”
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Kita mengingat……
Apa Itu Kepemimpinan??
Istilah Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan berasal dari kata
dasar “pimpin” yang berarti bimbing atau
tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja
“memimpin” yang artinya membimbing
atau menuntun, kata benda “pemimpin”
yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau
menuntun. Dalam kehidupan sehari-hari,
dan dalam kepustakaan muncullah kata-
kata yang hampir serupa dengan itu seperti
pimpinan, kepimpinan dan kepemimpinan.
Pendapat ahli tentang kepemimpinan
 Harold Koonte dan Cyril O’Doneel mengatakan:
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-
orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama.
 Allen mengatakan:
Kepemimpinan adalah seni untuk membimbing dan
mempengaruhi orang lain.
 Hamphill & Coons, mengatakan:
Kepemimpinan adalah perilaku seseorang dalam
mempengaruhi aktivitas-aktivitas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
Lanjutan…
 Tannembaum, Wehlor & Massarik mengatakan:
Kepmimpinan adalah saling mempengaruhi di
antara orang-orang yang dilakukan pada situasi
tertentu melalui suatu proses komunikasi yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
 Jend.TNI (Purn.) Try Sutrisno mengatakan:
Kepemimpinan adalah ilmu atau seni untuk mampu
mempengaruhi serta mampu mengajak orang
( sekelompok orang) agar mau dan bersedia bekerja
sama secara sukarela dan ikhlas untuk mencapai
tujuan bersama.
 Dari beberapa pendapat di atas dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi orang lain, untuk
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
(bersama). Oleh karena itu suatu
Kepemimpinan dikatakan efektif bila yang
memimpin dapat (mampu) mempengaruhi
orang yang dipimpinannya untuk mencapait
tujuan tertentu.
Ada 4 hal yang menandai adanya kepemimpinan :
1. Adanya hubungan/relasi dan interaksi
antara yang memimpin dan yang dipimpin.
2. Adanya penggunaan kekuasaan yang tidak
sama, di antara yang memimpin dan yang
dipimpin.
3. Adanya kemampuan untuk menggunakan
atau menjalankan kekuasaan untuk
mempengaruhi orang-orang yang dipimpin.
4. Adanya tujuan tertentu yang hendak
dicapai
Sumber Kekuasaan :
1. Kekuasaan yang bersumber pada jabatan/kedudukan
(legitimate power).
Misalnya: Ketua Sinode; karena kedudukannya, ia
dapat/berhak memerintah Ketua Klasis atau Ketua
Majelis Jemaat.
2. Kekuasaan yang bersumber pada Keahlian (Expertise
Power).
Misalnya: Seorang dokter ditaati perintahnya mengeai
ketentuan obat atau larangan tentang jenis makanan
tertentu, demi kesehatan.
3.Kekuasaan yang bersumber dari pemaksaan atau
kemampuan untuk menghukum (Coersive Power).
Misalnya: seorang majikan, karena posisinya sebagai
majikan, dengan paksa ia bisa memberhentikan
Lanjutan…
4.Kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk
memberi imbalan atau hadiah (Reward Power).
Misalnya : Seseorang dapat memaksa orang lain untuk
melakukan pekerjaan tertentu dengan imbalan/hadiah.
5.Kekuasaan yang bersumber pada kualitas kepribadian
sesorang (Referent Power)
misalnya : Mahatma Gandhi.
Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai kepemimpinan harus selalu dikaitkan
dengan 3 hal, yaitu : (1) kekuasaan, (2) kewibawaan dan (3)
kemampuan.
 Kekuasaan ialah keuatan, otoritas dan legalitas yang
memberikan wewenang kepada pimpinan untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu.
 Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan,
yang menyebabkan seseorang mampu mengatur orang lain
sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
 Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan, ketrampilan teknis maupun social, yang
dianggap melebihi dari anggota biasa.
Syarat-syarat kepemimpinan yang lebih rinci
dikemukakan oleh Sondang Siagian (1978) berikut ini
:
1). Pendidikan umum yang luas.
Mempunyai pendidikan yang umum dan meluas
tidak usah dan memang tidak perlu diidentikan
dengan pendidikan tinggi dan pemilikan gelar
kesarjanaan. seorang pimpinan yang baik adalah
seorang “generalist” yang baik pula, ia akan
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
ketrampilan di bidang manajemen yang dituntun
oleh tugasnya (tahu orientasi tugasnya).
2). Kemampuan berkembang secara mental.
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa
sesuatu organisme yang hidup, jika
berhenti bertumbuh berarti sudah mulai
dengan proses kematiannya. termasuk
pimpinan yang jika tidak terus betumbuh
secara mental sesuangguhnya telah mulai
dengan proses stagnasi dalam kehidupan
kepemimpinannya.
3). Ingin tahu.
Secara filosofis lagi, dapat dikatakan bahwa
satu-satunya hal yang konstan di dunia ini
adalah perubahan. Kesadaran tentang
perubahan-perubahan itulah yang
memungkinkan seorang pimpinan menjadi
inovatif dan kreatif. Salah satu hal yang
perlu dihindari oleh seorang pimpinan
adalah perasaan puas terhadap hal-hal yang
telah dicapainya.
4). Kemampuan analitis.
