MODUL ARTISTIK
A. PENGERTIAN
DepartemenArtistik dalam dunia perfilman memiliki peran yang sangat penting dalam
menyusun segala sesuatu yang menjadi latar belakang dalam sebuah film, termasuk
menciptakan kesan keterkaitan dimensi ruang dengan objek dan tokoh dalam cerita (Mise en
Scene). Keberhasilan produksi film juga sangat tergantung pada peran Departemen Artistik.
Dalam departemen Artistik terdapat perbedaan istilah antara perancang artistik dan penata
artistik. Perancang artistik memiliki tugas untuk mengonsep visual yang ingin dicapai dan
merancang desain, konsep, jadwal, dan pembiayaan untuk proyek film tersebut. Sedangkan
penata artistik bertanggung jawab untuk mengeksekusi konsep-konsep yang telah dirancang
oleh perancang artistik dalam pembuatan set dan latar dalam film.
B. FUNGSI ARTISTIK DALAM FILM
Artistik dalam film memiliki peran yang penting karena bukan hanya sebagai
pelengkap atau latar belakang, tetapi juga sebagai elemen yang berkontribusi dalam
menerapkan konsep teknis dan pemahaman dalam pengaturan dekorasi. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan nilai-nilai estetis dan keindahan dalam film. Artistik dalam film memiliki
beberapa fungsi yang penting, di antaranya adalah:
1. Membentuk konteks cerita dengan menggabungkan elemen visual seperti konstruksi
set, lokasi, dekorasi, properti, riasan wajah, dan kostum sehingga visual yang tercipta
menjadi satu kesatuan cerita yang utuh.
2. Menciptakan dimensi ruang yang logis sesuai dengan cerita yang telah dirancang pada
produksi naskah. Kru film dapat membangun set lokasi shooting agar sesuai dengan
kebutuhan naskah dan storyboard yang telah dibuat.
3. Menambahkan efek dramatis pada adegan film melalui penambahan efek-efek artistik
yang mendukung, seperti efek hujan atau elemen prop-art yang sesuai.
4. Membentuk suasana dan atmosfer film dengan mempertimbangkan warna dan tekstur
yang digunakan. Baik warna dan tekstur dapat mencerminkan lingkungan tokoh,
ataupun mencerminkan latar belakang sosial dan budaya dari karakter sang tokoh.
2.
5. Memfasilitasi pergerakankamera dan pencahayaan dengan mempertimbangkan
bagaimana penampakan set atau lokasi shooting dari berbagai sudut pandang dan jarak
serta dalam kondisi pencahayaan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan naskah.
C. ASPEK PENTING DALAM MERANCANG ARTISTIK
Tata artistik dalam film tidak hanya terbatas pada penyusunan latar atau setting visual,
melainkan mencakup seluruh elemen visual yang ada dalam film, termasuk konstruksi set,
lokasi, dekorasi, properti, riasan wajah, dan kostum. Tujuannya adalah untuk menciptakan
satu kesatuan cerita yang utuh dan menambah nilai-nilai estetis dan keindahan dalam film.
Selain itu, tata artistik juga berperan dalam menciptakan dimensi ruang yang logis sesuai
dengan cerita, menambah efek dramatis, membentuk suasana dan atmosfer film, serta
memfasilitasi pergerakan kamera dan pencahayaan.
Dalam proses menciptakan setting visual, artistik perlu memperhatikan 3 aspek
penting. Pertama adalah konsep kreatif, yaitu bagaimana menciptakan gambaran setting
visual yang asli dan sesuai dengan cerita. Kedua adalah konsep produksi, di mana artistik
harus merancang konsep visual yang dapat diaplikasikan dalam produksi setelah meninjau
lokasi. Terakhir, konsep teknis menjadi penting dalam proses eksekusi di lapangan setelah
desain visual telah dibuat.
D. JOBDESK DAN PERAN
1. Production Designer
Production Designer atau perancang tata artistik adalah pemimpin tim utama dalam
merencanakan dan mengonsep visual sebuah produksi film. Mereka bertanggung
jawab untuk memenuhi standar estetika yang ingin dicapai dari cerita film dan
memimpin departemen artistik, Make-up, Wardrobe, dan Practical effect.
