MATERI KULIAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan,
dan Efikasi Pengobatan.dan Efikasi Pengobatan.
Surya Amal
Program Studi Farmasi FIK Universitas Darussalam Gontor - Indonesia
FaktorFaktor--FaktorFaktor yangyang MempengaruhiMempengaruhi ResponRespon PenderitaPenderita
TerhadapTerhadap ObatObat
Obat yang diberikan
Dosis yang diminum
FAKTOR FARMAKOKINETIK FAKTOR FARMAKODINAMIK
Kepatuhan Penderita
Ketepatan Pengobatan
FAKTOR FARMAKOKINETIK FAKTOR FARMAKODINAMIK
Kondisi fisiologik
Kondisi Patologis
Toleransi
Interaksi dengan Obat
Faktor Genetik
Penderita
RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT
 Absorpsi
 Distribusi
 Ekskresi
 Biotransformasi
 Interaksi Obat
 Mekanisme homeostatis
 Keadaan fungsi -
jaringan
KondisiKondisi FisiologikFisiologik
Dalam kondisi fisiologik, beberapa kasus
perlu diperhatikan antara lain :
1. Anak1. Anak
2. Neonatus dan Bayi Prematur
3. Usia Lanjut
4. Kehamilan dan Laktasi
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 1.1. AnakAnak
Permasalahan pada dosis  usia, berat badan (BB), luas permukaan
tubuh atau kombinasi faktor –faktor tersebut
Pada perhitungan dosis usia anak dibagi kelompok, antara lain : 1 bln
(neonatus), 1 thn (bayi), anak 1-5 thn, dan anak 6-12 thn. Berat
badan untuk menghitung dosis dalam mg/kg.
Dosis yang didasarkan pada luas permukaan tubuh (Body Surface
Area : BSA) lebih tepat untuk menghitung dosis dibanding dengan %Area : BSA) lebih tepat untuk menghitung dosis dibanding dengan %
dosis dewasa.
Contoh :  seringkali dalam praktek …
Anak Berat Badan % Dosis Dewasa
Neonatus 3,5 kg 12,5 % DD
2 bln 4,5 kg 15 % DD
4 bln 6,5 kg 20 % DD
1 thn 10 kg 25 % DD
3 thn 15 kg 33,3 % DD dst…
CatatanCatatan :: EstimasiEstimasi dosisdosis dengandengan LuasLuas PermukaanPermukaan TubuhTubuh
((Dosage Calculations Based on Body Surface AreaDosage Calculations Based on Body Surface Area = BSA)= BSA)
Luas Permukaan Tubuh (BSA = Body Surface Area) dapat dihitung
dengan rumus Du bois and Du Bois.
Setelah Luas Permukaan Tubuh (BSA) dihitung, maka Dosis Perkiraan Koversi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus CROWFORD-TERRY-ROURKE
berikut :
* Dalam Kumpulan Kuliah Farmakologi UI (1968) menggunakan pembagi 1,75
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 22.. NeonatusNeonatus dandan BayiBayi PrematurPrematur
Terdapat perbedaan respons oleh karena belum sempurnanya fungsi-
fungsi farmakokinetik.
1. Biotransformasi hati masih kurang.
2. Ekskresi ginjal hanya 60 –70 % dari dewasa.
3. Ikatan plasma protein rendah
4. Sawar darah otak dan kulit belum sempurna
Terdapat juga peningkatan sensivitas reseptor beberapa jenis obat 
respons meningkat dan efek toksik lebih besar.
Prinsip penggunaan obat pada neonatus dan prematur.
1. Hindari obat-obat berikut : sulfonamid, aspirin, hexaklorofen, morfin,
barbiturat.
2. Pada obat-obat lain, gunakan dosis lebih rendah  dapat dimonitor
respon klinik dan kalau perlu monitor kadar plasma.
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 3.3. PadaPada UsiaUsia LanjutLanjut
Perubahan respon usia lanjut karena :
1. Penurunan fungsi ginjal, penurunan filtrasi ginjal ± 30 % pada
usia 65 tahun. Penurunan metabolisme, penurunan albumin
plasma  plasma  kadar obat bebas meningkat.
