Eksistensi Perpustakaan
Kampung RT RW Kecamatan
Mojosongo
Disusun oleh :
Aulia Alfi Majiidah (K2315012)
Indri Kurnia Sari (K2315036)
Isa Abdullah Alqudsi (K2315038)
May Nurhayati (K2315048)
Septi Afriyani (K2315058)
Utoro Romadhon (K2315060)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Ghjga
1.2.2
1.3 Tujuan
1.3.1 sklm,
1.3.2
1.4 Manfaat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan
Dalam Undang Undang No.43 Bab I Pasal I menyebutkan bahwa,
“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan
atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi para pemustaka.”
Kata Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti : (1) kitab,
buku-buku, (2) kitab primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per
dan akhiran an, menjadi perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti : (1)
kumpulan buku – buku bacaan, (2) bibliotek, dan (3) buku-buku
kesusasteraan (KBBI). Pengertian yang lebih umum dan luas tentang
perpustakaan yaitu mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan,
atau gedung tersendiri, yang berisi buku–buku koleksi, yang disusun dan
diatur sedemikiran rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan
apabila sewaktu–waktu diperlukan oleh pembaca.
Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti
ruang baca, rak buku, rak majalah, meja-kursi baca, kartu–kartu katalog,
sistem pengelolaan tertentu, dan ditempatkan karyawan atau petugas untuk
melaksanakan kegiatan perpustakaan agar semuanya dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Dengan begitu, sebuah perpustakaan mempunyai ciri-ciri dan
persyaratan tertentu, seperti (1) tersedianya ruangan/gedung, yang
dipergunakan khusus untuk perpustakaan, (2) adanya koleksi bahan
pustaka/bacaan dan sumber informasi lainnya, (3) adanya petugas yang
menyelenggarakan kegiatan dan melayani pemakai, (4) adanya komunitas
masyarakat pemakai, (5) adanya sarana dan prasarana yang diperlukan, (6)
diterapkannya suatu sistem atau mekanisme tertentu yang merupakan
tatacara, prosedur dan aturan–aturan agar segala sesuatunya berlangsung
lancar.
2.2 Peran Perpustakaan
Peranan yang dapat dijalankan perpustakaan antara lain adalah :
1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan,
penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat
rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.
2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi
menghubungkan antara sumbe informasi dan ilmu pengetahuan yang
terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya.
3. Perpustakaan berperanan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi
anggota masyarakat dan pengunjun perpustakaan. Mereka dapat belajar
secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan
dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
2.3 Fungsi – Fungsi Perpustakaan
Fungsi perpustakaan adalah suatu tugas atau jabatan yang harus
dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah
perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu : (1) menghimpun, (2)
memelihara, (3) memberdayakan semua koleksi masyarakat.
2.4 Tujuan Perpustakaan
Sesuai dengan maksud-maksud tersebut di atas, maka tujuan
perpustakaan adalah untuk menyediakan fasilitas dan sumber informasi dan
menjadi pusat pembelajaran. Secara tidak langsung menciptakan masyarakat
terdidik, terpelajar, terbiasa membaca dan berbudaya tinggi. Masyarakat yang
demikian diharapkan bisa senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir
karena bisa membaca/belajar mampu menguasai sumber informasi dan ilmu
pengetahuan. Masyarakat tersebut mempunyai pandangan dan wawasan yang
luas, selanjutnya dapat bersikap mandiri, percaya diri, dan dapat mengikuti
kemajuan zaman. Setiap orang yang secara teratur datang di perpustakaan
dapat mengembangkan diri dengan semangat belajar yang terus–menerus
tanpa terikat dengan pendidikan formal. Manfaat lainnya yang juga penting
adalah memperoleh kesenangan, rekreasi dan kepuasan batin yang tak
ditemukan di tempat lain.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian (Wikipedia, 2015).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian yang penulis lakukan
adalah penelitian kualitatif karena penulis menitikberatkan pada proses dan
makna dari karya tulis yang dibuat.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 November 2015 pada
pukul 15.30-16.30 WIB bertempat di Perpustakaan Kampung RT RW
Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Karanganyar.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
berupa metode observasi dan wawancara. Melalui metode observasi dan
wawancara, diharapkan penulis akan mengetahui keadaan perpustakaan
kampung di Mojosongo. Sehingga data yang diberikan benar-benar akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta dengan menggunakan
metode wawancara yang akan menjadi sumber pedoman dalam
menyelesaikan penelitian dan juga sebagai perbandingan serta pelengkap
untuk data-data yang tidak diperoleh dari metode observasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Perpustakaan Kampung Mojosongo
Perpustakaan didirikan pada bulan Agustus 2009 di bawah perintah
Pemerintah Kota Surakarta dalam melaksanakan program kerja menjadikan
Surakarta sebagai kota layak anak. Pada saat itu Pemerintah Kota Surakarta
dikepalai oleh Bapak Joko Widodo. Salah satu program pendukungnya adalah
membangun 18 perpustakaan dan 5 taman cerdas.