Kemampuan menganalisa situasi yang
dihadapi secara teliti, matang dan mantap
merupakan persyaratan untuk sukseskan
kepemimpinan seseorang. Terutama apabila
kemampuan itu dikaitkan dengan “super
systems” dan “sub system” yang selalu
mempengaruhi organisasi yang
dipimpinnya.
5). Memiliki daya ingat kuat.
Dengan daya ingat yang kuat diharapkan ia
dapat menyaring hal-hal mana dan siapa-
siapa yang penting baginya dalam
melaksanakan tugas-tugas
kepemimpinannya.
6). Kapasitas intergratif.
Dengan adanya fungsi-fungsi yang berbeda-beda,
spesialisasi semakin beranekaragam dan
kepentingan yang berbeda-beda pula, kapasitas
intergratif menjadi sangat penting karena hanya
dengan kapasitas yang demikianlah administrasi
dan organisasi sungguh-sungguh dapat digerakkan
sebagai suatu “total system” ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
7). Ketrampilan berkomunikasi.
Dalam memberikan perintah, instruksi,
petunjuk, pedoman dan nasehat, seorang
pimpinan harus menguasai teknik-teknik
berkomunikasi. Dalam hubungan ini perlu
diperhatikan bahwa dalam berkomunikasi
kamampuan mempergunakan bahasa dengan
baik adalah sangat penting karena kejelasan
ide yang hendak disampaikan dan teknik
menyampaikannya, baik secara lisan maupun
secara tertulis dilakukan dengan
mempergunakan media bahasa.
8). Ketrampilan Mendidik
Seorang pemimpin pada dasarnya adalah
juga seorang pendidik. Kenyataan
menunjukkan bahwa seorang bawahan
menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan
tugasnya, akan cenderung pergi kepada
atasannya bukan saja untuk memperoleh
petunjuk, akan tetapi juga untuk meminta
pengarahan tentang cara melakukan
tugasnya dengan lebih baik.
9). Rasionalitas dan Obyektifitas.
Kiranya dapat diterima jika dikatakan
bahwa sorang yang secara emosional akan
kurang berhasil sebagai seorang pemimpin.
Artinya, jika emosi merajai cara berpikir
seseorang, maka rasionalitas dan
obyektifitasnya akan berkurang yang dapat
mengakibatkan keputusan yang diambilnya
akan menjadi kurang tepat.
10). Pragmatisme.
Membuat keputusan yang dapat
dilaksanakan oleh aparat pelaksana sesuai
dengan kemampuan dan sumber-sumber
yang tersedia dan yang menurut
perhitungan akan tersedia, merupakan
salah satu ciri yang dikehendaki oleh
setiap pemimpin.
11). Adanya naluri untuk prioritas.
Berkaitan erat dengan pragmatisme adalah
sifat dapat menentukan mana yang penting,
kurang penting dan yang tidak penting.
Dengan “sense of priority” ini maka
keputusan akan mencerminkan sistem
prioritas yang dianut. Hasilnya adalah
bahwa masalah-masalah penting akan
mendapat perhatian dan penyelesaian
terlebih dahulu.
12). Sense of Urgensy
Biasanya skala prioritas dikaitkan dengan
sense of urgensy, karena memang sesuatu
yang dalam skala prioritas tidak penting,
maka urgensinya untuk mendapat
perhatian khusus juga berkurang dan
pengerahan tenaga, kehalian biaya dan
peralatan lainnyajuga menjadi berkurang.
13). Sense of Timing.
Mengetahui secara cepat tentang saat yang
tepat atau tidak tepat untuk bertindak,
penting untuk dimiliki. Pengetahuan ini
penting untuk tujuan alokasi sumber-
sumber yang terbatas dan untuk
pertimbangan-pertimbangan psikologis.
14). Merasa satu dengan yang dipimpin
kolega setingkat dan atasan kiranya sangat
penting, terutama dalam mengembangkan
dan membina kerjasama, koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi tindakan.
15). Sense of relevance
Terutama menyangkut relevansi
keputusan yang diambil dengan tujuan
yang hendak dicapai.
16). Kesederhanaan.
Jika seorang pemimpin hendak memberi
keteladanan kepada bawahannya,
kesederhanaan dalam cara hidup kiranya
merupakan syarat mutlak yang harus
dipenuhi.
17).Keberanian. semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam organisasi, semakin perlu ia memiliki
semakin besar keberanian dengan alasan, antara
lain :
a. Meskipun stafnya lebih banyak, oleh karena jumlah orang yang
sungguh-sungguh dapat diajak berkonsultasi dalam proses
pengambilan keputusan akan menjadi lebih kecil, diperlukan
keberanian.
b. Beban pengambilan keputusan akan menjadi semakin berat, baik
dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.
c. Seteliti-telitinya proses pengambilan keputusan, resiko kiranya
masih akan timbul dalam pelaksanaan, karena tidak seorangpun
dapat meramalkan masa depan dengan selalu tepat dan
dihubungkan pula dengan pemeo yang menyatakan bahwa,
sepanjang menyangkut masa depan, satu-satunya kepastian di
dunia ini adalah ketidakpastian.
d. Keputusan yang diambil pasti tidak akan selalu memuaskan
semua pihak.
18). Kemampuan Mendengar.
