ILMU PENGETAHUAN SOSIAL



       Perjuangan
     Mempertahankan
  Kemerdekaan Indonesia
ANGGOTA KELOMPOK 3 IX B
 A.A Avrella Shora Yuananda    (04)
 I Gede Gandhi Bramayusa       (11)
 A.A Bgs .Ag. Rahma Wijaya     (21)
 Rezky Nur Ariatami            (24)
 Ni Wayan Tikasari Devi (27)
MATERI :

3. MENDESKRIPSIKAN PENGARUH
KONFLIK INDONESIA-BELANDA TERHADAP
KEBERADAAN NKRI
PETA KONSEP

         Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
                    Indonesia



      Pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap
                  keberadaan NKRI




Pada waktu Agresi                 Pada waktu Agresi Militer
     Militer I                               II
Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda terhadap
     Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.      Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pada Waktu
        Agresi Militer Belanda Pertama


 Persetujuan Linggajati yang ditandatangani
 pada tanggal 25 Maret 1947 antara
 Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi
 konflik melalui jalur diplomasi. Akan
 tetapi, Belanda mengingkari perundingan
 ini dengan jalan melakukan agresi militer
 pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan
 Belanda    tidak   dapat     melakukannya
 sekaligus, oleh karena itu untuk tahap
 pertama Belanda harus mencapai sasaran
 sebagai berikut.
Bidang Politik     : Pengepungan ibu kota RI dan penghapusan RI
dari peta (menghilangkan de facto RI).



Bidang Ekonomi : perebutan daerah-daerah penghasil bahan
makanan (daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan
ekspor (perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera serta
pertambangan dan perkebunan di Sumatera)



Bidang Militer    : Penghancuran TNI.
Jika tahap pertama ini dapat berhasil maka tahap berikutnya adalah
menghancurkan RI secara total. Ibu kota RI pada waktu itu terkepung sehingga
hubungan ke luar sulit dan ekonomi RI mengalami kesulitan karena daerah-daerah
penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi untuk menghancurkan TNI
mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang rakyat semesta dengan
bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian Belanda hanya menguasai
dan bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan di luar itu masih
dikuasai TNI.

           Dalam Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki
beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara politis Republik Indonesia naik
kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa simpati seperti Liga Arab yang
sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Arab Saudi yang
semula ragu-ragu mengakui kemerdekaan Indonesia kemudian mengakui pula. Agresi
militer Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan permusuhan negara-negara Arab
terhadap Belanda dan menjadi simpati terhadap Indonesia. Dengan demikian dapat
menguatkan kedudukan RI terutama di kawasan penting secara politik yaitu Timur
Tengah. Dengan adanya agresi militer pertama maka Dewan Keamanan PBB ikut campur
tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara. Melalui serangkaian perundingan yakni
Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang merupakan upaya untuk mengatasi
konflik. Sebagai negara yang cinta damai Indonesia bersedia berunding, namun Belanda
menjawab lagi dengan kekerasan yakni melakukan agresinya yang kedua.
2. Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada
tanggal18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel
mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan
Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948,
pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang
kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta.
Dalam peristiwa ini pimpinan-pimpinan RI ditawan
oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan
sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus
Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di
tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke
Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke
Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan
negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel
menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi.
Belanda mengira bahwa dari segi militer aksi itu
berhasil dengan gemilang. Belanda menyatakan
demikian karena akan membentuk Pemerintah Federal.
Sementara tanpa keikutsertaan Republik
Indonesia. Padahal Republik Indonesia tetap
ada dengan dibentuknya Pemerintah Darurat
Republik Indonesia. Sebab sebelum pasukan-
pasukan Belanda tiba, pemerintah RI
mengirimkan telegram kepada Syafruddin
Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang
sedang      berkunjung      ke     Sumatera
untuk mendirikan Pemerintah Darurat RI
(PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat
menjalankan tugas, maka Presiden Soekarno
menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar,
dan Mr. A.A. Maramis yang sedang di New
Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian
(Exile Government) di India. Pada tanggal 19
Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara
berhasil mendirikan Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi,
Sumatera.
Sementara itu sampai dengan Januari 1949, Belanda menambah
pasukannya ke daerah RI untuk menunjukkan bahwa mereka
berkuasa. Akan tetapi kenyataannya Belanda hanya menguasai
di kota-kota dan jalan raya dan Pemerintahan RI masih
berlangsung sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI bersatu
berjuang melawan Belanda dengan siasat perang gerilya. TNI di
bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan yang
kemudian melancarkan serangan terhadap Belanda. Alat-alat
perhubungan seperti kawat-kawat telepon diputuskan, jalan-
jalan kereta api di rusak, jembatan: dihancurkan agar tidak
dapat digunakan Belanda. Jenderal Sudirman walaupun dalam
keadaan sakit masih memimpin perjuangan dengan bergerilya di
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menjelajahi daerah-daerah
pedesaan, naik gunung turun gunung. Route perjalanan yang
ditempuh dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri.
Perhatikan route gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman
berikut ini!
Pada tanggal 23 Desember 1948 Pemerintah Darurat RI di Sumatera
mengirimkan perintah Kepada wakil RI di PBB lewat radio yang isinya bahwa
pemerintah RI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak
dan memasuki meja perundingan. Ketika Belanda tidak mengindahkan
Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949 tentang penghentian
tembak menembak dan mereka yakin bahwa R1 tinggal namanya,
dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bukti bahwa RI masih
ada dan TNI masih kuat. Dalam serangan ini pihak RI berhasil memukul
mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dengan kenyataan-
kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu konflik Indonesia-
Belanda maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak Belanda
menganggap RI sudah tidak ada.
OM
SANTIH, SANTIH,
   SANTIH
     OM