Pemerintah Kota Surakarta memerintahkan kantor perpustakaan kota
untuk membangun perpustakaan dan taman cerdas untuk masing masing
kelurahan pada 5 kecamatan di Surakarta. Perpustakaan kota berkoordinasi
dengan masing-masing kepala desa atau kepala kelurahan untuk menentukan
tempat pendirian perpustakaan dan taman cerdas tersebut. Dimana setiap
kelurahan dibangun 1 perpustakaan dan 1 taman cerdas. Salah satu
perpustakaan yang dibangun yaitu di tanah pemerintah yang berlokasi di
Mojosongo.
Perpustakaan Kampung Surakarta merupakan salah satu sumber belajar
yang penting untuk memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan
pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.Tujuan umum
yang hendak dicapai perpustakaan kelurahan adalah terciptanya manusia yang
lebih berkualitas. Untuk itu, Perpustakaan Kelurahan se-Surakarta
mempunyai tekad untuk ikut andil mencerdaskan masyarakat sekitar dan
menumbuhkan budaya gemar membaca.
Program Perpustakaan Kampung/Kelurahan Surakarta dimulai tahun
2008, serentak di 12 lokasi, 6 diantaranya adalah berupa Taman Cerdas yang
berisi bangunan perpustakaan, bangunan IT dan panggung kesenian. Sedang
selebihnya adalah; berupa bangunan perpustakaan saja. Hingga saat ini, di
Kota Surakarta telah terdapat 18 lokasi perpustakaan kampung dan taman
cerdas. Kota Surakarta ini memiliki 6 lokasi Taman Cerdas yang disediakan,
yakni Taman Cerdas Sumber, Taman Cerdas Pajang, Taman Cerdas
Joyontakan, Taman Cerdas Mojosongo, Taman Cerdas Kadipiro, Taman
Cerdas Gandekan. Taman ini dibangun atas Surat Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2008. Terdapat ruang komputer, teknologi dan
informasi, perpustakaan, taman bermain, aneka macam permainan, telepon
umum gratis, internet free hotspot online 24 jam, dan macam-macam fasilitas
lainnya yang diberikan gratis oleh Pemerintah Kota Surakarta kepada
masyarakat Surakarta.
Taman cerdas di Kota Surakarta merupakan salah satu wujud komitmen
untuk segera memanfaatkan pembangunan taman cerdas oleh masyarakat dan
bagian dari Program Kota Layak Anak. Dapat dikatakan bahwa Taman
Cerdas adalah tempat bermain dan belajar bagi anak. Misi Taman Cerdas
ialah untuk memberikan pelayanan secara sukarela. Fasilitas gratis untuk
membangun warga Surakarta menjadi lebih makmur dan mendukung
Program Kota Layak Anak. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat
khususnya anak-anak segera memanfaatkan fasilitas taman cerdas yang telah
dibangun di Kelurahan Mojosongo, Gandekan dan Pajang, diantaranya
tempat bermain, tempat teknologi informasi (komputer), panggung seni kreasi
dan ruang baca. Pembangunan taman cerdas meningkatkan pengetahuan bagi
anak-anak dan pihak swasta ikut berpartisipasi dalam memberikan
penambahan fasilitas taman cerdas.