Sering terjadi pula bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang, kecenderungan
untuk lupa “seni mendengar” semakin
besar pula. Padahal, salah satu sifat yang
yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang
menduduki jabatan pimpinan adalah
kemauannya untuk mendengarkan orang
lain, terutama mendengar bawahannya.
19). Adaptabilitas dan Fleksibilitas.
Jika pendapat yang mengatakan bahwa
satu-satunya hal yang konstan di dunia ini
adalah perubahan, maka sikap kaku dan
apriori akan merugikan seseorang dalam
menjalankan peranannya selaku
pemimpin
20). Ketegasan.
Ketegasan dalam menghadapi bawahan
dan menghadapi ketidaktentuan sangat
penting. Ketegasan itu diperlukan dalam
usaha menjamin stabilitas yang dinamis
bagi organisasi, meskipun diperhadapkan
pada masa depan yang arahnya mungkin
kurang jelas diketahui.
APAKAH KEPEMIMPINAN
KRISTEN ITU??
1. Kepemimpinan Kristen merujuk pada
kekuatan atau kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain itu tidak berasal
dari kemampuan sendiri, melainkan berasal
dari Allah.
2. Dalam iman kristen, harus diakui bahwa
tidak ada seorang manusia juapun yang
bisa menjadi seorang pemimpin Kristen
yang berhasil dengan kekuatan sendiri.
Memang di dalam Alkitab tidak ditemukan kata Kepemimpinan.
Namun beberapa bagian Alkitab berikut ini, mengandung makna
padanan dengan pengertian Kepemimpinan itu, antara lain:
a. Kel. 13.21:” Tuhan berjalan di depan mereka...........dalam tiang
awan untuk menuntun (memimpin) mereka di jalan”.
b. Kel. 32.34:” Pergilah sekarang, tuntunlah (pimpinlah) bangsa
itu.......”
c. Neh.9.19: “ ...... tiang awan ....... untuk memimpin mereka pada
perjalanan..........”.
d. Bil. 27.17: “ Biarlah Tuhan............mengangkat........seseorang yang
mengepalai (memimpin) mereka waktu keluar dan masuk........”
e. Yes. 63.4: “ Demikianlah Engkau memimpin umat-Mu untuk
membuat Nama yang agung bagi-Mu”.
f. Mat.15.14, Yesus berbicara tentang Orang buta yang menuntun
(memimpin) orang buta.
 Dalam konsep Alkitab, posisi seorang yang
memimpin selalu pada “kedudukan antara”,
yaitu antara Allah (Pemimpin yang
sesungguhnya) dan umat (manusia).
Pemimpin di dalam alkitab bukanlah ujung
kerucut, dari suatu sistim sebagaimana
halnya sistim kepemimpinan duniawi pada
umumnya.
 Istilah lain yang sering dipakai untuk memberi
identitas kepada seorang pemimpin di dalam Alkitab
adalah ”gembala”. Konsep ini tercermin
dalam tingkah laku seorang pemimpin yang
dikehendaki oleh Allah. Karena tingkah laku seorang
gembala tidaklah menggambarkan khirarkis yang
ketat, tetapi hubungan yang intim.
 Tuhan Yesus di dalam Yohanes 10.14 mengatakan:”
Aku Gembala yang baik, dan Aku mengenal domba-
domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku”. Di
dalam ayat ini kita dapat melihat relasi yang begitu
intim antara pemimpin (Yesus) sebagai Gembala
dengan dengan orang-orang yang dipimpinnya
(domba-domba). Mengapa demikian? Karena
pendekatan Kepemimpinan seorang Gembala
bukanlah pendekatan kekuasaan, melainkan
pendekatan persahabatan.
 Seorang pemimpin kristen bukanlah orang yang
harus ditinggikan di atas yang lain, melainkan harus
senantiasa berada di tengah-tengah orang yang
dipimpin untuk memberi teladan, membimbing,
menuntun dan membangkitkan tanggung jawab
semua anggota, agar berfungsi dan berperan secara
aktif dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
Menjadi seorang pemimpin Kristen adalah untuk
memikul tanggung jawab dan bukanlah untuk
mencari keuntungan atau popularitas. Di dalam
Kepemimpinan Kristen, fungsi dan tanggung jawab
ini harus mendahului posisi dan kedudukan.
 Pemimpin dalam sistim pemerintahan sekuler
(dunia) cenderung menggunakan kekuasaan itu
untuk menindas orang-orang yang dipimpin ( I
Raja-raja 12.14-15). Di dalam Matius 20.25,
dikatakan: “ ......tetapi Yesus memanggil mereka
lalu berkata: kamu tahu bahwa pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan
tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kekuasaannya dengan keras atas
mereka. Tidaklah demikian di antara kamu”.
Dengan kata lain, Yesus mau katakan bahwa
sebagai pemimpin, jangan menggunakan
kekuasaan itu untuk menindas dan
menyengsarakan orang-orang yang yang
dipimpin, tetapi hendaklah dipakai untuk
melayani kebutuhan mereka yang dipimpin. “
Jadi jika hari ini kamu menjadi hamba rakyat,
mau mengabdi kepada mereka dan mau
menjawab mereka dengan kata-kata yang yang
baik, maka mereka menjadi hambamu
sepanjang waktu” (I Raja-Raja 12.7).
FUNGSI (UTAMA) SEORANG PEMIMPIN KRISTEN.