Berkurangnya berat badan dan cairan tubuh  distribusi obat
berubah  kadar obat bebas meningkat dan lebih lamaberubah  kadar obat bebas meningkat dan lebih lama
bertahan di darah + jaringan, waktu paruh dapat meningkat
sampai 50 %.
2. Perubahan faktor farmakodinamik : Penurunan sensivitas
reseptor (< obat-obat sentral). Penurunan mekanisme
homeostatik.
3. Adanya macam-macam penyakit  macam-macam obat 
interaksi
4. Penggunaan macam-macam obat meningkatkan interaksi obat.
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 3.3. PadaPada UsiaUsia LanjutLanjut
Prinsip penggunaan obat pada usia lanjut :
1. Berikan obat hanya yang betul-betul dibutuhkan.
2. Pilih obat yang diberi rasio manfaat/risiko yang paling
menguntungkan.
3. Mulai pengobatan dengan dosis ½ dari dosis biasa.
4. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu monitor
Lanjutan …
4. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu monitor
kadar obat.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan obat yang mudah
ditelan.
6. Periksa obatnya sewaktu-waktu dan hentikan yang tak perlu.
Besarnya dosis dapat diperkirakan dari Body Surface Area (BSA),
indeks terapi obat dan cara eliminasi obat.
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 44.. PadaPada KehamilanKehamilan dandan MenyusuiMenyusui
Pada umumnya obat-obat yang dikonsumsi ibu hamil dapat melintasi
plasenta dan memberi pemaparan pada embrio/janin dan dapat
menyebabkan teratogenik. Faktor yang mempengaruhi transfer obat via
plasenta antara lain : sifat obat, kecepatan jumlah obat via plasenta,
lama pemaparan, distribusi obat dalam janin, tahap pertumbuhan.
Farmakokinetik :Farmakokinetik :
a. Kelarutan lipid obat
Obat yang melintasi plasenta tergantung pada kelakuan lipid  yang lipofilik
gampang berdifusi  melintasi plasenta ke janin. Hati-hati menggunakan
obat-obat lipofilik menjelang seksio sesaria.
b. Ukuran molekul obat
Obat dengan DM 250-500 mudah lewat plasenta, yang > 1000 sulit lewat
plasenta. Warfarin sebagai antikoagulan tak boleh diberikan pada ibu hamil tri
mester 1 kehamilan  teratogenik.
c. Ikatan obat dengan protein plasma
Derajat ikatan obat dengan protein plasma dapat mempengaruhi laju transfer.
d. Metabolieme obat  plasenta dan janin.
KondisiKondisi FisiologikFisiologik :: 44.. PadaPada KehamilanKehamilan dandan MenyusuiMenyusui
Lanjutan …
Farmakodinamik :
1. Kerja obat maternal  efek obat pada jaringan reproduksi
wanita hamil dipengaruhi oleh endokrin.
2. Efek terapi obat pada janin  Pemberian obat pada ibu2. Efek terapi obat pada janin  Pemberian obat pada ibu
hamil yang mempengaruhi janin (pada kelahiran prematur).
3. Kerja toksik obat pada janin  penggunaan opioid kronik
pada ibu hamil  ketergantungan pada janin  gejala
putus obat.
4. Kerja teratogenik obat  hindari obat teratogenik >> pada
trimester 1 kehamilan.
PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik
Kondisi patologik dibatasi pada penyakit-penyakit organ utama
yang melaksanakan fungsi farmakokinetik.
1. Pada penyakit saluran cerna
Gangguan saluran cerna dapat mempengaruhi absorpsi obat.
Prinsip umum penggunaan obat pada gangguan saluranPrinsip umum penggunaan obat pada gangguan saluran
cerna.
Prinsip umum :
1. Hindarkan obat-obat iritan (Contoh : Aspirin, Ains), pada
keadaan statis/hipomotilitas.
