APLIKASI
FARMAKOKINETIK PADA
GERIATRIK
DISUSUN OLEH :
NAUFAL DAFFA S. (2017210154)
NESHA MUTIARA (2017210155)
NISRINA THAHIRA SUWARLI (2017210158)
NURKHOLLIFAH.S (2017210160)
NURUL ALMA (2017210162)
NURUL AZIZAH (2017210163)
OLYVIA N. AZIZAH (2017210168)
RAPHAELA JESSLYN (2017210178)
RESTRI V. DUANTI (2017210181)
RIZCASYA AISAH (2017210187)
RAFIF FADHLURRAHMAN A (2017210173)
RANIE MUTUAHMI (2017210177)
RIZQIYAH ROZA (2017210189)
ROULI LUMBAN GAOL (2017210190)
KELOMPOK : 2
KELAS : FARMASI KLINIK (A)
OUTLINE
• 1. Definisi, Karakteristik Geriatrik, dan Klasifikasi Populasi Geriatrik
• 2. Farmakokinetik pada Pasien Geriatrik
• 3. Prinsip Umum Pemberian Obat dan Efek Samping Obat pada Geriatrik
• 4. Perhitungan dan Penyesuaian Dosis Obat pada Geriatrik
• 5. Konsep Fisiologi dan Kinetika pada Geriatrik
• 6. Pertimbangan Efek Terapeutik dan Toksisitas
• 7. Rute Penggunaan Obat yang disarankan pada Geriatrik
• 8. Interaksi Farmakokinetik
• 9. Daftar Obat yang Sering diresepkan dan yang Sebaiknya Dihindari Geriatrik
• 10. Daftar Pustaka
1. DEFINISI, KARAKTERISTIK GERIATRIK, DAN KLASIFIKASI
POPULASI GERIATRIK
• Pasien geriatri adalah pasien lansia dengan multi penyakit dan atau gangguan akibat
menurunnya fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara
interdisiplin.
• Karakteristik Geriatrik
Multipatologi
lebih dari satu
penyakit kronis
degeneratif
Daya cadangan
faali menurun
akibat proses
menua.
Gejala dan tanda
penyakit yang
tidak khas
sering kali
mengaburkan
diagonsis
Penurunan
status fungsional
berakibat
ketergantungan
pada orang lain
Malnutrisi
• Klasifikasi Geriatri
Pralansia
45- 59 tahun
Lansia
>60 tahun
Lansia ResikoTinggi
>60 tahun+ masalah kesehatan
Lansia Potensial
produktif
LansiaTidak Potensial
Bergantung pada orang lain
2. FARMAKOKINETIK PADA GERIATRIK
• Farmakokinetik mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya
di dalam darah dan jaringan.
• Farmakokinetika pada pasien geriatrik berbeda dari pasien dewasa karena:
1. Perubahan faal ginjal dan liver terkait ekskresi obat
2. Perubahan status mental
Parameter
Farmakokinetik Perubahan Fisiologi Perubahan Patologi Faktor Eksternal
Absorpsi -Meningkatnya pH cairan lambung
-Berkurangnya permukaan absorpsi
-Berkurangnya motilitas gastrointestinal
-Konstipasi
-Diare
-Sindrom malabsorpsi
-Pankreatitis
-Antasida (enteral)
-Antikolinergik
-Kolestiramin
-Interaksi obat
Distribusi -Berkurangnya cardiac output
-Berkurangnya volume cairan yang
bersirkulasi
-Meningkatnya proporsi jaringan lemak
-Berkurangnya albumin
-Insufisiensi jantung
-Dehidrasi
-Edema
-Gangguan fungsi ginjal
-Gangguan fungsi liver
-Malnutrisi
Interaksi obat
Parameter
Farmakokinetik Perubahan Fisiologi Perubahan Patologi Faktor Eksternal
Biotransformasi -Berkurangnya kinerja liver
-Berkurangnya aktivitas enzim
-Berkurangnya perfusi liver
-Gangguan fungsi ginjal
-Gangguan fungsi liver
-Malnutrisi
-Penyakit tiroid
-Pola makan
-Interaksi obat
-Merokok
Eliminasi -Berkurangnya perfusi ginjal
-Berkurangnya filtrasi glomerulus
-Berkurangnya sekresi tubular
-Hipovolemia
-Insufisiensi ginjal
Interaksi obat
3. PRINSIP UMUM DAN EFEK SAMPING PEMBERIAN
OBAT PADA GERIATRIK
Secara singkat, pemakaian/pemberian obat pada usia lanjut hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Riwayat pemakaian obat
- Obat diberikan atas indikasi yang ketat, untuk diagnosis yang dibuat
- Mulai dengan dosis terkecil
- Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien
Efek samping:
- Polifarmasi
Salah satu definisi polifarmasi yang paling umum adalah penggunaan bersamaan enam obat atau lebih oleh seorang pasien.
