
Log yang menunjukkan Zona Permeabel fomasi
 Log SP
Log SP adalah rekaman perbedaan
potensial listrik antara elektroda di permukaan
dengan elektroda yang terdapat di lubang bor.
Defleksi negative akan terjadi bila
salinitas kandungan dalam lapisan lebih besar
dari salinitas lumpur, sedangkan defleksi positif
terjadi bila salinitas kandungan dalam lapisan
lebih kecil dibandingkan salinitas lumpur.
“SP log hanya dipakai dengan dasar salt water
drilling muds.”
 Log Gamma Ray
Log Gamma Ray adalah rekaman
radioaktivitas alamiah. Radioaktivitas alamiah
yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen
Uranium (U),Thorium (Th), Potasium (K).
Elemen tersebut biasanya banyak
dijumpai pada shale / clay, maka, log GR sangat
berguna berguna untuk mengetahui besar /
kecilnya kandungan shale dalam lapisan
permeable.
Maka dari itu, log GR secara luas
digunakan dalam interpretasi batuan, pasir-
serpih untuk menghitung volume dari shale (Vsh).
Prinsipnya adalah interpolasi linear dari
pembacaan pasir dan serpih
(Malcom Rider, 2002)
(ensiklopediseismik.blogspot.com, 2014)
Log yang mengukur resistivitas formasi
 Alat-alat yang
digunakan untuk
mencari nilai
resistivitas (Rt) terdiri
dari dua kelompok
yaitu Laterolog dan
Induksi.
 Log resistivity
merupakan log
elektrik yang
digunakan untuk
mengetahui indikasi
adanya zona yang
mengandung air
ataupun hidrokarbon,
zona permeabel dan
zona berpori.
Kontras karakteristik resolusi lapisan dari alat resistivitas dan
aplikasi geologinya (schulmberger, 1999)
Log yang mengukur porositas
Aplikasi Log Densitas
Log density mengukur berat jenis
batuan yang dipakai untuk
menentukan porositas batuan.
Bersama log neutron, lithologi batuan
dan tipe fluida yang dikandung
batuan dapat ditentukan.
Log density dapat membedakan
minyak dari gas dalam ruang poripori
karena fluida fluida tadi berbeda berat
jenisnya.
Alat density yang modern juga
mengukur PEF (photoelectric effect)
yang berguna untuk menentukan
lithologi batuan, mengidentifikasi
adanya heavy minerals dan untuk
mengevaluasi clay.
Application Log Neutron
Alat Neutron dipakai untuk
menentukan primary porosity batuan,
yaitu ruang pori pori batuan yang
terisi air, minyak bumi atau gas.
Bersama log lain misalnya log
density, dapat dipakai untuk
menentukan jenis batuan /litologi
serta tipe fluida yang mengisi pori
pori batuan.
QC/Interpretations.
Densitas shales biasanya lebih kecil dari density batuan
yang bebas dari lempung (clean formation). Oleh sebab
itu porositas shales lebih tinggi dari porositas batuan.
Pada pemakaian “limestone compatible scales”, maka:
Dalam clean limestone RHOB dan NPHI akan overlay
dalam shales RHOB akan berada disebelah kanan
NPHI,
Dalam limestone yang mengandung gas, NPHI ada
disebelah kanan RHOB.
Dalam clean sand yang mengandung air, NPHI
disebelah kanan RHOB dengan jarak 6-7 p.u.
Dalam dolomite RHOB ada disebelah kanan NPHI,
mirip seperti dalam shale namun gamma ray
biasanya punya harga lebih rendah dalam dolomite.
Pada pemakaian “Sandstone compatible scales”,maka:
Dalam batuan sandstone kurva RHOB dan NPHI akan
overlay.
Karena PEF air, hidrogen dan oksigen adalah hampir
zero, maka effect porosity terhadap PEF sangat kecil dan
basic lithology biasanya dapat ditentukan langsung dari
kurva PEF.
Diagram alir penelitian
Hasil dan Pembahasan
Log Header
Polimer KCL dengan PH
9 menjadikan kurva
defleksi SP melenceng
ke kiri, karena itu
dalam kasus sumur KP-
03 maka kurva SP tidak
diperhitungkan.
Borehole temperatur
adalah suhu temperatur
tertinggi yang diukur
oleh alat, nilai BHT
nantinya dimasukkan
dalam mineral solver.
TRACK TRIPLE COMBO
Track triple combo adalah hasil
pengolahan data LAS pertama
yang didapatkan. Pada gambar
track disamping disimpulkan
mesin pengeboran telah
menembus dua formasi, yaitu
GUF dan BRF.