Ilmu pengetahuan sosial

  • 1.
    ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
  • 2.
    ANGGOTA KELOMPOK 3IX B  A.A Avrella Shora Yuananda (04)  I Gede Gandhi Bramayusa (11)  A.A Bgs .Ag. Rahma Wijaya (21)  Rezky Nur Ariatami (24)  Ni Wayan Tikasari Devi (27)
  • 3.
    MATERI : 3. MENDESKRIPSIKANPENGARUH KONFLIK INDONESIA-BELANDA TERHADAP KEBERADAAN NKRI
  • 4.
    PETA KONSEP Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap keberadaan NKRI Pada waktu Agresi Pada waktu Agresi Militer Militer I II
  • 5.
    Pengaruh Konflik Indonesia-Belandaterhadap Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1. Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pada Waktu Agresi Militer Belanda Pertama Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 antara Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi konflik melalui jalur diplomasi. Akan tetapi, Belanda mengingkari perundingan ini dengan jalan melakukan agresi militer pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan Belanda tidak dapat melakukannya sekaligus, oleh karena itu untuk tahap pertama Belanda harus mencapai sasaran sebagai berikut.
  • 6.
    Bidang Politik : Pengepungan ibu kota RI dan penghapusan RI dari peta (menghilangkan de facto RI). Bidang Ekonomi : perebutan daerah-daerah penghasil bahan makanan (daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor (perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera serta pertambangan dan perkebunan di Sumatera) Bidang Militer : Penghancuran TNI.
  • 7.
    Jika tahap pertamaini dapat berhasil maka tahap berikutnya adalah menghancurkan RI secara total. Ibu kota RI pada waktu itu terkepung sehingga hubungan ke luar sulit dan ekonomi RI mengalami kesulitan karena daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi untuk menghancurkan TNI mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang rakyat semesta dengan bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian Belanda hanya menguasai dan bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan di luar itu masih dikuasai TNI. Dalam Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara politis Republik Indonesia naik kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa simpati seperti Liga Arab yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Arab Saudi yang semula ragu-ragu mengakui kemerdekaan Indonesia kemudian mengakui pula. Agresi militer Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan permusuhan negara-negara Arab terhadap Belanda dan menjadi simpati terhadap Indonesia. Dengan demikian dapat menguatkan kedudukan RI terutama di kawasan penting secara politik yaitu Timur Tengah. Dengan adanya agresi militer pertama maka Dewan Keamanan PBB ikut campur tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara. Melalui serangkaian perundingan yakni Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang merupakan upaya untuk mengatasi konflik. Sebagai negara yang cinta damai Indonesia bersedia berunding, namun Belanda menjawab lagi dengan kekerasan yakni melakukan agresinya yang kedua.
  • 8.
    2. Keberadaan NegaraKesatuan Republik Indonesia Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Belanda mengira bahwa dari segi militer aksi itu berhasil dengan gemilang. Belanda menyatakan demikian karena akan membentuk Pemerintah Federal.
  • 9.
    Sementara tanpa keikutsertaanRepublik Indonesia. Padahal Republik Indonesia tetap ada dengan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Sebab sebelum pasukan- pasukan Belanda tiba, pemerintah RI mengirimkan telegram kepada Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berkunjung ke Sumatera untuk mendirikan Pemerintah Darurat RI (PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat menjalankan tugas, maka Presiden Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar, dan Mr. A.A. Maramis yang sedang di New Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian (Exile Government) di India. Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera.
  • 10.
    Sementara itu sampaidengan Januari 1949, Belanda menambah pasukannya ke daerah RI untuk menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Akan tetapi kenyataannya Belanda hanya menguasai di kota-kota dan jalan raya dan Pemerintahan RI masih berlangsung sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI bersatu berjuang melawan Belanda dengan siasat perang gerilya. TNI di bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan yang kemudian melancarkan serangan terhadap Belanda. Alat-alat perhubungan seperti kawat-kawat telepon diputuskan, jalan- jalan kereta api di rusak, jembatan: dihancurkan agar tidak dapat digunakan Belanda. Jenderal Sudirman walaupun dalam keadaan sakit masih memimpin perjuangan dengan bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menjelajahi daerah-daerah pedesaan, naik gunung turun gunung. Route perjalanan yang ditempuh dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri. Perhatikan route gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman berikut ini!
  • 12.
    Pada tanggal 23Desember 1948 Pemerintah Darurat RI di Sumatera mengirimkan perintah Kepada wakil RI di PBB lewat radio yang isinya bahwa pemerintah RI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki meja perundingan. Ketika Belanda tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949 tentang penghentian tembak menembak dan mereka yakin bahwa R1 tinggal namanya, dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bukti bahwa RI masih ada dan TNI masih kuat. Dalam serangan ini pihak RI berhasil memukul mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dengan kenyataan- kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu konflik Indonesia- Belanda maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak Belanda menganggap RI sudah tidak ada.
  • 13.