4.1.1 Pendorong
 Komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan kota layak anak
dan meningkatkan pengetahuan bagi anak-anak;
 Partisipasi pihak swasta ikut dalam memberikan penambahan
fasilitas taman cerdas;
 Dukungan dari kelurahan dan masyarakat yang dijadikan lokasi
penerapan taman cerdas;
 Keinginan untuk memberikan pelayanan secara sukarela, seluruh
fasilitas gratis demi membangun warga Surakarta menjadi lebih
makmur dan mendukung program Kota Layak Anak.
4.1.2 Penghambat
 Jumlah sukarelawan (petugas) yang terlibat dalam mengelola dinilai
kurang banyak;
 Bantuan dari stakeholder yang masih kurang cukup untuk
melengkapi isi taman cerdas;
 Fasilitas taman yang masih kurang dibandingkan dengan jumlah
anak anak yang memanfaatkannya.
4.1.3 Tahapan Proses
1. Penurunan program kota layak anak menjadi kegiatan perpustakaan
kampung dan taman cerdas;
2. Mengeluarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 6 Tahun
2008 tentang program untuk membangun taman cerdas diseluruh
Surakarta;
3. Memberikan alokasi anggaran untuk melakukan pembangunan
perpustakaan kampung dan taman cerdas;
4. Menentukan lokasi pembangunan perpustakaan kampung dan taman
cerdas serta memfasilitasi perizinannya;
5. Membangun taman cerdas yang berisi bangunan perpustakaan ,
bangunan it dan panggung Kesenian serta kamar kecil;
6. Bekerjasama dengan stakeholder (swasta dan masyarakat) untuk
dapat mengisi fasilitas yang ada seperti buku, perangkat komputer
beserta jaringan internet, peralatan kesenian, serta fasilitas
permainan lain untuk anak;
7. Menugaskan petugas maupun sukarelawan untuk dapat mengelola
dan merawat fasilitas yang telah dibangun.
4.1.4 Manfaat
 Pemberian kesempatan dan fasilitas pada anak untuk berkumpul
bersama untuk belajar dan bermain;
 Menambah nilai bagi kota Surakarta dalam mewujudkan diri
menjadi Kota Layak Anak;
 Menambah sarana bermain dan belajar anak yang layak;
 Mengurangi pengeluaran dalam menambah ilmu karena fasilitas
yang disediakan dapat digunakan secara bebas (gratis);
 Meningkatkan pendidikan anak (bebas buta aksara karena adanya
gerakan wajib jam belajar 18.30 – 20.30 WIB dan sekolah ramah
anak) dan disiplin anak.
4.1.5 Prasyarat Replikasi
 Komitmen yang besar dari pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat;
 Melakukan MOU kepada pihak terkait (stakeholder) dalam
memfasilitasi pembangunan taman cerdas dan segala isinya;
 Menuangkan program taman cerdas kedalam perencanaan untuk
direncanakan anggaran yang dibutuhkan;
 Bekerjasama dengan kelurahan, desa dan sukarelawan untuk
memfasilitasi perawatan, pengembangan dari taman cerdas.
4.2 Teknis Pengelolaan
Perpustakaan terdiri dari fasilitas buku bacaan, sebuah komputer, dan
sebuah printer yang dikelola oleh 1 orang pengurus warga asli dari kelurahan
yang bersangkutan yang diberi upah kira-kira setengah dari upah minimal
regional (UMR). Pada awal pembangunan perpustakaan terdiri dari 1000
eksemplar buku, namun kini telah tersedia kurang lebih 3000 eksemplar
buku.
Taman cerdas yang terdiri dari ruang IT yang dikelola oleh 1 orang
petugas pemerintah kota, taman baca yang dikelola oleh 1 orang petugas
bapermas, serta taman bermain dan aula yang dikelola oleh tukang kebun.