2. Hindarkan sediaan salut enterik/lepas lambat pada
hiper/hipomolitas saluran cerna.
3. Untuk obat-obat lain, dosis harus disesuaikan dengan
respons klinik, kalau perlu ukur kadar obat dalam plasma.
PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik
Lanjutan …
2. Pada penyakit kardiovaskular
Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar
dan ginjal, sehingga kadar obat dalam darah meningkat  efek
berlebihan dan efek toksik.berlebihan dan efek toksik.
Prinsip umum :
1. Turunkan dosis awal dan dosis penunjang.
2. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu periksa
kadar obat dalam plasma.
PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik
Lanjutan …
3. Pada penyakit hati
Penyakit ini mempengaruhi metabolisme obat di hati dan sintesis
protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat, >> kadar obat
dalam jaringan  respon yang berlebihan/efek toksik memungkinkan
terjadi  >> pada penyakit hati yang parah.terjadi  >> pada penyakit hati yang parah.
Prinsip Umum Penggunaan Obat :
1. Gunakan obat yang eliminasinya >> via ginjal.
2. Hindarkan obat-obat yang menekan SSP (susunan saraf pusat) 
morfin, diuretik tiazid, diuretik kuat, obstipan, antikoagulan oral,
kontrasepsi oral dan obat-obat hepatotoksik.
3. Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama obat-obat
yang eliminasinya via metabolisme hepar mulai dengan dosis
kecil, lihat respon klinik, bila perlu ukur kadar obat dalam plasma
dan uji fungsi hati.
PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik
Lanjutan …
4. Pada penyakit ginjal
Penyakit ini mempengaruhi ekskresi obat aktif dan metabolitnya 
meningkatkan kadar obat dalam darah dan jaringan  efeknya
berlebihan dan efek toksik meningkat.
Penyakit ini dapat mempengaruhi ikatan protein plasma 
meningkatkan kadar obat bebas dalam darah meningkatkanmeningkatkan kadar obat bebas dalam darah  meningkatkan
sensivitas atau respons jaringan terhadap beberapa obat.
Prinsip umum penggunaan obat pada penyakit ginjal :
1. Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya melalui
metabolieme hati.
2. Hindarkan penggunaan : tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik
hemat kalium, diuretik tiazid, anti diabetik oral + aspirin.
3. Gunakan dosis lebih rendah, terutama obat-obat yang
eliminasinya via ekskresi ginjal.
FaktorFaktor GenetikGenetik
Kemampuan memetabolisme obat, dipengaruhi antara lain
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Individu dibagi
dua kelompok yakni pemetabolisme ekstensif dan
pemetabolisme lemah.
FARMAKOGENETIK :FARMAKOGENETIK :
Adalah cabang ilmu farmakologi klinik yang mempelajari
perubahan respons terhadap obat yang disebabkan oleh
faktor genetik. Bertujuan mengidentifikasi perbedaan,
mengetahui sebab-sebab pada tingkat molekuler 
sehingga dosis dapat disesuaikan, contoh : adanya
penderita dengan asetilator lambat dan asetilator cepat.
FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain
1. Interaksi obat-obat  pada pembahasan selanjutnya.
2. Toleransi adalah penurunan efek farmakologi akibat
pemberian obat berulang –ulang.
a. Toleransi farmakokinetik  oleh karena obat
meningkatkan metabolismenya sendiri  barbiturat –
rifampisin.rifampisin.
b. Toleransi farmakodinamik/toleransi seluler. Oleh karena
proses adaptasi sel/reseptor terhadap obat yang terus
berada di lingkungan  sensivitas reseptor berkurang
 Contoh : barbiturat, opiat benzodiasepam,
amfetamin dan nitrat organik.
c. Takifilaksis toleransi farmakodinamik yang terjadi
secara akut, pada pemberian simpatomimetik amin.
Misalnya pada efedrin  depresi neurotransmiter dari
gelembung sinaps.
FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain
Lanjutan …
3. Bioavailabilitas
Perbedaan bioavailabilitas antar preparat yang sama
dapat menimbulkan respons terapi yang berbeda untukdapat menimbulkan respons terapi yang berbeda untuk
obat dengan batas keamanan yang sempit dan obat untuk
penyakit yang berbahaya (life saving drugs), perbedaan
bioavailabilitas dapat menimbulkan inekivalensi terapi.
Contoh : digoksin, tolbutamid, dikumarol, eritromisin,
amfoterisin B, nitrifurantoin.
FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain
Lanjutan …
4. Efek Plasebo
Pada setiap pengobatan, respons yang diperlihatkan
penderita, merupakan resultante dari efek farmakologis
dan efek plasebo (efek yang bukan disebabkan oleh obat)
yang selalu terikut pada selama pengobatan. Efek plaseboyang selalu terikut pada selama pengobatan. Efek plasebo
ini dapat berubah-ubah pada tiap dari waktu ke waktu
pada individu yang sama.
Efek ini dapat menguntungkan atau merugikan penderita
tergantung kualitas hubungan antara tenaga kesehatan
(terutama dokter, farmasis, perawat) dengan penderita.
Manifestasinya dapat berupa perubahan emosi, perasaan
subyektif dan gejala objektif yang berada di bawah kontrol
saraf otonom/somatik.
FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain
Lanjutan …
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons
penderita terhadap obat antara lain kebiasaan merokok,penderita terhadap obat antara lain kebiasaan merokok,
minum alkohol dan keadaan sosial budaya (makanan,
pekerjaan, tempat tinggal).
Hidrokarbon polisiklik dari asap rokok  menginduksi
sintesis enzim metabolisme obat-obat tertentu. Contoh,
teofilin  mempercepat biotransformasi obat tersebut
 responnya menurun.
SimpulanSimpulan
Pengaruh berbagai faktor tersebut pada
respons penderita terhadap obat dan efikasi
pengobatan menyebabkan regimen dosis obat
perlu disesuaikan.
Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun
perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah
awal yang masih memerlukan penyesuain
dosis berdasarkan respons klinik dan atau
kadar obat plasma.
S E K I A NS E K I A NS E K I A NS E K I A N

Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)

  • 1.
    MATERI KULIAH FARMAKOLOGIDAN TOKSIKOLOGI Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan.dan Efikasi Pengobatan. Surya Amal Program Studi Farmasi FIK Universitas Darussalam Gontor - Indonesia
  • 2.
    FaktorFaktor--FaktorFaktor yangyang MempengaruhiMempengaruhiResponRespon PenderitaPenderita TerhadapTerhadap ObatObat Obat yang diberikan Dosis yang diminum FAKTOR FARMAKOKINETIK FAKTOR FARMAKODINAMIK Kepatuhan Penderita Ketepatan Pengobatan FAKTOR FARMAKOKINETIK FAKTOR FARMAKODINAMIK Kondisi fisiologik Kondisi Patologis Toleransi Interaksi dengan Obat Faktor Genetik Penderita RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT  Absorpsi  Distribusi  Ekskresi  Biotransformasi  Interaksi Obat  Mekanisme homeostatis  Keadaan fungsi - jaringan
  • 3.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik Dalam kondisifisiologik, beberapa kasus perlu diperhatikan antara lain : 1. Anak1. Anak 2. Neonatus dan Bayi Prematur 3. Usia Lanjut 4. Kehamilan dan Laktasi
  • 4.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::1.1. AnakAnak Permasalahan pada dosis  usia, berat badan (BB), luas permukaan tubuh atau kombinasi faktor –faktor tersebut Pada perhitungan dosis usia anak dibagi kelompok, antara lain : 1 bln (neonatus), 1 thn (bayi), anak 1-5 thn, dan anak 6-12 thn. Berat badan untuk menghitung dosis dalam mg/kg. Dosis yang didasarkan pada luas permukaan tubuh (Body Surface Area : BSA) lebih tepat untuk menghitung dosis dibanding dengan %Area : BSA) lebih tepat untuk menghitung dosis dibanding dengan % dosis dewasa. Contoh :  seringkali dalam praktek … Anak Berat Badan % Dosis Dewasa Neonatus 3,5 kg 12,5 % DD 2 bln 4,5 kg 15 % DD 4 bln 6,5 kg 20 % DD 1 thn 10 kg 25 % DD 3 thn 15 kg 33,3 % DD dst…
  • 5.