1. Melayani (Sebagai Pelayan).
 Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak pada
bagaimana ia menggunakan kekuasaan dan wewenang
yang ada padanya. Kalau kekuasaan sekuler (menurut
faham dunia) kepemimpinan dipakai untuk “ memerintah
dan menindas” (Mat.20.25), di mana pemimpin cenderung
meminta dilayani, maka kekuasaan dan wewenang yang
dimiliki oleh seorang pemimpin Kristen haruslah dipakai
untuk melayani (Mat.20.26-28). Karena itu salah satu
fungsi utama seorang pemimpin Kristen adalah
MELAYANI. Di dalam fungsi melayani dari seorang
pemimpin Kristen itu, akan terjadi suatu interaksi saling
melayani. Dalam Kepemimpinan Kristen, inisiatif
melayani harus dimulai dan datang dari sang pemimpin.
Itu berarti seorang Pemimpin Kristen adalah seorang
PELAYAN. (Luk.22.22-26; Mat.20.26-28; Mark.10.43-44;
Sebagai seorang pelayan, maka seorang Pemimpin
kristen haruslah:
 Memberikan contoh/teladan dalam segala hal;
terutama dalam ketekunan, kesabaran, kerajinan
dan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan
untuk kepentingan bersama ( di depan memberi
teladan)Bdg. I Tim.4.12b.
 Mengambil inisiatif/prakarsa untuk memulai dan
melakukan suatu pekerjaan serta membangkitkan
kemauan para anggota untuk turut serta secara aktif
dalam peketrjaan tersebut (di tengah
membangkitkan kemauan).
 Mengikuti/mengamati secara cermat keberadaan dan
perkembangan setiap anggota (di belakang
mengikuti).
 Mendamaikan dan mempertemukan pendapat-
 Memberikan penghargaan/pujian atas prestasi yang
dihasilkan anggota.
 Dapat langsung merasakan pergumulan anggota
yang dipimpin.
 Membantu dan mendampingi anggota menemukan
dirinya sendiri serta mengembangkan
kemampuan/potensi yang dimilikinya.
 Menyadarkan dan membimbing anggota untuk
mampu dan mau memikul yanggung jawab.
2. Menggembalakan ( sebagai gembala).
 Sebagai gembala maka fungsi seorang pemimpin
Kristen adalah menjaga, memelihara dan
membimbingorang-orang yang dipimpin agar
mereka beroleh hidup dan mempunyai dalam
kelimpahan (Bd. Maz. 23.1-6).
 Oleh karena itu, pemimpin sebagai seorang gembala
haruslah:
 Mengenal dan memahami dengan baik setiap
anggota yang dipimpinnya(Bd. Yh.10.14).
 Membina hubungan yang baik dengan anggota yang
dilandasi oleh semangat
persaudaraan/persahabatan.
 Berlaku adil kepada setiap anggota (tidak pandang
muka).

 Dalam pengalaman banyak pemimpin Kristen yang
sibuk “ menggembalan dirinya sendiri”. Nabi
Yehezkiel menegor para pemimpin yang demikian
dengan kata-kata yang sangat keras (Bd. Yehez. 34.
2b-4).
 Agara kepemimpinan seorang Pemimpina Kristen
mempunyai dampak yang positif, maka Nabi
Yehezkiel memberikan petunjuk, bagaimana seorang
pemimpin Kristen berperilaku, sbb:
 Pemimpin tidak boleh menindas atau memeras
orang-orang yang dipimpinnya. Celakalah pemimpin
yang demikian karena sebetulnya mereka telah
melawan Allah.
 Pemimpin harus melayani/menggembalakan orang-
orang yang dipimpinnya,dan bukan sibuk dengan
“menggembalakan dirinya sendiri.”
 Pemimpin dengan tekun dan setia mengusahakan
jalan agar orang-orang yang dipimpinnya
menemukan makna hidup.
 Pemimpin harus bekerja dengan kesungguhan hati
dan bukan karena terpaksa(I Pet.5.5.2).
 Supaya fungsi-fungsi tersebut diwujudkan secara
nyata, maka seorang pemimpin kristen hendaklah
memiliki orientasi dasar ( orientasi = titik pandang
yang menentukan arah) seperti yang diungkapkan
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi
( Fil. 1.9-11).
Ciri-ciri seorang Pemimpin Kristen
Seorang pemimpin Kristen yang berhasil dalam
kepemimpinannya (efektif) memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Memiliki kepercayaan yang kuat akan penyertaan
Tuhan. Hal ini pada gilirannya memberikan
kepercayaan pada diri sendiri, sehingga tidak
bimbang, tidak ragu-ragu dlam bertindak (Bd.
Yak.1.6-8; Fil. 4.13).
2. Mengasihi dan memperhatikan orang yang
dipimpinnya. Anggota diperlakukan sebagai
sahabat dan mitra kerja. ( Yoh.15.15-17; I
Petr.5.2-3).
3. Memberikan dorongan/motivasi serta menantang
orang untuk berbuat yang terbaik (Yoh.14.12-13).
5. Bersedia membimbing dan melatih orang serta tahu arah
membimbing dan melatih, agar yang dilatih itu mau
melakukan seperti apa yang dilakukan oleh pemimpin
(Yoh.13.13-15).
6.Mengetahui kapan harus berhenti melatih dan
memberikan kesempatan kepada orang lain yang dilatih
untuk menjadi pemimpin( Yoh.14.12).