- Interaksi obat
Interaksi obat dapat terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih.
Pada pasien geriatri biasanya sangat rentan terhadap interaksi obat dikarenakan perubahan yang berkaitan dengan usia fisiologis, peningkatan
resiko untuk penyakit terkait dengan penuaan dan peningkatan konsekuen dalam penggunaan obat.
4. Perhitungan dan penyesuaian dosis pada geriatri
Berdasarkan dua pendekatan umum :
Penyesuaian dosis berdasarkan klirens obat
Rumus untuk mempertahankan Cav yang diinginkan setelah beberapa dosis oral
atau injeksi bolus iv ganda sebagai perubahan izin tubuh total
• 𝐶𝑎𝑣 =
𝐹.𝑆.𝐷
𝐶𝑙.𝜎
→ 𝐶𝑎𝑣 =
𝐷 𝑁
𝐶𝑙 𝑁. 𝜎 𝑁
=
𝐷 𝑈
𝐶𝑙 𝑈.𝜎 𝑈
Rumus untuk infus IV, Css dipertahankan baik untuk pasien
dengan fungsi ginjal normal dan pasien dengan gangguan ginjal
• 𝐶𝑠𝑠 =
𝑅
𝐶𝑙 𝑁
=
𝑅
𝐶𝑙 𝑈
N= Normal
U= Urine
Penghitungan Penyesuaian Dosis Berdasarkan Nilai Kreatinin Klirens
• Infus iv konstan:
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒
• IV infus intermiten atau dosis oral:
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷
𝐶𝑙𝑥σ
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷𝑥𝑘𝑎
𝐶𝑙𝑥σ
F= Bioavailbilitas
S= Fraksi obat berbentuk garam
D= Dosis
σ = Interval pemberian obat
Ka= Konstanta kecepatan absorbsi
𝐶𝑎𝑣 =
𝐹.𝑆.𝐷
𝐶𝑙.𝜎
→ 𝐶𝑎𝑣 =
𝐷 𝑁
𝐶𝑙 𝑁. 𝜎 𝑁
=
𝐷 𝑈
𝐶𝑙 𝑈.𝜎 𝑈
𝐶𝑠𝑠 =
𝑅
𝐶𝑙 𝑁
=
𝑅
𝐶𝑙 𝑈
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷
𝐶𝑙𝑥σ
𝐶𝑝𝑠𝑠 =
𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷𝑥𝑘𝑎
𝐶𝑙𝑥σ
5. KONSEP FISIOLOGI DAN KINETIK PADA GERIATRI
↓ massa ginjal sehingga fungsi
ginjal juga ↓
↓ motilitas lambung
menyebabkan pengosongan
lambung lebih lambat
Penurunan fungsi ginjal dapat
menyebabkan kadar obat dalam
plasma meningkat
↓ enzim-enzim pada hati yang
berfungsi untuk metabolisme
obat-obat
6. Pertimbangan Efek Terapeutik dan Toksisitas
Efek toksik atau toksisitas suatu obat dapat diidenfikasi melalui pantauan batas
terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum).
o Untuk obat-obatan yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik
jarang di berikan.
o Untuk obat-obatan yang mempunyai batas terapeutik sempit maka batas terapeutik
dipantau dengan ketat.
Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi.
Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara
logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan
pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau
kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih
dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta
gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang
sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya.
7. RUTE PENGGUNAAN OBATYANG DI SARANKAN
PADA GERIATRIK
Perhatikan pemilihan rute pemberian obat :
• Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau sistemik
• Lama tidaknya masa kerja obat maupun kerja awal yang dikehendaki
• Stabilitas obat yang melewati bagian tubuh tertentu
• Keamanan relative dalam penggunaan melalui berbagai macam rute
• Rute yang tepat, menyenangkan, dan dikehendaki
• Keadaan pasien
Rute pemberian obat yang direkomendasikan untuk pasien lanjut usia diantaranya adalah :
• Oral
Rute oral masih dapat dilakukan oleh lansia. Dikarenakan semakin bertambah usia maka
kemampuan untuk menelan semakin berkurang. Jadi sediaan oral yang bisa digunakan adalah
bentuk cair seperti sirup atau puyer dan bukan bentuk padat seperti tablet atau kapsul.