    CatatanCatatan :: EstimasiEstimasidosisdosis dengandengan LuasLuas PermukaanPermukaan TubuhTubuh ((Dosage Calculations Based on Body Surface AreaDosage Calculations Based on Body Surface Area = BSA)= BSA) Luas Permukaan Tubuh (BSA = Body Surface Area) dapat dihitung dengan rumus Du bois and Du Bois. Setelah Luas Permukaan Tubuh (BSA) dihitung, maka Dosis Perkiraan Koversi dapat dihitung dengan menggunakan rumus CROWFORD-TERRY-ROURKE berikut : * Dalam Kumpulan Kuliah Farmakologi UI (1968) menggunakan pembagi 1,75
  • 6.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::22.. NeonatusNeonatus dandan BayiBayi PrematurPrematur Terdapat perbedaan respons oleh karena belum sempurnanya fungsi- fungsi farmakokinetik. 1. Biotransformasi hati masih kurang. 2. Ekskresi ginjal hanya 60 –70 % dari dewasa. 3. Ikatan plasma protein rendah 4. Sawar darah otak dan kulit belum sempurna Terdapat juga peningkatan sensivitas reseptor beberapa jenis obat  respons meningkat dan efek toksik lebih besar. Prinsip penggunaan obat pada neonatus dan prematur. 1. Hindari obat-obat berikut : sulfonamid, aspirin, hexaklorofen, morfin, barbiturat. 2. Pada obat-obat lain, gunakan dosis lebih rendah  dapat dimonitor respon klinik dan kalau perlu monitor kadar plasma.
  • 7.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::3.3. PadaPada UsiaUsia LanjutLanjut Perubahan respon usia lanjut karena : 1. Penurunan fungsi ginjal, penurunan filtrasi ginjal ± 30 % pada usia 65 tahun. Penurunan metabolisme, penurunan albumin plasma  plasma  kadar obat bebas meningkat. Berkurangnya berat badan dan cairan tubuh  distribusi obat berubah  kadar obat bebas meningkat dan lebih lamaberubah  kadar obat bebas meningkat dan lebih lama bertahan di darah + jaringan, waktu paruh dapat meningkat sampai 50 %. 2. Perubahan faktor farmakodinamik : Penurunan sensivitas reseptor (< obat-obat sentral). Penurunan mekanisme homeostatik. 3. Adanya macam-macam penyakit  macam-macam obat  interaksi 4. Penggunaan macam-macam obat meningkatkan interaksi obat.
  • 8.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::3.3. PadaPada UsiaUsia LanjutLanjut Prinsip penggunaan obat pada usia lanjut : 1. Berikan obat hanya yang betul-betul dibutuhkan. 2. Pilih obat yang diberi rasio manfaat/risiko yang paling menguntungkan. 3. Mulai pengobatan dengan dosis ½ dari dosis biasa. 4. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu monitor Lanjutan … 4. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu monitor kadar obat. 5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan obat yang mudah ditelan. 6. Periksa obatnya sewaktu-waktu dan hentikan yang tak perlu. Besarnya dosis dapat diperkirakan dari Body Surface Area (BSA), indeks terapi obat dan cara eliminasi obat.