Lapisan pertama
memperlihatkan gamma ray
tinggi, resistivity rendah dan
tak ada persilangan RHOB dan
NPHI. Lapisan tersebut lebih
cocok untuk diasumsikan
sebagai perangkap.
Berdasarkan data geologi, jenis
batuan yang terdapat dalam
litologi ini adalah shallysand
yang merupakan perselingan
batu serpih dan lempung.
Nilai gammaray rendah,
resistivity 2-200, RHOB-
NPHI yang bersilangan yang
merupakan ciri hidrokarbon
muncul di litologi formasi
kedua, Diasumsikan sebagai
reservoar. Berdasarkan hasil
geologi, diketahui jenis
batuan formasi ini adalah
formasi bersih batu
gamping.
Dengan mengidentifikasi
karakteristik bentuk atau
defleksi kurva log untuk
membedakan formasi,
membedakan lapisan batuan
permeabel dan non
permeabel, serta identifikasi
fluida pengisi reservoar,
berarti telah dilakukan
analisa kualitatif awal.
Interpretasi dengan IP
Proses memasukkan nilai temperatur dari log header
kedalam IP
Parameter petrofisika
Data core berfungsi sebagai generate
data RHOB untuk mendapatkan
crossplot RHOB Calcite. Data X-ray
diffraction berguna untuk mengukur
persentase kehadiran lempung
dalam kedalaman tertentu. Dan data
air formasi berguna untuk
pembacaan kurva log dan juga
pengisian data dalam mineral solver
pada langkah berikutnya.
Modelling petrophysics
Input modelling
Analisa kuantitatif
Crossplot antara porositas-saturasi air. Crossplot antara porositas-volume clay
Melihat hasil crossplot maka
dapat disimpulkan bahwa hasil
analisa kuantitatif formasi
baturaja pada sumur KP-03
adalah :
•Porositas efektif : 7%
•Saturasi air : 79%
•Volume clay : 39%
Analisa kuantitatif
Zona daerah prospek
Zona potensial
Zona potensial
Terimakasih 

ANALISIS PETROFISIKA MENGGUNAKAN IP

  • 1.
    ANALISIS PETROFISIKA BRFBERDASARKAN DATA LOG PENGEBORAN SUMUR ‘KP-03’ DI STRUKTUR ‘KP’ CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Fenty Ria Maretta (1015051021) Presentasi Hasil Kerja Praktek
  • 2.
    Outline  Pendahuluan  Latarbelakang  Tujuan  Tinjauan Pustaka  Geologi regional pengamatan  Litologi dan stratigrafi daerah  Teori Dasar  DiagramAlir Penelitian  Pembahasan  Analisis kurva log  Interpretasi IP  Analisis kuantitatif dan kualitatif  Kesimpulan
  • 3.
    Pendahuluan  Latar Belakang Secarageneral, kondisi dalam sumur pengeboran dapat diketahui dengan dua cara; pengambilan sampel core dan interpretasi menggunakan metoda logging dengan parameter petrofisika. Pengambilan sampel core adalah cara terbaik untuk memastikan isi dan kualitas sebuah sumur hidrokarbon, namun memakan biaya dan waktu. Karena itu alternatif terbaik yang digunakan para geofisikawan untuk mengetahui isi sumur hidrokarbon adalah metoda logging dengan parameter petrofisika. Pada kerja praktek kali ini, analisis sumur hidrokarbon dilakukan dengan menggunakan software Interactif Petrophysics (IP).  Tujuan Secara khusus tujuan dari Kerja Praktek ini adalah:  Menginterpretasi data log sumur “KP-03” menggunakan software Interactive Petrophysics.  Mendapatkan nilai porositas (Ф), volume clay (Vcl), water saturation (Sw) dan nett pay, jenis fluida pengisi sumur “KP-03” berdasarkan Analisis petrofisika.
  • 4.
  • 5.
    GEOLOGI REGIONAL PENGAMATAN CekunganSumatera Selatan (South Sumatra Basin) dibatasi oleh Paparan Sunda di timurlaut, daerah ketinggian Lampung (Lampung High) diTenggara, Pegunungan Bukit Barisan di baratdaya serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh (Tiga Puluh High) di baratlaut. Secara tektonis Cekungan Sumatra Selatan terbentuk akibat kompresi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng India pada umur MesozoikTengah dan selanjutnya selama masa Paleosen hingga Miosen Awal terjadi fase ekstensi yang diikuti proses inversi, sehingga terjadi pengangkatan basement yang mempunyai implikasi terhadap proses sedimentasi dan stratigrafi. Pertamina, 2006
  • 6.