• Transdermal
Untuk lansia, rute transdermal merupakan salah satu pilihan baik untuk pengobatan. Jika
dibandingkan dengan rute parenteral, transdermal tidak ada resiko infeksi. Penyerapan
transdermal bergantung pada difusi pasif melalui berbagai lapisan kulit. Karena kulit mengalami
banyak perubahan structural dan fungsional dengan bertambah usia, akan berguna untuk
mengetahui apakah perubahan ini mempengaruhi difusi transdermal obat
• Rektal
Rute rektal merupakan salah satu rute terbaik bagi lansia. Dikarenakan rute rektal
memberi efek samping lebih sedikit daripada rute yang lain. Rute rektal juga cocok bagi lansia
yang memiliki masalah dalam menelan dan masalah di saluran pencernaan.
• Sublingual
Rute sublingual memungkinkan obat berdifusi kedalam anyaman kapiler dan secara
langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik . karena onset kerjanya cepat serta mudah
diberikan kepada lansia
• Inhalasi
Obat bekerja langsung segera pada saluran nafas dan onset kerjanya cepat
• Topical
Topical merupakan rute yang baik untuk lansia karena mencegah terjadinya first
pass effect.
• Parenteral
Rute parenteral bekerja langsung ke pembuluh darah sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna.
8. INTERAKSI FARMAKOKINETIK
• Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar
plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi
peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut.
Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat
secara teori dapat mengubah absorpsi dari obat lain.
Termasuk di dalamnya mengubah aliran darah
splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna,
kelarutan obat, metabolisme di saluran cerna, flora
saluran cerna ataupun mukosa saluran cerna.
Absorpsi
Distribusi
Setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke jaringan dan
reseptor. Yang perlu diperhatikan adalah obat yang terikat
kuat pada albumin plasma dan potensi perpindahan obat
dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian
obat lain yang juga berikatan kuat dengan albumin.
Mekanisme inilah yang banyak digunakan untuk menjelaskan
banyak interaksi. Perpindahan obat dari ikatan dengan situs
yang tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum dari
obat aktif tanpa adanya perubahan yang nyata pada
konsentrasi total serum.
Penuaan dikaitkan dengan penurunan first-pass metabolisme. Ini
mungkin disebabkan oleh penurunan massa hati dan aliran darah
dalam hati. Akibatnya, ketersediaan hayati obat yang melalui first-
pass metabolisme seperti propranolol dan labetalol dapat secara
signifikan meningkat. Di sisi lain, beberapa ACE inhibitor seperti
enalapril dan perindopril yang merupakan pro-drug, memerlukan
aktivasi di hati. Oleh karena itu, aktivasi first-pass mereka
mungkin diperlambat atau dikurangi dengan bertambahnya umur
Metabolisme
Ekskresi
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya
mempengaruhi transport aktif di dalam tubulus
ataupun efek pH pada transport pasif dari asam
lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada
sedikit obat yang secara klinis dipengaruhi oleh
perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan salisilat.
Perubahan presentasi sodium pada ginjal
mempengaruhi ekskresi dan level serum lithium.
Senyawa asam (diazepam, phenytoin, warfarin, asam salisilat)
berikatan dengan albumin sedangkan obat-obatan basa
(lignocaine, propranolol) mengikat α1-asam gliko-protein.
Meskipun tidak ada perubahan substansial yang berkaitan
dengan usia pada konsentrasi dari kedua protein ini telah
diteliti, albumin umumnya berkurang pada kondisi malnutrisi
atau penyakit akut sedangkan a1-asam glikoprotein meningkat
selama sakit akut. Namun, hal penting dari perubahan tersebut
masih harus dijelaskan sebagai faktor utama yang menentukan
efek obat yaitu konsentrasi obat bebas.
Ikatan Protein
Klirens Obat
Penurunan fungsi ginjal pada geriatri, khususnya laju filtrasi
glomerulus, mempengaruhi jelas klirens berbagai obat-
obatan yang larut dalam air seperti antibiotik, diuretik,
digoxin, β-adrenoreseptor bloker yang larut dalam air,
lithium, dan obat anti-inflamasi nonsteroid. Efek klinis yang
perlu diperhatikan dari pengurangan ekskresi ginjal yaitu
terjadinya toksisitas obat. Obat dengan indeks terapeutik
yang sempit seperti antibiotik aminoglikosida, digoxin, dan
lithium cenderung memiliki efek samping serius jika
menumpuk.
Evaluasi peresepan obat pada populasi geriatri sangat penting karena peresepan yang membahayakan
akan berasosiasi dengan peningkatan morbiditas, terjadinya kejadian yang tidak diinginkan terkait
obat, dan mortalitas. Pemilihan obat pada populasi geriatri merupakan proses yang kompleks karena
populasi geriatri sangat rentan terhadap peresepan obat yang tidak benar terkait dengan polifarmasi,
adanya penyakit penyerta, perubahan kondisi fisiologis yang dapat memengaruhi proses
farmakokinetik dan sensitivitas farmakodinamik terhadap obat-obatan tertentu.