  • 9.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::44.. PadaPada KehamilanKehamilan dandan MenyusuiMenyusui Pada umumnya obat-obat yang dikonsumsi ibu hamil dapat melintasi plasenta dan memberi pemaparan pada embrio/janin dan dapat menyebabkan teratogenik. Faktor yang mempengaruhi transfer obat via plasenta antara lain : sifat obat, kecepatan jumlah obat via plasenta, lama pemaparan, distribusi obat dalam janin, tahap pertumbuhan. Farmakokinetik :Farmakokinetik : a. Kelarutan lipid obat Obat yang melintasi plasenta tergantung pada kelakuan lipid  yang lipofilik gampang berdifusi  melintasi plasenta ke janin. Hati-hati menggunakan obat-obat lipofilik menjelang seksio sesaria. b. Ukuran molekul obat Obat dengan DM 250-500 mudah lewat plasenta, yang > 1000 sulit lewat plasenta. Warfarin sebagai antikoagulan tak boleh diberikan pada ibu hamil tri mester 1 kehamilan  teratogenik. c. Ikatan obat dengan protein plasma Derajat ikatan obat dengan protein plasma dapat mempengaruhi laju transfer. d. Metabolieme obat  plasenta dan janin.
  • 10.
    KondisiKondisi FisiologikFisiologik ::44.. PadaPada KehamilanKehamilan dandan MenyusuiMenyusui Lanjutan … Farmakodinamik : 1. Kerja obat maternal  efek obat pada jaringan reproduksi wanita hamil dipengaruhi oleh endokrin. 2. Efek terapi obat pada janin  Pemberian obat pada ibu2. Efek terapi obat pada janin  Pemberian obat pada ibu hamil yang mempengaruhi janin (pada kelahiran prematur). 3. Kerja toksik obat pada janin  penggunaan opioid kronik pada ibu hamil  ketergantungan pada janin  gejala putus obat. 4. Kerja teratogenik obat  hindari obat teratogenik >> pada trimester 1 kehamilan.
  • 11.
    PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik Kondisipatologik dibatasi pada penyakit-penyakit organ utama yang melaksanakan fungsi farmakokinetik. 1. Pada penyakit saluran cerna Gangguan saluran cerna dapat mempengaruhi absorpsi obat. Prinsip umum penggunaan obat pada gangguan saluranPrinsip umum penggunaan obat pada gangguan saluran cerna. Prinsip umum : 1. Hindarkan obat-obat iritan (Contoh : Aspirin, Ains), pada keadaan statis/hipomotilitas. 2. Hindarkan sediaan salut enterik/lepas lambat pada hiper/hipomolitas saluran cerna. 3. Untuk obat-obat lain, dosis harus disesuaikan dengan respons klinik, kalau perlu ukur kadar obat dalam plasma.
  • 12.
    PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik Lanjutan… 2. Pada penyakit kardiovaskular Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal, sehingga kadar obat dalam darah meningkat  efek berlebihan dan efek toksik.berlebihan dan efek toksik. Prinsip umum : 1. Turunkan dosis awal dan dosis penunjang. 2. Sesuaikan dosis dengan respons klinik dan bila perlu periksa kadar obat dalam plasma.
  • 13.
    PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik Lanjutan… 3. Pada penyakit hati Penyakit ini mempengaruhi metabolisme obat di hati dan sintesis protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat, >> kadar obat dalam jaringan  respon yang berlebihan/efek toksik memungkinkan terjadi  >> pada penyakit hati yang parah.terjadi  >> pada penyakit hati yang parah. Prinsip Umum Penggunaan Obat : 1. Gunakan obat yang eliminasinya >> via ginjal. 2. Hindarkan obat-obat yang menekan SSP (susunan saraf pusat)  morfin, diuretik tiazid, diuretik kuat, obstipan, antikoagulan oral, kontrasepsi oral dan obat-obat hepatotoksik. 3. Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama obat-obat yang eliminasinya via metabolisme hepar mulai dengan dosis kecil, lihat respon klinik, bila perlu ukur kadar obat dalam plasma dan uji fungsi hati.
  • 14.