Pengontrolan dilakukan dengan 2 cara yaitu:
 Kunjungan oleh pihak secara langsung ke tempat yang dilakukan tiap
beberapa bulan sekali
 Laporan pengelola bersangkutan kepada kelurahan setempat
4.3 Pendanaan
4.3.1 Dana pembangunan
Pembangunan perpustakaan langsung diserahkan kepada
pemborong bangunan yang dipilih oleh pemerintah. Rencana
pembangunan perpustakaan kampung itu diambilkan dari
anggaran APBD sebesar lebih dari 600 juta rupiah.
4.3.2 Dana renovasi
Pada awalnya pemerintah memberikan dana langsung
kepada petugas pengelola sebesar Rp500.000,00 per tahun
sebagai dana renovasi. Namun, 2 tahun terakhir pemerintah
langsung mengirim pemborong untuk merenovasi kerusakan
perpustakaan. Dana terakhir yang diberikan kepada perpustakaan
Kampung RT RW Mojosongo dipakai untuk menambah tralis
pada jendela oleh pemborong.
4.4 Kegiatan
Perpustakaan niscaya identik dengan koleksi bahan bacaan: buku,
jurnal, majalah, koran, dokumen penelitian, dan lain-lain. Keniscayaan itu
membutuhkan instrumen peran dan program yang edukatif dan inspiratif.
Perpustakaan tidak sekadar menjadi ruang untuk masyarakat yang ingin
membaca. Perpustakaan mesti memainkan peran strategis untuk memberi
pengaruh positif dan konstruktif pada masyarakat untuk mau dan tekun
membaca dan menulis. Peran strategis perpustakaan mungkin bisa dilakukan
dengan mengadakan pelbagai program-program yang melibatkan partisipasi
aktif dari masyarakat. Program-program itu antara lain: diskusi buku,
sayembara menulis artikel, lomba mendongeng, lomba membaca puisi, lomba
majalah dinding, dan lain-lain. Partisipasi dari masyarakat itu menjadi acuan
penting untuk menilai keberhasilan peran perpustakaan.
Kegiatan/acara di perpustakaan ini diadakan oleh pemerintah maupun
relawan masyarakat.
1. Kegiatan pemerintah
Berupa kegiatan lomba bercerita yang diadakan tiap tahun oleh 2
perwakilan dari masing-masing anggota perpustakaan. Teknisnya adalah
petugas pengelola mengumumkan adanya lomba, melakukan seleksi dalam
lingkup perpustakaan, lalu meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Yaitu
yang akan diseleksi di tingkat kecamatan untuk diajukan ke pemerintah
provinsi yaitu Semarang. Peserta lomba yaitu siswa kelas 1 sampai kelas
5 SD. Kegiatan lain yaitu lomba antar perpustakaan mengenai penilaian
pengelolaan perpustakaan.
Akan tetapi lomba-lomba ini tidak lagi menarik minat anak. Hanya anak
yang sama tiap tahunnya.
2. Kegiatan relawan
Berupa acara yang berisi game, talkshow, dan lomba yang beberapa tahun
terakhir diadakan oleh relawan dari UNS dan siswa SMA Negeri 1
Surakarta, yang disertai dengan penyumbangan buku pelengkap
perpustakaan. Anak-anak lebih antusias karena adanya snack dan game.
4.4.1 Mekanisme peminjaman buku
Peminjaman buku dilakukan secara gratis dengan membawa
kartu pelajar sebagai jaminan.
Awalnya peminjaman dilakukan secara gratis dengan
menyerahkan fotocopy kartu tanda pengenal. Untuk pengembalian
yang melewati batas pinjam dikenakan denda sebesar Rp100,00 per
harinya. Namun petugas pengelola merasa tidak nyaman, karena
banyak anak yang meminjam buku tanpa dikembalikan. Sehingga
mengambil kebijakan yaitu peminjaman buku bersyarat kartu tanda
pengenal atau kartu pelajar.
4.5 Perkembangan Perpustakaan dan Permasalahan yang Dihadapi
Pada awalnya anak-anak serta masyarakat memiliki antusias yang
tinggi namun akhir-akhir ini mengalami penurunan. Hingga kini jumlah
pengunjung rata-rata setiap harinya kurang lebih 3 orang per hari, hal ini
membuktikan bahwa eksistensi perpustakaan ini belum maksimal terhadap
masyarakat. Awalnya banyak warga sekitar yang datang karena penasaran,
tetapi lama-kelamaan mengalami kemunduran.