9. DAFTAR OBAT YANG SERING DIRESEPKAN DAN YANG
SEBAIKNYA DIHINDARI GERIATRIK.
terapi farmakologis pada populasi geriatri dapat dikatakan aman jika obat yang diberikan mempunyai
evidence-based data tentang keamanannya dan efektif dari segi biaya. Keamanan peresepan pada
populasi geriatri dapat dievaluasi mulai dari tahap proses atau pada tahap outcome secara eksplisit dan
implisit. Pengukuran secara implisit dilakukan berdasarkan pada penilaian klinisi tentang keamanan
obat tersebut pada individu pasien. Pengukuran secara eksplisit dilakukan berdasarkan kriteria yang
ada, termasuk penelitian yang sudah dipublikasi, rekomendasi dari para ahli, dan konsensus bersama.
Kriteria Beers adalah salah satu kriteria yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi keamanan
terapi farmakologi pada populasi geriatri secara eksplisit.
Berikut daftar obat yang harus dihindari untuk geriatri karena memperburuk keadaan pada
geriatrik dan menimbulkan efek samping yang berisiko pada geriatri :
Golongan Obat Obat yang diresepkan dosis
Analgesik/ anti-
inflamantori
Indomethacin
Ketorolak
Mefenamic acid
Meperidine
Naproxone, Oxaprozin,
Piroxicam
Naproxen, oxaprozin,
piroxicam in full-dose,
longterm use
Pentazocin
Phenylbutazone
Propoxyphene and
combinations
Antianemik Ferrous sulfate
Antiarrhythmic
Amiodarone
Digoxin
Disopyramide
> 325 mg/d
>0.125 mg/d (except in
atrial arrhythmias)
Anti bacterial Nitrofurantion
Anti kolinergik Anticholinergic and
antihistamines:
Chlorpheniramine,
Diphenhydramine,
Hydroxyzine,
Cyproheptadine,
Promethazine,
Tripelennamine,
Dexchlorpheniramine
Gastrointestinal
antispasmodics:
Dicyclomine,
Hyoscyamine,
Propantheline, Belladonna
alkaloids, Clidinium,
Clidinium-
Antihipertensi Clonidine
Doxazosin
Guanadrel
Guanethidine
Methyldopa
Nifedipine, short-acting
Reserpine
> 0.25 mg/d
Anti psikotik Mesoridazine
Perphenazine-amitriptyline
Thioridazine
All barbiturates except
phenobarbital
All barbiturates except
phenobarbital and except
seizure control
diuretik Ethacrynic acid
Ergot mesyloid
Antgonis H2 cimetidine
Hormonal Dessicated thyroid
Estrogens only (oral)
Methyltestosterone
Hipoglikemik chlorpropamide
laxative Long-term use of stimulant
laxative: bisacodyl
Cascara sagrada
Mineral oil
Muscle relaxants and
antispasmodics
Methocarbamol
Carisoprodol
Chlorzoxazone
Metaxalone
Cyclobenzaprine
Orphenadrine
sedative Chlordiazepoxide
Chlordiazepoxide-
amitriptyline
Diazepam
Flurazepam
Meprobamate
Quazepam, Halazepam,
chlorazepat
Triazolam
Triazolam
> 0.25 mg/d
Short-acting
benzodiazepines
lorazepam
oxazepam
alprazolam
temazepam
> 3 mg/d
> 60 mg/d
> 2 mg/d
> 15 mg/d
Stimulant Amphetamines (excluding
methylphenidate) and
anorexics
Methylphenidate
Vasodilator Cyclandelate
Isoxsuprine
Nylidrin
Pentoxifylline
DAFTAR PUSTAKA
1. Jozef, Novotny. Spesific Issues in Pharmacotherapy of the Eldery. Journal of Health Sciences Management and Public Health.
2. Nasution,Azizah. 2015. Farmakokinetika Klinis. Medan: USU Press.
3. Shargel Leon, PhD, RPh dkk. 2012.“Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan : Edisi Ke 5”. Surabaya: Airlangga University Press.
4. Koda-Kimble MA. Handbook of applied therapeutics. Lippincott Williams & Wilkins; 2007
5. Martono, H. 2005. Aspek Fisiolgis dan Patologik Akibat Proses Menua;Buku ajar Geriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Andayani, R. 2005. Buku Ajar Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Setyawan, Febri. 2019. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga ( Pendekatan Holistik Komprehensif). Sidoarjo: Zifatama
Jawara.
