BAB I 
PENDAHULUAN 
1. Konsep Dasar 
1.1 Pengertian 
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara 
tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang 
sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92). 
1.2 Anatomi 
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen 
bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster 
berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai 
sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat 
pengisian dan pengosongan lambung. 
Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara 
anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja 
panjang duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen 
treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan dari sisi kanan diafragma 
dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan 
jejenum. 
Sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut ileum. 
Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan 
ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium 
keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, 
yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus 
halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. 
Colon / usus besar : 
Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari : 
* Caecum * Colon pars desendens 
* Colon Pars aseenden * Rectum 
* Colon transversum
Lapisan usus besar ini terdiri dari 
* Tunika serosa * Tunika submukosa 
* Tunika muskularis * Tunika mukosa 
1.3 Patofisiologi 
1.4 Etiologi 
Batu saluran kencing 
Virus / bakteri 
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, 
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. 
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, 
kulitis infeksi, esofagitis. 
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. 
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis. 
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. 
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. 
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard 
dan paru dan lainnya. 
Infeksi 
Keradangan 
Peningkatan suhu 
tubuh 
Hipotalamus 
Mediator nyeri 
Nyeri Anoreksia 
Resiko gangguan 
pemenuhan 
nutrisi 
Perubahan status 
kesehatan 
Defisit informasi 
Kurangnya 
pengetahuan 
Cemas
1.5 Manifestasi Klinis 
Klien akan merasakan nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, 
muntah, bisa juga kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang 
sesuai penyakitnya. 
1.6 Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah 
mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang 
perlu juga dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. 
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai 
hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya 
perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya 
proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping 
diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan 
diagnosis yang lainnya. 
1.7 Penatalaksanaan 
a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran 
gastrointestinal. 
Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride 
b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan 
jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor 
H2 (ARH2). 
Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin 
c. Antasida 
d. Obat pelindung mukosa 
Ex. Sukralfat. 
2. Asuhan keperawatan 
2.2 Pengkajian, meliputi : 
a. Identitas klien
1) Nama 
2) Umur 
3) Jenis kelamin 
4) Suku bangsa 
5) Pekerjaan 
6) Pendidikan 
7) Alamat 
8) Tanggal MRS 
9) Diagnosis 
b. Keluhan utama 
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya 
klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain. 
c. Riwayat kesehatan 
· Riwayat kesehatan sekarang 
biasanya serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang 
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke 
Rumah Sakit. 
· Riwayat kesehatan dahulu 
Megkaji tentang adanya penyakit seperti yang dirasakan sekarang 
dan penyakit yang pernah diderita seperti HT atau penyakit 
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses 
penyembuhan klien. 
· Riwayat kesehatan keluarga 
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adanya penyakit 
keturunan atau menular. 
d. Pola- pola fungsi kesehatan 
· Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat 
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga 
dapat menimbulkan perawatan diri. 
· Pola nutrisi dan metabolisme 
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga 
tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
· Pola eliminasi 
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan 
sehingga terjadi konstipasi. 
· Pola aktivitas dan latihan 
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan. 
· Pola persepsi dan konsep diri 
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien. 
· Pola sensori dan kognitif 
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang 
berulang. 
· Pola reproduksi dan seksual 
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual. 
· Pola hubungan peran 
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit 
sehubungan dengan proses penyakitnya. 
· Pola penanggulangan stress 
Tentang cara klien mengatasi masalahnya. 
· Pola tata nilai dan kepercayaan 
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan. 
e. Pemeriksaan fisik 
· Status kesehatan umum 
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya. 
· Sistem respirasi 
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan 
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / 
meninggi akan terjadi sesak. 
· Sistem kardiovaskuler 
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit 
jantung lainnya. 
· Sistem persyarafan 
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
· Sistem gastrointestinal. 
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap 
makanan / nafsu makan berkurang, muntah. 
· Sistem genitourinaria/eliminasi 
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan. 
f. Analisa Data 
· Data 1 
Ds : Nyeri pada perut 
Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati 
dengan abdomen, respon autonomik misalnya 
perubahan tanda vital. 
Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik). 
Etiologi : Proses penyakitnya. 
· Data 2 
Ds : Klien terlihat gelisah 
Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, 
kurang kontak mata, ekspresi wajah. 
Masalah : Ansietas / cemas 
Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian) 
· Data 3 
Ds : Nyeri perut 
Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual. 
Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi 
Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya) 
2.2 Diagnosa keperawatan 
 Data 1 
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan 
proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah 
penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon 
autonomik.
 Data 2 
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman 
kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda 
vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah 
penderita. 
 Data 3 
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia 
(proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, 
intoleran terhadap makanan. 
2.3 Perencanaan 
 Diagnosa 1 
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan 
proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah 
penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon 
autonomik. 
Tujuan : Nyeri berkurang 
Kriteria hasil : 
· Klien menyatakan nyeri mulai berkurang 
· Ekspresi wajah klien tidak menyeringai 
* Rencana tindakan 
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya. 
b. Observasi TTV klien. 
c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. 
d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk 
pasien. 
e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan 
ketidaknyamanan. 
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. 
* Rasional :
a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan 
dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat 
membantu siagnosa. 
b. Untuk mengetahui perkembangan klien. 
c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. 
d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga 
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah 
distensi dan haluaran gastrin. 
e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam 
antara individu. Penelitian menunjukkan merica dan 
kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia. 
f. Untuk mempercepat proses penyembuhan. 
 Data 2 
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman 
kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda 
vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah 
penderita. 
