PEMERIKSAAN FISIK
Ajith Kumar
Teshalonika Nababan Nababan
Dwi Adinda Siregar
(240131220)
(240131138)
(240131104)
REFARAT
Pembimbing: dr. Anggia Chairuddin Lubis, M.Ked(Cardio), Sp.JP(K)V
Program Studi Pendidikan Dan Profesi Dokter
Departemen Ilmu Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Di era teknologi diagnostik medis yang berkembang pesat,
anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak jarang diabaikan. Terdapat
banyak penyakit dapat didiagnosa dengan keterampilan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan fisik adalah sebuah
proses dari seorang tenaga medis memeriksa tubuh pasien untuk
menentukan tanda klinis penyakit yang nantinya akan dicatat dalam
rekam medis. Hal ini dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
ekstremitas. Tenaga medis harus mahir dalam keterampilan ini untuk
mengembangkan diagnosis banding lalu melakukan pemeriksaan
penunjang untuk menyingkirkannya
LATAR BELAKANG
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan kepaniteraan klinik di Departemen
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Menjadi sumber ilmu kepada penulis dan pembaca agar dapat mengetahui dan memahami teori terkait
pemeriksaan fisik jantung.
3. Sebagai bahan literatur dan referensi kepada penulis dan pembaca agar dapat mengaplikasikan hal-hal yang
tertera pada teori pemeriksaan fisik jantung sebagai dokter umum di masa yang akan datang.
Tujuan Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sumber informasi dan pemahaman
mengenai pemeriksaan fisik jantung bagi penulis dan pembaca, khususnya Mahasiswa
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Jantung
Fisiologi Jantung
Dari atrium kanan, darah mengalir melalui katup
trikuspid ke ventrikel kanan, yang kemudian
memompa darah ke arteri pulmonalis melalui
katup pulmonal. Arteri ini mengarahkan darah
ke paru-paru
Setelah darah mendapatkan oksigen di
paruparu, darah teroksigenasi dikumpulkan
oleh empat vena pulmonalis yang bermuara ke
atrium kiri. Atrium kiri mengalirkan darah
teroksigenasi ke ventrikel kiri melalui katup
mitral. Ventrikel kiri mengalirkan darah ke
sirkulasi sistemik melalui katup aorta. Proses
ini terus berulang setiap kali jantung berdetak
Pemeriksaan fisik
A. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran
dan Keadaan Umum Penilaian
Kesadaran
Kualitatif
AVPU:
- ALERT
- VERBAL
- PAIN
- UNRESPONSI
VE
- Compos
mentis
- Apatis
- Somnolen
- Stupor
- Koma
Kuantitatif
- Glassgow
Coma Scale
GLASS GOW COMA SCALE
Suhu tubuh normal berkisar antara 36°C hingga 37°C, Saat seseorang
mengalami demam, suhu tubuh meningkat, sehingga suhu dapat
digunakan sebagai indikator penting terhadap kondisi kesehatan
seseorang. Proses pelepasan panas dari tubuh dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Dalam kondisi lingkungan dingin, tubuh melepaskan
panas melalui mekanisme radiasi atau konveksi. Sebaliknya, saat suhu
lingkungan tinggi, tubuh akan mengeluarkan panas melalui
penguapan (evaporasi) berupa keringat. Pengeluaran panas ini diatur
melalui peningkatan aliran darah ke permukaan kulit, sehingga panas
dari dalam tubuh dapat dibawa ke perifer dan dikeluarkan.
B. Pemeriksaan Suhu
Untuk mengukur tekanan darah, gunakan tensimeter
(sfigmomanometer) dengan melingkarkan manset pada lengan kanan
1 cm di atas fossa cubiti anterior. Kemudian, sambil meraba denyut A.
Radialis sampai kira-kira 20 mmHg 10 di atas tekanan sistolik, tekanan
tensimeter diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di
atas fossa cubiti anterior.
Denyut nadi Korotkov dapat didengar dengan stetoskop, seperti
berikut:
- Korotkov I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah, dan
akan mengeras setelah tekanan turun hingga 10–15 mmHg; fase ini
sesuai dengan tekanan sistolik.
- Korotkov II, suara terdengar seperti murmur (bising jantung) selama
15-20 mmHg.
- Korotkov III, suara menjadi lebih halus dan lebih keras selama 5-7
mmHg.
- Korotkov IV, suara menjadi meredup dan kemudian menghilang
setelah 5-6 mmHg. Pada fase ini, tekanan diastolik berlaku.