8. Sunarti S, Retty Ratnawati, dkk. 2019. Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB- Press
9. Zulkarnaini Aryalyado, Rose Dinda Martini. 2019. Artikel Penelitian: Gambaran Polifarmasi Pasien Geriatri di Beberapa Poliklinik RSUP
Dr.M.Jamil Padang. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
10. Fauziah Husna, dkk. 2020. Jurnal Human Care: Polifarmasi Pada Pasien Geriatri. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
11. Afrilianto Muhammad Barkah, dkk. 2020. Identifikasi Interaksi Obat pada Pasien Lanjut Usia Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum
Daerah Madani Palau. Universitas Tadulako.
12. Darmansjah. 1994. Polifarmasi Pada Usia Lanjut. Jurnal Medika Indonesia

FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik

  • 1.
    APLIKASI FARMAKOKINETIK PADA GERIATRIK DISUSUN OLEH: NAUFAL DAFFA S. (2017210154) NESHA MUTIARA (2017210155) NISRINA THAHIRA SUWARLI (2017210158) NURKHOLLIFAH.S (2017210160) NURUL ALMA (2017210162) NURUL AZIZAH (2017210163) OLYVIA N. AZIZAH (2017210168) RAPHAELA JESSLYN (2017210178) RESTRI V. DUANTI (2017210181) RIZCASYA AISAH (2017210187) RAFIF FADHLURRAHMAN A (2017210173) RANIE MUTUAHMI (2017210177) RIZQIYAH ROZA (2017210189) ROULI LUMBAN GAOL (2017210190) KELOMPOK : 2 KELAS : FARMASI KLINIK (A)
  • 2.
    OUTLINE • 1. Definisi,Karakteristik Geriatrik, dan Klasifikasi Populasi Geriatrik • 2. Farmakokinetik pada Pasien Geriatrik • 3. Prinsip Umum Pemberian Obat dan Efek Samping Obat pada Geriatrik • 4. Perhitungan dan Penyesuaian Dosis Obat pada Geriatrik • 5. Konsep Fisiologi dan Kinetika pada Geriatrik • 6. Pertimbangan Efek Terapeutik dan Toksisitas • 7. Rute Penggunaan Obat yang disarankan pada Geriatrik • 8. Interaksi Farmakokinetik • 9. Daftar Obat yang Sering diresepkan dan yang Sebaiknya Dihindari Geriatrik • 10. Daftar Pustaka
  • 3.
    1. DEFINISI, KARAKTERISTIKGERIATRIK, DAN KLASIFIKASI POPULASI GERIATRIK • Pasien geriatri adalah pasien lansia dengan multi penyakit dan atau gangguan akibat menurunnya fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.
  • 4.
    • Karakteristik Geriatrik Multipatologi lebihdari satu penyakit kronis degeneratif Daya cadangan faali menurun akibat proses menua. Gejala dan tanda penyakit yang tidak khas sering kali mengaburkan diagonsis Penurunan status fungsional berakibat ketergantungan pada orang lain Malnutrisi
  • 5.
    • Klasifikasi Geriatri Pralansia 45-59 tahun Lansia >60 tahun Lansia ResikoTinggi >60 tahun+ masalah kesehatan Lansia Potensial produktif LansiaTidak Potensial Bergantung pada orang lain
  • 6.
    2. FARMAKOKINETIK PADAGERIATRIK • Farmakokinetik mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan. • Farmakokinetika pada pasien geriatrik berbeda dari pasien dewasa karena: 1. Perubahan faal ginjal dan liver terkait ekskresi obat 2. Perubahan status mental
  • 7.
    Parameter Farmakokinetik Perubahan FisiologiPerubahan Patologi Faktor Eksternal Absorpsi -Meningkatnya pH cairan lambung -Berkurangnya permukaan absorpsi -Berkurangnya motilitas gastrointestinal -Konstipasi -Diare -Sindrom malabsorpsi -Pankreatitis -Antasida (enteral) -Antikolinergik -Kolestiramin -Interaksi obat Distribusi -Berkurangnya cardiac output -Berkurangnya volume cairan yang bersirkulasi -Meningkatnya proporsi jaringan lemak -Berkurangnya albumin -Insufisiensi jantung -Dehidrasi -Edema -Gangguan fungsi ginjal -Gangguan fungsi liver -Malnutrisi Interaksi obat
  • 8.
    Parameter Farmakokinetik Perubahan FisiologiPerubahan Patologi Faktor Eksternal Biotransformasi -Berkurangnya kinerja liver -Berkurangnya aktivitas enzim -Berkurangnya perfusi liver -Gangguan fungsi ginjal -Gangguan fungsi liver -Malnutrisi -Penyakit tiroid -Pola makan -Interaksi obat -Merokok Eliminasi -Berkurangnya perfusi ginjal -Berkurangnya filtrasi glomerulus -Berkurangnya sekresi tubular -Hipovolemia -Insufisiensi ginjal Interaksi obat
  • 9.