Catatan :
Ciri pemimpin seperti pada butir 1 s/d 4 adalah ciri yang
sudah biasa oleh para pemimpin selama ini, sedangkan ciri
pada butir 5,6 adalah ciri yang masih jarang dilakukan;
bahkan ada kecenderungan para pemimpin untuk tidak
memberikan peluang/kesempatan kepada orang lain untuk
menjadi pemimpin.

Dasar-Dasar Kepemimpinan Kristen, dengan menenadani Yesus

  • 1.
  • 3.
  • 4.
    Istilah Kepemimpinan Istilah kepemimpinanberasal dari kata dasar “pimpin” yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing atau menuntun, kata benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau menuntun. Dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam kepustakaan muncullah kata- kata yang hampir serupa dengan itu seperti pimpinan, kepimpinan dan kepemimpinan.
  • 5.
    Pendapat ahli tentangkepemimpinan  Harold Koonte dan Cyril O’Doneel mengatakan: Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang- orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama.  Allen mengatakan: Kepemimpinan adalah seni untuk membimbing dan mempengaruhi orang lain.  Hamphill & Coons, mengatakan: Kepemimpinan adalah perilaku seseorang dalam mempengaruhi aktivitas-aktivitas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  • 6.
    Lanjutan…  Tannembaum, Wehlor& Massarik mengatakan: Kepmimpinan adalah saling mempengaruhi di antara orang-orang yang dilakukan pada situasi tertentu melalui suatu proses komunikasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.  Jend.TNI (Purn.) Try Sutrisno mengatakan: Kepemimpinan adalah ilmu atau seni untuk mampu mempengaruhi serta mampu mengajak orang ( sekelompok orang) agar mau dan bersedia bekerja sama secara sukarela dan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.
  • 7.
     Dari beberapapendapat di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi orang lain, untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu (bersama). Oleh karena itu suatu Kepemimpinan dikatakan efektif bila yang memimpin dapat (mampu) mempengaruhi orang yang dipimpinannya untuk mencapait tujuan tertentu.
  • 8.
    Ada 4 halyang menandai adanya kepemimpinan : 1. Adanya hubungan/relasi dan interaksi antara yang memimpin dan yang dipimpin. 2. Adanya penggunaan kekuasaan yang tidak sama, di antara yang memimpin dan yang dipimpin. 3. Adanya kemampuan untuk menggunakan atau menjalankan kekuasaan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpin. 4. Adanya tujuan tertentu yang hendak dicapai
  • 9.
    Sumber Kekuasaan : 1.Kekuasaan yang bersumber pada jabatan/kedudukan (legitimate power). Misalnya: Ketua Sinode; karena kedudukannya, ia dapat/berhak memerintah Ketua Klasis atau Ketua Majelis Jemaat. 2. Kekuasaan yang bersumber pada Keahlian (Expertise Power). Misalnya: Seorang dokter ditaati perintahnya mengeai ketentuan obat atau larangan tentang jenis makanan tertentu, demi kesehatan. 3.Kekuasaan yang bersumber dari pemaksaan atau kemampuan untuk menghukum (Coersive Power). Misalnya: seorang majikan, karena posisinya sebagai majikan, dengan paksa ia bisa memberhentikan
  • 10.
    Lanjutan… 4.Kekuasaan yang bersumberdari kemampuan untuk memberi imbalan atau hadiah (Reward Power). Misalnya : Seseorang dapat memaksa orang lain untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan imbalan/hadiah. 5.Kekuasaan yang bersumber pada kualitas kepribadian sesorang (Referent Power) misalnya : Mahatma Gandhi.
  • 11.
    Syarat Kepemimpinan Konsepsi mengenaikepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan 3 hal, yaitu : (1) kekuasaan, (2) kewibawaan dan (3) kemampuan.  Kekuasaan ialah keuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pimpinan untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.  Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, yang menyebabkan seseorang mampu mengatur orang lain sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.  Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan, ketrampilan teknis maupun social, yang dianggap melebihi dari anggota biasa.
  • 12.
    Syarat-syarat kepemimpinan yanglebih rinci dikemukakan oleh Sondang Siagian (1978) berikut ini : 1). Pendidikan umum yang luas. Mempunyai pendidikan yang umum dan meluas tidak usah dan memang tidak perlu diidentikan dengan pendidikan tinggi dan pemilikan gelar kesarjanaan. seorang pimpinan yang baik adalah seorang “generalist” yang baik pula, ia akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ketrampilan di bidang manajemen yang dituntun oleh tugasnya (tahu orientasi tugasnya).
  • 13.
    2). Kemampuan berkembangsecara mental. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa sesuatu organisme yang hidup, jika berhenti bertumbuh berarti sudah mulai dengan proses kematiannya. termasuk pimpinan yang jika tidak terus betumbuh secara mental sesuangguhnya telah mulai dengan proses stagnasi dalam kehidupan kepemimpinannya.
  • 14.
    3). Ingin tahu. Secarafilosofis lagi, dapat dikatakan bahwa satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan. Kesadaran tentang perubahan-perubahan itulah yang memungkinkan seorang pimpinan menjadi inovatif dan kreatif. Salah satu hal yang perlu dihindari oleh seorang pimpinan adalah perasaan puas terhadap hal-hal yang telah dicapainya.