C. Pemeriksaan tekanan darah
D. Pemeriksaan Nadi
pemeriksaan nadi dilakukan dengan palpasi:
A. A. Radialis
B. A. Brachialis di fossa cubiti,
C. A. Femoralis di fossa inguinalis,
D. A. Poplitea di fosa poplitea
E. A. Dorsalis pedis di dorsum pedis.
Nilai:
A. Frekuensi denyut nadi (takikardia, bradikardia)
B. Irama denyut nadi (regular, irregular, pulsus
trigeminus).
C. Pengisian nadi ( Pulsus parvus, Pulsus magnus)
D. Kualitas Nadi ( Pulsa Cepat, pulsa tardus)
E. Kualitas dinding Nadi ( Kelenturan nadi )
Dalam keadaan Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan
berkisar antara 16 dan 24 kali per menit, dengan perbandingan
inspirasi dan ekspirasi yang seragam, yaitu 1:3.
Adapun frekuensi atau pola pernafasan yang harus
diperhatikan:
a. Frekunesi pernafasan (Bradipneu atau takipneu)
b. Pernafasan dangkal (hipopneu)
c. Kesulitan bernafas atau sesak (Dyspneu, Kusmaul, Biot)
d. Retraksi
e. Sesak nafas saat berbaring (Ortopenu)
E. Frekuensi Pernapasan
Pemeriksaan fisik yang akurat dapat membantu diagnosis dan pengobatan
yang cepat. Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi biasanya merupakan
bagian dari pemeriksaan jantung.
Pemeriksaan Fisik Jantung
Pemeriksaan Fisik Jantung
A. Inspeksi
1. Pemeriksaan Umum. Dapat dinilai apakah pasien mengalami sesak
nafas, sakit, pucat, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan Kepala dan Leher. Dapat dilihat apakah ada ikterik
atau jaundice di wajah atau terdapat xanthelasma. Perhatikan
apakah ada cyanosis pada mulut, atau pun mulut mencucu. Pada
leher, perhatikan apakah ada penggunaan otot
sterrnocleidomasteus sebagai otot bantu napas, Pembesaran KGB,
dan mengukur tekanan vena jugularis
Pemeriksaan Fisik Jantung
A. Inspeksi
3. Pemerriksaan Thorax. Pada inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah
bentuk, ukuran thoraks (diameter anteroposterior dan lateral),
simetrisitas atau deformitas dinding dada, dan gerakan dinding dada saat
bernapas, apakah ada retraksi, sisi yang tertinggal, atau deformitas serta
Pembuluh darah pada area dada
4. Pada ekstremitas apakah dijumpai biru (sianosis) dan jari tabuh, yang dikenal
sebagai (clubbing finger), Serta pitting edema (+1 hingga +4)
Pemeriksaan Fisik Jantung
B. Palpasi
1. Palpasi dilakukan dengan menilai tiga hal:
palpasi posisi mediastinum, gerakan
pernafasan, dan hantaran getaran suara
(fremitus vokal), thrill dan permukaan dinding
dada untuk mengidentifikasi tumor atau,
nyeri, atau krepitasi pada emfisema subkutis,
serta palpasi iktus cordis.
Ada beberapa kriteria apex abnormal
1. Pressure loaded apex beat
2. Volume loaded (thrusting displaced)
apex beat
3. Double impulse apex beat
4. Tapping apex beat
5. Dyskinetic apex beat
Pemeriksaan Fisik Jantung
C. Perkusi
Perkusi merupakan teknik bedside technique untuk mengevaluasi
batas dari jantung, ukuran ruang jantung, dan menilai cairan
perikardial dengan cara mengetuk (perkusi) dinding dada pasien.
Perkusi dilakukan dari arah lateral ke medial. Perubahan bunyi
sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas
jantung. Batas jantung berdasarkan perkusi yang normal berada di
interkostal 2 midsternalis untuk batas atas, interkostal 5 untuk batas
bawah, interkostal 5 midklavikula kiri untuk batas kiri, dan
interkostal 4 midsternalis kanan untuk batas kanan
Pemeriksaan Fisik Jantung
D. Auskultasi
Auskultasi pada pemeriksaan fisik jantung memerlukan stetoskop.