    3. PRINSIP UMUMDAN EFEK SAMPING PEMBERIAN OBAT PADA GERIATRIK Secara singkat, pemakaian/pemberian obat pada usia lanjut hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut: - Riwayat pemakaian obat - Obat diberikan atas indikasi yang ketat, untuk diagnosis yang dibuat - Mulai dengan dosis terkecil - Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien Efek samping: - Polifarmasi Salah satu definisi polifarmasi yang paling umum adalah penggunaan bersamaan enam obat atau lebih oleh seorang pasien. - Interaksi obat Interaksi obat dapat terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih. Pada pasien geriatri biasanya sangat rentan terhadap interaksi obat dikarenakan perubahan yang berkaitan dengan usia fisiologis, peningkatan resiko untuk penyakit terkait dengan penuaan dan peningkatan konsekuen dalam penggunaan obat.
  • 10.
    4. Perhitungan danpenyesuaian dosis pada geriatri Berdasarkan dua pendekatan umum : Penyesuaian dosis berdasarkan klirens obat Rumus untuk mempertahankan Cav yang diinginkan setelah beberapa dosis oral atau injeksi bolus iv ganda sebagai perubahan izin tubuh total • 𝐶𝑎𝑣 = 𝐹.𝑆.𝐷 𝐶𝑙.𝜎 → 𝐶𝑎𝑣 = 𝐷 𝑁 𝐶𝑙 𝑁. 𝜎 𝑁 = 𝐷 𝑈 𝐶𝑙 𝑈.𝜎 𝑈 Rumus untuk infus IV, Css dipertahankan baik untuk pasien dengan fungsi ginjal normal dan pasien dengan gangguan ginjal • 𝐶𝑠𝑠 = 𝑅 𝐶𝑙 𝑁 = 𝑅 𝐶𝑙 𝑈 N= Normal U= Urine Penghitungan Penyesuaian Dosis Berdasarkan Nilai Kreatinin Klirens • Infus iv konstan: 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 • IV infus intermiten atau dosis oral: 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷 𝐶𝑙𝑥σ 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷𝑥𝑘𝑎 𝐶𝑙𝑥σ F= Bioavailbilitas S= Fraksi obat berbentuk garam D= Dosis σ = Interval pemberian obat Ka= Konstanta kecepatan absorbsi 𝐶𝑎𝑣 = 𝐹.𝑆.𝐷 𝐶𝑙.𝜎 → 𝐶𝑎𝑣 = 𝐷 𝑁 𝐶𝑙 𝑁. 𝜎 𝑁 = 𝐷 𝑈 𝐶𝑙 𝑈.𝜎 𝑈 𝐶𝑠𝑠 = 𝑅 𝐶𝑙 𝑁 = 𝑅 𝐶𝑙 𝑈 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑢𝑔 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷 𝐶𝑙𝑥σ 𝐶𝑝𝑠𝑠 = 𝐹𝑥𝑆𝑥𝐷𝑥𝑘𝑎 𝐶𝑙𝑥σ
  • 11.
    5. KONSEP FISIOLOGIDAN KINETIK PADA GERIATRI ↓ massa ginjal sehingga fungsi ginjal juga ↓ ↓ motilitas lambung menyebabkan pengosongan lambung lebih lambat Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan kadar obat dalam plasma meningkat ↓ enzim-enzim pada hati yang berfungsi untuk metabolisme obat-obat
  • 12.
    6. Pertimbangan EfekTerapeutik dan Toksisitas Efek toksik atau toksisitas suatu obat dapat diidenfikasi melalui pantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum). o Untuk obat-obatan yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang di berikan. o Untuk obat-obatan yang mempunyai batas terapeutik sempit maka batas terapeutik dipantau dengan ketat.
  • 13.
    Penyakit pada usialanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya.
  • 14.
    7. RUTE PENGGUNAANOBATYANG DI SARANKAN PADA GERIATRIK Perhatikan pemilihan rute pemberian obat : • Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau sistemik • Lama tidaknya masa kerja obat maupun kerja awal yang dikehendaki • Stabilitas obat yang melewati bagian tubuh tertentu • Keamanan relative dalam penggunaan melalui berbagai macam rute • Rute yang tepat, menyenangkan, dan dikehendaki • Keadaan pasien
  • 15.