  • 15.
    4). Kemampuan analitis. Kemampuanmenganalisa situasi yang dihadapi secara teliti, matang dan mantap merupakan persyaratan untuk sukseskan kepemimpinan seseorang. Terutama apabila kemampuan itu dikaitkan dengan “super systems” dan “sub system” yang selalu mempengaruhi organisasi yang dipimpinnya.
  • 16.
    5). Memiliki dayaingat kuat. Dengan daya ingat yang kuat diharapkan ia dapat menyaring hal-hal mana dan siapa- siapa yang penting baginya dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya.
  • 17.
    6). Kapasitas intergratif. Denganadanya fungsi-fungsi yang berbeda-beda, spesialisasi semakin beranekaragam dan kepentingan yang berbeda-beda pula, kapasitas intergratif menjadi sangat penting karena hanya dengan kapasitas yang demikianlah administrasi dan organisasi sungguh-sungguh dapat digerakkan sebagai suatu “total system” ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
  • 18.
    7). Ketrampilan berkomunikasi. Dalammemberikan perintah, instruksi, petunjuk, pedoman dan nasehat, seorang pimpinan harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa dalam berkomunikasi kamampuan mempergunakan bahasa dengan baik adalah sangat penting karena kejelasan ide yang hendak disampaikan dan teknik menyampaikannya, baik secara lisan maupun secara tertulis dilakukan dengan mempergunakan media bahasa.
  • 19.
    8). Ketrampilan Mendidik Seorangpemimpin pada dasarnya adalah juga seorang pendidik. Kenyataan menunjukkan bahwa seorang bawahan menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan tugasnya, akan cenderung pergi kepada atasannya bukan saja untuk memperoleh petunjuk, akan tetapi juga untuk meminta pengarahan tentang cara melakukan tugasnya dengan lebih baik.
  • 20.
    9). Rasionalitas danObyektifitas. Kiranya dapat diterima jika dikatakan bahwa sorang yang secara emosional akan kurang berhasil sebagai seorang pemimpin. Artinya, jika emosi merajai cara berpikir seseorang, maka rasionalitas dan obyektifitasnya akan berkurang yang dapat mengakibatkan keputusan yang diambilnya akan menjadi kurang tepat.
  • 21.
    10). Pragmatisme. Membuat keputusanyang dapat dilaksanakan oleh aparat pelaksana sesuai dengan kemampuan dan sumber-sumber yang tersedia dan yang menurut perhitungan akan tersedia, merupakan salah satu ciri yang dikehendaki oleh setiap pemimpin.
  • 22.
    11). Adanya naluriuntuk prioritas. Berkaitan erat dengan pragmatisme adalah sifat dapat menentukan mana yang penting, kurang penting dan yang tidak penting. Dengan “sense of priority” ini maka keputusan akan mencerminkan sistem prioritas yang dianut. Hasilnya adalah bahwa masalah-masalah penting akan mendapat perhatian dan penyelesaian terlebih dahulu.
  • 23.
    12). Sense ofUrgensy Biasanya skala prioritas dikaitkan dengan sense of urgensy, karena memang sesuatu yang dalam skala prioritas tidak penting, maka urgensinya untuk mendapat perhatian khusus juga berkurang dan pengerahan tenaga, kehalian biaya dan peralatan lainnyajuga menjadi berkurang.
  • 24.
    13). Sense ofTiming. Mengetahui secara cepat tentang saat yang tepat atau tidak tepat untuk bertindak, penting untuk dimiliki. Pengetahuan ini penting untuk tujuan alokasi sumber- sumber yang terbatas dan untuk pertimbangan-pertimbangan psikologis.
  • 25.
    14). Merasa satudengan yang dipimpin kolega setingkat dan atasan kiranya sangat penting, terutama dalam mengembangkan dan membina kerjasama, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi tindakan.
  • 26.
    15). Sense ofrelevance Terutama menyangkut relevansi keputusan yang diambil dengan tujuan yang hendak dicapai.
  • 27.
    16). Kesederhanaan. Jika seorangpemimpin hendak memberi keteladanan kepada bawahannya, kesederhanaan dalam cara hidup kiranya merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.
  • 28.
    17).Keberanian. semakin tinggikedudukan seseorang dalam organisasi, semakin perlu ia memiliki semakin besar keberanian dengan alasan, antara lain : a. Meskipun stafnya lebih banyak, oleh karena jumlah orang yang sungguh-sungguh dapat diajak berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan akan menjadi lebih kecil, diperlukan keberanian. b. Beban pengambilan keputusan akan menjadi semakin berat, baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif. c. Seteliti-telitinya proses pengambilan keputusan, resiko kiranya masih akan timbul dalam pelaksanaan, karena tidak seorangpun dapat meramalkan masa depan dengan selalu tepat dan dihubungkan pula dengan pemeo yang menyatakan bahwa, sepanjang menyangkut masa depan, satu-satunya kepastian di dunia ini adalah ketidakpastian. d. Keputusan yang diambil pasti tidak akan selalu memuaskan semua pihak.
  • 29.
    18). Kemampuan Mendengar. Seringterjadi pula bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang, kecenderungan untuk lupa “seni mendengar” semakin besar pula. Padahal, salah satu sifat yang yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menduduki jabatan pimpinan adalah kemauannya untuk mendengarkan orang lain, terutama mendengar bawahannya.