Tujuan : Cemas berkurang 
Kriteria hasil : 
· Menunjukkan rileks 
· Klien tidak terlihat gelisah 
· Menunjukkan pemecahan masalah 
* Rencana tindakan 
a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi. 
b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, 
kurang kontak mata. 
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik. 
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. 
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi 
* Rasional
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien 
tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik. 
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien 
akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai 
status panik. 
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan 
kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep. 
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman 
menakutkan menjadi seorang diri. 
e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan 
rasa tenang pada klien. 
 Diagnosa 3 
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia 
(proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, 
intoleran terhadap makanan. 
Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut 
Kriteria hasil : 
· Klien tidak merasa mual dan muntah. 
· Klien toleran terhadap makanannya. 
* Rencana tindakan 
a. Kaji dan observasi TTV klien. 
b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit. 
c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien. 
d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit. 
* Rasional 
a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien. 
b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki 
keadaan sistem pencernaan klien. 
c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga 
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah 
distensi dan haluaran gastrin. 
d. Melakukan fungsi independen perawat.
2.4 Pelaksanaan / implementasi 
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana 
perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang 
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara 
optimal. 
2.5 Evaluasi 
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang 
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan 
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga 
kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA 
H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 
FKUI Jakarta, 2001. 
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 1997. 
Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000. 
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan 
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan. 
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997.

Askep pasien colic abdomen br

  • 1.
    BAB I PENDAHULUAN 1. Konsep Dasar 1.1 Pengertian Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92). 1.2 Anatomi Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja panjang duodenum, kira-kira 25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejenum. Sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon / usus besar : Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari : * Caecum * Colon pars desendens * Colon Pars aseenden * Rectum * Colon transversum
  • 2.
    Lapisan usus besarini terdiri dari * Tunika serosa * Tunika submukosa * Tunika muskularis * Tunika mukosa 1.3 Patofisiologi 1.4 Etiologi Batu saluran kencing Virus / bakteri a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis. c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis. e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya. Infeksi Keradangan Peningkatan suhu tubuh Hipotalamus Mediator nyeri Nyeri Anoreksia Resiko gangguan pemenuhan nutrisi Perubahan status kesehatan Defisit informasi Kurangnya pengetahuan Cemas
  • 3.
    1.5 Manifestasi Klinis Klien akan merasakan nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, muntah, bisa juga kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang sesuai penyakitnya. 1.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya. 1.7 Penatalaksanaan a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal. Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2). Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin c. Antasida d. Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat. 2. Asuhan keperawatan 2.2 Pengkajian, meliputi : a. Identitas klien
  • 4.
    1) Nama 2)Umur 3) Jenis kelamin 4) Suku bangsa 5) Pekerjaan 6) Pendidikan 7) Alamat 8) Tanggal MRS 9) Diagnosis b. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain. c. Riwayat kesehatan · Riwayat kesehatan sekarang biasanya serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit. · Riwayat kesehatan dahulu Megkaji tentang adanya penyakit seperti yang dirasakan sekarang dan penyakit yang pernah diderita seperti HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien. · Riwayat kesehatan keluarga Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adanya penyakit keturunan atau menular. d. Pola- pola fungsi kesehatan · Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. · Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
  • 5.
    · Pola eliminasi Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi. · Pola aktivitas dan latihan Akan terjadi kelemahan dan kelelahan. · Pola persepsi dan konsep diri Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien. · Pola sensori dan kognitif Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang. · Pola reproduksi dan seksual Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual. · Pola hubungan peran Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya. · Pola penanggulangan stress Tentang cara klien mengatasi masalahnya. · Pola tata nilai dan kepercayaan Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan. e. Pemeriksaan fisik · Status kesehatan umum Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya. · Sistem respirasi Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak. · Sistem kardiovaskuler Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya. · Sistem persyarafan Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
  • 6.
    · Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah. · Sistem genitourinaria/eliminasi Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan. f. Analisa Data · Data 1 Ds : Nyeri pada perut Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik misalnya perubahan tanda vital. Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik). Etiologi : Proses penyakitnya. · Data 2 Ds : Klien terlihat gelisah Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah. Masalah : Ansietas / cemas Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian) · Data 3 Ds : Nyeri perut Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual. Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya) 2.2 Diagnosa keperawatan  Data 1 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
  • 7.
     Data 2 Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.  Data 3 Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan. 2.3 Perencanaan  Diagnosa 1 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik. Tujuan : Nyeri berkurang Kriteria hasil : · Klien menyatakan nyeri mulai berkurang · Ekspresi wajah klien tidak menyeringai * Rencana tindakan a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya. b. Observasi TTV klien. c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien. e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan. f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. * Rasional :
  • 8.
    a. Nyeri tidakselalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa. b. Untuk mengetahui perkembangan klien. c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin. e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara individu. Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia. f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.  Data 2 Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita. Tujuan : Cemas berkurang Kriteria hasil : · Menunjukkan rileks · Klien tidak terlihat gelisah · Menunjukkan pemecahan masalah * Rencana tindakan a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi. b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata. c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik. d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi * Rasional
  • 9.
    a. Dapat menjadiindikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik. b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panik. c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep. d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri. e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada klien.  Diagnosa 3 Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan. Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut Kriteria hasil : · Klien tidak merasa mual dan muntah. · Klien toleran terhadap makanannya. * Rencana tindakan a. Kaji dan observasi TTV klien. b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit. c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien. d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit. * Rasional a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien. b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki keadaan sistem pencernaan klien. c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin. d. Melakukan fungsi independen perawat.
  • 10.
    2.4 Pelaksanaan /implementasi Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal. 2.5 Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
  • 11.
    DAFTAR PUSTAKA H.Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI Jakarta, 2001. H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 1997. Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000. Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan. R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997.