Bagian bel diletakkan secara halus dengan kulit untuk mendengar
suara low-pitched, seperti suara gallops, mumur stenosis AV, dan
bruits. Bagian diafragma ditekan kuat ke bagian kulit untuk
mendengar suara high-pitched seperti suara penutupan katup,
murmur regurgitasi, dan klik sistolik
Pemeriksaan Fisik Jantung
D. Auskultasi
Bunyi jantung terdiri atas 4:
S1= Bunyi ini terjadi di awal sistol, ketika ventrikel jantung mulai
berkontraksi. Penutupan katup mitral dan trikuspid menghasilkan
suara "lub" yang khas.
S2= Bunyi ini terjadi di akhir sistol, ketika ventrikel jantung mulai
berdiastol. Penutupan katup aorta dan pulmonal menghasilkan
suara "dub" yang khas.
S3= Bunyi ini terdengar setelah S2 dan bisa menjadi tanda gagal
jantung, khususnya pada orang dewasa.
S4= Bunyi ini terdengar sebelum S1 dan bisa menjadi tanda
peningkatan tekanan dalam jantung.
● Jika terdapat murmur, perlu dinilai waktu,
lokasi, radiasi, durasi, intensitas. nada,
kualitas, hubungan dengan respirasi.
Pemeriksa juga harus mengidentifikasi di
area mana murmur terdengar dan apakah
murmur memiliki radiasi ke area lain.
Intensitas dari murmur dapat dinilai dengan
level I hingga VI menggunakan sistem
penilaian murmur Levine
I: intensitas terendah, sering tidak didengar
II: lembut tetapi terdengar di semua posisi
III: intensitas sedang, mudah terdengar, tetapi
tidak ada thrill
IV: intensitas sedang, dengan thrill
V: intensitas tinggi, mudah terdengar dengan
stetoskop yang diletakkan ringan di
dada, dengan thrill
VI: intensitas tertinggi, terdengar dengan
stetoskop yang tidak menyentuh kulit,
dengan thrill.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik jantung merupakan modalitas dasar untuk
memeriksa jantung dari pasien, dimana pada pemeriksaan ini
terdapat tahapan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik dinilai efisien dan dapat dilakukan dimana saja
terutama dalam skenario darurat sehingga dapat memberikan
diagnosa dan tatalaksana sedini mungkin kepada pasien. Dengan
demikian, tenaga medis harus memiliki keterampilan yang baik
dalam pemeriksaan fisik agar dapat mendeteksi gangguan jantung
secara efektif.
TERIMA KASIH

HahahwhwhwhhwhwhwhwjREFARAT ajith, dwi , tesha.pptx

  • 1.
    PEMERIKSAAN FISIK Ajith Kumar TeshalonikaNababan Nababan Dwi Adinda Siregar (240131220) (240131138) (240131104) REFARAT Pembimbing: dr. Anggia Chairuddin Lubis, M.Ked(Cardio), Sp.JP(K)V Program Studi Pendidikan Dan Profesi Dokter Departemen Ilmu Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
  • 2.
  • 3.
    Di era teknologidiagnostik medis yang berkembang pesat, anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak jarang diabaikan. Terdapat banyak penyakit dapat didiagnosa dengan keterampilan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga medis memeriksa tubuh pasien untuk menentukan tanda klinis penyakit yang nantinya akan dicatat dalam rekam medis. Hal ini dapat membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada ekstremitas. Tenaga medis harus mahir dalam keterampilan ini untuk mengembangkan diagnosis banding lalu melakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkannya LATAR BELAKANG
  • 4.
    1. Sebagai salahsatu syarat kelulusan kepaniteraan klinik di Departemen Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Menjadi sumber ilmu kepada penulis dan pembaca agar dapat mengetahui dan memahami teori terkait pemeriksaan fisik jantung. 3. Sebagai bahan literatur dan referensi kepada penulis dan pembaca agar dapat mengaplikasikan hal-hal yang tertera pada teori pemeriksaan fisik jantung sebagai dokter umum di masa yang akan datang. Tujuan Penulisan
  • 5.
    Manfaat dari pembuatanmakalah ini adalah sebagai sumber informasi dan pemahaman mengenai pemeriksaan fisik jantung bagi penulis dan pembaca, khususnya Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan Penulisan
  • 6.
  • 7.
  • 8.
    Fisiologi Jantung Dari atriumkanan, darah mengalir melalui katup trikuspid ke ventrikel kanan, yang kemudian memompa darah ke arteri pulmonalis melalui katup pulmonal. Arteri ini mengarahkan darah ke paru-paru Setelah darah mendapatkan oksigen di paruparu, darah teroksigenasi dikumpulkan oleh empat vena pulmonalis yang bermuara ke atrium kiri. Atrium kiri mengalirkan darah teroksigenasi ke ventrikel kiri melalui katup mitral. Ventrikel kiri mengalirkan darah ke sirkulasi sistemik melalui katup aorta. Proses ini terus berulang setiap kali jantung berdetak
  • 9.