2. Art Director
Art Director adalah koordinator penata artistik lapangan yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan eksekusi rancangan desain artistik dari production designer.
Mereka juga bertanggung jawab atas penyediaan material artistik dari persiapan
hingga berlangsungnya produksi.
3. Assistant Art Director
3.
Assistant Art Directoradalah tim asisten yang membantu Art Director dalam tugas-
tugas lapangan. Mereka juga dapat bertindak sebagai Standby Art Director.
4. Standby Art / Standby Set
Standby Art atau Standby Set bertugas menata setting artistik agar sesuai dengan frame
kamera. Ia juga bertugas menata kembali properti yang digunakaan saat ada di set dan
menjaga kontiniti.
5. Property Master
Seorang property master atau prop master, bertugas mencari dan membeli peralatan
artistik yang sesuai dengan director visual treatment sutradara.
6. Set Decorator / Set Dresser
Set Decorator bertugas mendekorasi latar tempat adegan, termasuk semua benda-
benda yang terlihat dalam frame kamera. Mereka bekerja sama dengan Production
Designer dan berkoordinasi dengan Art Director.
7. Set Builder
Set Builder bertanggung jawab untuk membuat atau membangun setruktur fisik untuk
digunakan sebagai set pada film. Mereka menggunakan ketrampilan untuk membuat
atau menciptakan sesuatu set sesuai dengan desain yang telah direncanakan dan di
inginkan.
8. Design Grafis
Desain Grafis pada departemen artistik bertanggung jawab untuk menciptakan elemen
visual seperti poster, logo, atau grafik yang akan digunakan dalam produksi film dan
juga yang akan terlihat dalam set, seperti membuat ulang sebuah logo atau desain
sehingga tidak terjadi copyright.
9. Special Effect
Special Effect adalah tim artistik yang ahli dalam menerapkan efek visual secara
praktis atau Practical, seperti efek hujan, spider-web, kabut/asap, hingga efek ledakan.
4.
E. TANGGUNG JAWABARTISTIK
1. Membuat konsep tata artistik yang sesuai dengan cerita dan standar estetika yang
diinginkan
2. Menyusun budgeting kebutuhan tata artistik
3. Menyediakan dan menata set tempat dan set dekorasi yang masuk ke dalam frame
kamera
4. Menyediakan dan menata properti yang dibutuhkan untuk produksi film
5. Menyediakan dan menata peralatan atau equipment yang dibutuhkan untuk tata artistik
6. Mengamankan properti sebelum dan sesudah produksi
7. Melakukan pengecekan ulang terhadap semua properti dan kebutuhan tata artistik
8. Berkoordinasi dengan internal departemen artistik dan juga koordinasi dengan setiap
departemen lainnya.
F. TAHAPAN
1. Pra-Produksi
Pra-Produksi adalah tahap awal dalam produksi film di mana departemen artistik
memainkan peran penting dalam merancang konsep tata artistik dan membuat rencana
untuk implementasinya. Beberapa tanggung jawab departemen artistik dalam tahap
pra-produksi meliputi:
a. Analisa skenario dan penafsiran visual
Departemen artistik menganalisis skenario dan berdiskusi dengan sutradara dan
DoP untuk memastikan kesesuaian interpretasi visual dari cerita.
b. Membuat konsep look & style visual
Departemen artistik merancang konsep tata artistik yang disepakati bersama
untuk menciptakan visual yang sesuai dengan tone dan nuansa cerita.
c. Mencari lokasi
Departemen artistik turut serta dalam mencari lokasi bersama dengan asisten
sutradara dan Location Manager untuk menemukan lokasi yang cocok dengan
konsep tata artistik.
d. Merancang desain tata letak
5.