    Litologi dan stratigrafi. Urutanformasi batuan yang telah tertembus oleh pemboran sumur-sumur di Struktur KP, dari bawah ke atas adalah sebagai berikut : 1. Formasi Lahat. 2. FormasiTalang Akar 3. Formasi Baturaja 4. Fomasi Gumai 5. Formasi Air Benakat. Urut-urutan stratigrafi dari tua ke muda di struktur KP (Koesoemadinata, 1980) : 1. Pre-Tertiary Basement (BSM) 2. Formasi Lahat (LAF) 3. FormasiTalang Akar (TAF) 4. Formasi Baturaja (BRF) 5. Formasi Gumai (GUF) 6. Formasi Air Benakat (ABF) 7. Formasi Muaraenim (MEF) 8. FormasiTuff Kasai (KAF) 9. Endapan Kuarter Pertamina,2006
  • 7.
    Litologi dan stratigrafi... 1.Formasi Lahat (LAF) Litologi terdiri dari shale abu-abu hingga coklat tua, non-karbonatan pada bagian atas dan karbonatan di bagian bawah, dengan sisipan batupasir yang tidak terkonsolidasi baik. Sehingga shale yang berasal dari lingkungan lacustrine ini dapat menjadi batuan induk Karakteristik log Benakat Shale menunjukkan, bahwa pada bagian atas memiliki nilai GR yang tinggi dan nilai PEF yang kecil (diinterpretasikan diendapkan pada lingkungan transisi), sedangkan di bagian bawah dengan nilai GR kecil dan PEF besar (diendapkan di laut dangkal). 2. FormasiTalang Akar (TAF) Formasi Talang Akar di Struktur KP terdiri dari shale berwarna coklat muda, karbonan, berselang-seling dengan batupasir (clean sand), berwarna coklat muda hingga coklat tua, berukuran pasir halus – sedang, kadang-kadang mengandung pirit dan sisipan tipis batubara. Formasi ini merupakan batuan reservoar utama di Struktur Benuag, dengan ketebalan formasi lebih dari 1000 m.
  • 8.
    Litologi dan stratigrafi... 3.Formasi Baturaja (BRF) Di Struktur KP, Formasi Baturaja diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar. Tersusun atas shale berwarna coklat keabuan, gampingan, mengandung pirit, berselang-seling dengan batugamping berwarna coklat keabuan, berfragmen koral, dan mengandung gloukonit. Formasi ini umumnya sangat tight dengan ketebalan rata-rata 35 m. Sifat fisik yang tight tersebut membuat BRF bertindak sebagai super seal di daerah Gunung Kemala. 4. Formasi Gumai (GUF) Di Struktur KP Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja. Formasi ini terdiri dari lapisan tebal Shale berwarna abu- abu muda hingga coklat muda, kadang gampingan dan mengandung pirit, dengan sisipan tipis batupasir, batupasir gampingan.
  • 9.
    Litologi dan stratigrafi... 5.Formasi Air Benakat (ABF) Sebelumnya Formasi Air Benakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai, disatukan menjadi Formasi Palembang. Formasi Air Benakat terdiri dari shale berwarna abu-abu muda hingga coklat muda berselang- seling dengan batupasir, mengandung karbon, dengan sisipan tipis batugamping. TERSETRIAL Atas Tengah Bawah KELOMPOK UMUR FORMASI TEBAL(m) LIITOLOGI Tengah Bawah Tuff ungu, hijau, merah dan coklat, lempung tuffan, breksi dan konglomerat. Bawah Napal, lempung, serpih, serpih lanauan, kadan-kadang gamping dan pasir tipis, Globigerina biasa terdapat Napal, gamping terumbu dan gamping lempungan Pasir, pasir gampingan, lempung, lempung pasiran sedikit batubara, pasir kasar pada dasr penampang di banyak tempat. 22000-1600-1100 Atas EosinOligosen 0-300 Paleosen Kwarter Plistosen Pliosen Miosen Tengah Atas Pasir, lanau, lempung, aluvial. Kerikil, pasir tuffan, dan lempung konkresi vulkanik, tuff batuapung Lempung, lempung pasiran, pasir dan lapisan tebal batubara. Lempung pasiran dan napalan, banyak pasir dengan glaukonit, kadang gampingan. PALEMBANGTELISA 150-750 Batu Raja TalangakarLAFKasaiMuaraEnim Air Benakat Gumai Koesoemadinata, 1980
  • 10.