  • 30.
    19). Adaptabilitas danFleksibilitas. Jika pendapat yang mengatakan bahwa satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan, maka sikap kaku dan apriori akan merugikan seseorang dalam menjalankan peranannya selaku pemimpin
  • 31.
    20). Ketegasan. Ketegasan dalammenghadapi bawahan dan menghadapi ketidaktentuan sangat penting. Ketegasan itu diperlukan dalam usaha menjamin stabilitas yang dinamis bagi organisasi, meskipun diperhadapkan pada masa depan yang arahnya mungkin kurang jelas diketahui.
  • 32.
  • 33.
    1. Kepemimpinan Kristenmerujuk pada kekuatan atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain itu tidak berasal dari kemampuan sendiri, melainkan berasal dari Allah. 2. Dalam iman kristen, harus diakui bahwa tidak ada seorang manusia juapun yang bisa menjadi seorang pemimpin Kristen yang berhasil dengan kekuatan sendiri.
  • 34.
    Memang di dalamAlkitab tidak ditemukan kata Kepemimpinan. Namun beberapa bagian Alkitab berikut ini, mengandung makna padanan dengan pengertian Kepemimpinan itu, antara lain: a. Kel. 13.21:” Tuhan berjalan di depan mereka...........dalam tiang awan untuk menuntun (memimpin) mereka di jalan”. b. Kel. 32.34:” Pergilah sekarang, tuntunlah (pimpinlah) bangsa itu.......” c. Neh.9.19: “ ...... tiang awan ....... untuk memimpin mereka pada perjalanan..........”. d. Bil. 27.17: “ Biarlah Tuhan............mengangkat........seseorang yang mengepalai (memimpin) mereka waktu keluar dan masuk........” e. Yes. 63.4: “ Demikianlah Engkau memimpin umat-Mu untuk membuat Nama yang agung bagi-Mu”. f. Mat.15.14, Yesus berbicara tentang Orang buta yang menuntun (memimpin) orang buta.
  • 35.
     Dalam konsepAlkitab, posisi seorang yang memimpin selalu pada “kedudukan antara”, yaitu antara Allah (Pemimpin yang sesungguhnya) dan umat (manusia). Pemimpin di dalam alkitab bukanlah ujung kerucut, dari suatu sistim sebagaimana halnya sistim kepemimpinan duniawi pada umumnya.
  • 36.
     Istilah lainyang sering dipakai untuk memberi identitas kepada seorang pemimpin di dalam Alkitab adalah ”gembala”. Konsep ini tercermin dalam tingkah laku seorang pemimpin yang dikehendaki oleh Allah. Karena tingkah laku seorang gembala tidaklah menggambarkan khirarkis yang ketat, tetapi hubungan yang intim.
  • 37.
     Tuhan Yesusdi dalam Yohanes 10.14 mengatakan:” Aku Gembala yang baik, dan Aku mengenal domba- domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku”. Di dalam ayat ini kita dapat melihat relasi yang begitu intim antara pemimpin (Yesus) sebagai Gembala dengan dengan orang-orang yang dipimpinnya (domba-domba). Mengapa demikian? Karena pendekatan Kepemimpinan seorang Gembala bukanlah pendekatan kekuasaan, melainkan pendekatan persahabatan.
  • 38.
     Seorang pemimpinkristen bukanlah orang yang harus ditinggikan di atas yang lain, melainkan harus senantiasa berada di tengah-tengah orang yang dipimpin untuk memberi teladan, membimbing, menuntun dan membangkitkan tanggung jawab semua anggota, agar berfungsi dan berperan secara aktif dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Menjadi seorang pemimpin Kristen adalah untuk memikul tanggung jawab dan bukanlah untuk mencari keuntungan atau popularitas. Di dalam Kepemimpinan Kristen, fungsi dan tanggung jawab ini harus mendahului posisi dan kedudukan.
  • 39.
     Pemimpin dalamsistim pemerintahan sekuler (dunia) cenderung menggunakan kekuasaan itu untuk menindas orang-orang yang dipimpin ( I Raja-raja 12.14-15). Di dalam Matius 20.25, dikatakan: “ ......tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: kamu tahu bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kekuasaannya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu”.
  • 40.
    Dengan kata lain,Yesus mau katakan bahwa sebagai pemimpin, jangan menggunakan kekuasaan itu untuk menindas dan menyengsarakan orang-orang yang yang dipimpin, tetapi hendaklah dipakai untuk melayani kebutuhan mereka yang dipimpin. “ Jadi jika hari ini kamu menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan mau menjawab mereka dengan kata-kata yang yang baik, maka mereka menjadi hambamu sepanjang waktu” (I Raja-Raja 12.7).
  • 41.