Setelah lokasi dipilih,departemen artistik bersama sutradara dan DoP mengecek
ulang lokasi dan merancang desain tata letak untuk menentukan set dekorasi dan
tata letak kamera.
e. Membentuk tim kerja
Departemen artistik membentuk tim kerja yang dianggap memenuhi syarat dan
mampu mewujudkan konsep tata artistik yang diinginkan.
f. Menjabarkan konsep menjadi gambar kerja
Departemen artistik menjabarkan konsep tata artistik menjadi bentuk gambar
kerja/foto yang menjadi acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh
seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
g. Menentukan kebutuhan material
Departemen artistik menentukan kebutuhan material artistik yang diperlukan
untuk implementasi konsep tata artistik dan membuat budgeting yang sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar
kerja.
2. Produksi
a. Mengamankan seluruh properti artistik yang terlibat dalam produksi, termasuk
melakukan inventarisasi sebelum dan sesudah pengambilan gambar.
b. Mengawasi proses pengambilan gambar dan memberikan saran jika terdapat
perubahan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas visual.
c. Melakukan pengecekan dan perbaikan jika terdapat kerusakan pada properti
artistik selama proses produksi.
d. Bekerja sama dengan departemen lain dalam memastikan hasil akhir produksi
memenuhi standar kualitas dan tampilan visual yang diinginkan.
e. Menjalin komunikasi yang baik dengan departemen produksi lainnya, seperti
departemen kamera, pencahayaan, dan suara untuk memastikan semua aspek
produksi berjalan dengan baik dan selaras.
f. Mengawasi dan memastikan anggaran tata artistik sesuai dengan rencana dan
melakukan pengelolaan anggaran yang efisien.
6.
3. Pasca Produksi
a.Membersihkan dan mengembalikan set dan properti ke penyewa atau pemilik
b. Menyimpan dengan aman dan merawat semua properti yang masih digunakan
untuk produksi selanjutnya
c. Memeriksa ulang semua properti dan mengganti atau memperbaiki yang rusak
atau hilang selama produksi
d. Mengarsipkan semua gambar dan catatan kerja tata artistik untuk digunakan
pada produksi selanjutnya
e. Melaporkan ke departemen keuangan mengenai pengeluaran yang telah
dilakukan selama produksi
f. Melakukan evaluasi atas kinerja tim dan mencatat catatan penting yang akan
membantu perbaikan di produksi selanjutnya.
7.
Glosarium
A. Color paletteadalah kumpulan warna yang dijadikan acuan untuk menciptakan perpaduan
warna yang harmonis dalam produksi film. Color palette dapat diperoleh dari referensi shot
dari film lain. Istilah ini sering digunakan di departemen artistik karena penerapannya
meliputi tiga elemen artistik yaitu warna setting ruang/lokasi, warna wardrobe, dan warna
properti yang berguna untuk menciptakan karakter dan keterkaitan antara karakter dengan
lingkungannya. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan dan kesesuaian warna
agar tercipta suasana yang diinginkan dalam produksi film.
B. Mise en Scene adalah istilah dalam bahasa Prancis yang berarti "meletakkan satu subjek
dalam adegan". Dalam konteks film, Mise en Scene merujuk pada semua aspek visual yang
ada dalam sebuah film, termasuk setting, aktor, latar belakang, kostum, pencahayaan, dan
lain sebagainya. Mise en Scene pertama kali diperkenalkan oleh para kritikus teater Perancis
pada tahun 1950-an. Dalam pengertian yang lebih sederhana, Mise en Scene dapat diartikan
sebagai tindakan menempatkan berbagai elemen dalam bingkai film, seperti mengatur objek
yang akan difilmkan atau menentukan posisi kamera.
C. Value Set Art, Sebuah set artistik akan memiliki nilai yang tinggi dengan menciptakan hasil
yang memuaskan bagi sutradara dengan memperhatikan dan mengisi kebutuhan properti
dengan barang-barang yang sesuai untuk sebuah set, semakin banyak barang yang bisa di
kasih dan sesuai dengan visi refrensi mood and look sutradara maka semakin
memperlihatkan jika sebuah set memiliki nilai yang tinggi.