  • 11.
    Logging dan Evaluasikandungan HC  Proses invasi ke dalam borehole (Miftahul Firdaus, Elnusa)
  • 12.
    Nomenclature: Borehole: Rm = Resistivityof mud. Rmc = Resistivity of mud cake. Flushed Zone: Rmf = Resistivity of mud filtrate. RXO = Resistivity of flushed zone. SXO = Water Saturation of flushed zone. Uninvaded or Virgin Zone: RT = True resistivity of formation. RW = Resistivity of formation water. SW = Formation Water Saturation. RS = Resistivity of adjacent bed or shoulder bed resistivity. di = Diameter of invasion. dh = Borehole diameter. h = Bed thickness.
  • 13.
    Invasi pada Boreholedan Hubungannya dengan Resistivitas. 1. Flushed zone (df.) : zona yang terkontaminasi, zonasi lumpur masuk kelapisan permaeble formasi. Mengandung “Mud Filtrate” (Rm ) Mengandung “Residual Hydrocarbon” Punya Resistivitas Batuan Rxo. Tebal ~ 6 inches, tapi bisa lebih atau kurang 2. “Transition zone” (dj.) Rentangnya bisa beberapa feet. 3. Undisturbed zone: zona yang tidak tersentuh lumpur pengeboran sehingga bisa dikatakan memiliki resistivitas sebenarnya. Punya Resistivitas Air Formasi (Rw), Resistivitas Batuan (Rt), dan Water Saturation (Sw) .
  • 14.
    Hukum Archie. A. ResistivitasAir Formasi. “Dengan mengukur besar arus I dan voltage V, maka resistivitas air formasi (Rw)” dihitung : V Rw = ----- [ ohmm] I B. Resistivitas Batuan (Rt). Batuan dalam terisi oleh air formasi dan minyak. “Makin kecil Sw makin banyak minyak dalam pori & makin besar Rt makin besar resistivity index (I).” Jadi I dan Sw berbanding terbalik: 1 I = --------- Sw n Dimana n = Saturation exponent, kira-kira = 2 Persamaan ini dikenal sebagai Archie Formula. Rumus ini dipakai sebagai Dasar Interpretasi Data Log sampai sekarang. F. Rw Sw n = -------------- Rt Prinsip Pengukuran Logging : Mengukur Resistivitas sebuah Reservoir (R1). Kemudian ukur Resistivitas Reservoir lain yang diketahui mengandung air (R2). Dapat disimpulkan bahwa jika (R1) > (R2), maka ada HC dalam reservoir (R1)
  • 15.
    Evaluasi Formasi Formation Evaluationdilakukan dengan memakai 3 log : Log yang menunjukkan Zona Permeabel. Spontaneous Potential Gamma Ray Log Yang Mengukur Resistivitas Formasi Deep Induction Deep Laterolog Log Yang Mengukur Porositas. Density Neutron Sonic
  • 16.
    Log yang menunjukkanZona Permeabel fomasi  Log SP Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan dengan elektroda yang terdapat di lubang bor. Defleksi negative akan terjadi bila salinitas kandungan dalam lapisan lebih besar dari salinitas lumpur, sedangkan defleksi positif terjadi bila salinitas kandungan dalam lapisan lebih kecil dibandingkan salinitas lumpur. “SP log hanya dipakai dengan dasar salt water drilling muds.”  Log Gamma Ray Log Gamma Ray adalah rekaman radioaktivitas alamiah. Radioaktivitas alamiah yang ada di formasi timbul dari elemen-elemen Uranium (U),Thorium (Th), Potasium (K). Elemen tersebut biasanya banyak dijumpai pada shale / clay, maka, log GR sangat berguna berguna untuk mengetahui besar / kecilnya kandungan shale dalam lapisan permeable. Maka dari itu, log GR secara luas digunakan dalam interpretasi batuan, pasir- serpih untuk menghitung volume dari shale (Vsh). Prinsipnya adalah interpolasi linear dari pembacaan pasir dan serpih
  • 17.
  • 18.
    Log yang mengukurresistivitas formasi  Alat-alat yang digunakan untuk mencari nilai resistivitas (Rt) terdiri dari dua kelompok yaitu Laterolog dan Induksi.  Log resistivity merupakan log elektrik yang digunakan untuk mengetahui indikasi adanya zona yang mengandung air ataupun hidrokarbon, zona permeabel dan zona berpori. Kontras karakteristik resolusi lapisan dari alat resistivitas dan aplikasi geologinya (schulmberger, 1999)
  • 19.