    Pemeriksaan fisik A. PemeriksaanTingkat Kesadaran dan Keadaan Umum Penilaian Kesadaran Kualitatif AVPU: - ALERT - VERBAL - PAIN - UNRESPONSI VE - Compos mentis - Apatis - Somnolen - Stupor - Koma Kuantitatif - Glassgow Coma Scale
  • 10.
  • 11.
    Suhu tubuh normalberkisar antara 36°C hingga 37°C, Saat seseorang mengalami demam, suhu tubuh meningkat, sehingga suhu dapat digunakan sebagai indikator penting terhadap kondisi kesehatan seseorang. Proses pelepasan panas dari tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Dalam kondisi lingkungan dingin, tubuh melepaskan panas melalui mekanisme radiasi atau konveksi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan tinggi, tubuh akan mengeluarkan panas melalui penguapan (evaporasi) berupa keringat. Pengeluaran panas ini diatur melalui peningkatan aliran darah ke permukaan kulit, sehingga panas dari dalam tubuh dapat dibawa ke perifer dan dikeluarkan. B. Pemeriksaan Suhu
  • 12.
    Untuk mengukur tekanandarah, gunakan tensimeter (sfigmomanometer) dengan melingkarkan manset pada lengan kanan 1 cm di atas fossa cubiti anterior. Kemudian, sambil meraba denyut A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg 10 di atas tekanan sistolik, tekanan tensimeter diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas fossa cubiti anterior. Denyut nadi Korotkov dapat didengar dengan stetoskop, seperti berikut: - Korotkov I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah, dan akan mengeras setelah tekanan turun hingga 10–15 mmHg; fase ini sesuai dengan tekanan sistolik. - Korotkov II, suara terdengar seperti murmur (bising jantung) selama 15-20 mmHg. - Korotkov III, suara menjadi lebih halus dan lebih keras selama 5-7 mmHg. - Korotkov IV, suara menjadi meredup dan kemudian menghilang setelah 5-6 mmHg. Pada fase ini, tekanan diastolik berlaku. C. Pemeriksaan tekanan darah
  • 13.
    D. Pemeriksaan Nadi pemeriksaannadi dilakukan dengan palpasi: A. A. Radialis B. A. Brachialis di fossa cubiti, C. A. Femoralis di fossa inguinalis, D. A. Poplitea di fosa poplitea E. A. Dorsalis pedis di dorsum pedis. Nilai: A. Frekuensi denyut nadi (takikardia, bradikardia) B. Irama denyut nadi (regular, irregular, pulsus trigeminus). C. Pengisian nadi ( Pulsus parvus, Pulsus magnus) D. Kualitas Nadi ( Pulsa Cepat, pulsa tardus) E. Kualitas dinding Nadi ( Kelenturan nadi )
  • 14.
    Dalam keadaan Dalamkeadaan normal, frekuensi pernapasan berkisar antara 16 dan 24 kali per menit, dengan perbandingan inspirasi dan ekspirasi yang seragam, yaitu 1:3. Adapun frekuensi atau pola pernafasan yang harus diperhatikan: a. Frekunesi pernafasan (Bradipneu atau takipneu) b. Pernafasan dangkal (hipopneu) c. Kesulitan bernafas atau sesak (Dyspneu, Kusmaul, Biot) d. Retraksi e. Sesak nafas saat berbaring (Ortopenu) E. Frekuensi Pernapasan
  • 15.
    Pemeriksaan fisik yangakurat dapat membantu diagnosis dan pengobatan yang cepat. Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan jantung. Pemeriksaan Fisik Jantung
  • 16.
    Pemeriksaan Fisik Jantung A.Inspeksi 1. Pemeriksaan Umum. Dapat dinilai apakah pasien mengalami sesak nafas, sakit, pucat, dan sebagainya. 2. Pemeriksaan Kepala dan Leher. Dapat dilihat apakah ada ikterik atau jaundice di wajah atau terdapat xanthelasma. Perhatikan apakah ada cyanosis pada mulut, atau pun mulut mencucu. Pada leher, perhatikan apakah ada penggunaan otot sterrnocleidomasteus sebagai otot bantu napas, Pembesaran KGB, dan mengukur tekanan vena jugularis
  • 17.