    PadaPada KondisiKondisi PatologikPatologik Lanjutan… 4. Pada penyakit ginjal Penyakit ini mempengaruhi ekskresi obat aktif dan metabolitnya  meningkatkan kadar obat dalam darah dan jaringan  efeknya berlebihan dan efek toksik meningkat. Penyakit ini dapat mempengaruhi ikatan protein plasma  meningkatkan kadar obat bebas dalam darah meningkatkanmeningkatkan kadar obat bebas dalam darah  meningkatkan sensivitas atau respons jaringan terhadap beberapa obat. Prinsip umum penggunaan obat pada penyakit ginjal : 1. Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya melalui metabolieme hati. 2. Hindarkan penggunaan : tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik hemat kalium, diuretik tiazid, anti diabetik oral + aspirin. 3. Gunakan dosis lebih rendah, terutama obat-obat yang eliminasinya via ekskresi ginjal.
  • 15.
    FaktorFaktor GenetikGenetik Kemampuan memetabolismeobat, dipengaruhi antara lain oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Individu dibagi dua kelompok yakni pemetabolisme ekstensif dan pemetabolisme lemah. FARMAKOGENETIK :FARMAKOGENETIK : Adalah cabang ilmu farmakologi klinik yang mempelajari perubahan respons terhadap obat yang disebabkan oleh faktor genetik. Bertujuan mengidentifikasi perbedaan, mengetahui sebab-sebab pada tingkat molekuler  sehingga dosis dapat disesuaikan, contoh : adanya penderita dengan asetilator lambat dan asetilator cepat.
  • 16.
    FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain 1. Interaksiobat-obat  pada pembahasan selanjutnya. 2. Toleransi adalah penurunan efek farmakologi akibat pemberian obat berulang –ulang. a. Toleransi farmakokinetik  oleh karena obat meningkatkan metabolismenya sendiri  barbiturat – rifampisin.rifampisin. b. Toleransi farmakodinamik/toleransi seluler. Oleh karena proses adaptasi sel/reseptor terhadap obat yang terus berada di lingkungan  sensivitas reseptor berkurang  Contoh : barbiturat, opiat benzodiasepam, amfetamin dan nitrat organik. c. Takifilaksis toleransi farmakodinamik yang terjadi secara akut, pada pemberian simpatomimetik amin. Misalnya pada efedrin  depresi neurotransmiter dari gelembung sinaps.
  • 17.
    FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain Lanjutan … 3.Bioavailabilitas Perbedaan bioavailabilitas antar preparat yang sama dapat menimbulkan respons terapi yang berbeda untukdapat menimbulkan respons terapi yang berbeda untuk obat dengan batas keamanan yang sempit dan obat untuk penyakit yang berbahaya (life saving drugs), perbedaan bioavailabilitas dapat menimbulkan inekivalensi terapi. Contoh : digoksin, tolbutamid, dikumarol, eritromisin, amfoterisin B, nitrifurantoin.
  • 18.
    FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain Lanjutan … 4.Efek Plasebo Pada setiap pengobatan, respons yang diperlihatkan penderita, merupakan resultante dari efek farmakologis dan efek plasebo (efek yang bukan disebabkan oleh obat) yang selalu terikut pada selama pengobatan. Efek plaseboyang selalu terikut pada selama pengobatan. Efek plasebo ini dapat berubah-ubah pada tiap dari waktu ke waktu pada individu yang sama. Efek ini dapat menguntungkan atau merugikan penderita tergantung kualitas hubungan antara tenaga kesehatan (terutama dokter, farmasis, perawat) dengan penderita. Manifestasinya dapat berupa perubahan emosi, perasaan subyektif dan gejala objektif yang berada di bawah kontrol saraf otonom/somatik.
  • 19.
    FaktorFaktor--FaktorFaktor LainLain Lanjutan … 5.Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons penderita terhadap obat antara lain kebiasaan merokok,penderita terhadap obat antara lain kebiasaan merokok, minum alkohol dan keadaan sosial budaya (makanan, pekerjaan, tempat tinggal). Hidrokarbon polisiklik dari asap rokok  menginduksi sintesis enzim metabolisme obat-obat tertentu. Contoh, teofilin  mempercepat biotransformasi obat tersebut  responnya menurun.
  • 20.
    SimpulanSimpulan Pengaruh berbagai faktortersebut pada respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
  • 21.
    S E KI A NS E K I A NS E K I A NS E K I A N