    FUNGSI (UTAMA) SEORANGPEMIMPIN KRISTEN. 1. Melayani (Sebagai Pelayan).  Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak pada bagaimana ia menggunakan kekuasaan dan wewenang yang ada padanya. Kalau kekuasaan sekuler (menurut faham dunia) kepemimpinan dipakai untuk “ memerintah dan menindas” (Mat.20.25), di mana pemimpin cenderung meminta dilayani, maka kekuasaan dan wewenang yang dimiliki oleh seorang pemimpin Kristen haruslah dipakai untuk melayani (Mat.20.26-28). Karena itu salah satu fungsi utama seorang pemimpin Kristen adalah MELAYANI. Di dalam fungsi melayani dari seorang pemimpin Kristen itu, akan terjadi suatu interaksi saling melayani. Dalam Kepemimpinan Kristen, inisiatif melayani harus dimulai dan datang dari sang pemimpin. Itu berarti seorang Pemimpin Kristen adalah seorang PELAYAN. (Luk.22.22-26; Mat.20.26-28; Mark.10.43-44;
  • 42.
    Sebagai seorang pelayan,maka seorang Pemimpin kristen haruslah:  Memberikan contoh/teladan dalam segala hal; terutama dalam ketekunan, kesabaran, kerajinan dan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan bersama ( di depan memberi teladan)Bdg. I Tim.4.12b.  Mengambil inisiatif/prakarsa untuk memulai dan melakukan suatu pekerjaan serta membangkitkan kemauan para anggota untuk turut serta secara aktif dalam peketrjaan tersebut (di tengah membangkitkan kemauan).  Mengikuti/mengamati secara cermat keberadaan dan perkembangan setiap anggota (di belakang mengikuti).  Mendamaikan dan mempertemukan pendapat-
  • 43.
     Memberikan penghargaan/pujianatas prestasi yang dihasilkan anggota.  Dapat langsung merasakan pergumulan anggota yang dipimpin.  Membantu dan mendampingi anggota menemukan dirinya sendiri serta mengembangkan kemampuan/potensi yang dimilikinya.  Menyadarkan dan membimbing anggota untuk mampu dan mau memikul yanggung jawab.
  • 44.
    2. Menggembalakan (sebagai gembala).  Sebagai gembala maka fungsi seorang pemimpin Kristen adalah menjaga, memelihara dan membimbingorang-orang yang dipimpin agar mereka beroleh hidup dan mempunyai dalam kelimpahan (Bd. Maz. 23.1-6).  Oleh karena itu, pemimpin sebagai seorang gembala haruslah:  Mengenal dan memahami dengan baik setiap anggota yang dipimpinnya(Bd. Yh.10.14).  Membina hubungan yang baik dengan anggota yang dilandasi oleh semangat persaudaraan/persahabatan.  Berlaku adil kepada setiap anggota (tidak pandang muka). 
  • 45.
     Dalam pengalamanbanyak pemimpin Kristen yang sibuk “ menggembalan dirinya sendiri”. Nabi Yehezkiel menegor para pemimpin yang demikian dengan kata-kata yang sangat keras (Bd. Yehez. 34. 2b-4).  Agara kepemimpinan seorang Pemimpina Kristen mempunyai dampak yang positif, maka Nabi Yehezkiel memberikan petunjuk, bagaimana seorang pemimpin Kristen berperilaku, sbb:  Pemimpin tidak boleh menindas atau memeras orang-orang yang dipimpinnya. Celakalah pemimpin yang demikian karena sebetulnya mereka telah melawan Allah.  Pemimpin harus melayani/menggembalakan orang- orang yang dipimpinnya,dan bukan sibuk dengan “menggembalakan dirinya sendiri.”
  • 46.
     Pemimpin dengantekun dan setia mengusahakan jalan agar orang-orang yang dipimpinnya menemukan makna hidup.  Pemimpin harus bekerja dengan kesungguhan hati dan bukan karena terpaksa(I Pet.5.5.2).  Supaya fungsi-fungsi tersebut diwujudkan secara nyata, maka seorang pemimpin kristen hendaklah memiliki orientasi dasar ( orientasi = titik pandang yang menentukan arah) seperti yang diungkapkan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ( Fil. 1.9-11).
  • 47.
    Ciri-ciri seorang PemimpinKristen Seorang pemimpin Kristen yang berhasil dalam kepemimpinannya (efektif) memiliki ciri sebagai berikut: 1. Memiliki kepercayaan yang kuat akan penyertaan Tuhan. Hal ini pada gilirannya memberikan kepercayaan pada diri sendiri, sehingga tidak bimbang, tidak ragu-ragu dlam bertindak (Bd. Yak.1.6-8; Fil. 4.13). 2. Mengasihi dan memperhatikan orang yang dipimpinnya. Anggota diperlakukan sebagai sahabat dan mitra kerja. ( Yoh.15.15-17; I Petr.5.2-3). 3. Memberikan dorongan/motivasi serta menantang orang untuk berbuat yang terbaik (Yoh.14.12-13).
  • 48.
    5. Bersedia membimbingdan melatih orang serta tahu arah membimbing dan melatih, agar yang dilatih itu mau melakukan seperti apa yang dilakukan oleh pemimpin (Yoh.13.13-15). 6.Mengetahui kapan harus berhenti melatih dan memberikan kesempatan kepada orang lain yang dilatih untuk menjadi pemimpin( Yoh.14.12). Catatan : Ciri pemimpin seperti pada butir 1 s/d 4 adalah ciri yang sudah biasa oleh para pemimpin selama ini, sedangkan ciri pada butir 5,6 adalah ciri yang masih jarang dilakukan; bahkan ada kecenderungan para pemimpin untuk tidak memberikan peluang/kesempatan kepada orang lain untuk menjadi pemimpin.