    Pemeriksaan Fisik Jantung A.Inspeksi 3. Pemerriksaan Thorax. Pada inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk, ukuran thoraks (diameter anteroposterior dan lateral), simetrisitas atau deformitas dinding dada, dan gerakan dinding dada saat bernapas, apakah ada retraksi, sisi yang tertinggal, atau deformitas serta Pembuluh darah pada area dada 4. Pada ekstremitas apakah dijumpai biru (sianosis) dan jari tabuh, yang dikenal sebagai (clubbing finger), Serta pitting edema (+1 hingga +4)
  • 18.
    Pemeriksaan Fisik Jantung B.Palpasi 1. Palpasi dilakukan dengan menilai tiga hal: palpasi posisi mediastinum, gerakan pernafasan, dan hantaran getaran suara (fremitus vokal), thrill dan permukaan dinding dada untuk mengidentifikasi tumor atau, nyeri, atau krepitasi pada emfisema subkutis, serta palpasi iktus cordis. Ada beberapa kriteria apex abnormal 1. Pressure loaded apex beat 2. Volume loaded (thrusting displaced) apex beat 3. Double impulse apex beat 4. Tapping apex beat 5. Dyskinetic apex beat
  • 19.
    Pemeriksaan Fisik Jantung C.Perkusi Perkusi merupakan teknik bedside technique untuk mengevaluasi batas dari jantung, ukuran ruang jantung, dan menilai cairan perikardial dengan cara mengetuk (perkusi) dinding dada pasien. Perkusi dilakukan dari arah lateral ke medial. Perubahan bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung. Batas jantung berdasarkan perkusi yang normal berada di interkostal 2 midsternalis untuk batas atas, interkostal 5 untuk batas bawah, interkostal 5 midklavikula kiri untuk batas kiri, dan interkostal 4 midsternalis kanan untuk batas kanan
  • 20.
    Pemeriksaan Fisik Jantung D.Auskultasi Auskultasi pada pemeriksaan fisik jantung memerlukan stetoskop. Bagian bel diletakkan secara halus dengan kulit untuk mendengar suara low-pitched, seperti suara gallops, mumur stenosis AV, dan bruits. Bagian diafragma ditekan kuat ke bagian kulit untuk mendengar suara high-pitched seperti suara penutupan katup, murmur regurgitasi, dan klik sistolik
  • 21.
    Pemeriksaan Fisik Jantung D.Auskultasi Bunyi jantung terdiri atas 4: S1= Bunyi ini terjadi di awal sistol, ketika ventrikel jantung mulai berkontraksi. Penutupan katup mitral dan trikuspid menghasilkan suara "lub" yang khas. S2= Bunyi ini terjadi di akhir sistol, ketika ventrikel jantung mulai berdiastol. Penutupan katup aorta dan pulmonal menghasilkan suara "dub" yang khas. S3= Bunyi ini terdengar setelah S2 dan bisa menjadi tanda gagal jantung, khususnya pada orang dewasa. S4= Bunyi ini terdengar sebelum S1 dan bisa menjadi tanda peningkatan tekanan dalam jantung.
  • 22.
    ● Jika terdapatmurmur, perlu dinilai waktu, lokasi, radiasi, durasi, intensitas. nada, kualitas, hubungan dengan respirasi. Pemeriksa juga harus mengidentifikasi di area mana murmur terdengar dan apakah murmur memiliki radiasi ke area lain. Intensitas dari murmur dapat dinilai dengan level I hingga VI menggunakan sistem penilaian murmur Levine I: intensitas terendah, sering tidak didengar II: lembut tetapi terdengar di semua posisi III: intensitas sedang, mudah terdengar, tetapi tidak ada thrill IV: intensitas sedang, dengan thrill V: intensitas tinggi, mudah terdengar dengan stetoskop yang diletakkan ringan di dada, dengan thrill VI: intensitas tertinggi, terdengar dengan stetoskop yang tidak menyentuh kulit, dengan thrill.
  • 23.
  • 24.
    Kesimpulan Pemeriksaan fisik jantungmerupakan modalitas dasar untuk memeriksa jantung dari pasien, dimana pada pemeriksaan ini terdapat tahapan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dinilai efisien dan dapat dilakukan dimana saja terutama dalam skenario darurat sehingga dapat memberikan diagnosa dan tatalaksana sedini mungkin kepada pasien. Dengan demikian, tenaga medis harus memiliki keterampilan yang baik dalam pemeriksaan fisik agar dapat mendeteksi gangguan jantung secara efektif.
  • 25.