    Rute pemberian obatyang direkomendasikan untuk pasien lanjut usia diantaranya adalah : • Oral Rute oral masih dapat dilakukan oleh lansia. Dikarenakan semakin bertambah usia maka kemampuan untuk menelan semakin berkurang. Jadi sediaan oral yang bisa digunakan adalah bentuk cair seperti sirup atau puyer dan bukan bentuk padat seperti tablet atau kapsul. • Transdermal Untuk lansia, rute transdermal merupakan salah satu pilihan baik untuk pengobatan. Jika dibandingkan dengan rute parenteral, transdermal tidak ada resiko infeksi. Penyerapan transdermal bergantung pada difusi pasif melalui berbagai lapisan kulit. Karena kulit mengalami banyak perubahan structural dan fungsional dengan bertambah usia, akan berguna untuk mengetahui apakah perubahan ini mempengaruhi difusi transdermal obat • Rektal Rute rektal merupakan salah satu rute terbaik bagi lansia. Dikarenakan rute rektal memberi efek samping lebih sedikit daripada rute yang lain. Rute rektal juga cocok bagi lansia yang memiliki masalah dalam menelan dan masalah di saluran pencernaan.
  • 16.
    • Sublingual Rute sublingualmemungkinkan obat berdifusi kedalam anyaman kapiler dan secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik . karena onset kerjanya cepat serta mudah diberikan kepada lansia • Inhalasi Obat bekerja langsung segera pada saluran nafas dan onset kerjanya cepat • Topical Topical merupakan rute yang baik untuk lansia karena mencegah terjadinya first pass effect. • Parenteral Rute parenteral bekerja langsung ke pembuluh darah sehingga dapat digunakan untuk pengobatan yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna.
  • 17.
    8. INTERAKSI FARMAKOKINETIK •Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut.
  • 18.
    Terdapat banyak mekanismedimana suatu obat secara teori dapat mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah aliran darah splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan obat, metabolisme di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran cerna. Absorpsi Distribusi Setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke jaringan dan reseptor. Yang perlu diperhatikan adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi perpindahan obat dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian obat lain yang juga berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang banyak digunakan untuk menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari ikatan dengan situs yang tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum dari obat aktif tanpa adanya perubahan yang nyata pada konsentrasi total serum.
  • 19.
    Penuaan dikaitkan denganpenurunan first-pass metabolisme. Ini mungkin disebabkan oleh penurunan massa hati dan aliran darah dalam hati. Akibatnya, ketersediaan hayati obat yang melalui first- pass metabolisme seperti propranolol dan labetalol dapat secara signifikan meningkat. Di sisi lain, beberapa ACE inhibitor seperti enalapril dan perindopril yang merupakan pro-drug, memerlukan aktivasi di hati. Oleh karena itu, aktivasi first-pass mereka mungkin diperlambat atau dikurangi dengan bertambahnya umur Metabolisme Ekskresi Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi transport aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari asam lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang secara klinis dipengaruhi oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan salisilat. Perubahan presentasi sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan level serum lithium.
  • 20.
    Senyawa asam (diazepam,phenytoin, warfarin, asam salisilat) berikatan dengan albumin sedangkan obat-obatan basa (lignocaine, propranolol) mengikat α1-asam gliko-protein. Meskipun tidak ada perubahan substansial yang berkaitan dengan usia pada konsentrasi dari kedua protein ini telah diteliti, albumin umumnya berkurang pada kondisi malnutrisi atau penyakit akut sedangkan a1-asam glikoprotein meningkat selama sakit akut. Namun, hal penting dari perubahan tersebut masih harus dijelaskan sebagai faktor utama yang menentukan efek obat yaitu konsentrasi obat bebas. Ikatan Protein Klirens Obat Penurunan fungsi ginjal pada geriatri, khususnya laju filtrasi glomerulus, mempengaruhi jelas klirens berbagai obat- obatan yang larut dalam air seperti antibiotik, diuretik, digoxin, β-adrenoreseptor bloker yang larut dalam air, lithium, dan obat anti-inflamasi nonsteroid. Efek klinis yang perlu diperhatikan dari pengurangan ekskresi ginjal yaitu terjadinya toksisitas obat. Obat dengan indeks terapeutik yang sempit seperti antibiotik aminoglikosida, digoxin, dan lithium cenderung memiliki efek samping serius jika menumpuk.
  • 21.
    Evaluasi peresepan obatpada populasi geriatri sangat penting karena peresepan yang membahayakan akan berasosiasi dengan peningkatan morbiditas, terjadinya kejadian yang tidak diinginkan terkait obat, dan mortalitas. Pemilihan obat pada populasi geriatri merupakan proses yang kompleks karena populasi geriatri sangat rentan terhadap peresepan obat yang tidak benar terkait dengan polifarmasi, adanya penyakit penyerta, perubahan kondisi fisiologis yang dapat memengaruhi proses farmakokinetik dan sensitivitas farmakodinamik terhadap obat-obatan tertentu. 9. DAFTAR OBAT YANG SERING DIRESEPKAN DAN YANG SEBAIKNYA DIHINDARI GERIATRIK. terapi farmakologis pada populasi geriatri dapat dikatakan aman jika obat yang diberikan mempunyai evidence-based data tentang keamanannya dan efektif dari segi biaya. Keamanan peresepan pada populasi geriatri dapat dievaluasi mulai dari tahap proses atau pada tahap outcome secara eksplisit dan implisit. Pengukuran secara implisit dilakukan berdasarkan pada penilaian klinisi tentang keamanan obat tersebut pada individu pasien. Pengukuran secara eksplisit dilakukan berdasarkan kriteria yang ada, termasuk penelitian yang sudah dipublikasi, rekomendasi dari para ahli, dan konsensus bersama. Kriteria Beers adalah salah satu kriteria yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi keamanan terapi farmakologi pada populasi geriatri secara eksplisit.