    Log yang mengukurporositas Aplikasi Log Densitas Log density mengukur berat jenis batuan yang dipakai untuk menentukan porositas batuan. Bersama log neutron, lithologi batuan dan tipe fluida yang dikandung batuan dapat ditentukan. Log density dapat membedakan minyak dari gas dalam ruang poripori karena fluida fluida tadi berbeda berat jenisnya. Alat density yang modern juga mengukur PEF (photoelectric effect) yang berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy minerals dan untuk mengevaluasi clay. Application Log Neutron Alat Neutron dipakai untuk menentukan primary porosity batuan, yaitu ruang pori pori batuan yang terisi air, minyak bumi atau gas. Bersama log lain misalnya log density, dapat dipakai untuk menentukan jenis batuan /litologi serta tipe fluida yang mengisi pori pori batuan.
  • 20.
    QC/Interpretations. Densitas shales biasanyalebih kecil dari density batuan yang bebas dari lempung (clean formation). Oleh sebab itu porositas shales lebih tinggi dari porositas batuan. Pada pemakaian “limestone compatible scales”, maka: Dalam clean limestone RHOB dan NPHI akan overlay dalam shales RHOB akan berada disebelah kanan NPHI, Dalam limestone yang mengandung gas, NPHI ada disebelah kanan RHOB. Dalam clean sand yang mengandung air, NPHI disebelah kanan RHOB dengan jarak 6-7 p.u. Dalam dolomite RHOB ada disebelah kanan NPHI, mirip seperti dalam shale namun gamma ray biasanya punya harga lebih rendah dalam dolomite. Pada pemakaian “Sandstone compatible scales”,maka: Dalam batuan sandstone kurva RHOB dan NPHI akan overlay. Karena PEF air, hidrogen dan oksigen adalah hampir zero, maka effect porosity terhadap PEF sangat kecil dan basic lithology biasanya dapat ditentukan langsung dari kurva PEF.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
    Log Header Polimer KCLdengan PH 9 menjadikan kurva defleksi SP melenceng ke kiri, karena itu dalam kasus sumur KP- 03 maka kurva SP tidak diperhitungkan. Borehole temperatur adalah suhu temperatur tertinggi yang diukur oleh alat, nilai BHT nantinya dimasukkan dalam mineral solver.
  • 24.
    TRACK TRIPLE COMBO Tracktriple combo adalah hasil pengolahan data LAS pertama yang didapatkan. Pada gambar track disamping disimpulkan mesin pengeboran telah menembus dua formasi, yaitu GUF dan BRF. Lapisan pertama memperlihatkan gamma ray tinggi, resistivity rendah dan tak ada persilangan RHOB dan NPHI. Lapisan tersebut lebih cocok untuk diasumsikan sebagai perangkap. Berdasarkan data geologi, jenis batuan yang terdapat dalam litologi ini adalah shallysand yang merupakan perselingan batu serpih dan lempung.
  • 25.
    Nilai gammaray rendah, resistivity2-200, RHOB- NPHI yang bersilangan yang merupakan ciri hidrokarbon muncul di litologi formasi kedua, Diasumsikan sebagai reservoar. Berdasarkan hasil geologi, diketahui jenis batuan formasi ini adalah formasi bersih batu gamping. Dengan mengidentifikasi karakteristik bentuk atau defleksi kurva log untuk membedakan formasi, membedakan lapisan batuan permeabel dan non permeabel, serta identifikasi fluida pengisi reservoar, berarti telah dilakukan analisa kualitatif awal.
  • 26.
    Interpretasi dengan IP Prosesmemasukkan nilai temperatur dari log header kedalam IP
  • 27.
    Parameter petrofisika Data coreberfungsi sebagai generate data RHOB untuk mendapatkan crossplot RHOB Calcite. Data X-ray diffraction berguna untuk mengukur persentase kehadiran lempung dalam kedalaman tertentu. Dan data air formasi berguna untuk pembacaan kurva log dan juga pengisian data dalam mineral solver pada langkah berikutnya.
  • 28.
  • 30.
    Analisa kuantitatif Crossplot antaraporositas-saturasi air. Crossplot antara porositas-volume clay Melihat hasil crossplot maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisa kuantitatif formasi baturaja pada sumur KP-03 adalah : •Porositas efektif : 7% •Saturasi air : 79% •Volume clay : 39%
  • 31.
  • 32.
    Zona daerah prospek Zonapotensial Zona potensial
  • 33.