  • 22.
    Berikut daftar obatyang harus dihindari untuk geriatri karena memperburuk keadaan pada geriatrik dan menimbulkan efek samping yang berisiko pada geriatri : Golongan Obat Obat yang diresepkan dosis Analgesik/ anti- inflamantori Indomethacin Ketorolak Mefenamic acid Meperidine Naproxone, Oxaprozin, Piroxicam Naproxen, oxaprozin, piroxicam in full-dose, longterm use Pentazocin Phenylbutazone Propoxyphene and combinations Antianemik Ferrous sulfate Antiarrhythmic Amiodarone Digoxin Disopyramide > 325 mg/d >0.125 mg/d (except in atrial arrhythmias) Anti bacterial Nitrofurantion Anti kolinergik Anticholinergic and antihistamines: Chlorpheniramine, Diphenhydramine, Hydroxyzine, Cyproheptadine, Promethazine, Tripelennamine, Dexchlorpheniramine Gastrointestinal antispasmodics: Dicyclomine, Hyoscyamine, Propantheline, Belladonna alkaloids, Clidinium, Clidinium-
  • 23.
    Antihipertensi Clonidine Doxazosin Guanadrel Guanethidine Methyldopa Nifedipine, short-acting Reserpine >0.25 mg/d Anti psikotik Mesoridazine Perphenazine-amitriptyline Thioridazine All barbiturates except phenobarbital All barbiturates except phenobarbital and except seizure control diuretik Ethacrynic acid Ergot mesyloid Antgonis H2 cimetidine Hormonal Dessicated thyroid Estrogens only (oral) Methyltestosterone Hipoglikemik chlorpropamide laxative Long-term use of stimulant laxative: bisacodyl Cascara sagrada Mineral oil Muscle relaxants and antispasmodics Methocarbamol Carisoprodol Chlorzoxazone Metaxalone Cyclobenzaprine Orphenadrine
  • 24.
    sedative Chlordiazepoxide Chlordiazepoxide- amitriptyline Diazepam Flurazepam Meprobamate Quazepam, Halazepam, chlorazepat Triazolam Triazolam >0.25 mg/d Short-acting benzodiazepines lorazepam oxazepam alprazolam temazepam > 3 mg/d > 60 mg/d > 2 mg/d > 15 mg/d Stimulant Amphetamines (excluding methylphenidate) and anorexics Methylphenidate Vasodilator Cyclandelate Isoxsuprine Nylidrin Pentoxifylline
  • 25.
    DAFTAR PUSTAKA 1. Jozef,Novotny. Spesific Issues in Pharmacotherapy of the Eldery. Journal of Health Sciences Management and Public Health. 2. Nasution,Azizah. 2015. Farmakokinetika Klinis. Medan: USU Press. 3. Shargel Leon, PhD, RPh dkk. 2012.“Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan : Edisi Ke 5”. Surabaya: Airlangga University Press. 4. Koda-Kimble MA. Handbook of applied therapeutics. Lippincott Williams & Wilkins; 2007 5. Martono, H. 2005. Aspek Fisiolgis dan Patologik Akibat Proses Menua;Buku ajar Geriatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 6. Andayani, R. 2005. Buku Ajar Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 7. Setyawan, Febri. 2019. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga ( Pendekatan Holistik Komprehensif). Sidoarjo: Zifatama Jawara. 8. Sunarti S, Retty Ratnawati, dkk. 2019. Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB- Press 9. Zulkarnaini Aryalyado, Rose Dinda Martini. 2019. Artikel Penelitian: Gambaran Polifarmasi Pasien Geriatri di Beberapa Poliklinik RSUP Dr.M.Jamil Padang. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 10. Fauziah Husna, dkk. 2020. Jurnal Human Care: Polifarmasi Pada Pasien Geriatri. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 11. Afrilianto Muhammad Barkah, dkk. 2020. Identifikasi Interaksi Obat pada Pasien Lanjut Usia Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palau. Universitas Tadulako. 12. Darmansjah. 1994. Polifarmasi Pada Usia Lanjut. Jurnal Medika Indonesia