Berikut adalah tabel yang berisi data pengunjung perpustakaan
kampung Mojosongo per 2015 :
No. Status Frekuensi
1. Murid TK 11 orang
2. Siswa SD 51 orang
3. Siswa SMP 53 orang
4. Siswa SMA 5 orang
5. Lain-lain 1 orang
Hal ini menunjukkan betapa asingnya perpustakaan di daerah-daerah.
Jumlah pengunjung yang tercatat dalam daftar presensi dalam setahun yaitu
tahun 2015, hanya 121 orang. Sehingga jika dihitung secara matematis :
9%
42%
44%
4%
1%
Diagram PersentasePengunjung
TK
SD
SMP
SMA
Lain-lain
Rata-rata pengunjung perhari = Jumlah total
Jumlah hari
= 121
365
= 0,332
Angka tersebut menunjukkan bahwa ada hari yang bahkan nihil
pengunjung.
Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam upaya
pengembangan Perpustakaan Kampung Mojosongo :
 Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di kabupaten/kota
(eksekutif dan legislatif) dalam program pembangunan perpustakaan di
pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan belum memadainya alokasi
anggaran untuk pengembangan perpustakaan kampung di
kabupaten/kota.
 Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan kampung.
desa/kelurahan yang sudah memiliki perpustakaan desa/kelurahan
umumnya dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Sarana dan
prasarana yang dimiliki seringkali berada dalam kondisi yang tidak
layak atau seadanya. Sebagai contoh ruangan perpustakaan yang kecil,
meubelair yang sederhana, koleksi yang sedikit dan umumnya buku-
buku terbitan lama dan usang, dan lokasi gedung/ruangan yang tidak
strategis untuk dilihat dan dijangkau pengguna. Bahkan, lokasi
perpustakaan berada di dekat saluran air yang berbau sangat menyengat
dan tidak sedap.
 Terbatasnya tenaga pengelola perpustakaan kampung. Sehingga jam
buka perpustakaan dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.30 WIB atau
bahkan kurang.
 Rendahnya minat baca masyarakat Desa/Kelurahan.
 Masih tingginya angka kemiskinan di pedesaan sehingga masyarakat
tidak mampu untuk membeli buku atau bahan bacaan lain yang dapat
menambah ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna. Mereka sangat
disibukkan dengan urusan pekerjaan dan tidak bisa menyempatkan diri
menambah ilmu pengetahuan.
4.6 Upaya Meningkatkan Eksistensi Perpustakaan dalam Masyarakat
Upaya mengembangkan perpustakaan kampung bukanlah suatu usaha
yang tiba-tiba muncul melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang,
yang melibatkan pikiran yang cerdas dan inovatif, sikap aktif dan kreatif,
serta mengatur strategi yang matang agar tercapai hasil seperti yang
diharapkan.
Strategi pengembangan perpustakaan pada hakekatnya adalah cara-cara
sistematis yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan pengembangan
perpustakaan untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi pengembangan harus mampu
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.
Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-
waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam pengaturan strategi perlu juga dipertimbangkan beberapa
komponen penting sebagai kajiannya serta memperhatikan setiap faktor
pendukung dan penghambat dari komponen tersebut.
Dalam mengatur strategi pengembangan perpustakaan kampung di
Indonesia, ada beberapa komponen yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam proses tersebut, yaitu :
4.6.1 Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Pembangunan sarana dan prasarana perpustakaan merupakan
komponen yang paling penting dalam pendirian sebuah perpustakaan
kampung. Karena sarana dan prasarana inilah nanti yang akan
menentukan bagaimana situasi dan kondisi suatu perpustakaan kampung.
Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu ruangan/gedung
perpustakaan, perlengkapan (termasuk meubelair), dan semua peralatan
yang dibutuhkan untuk bekerja.
Menurut Sutarno (2006: 108): “sarana dan prasarana
perpustakaan adalah semua benda dan barang serta fasilitas yang ada di
perpustakaan dan digunakan untuk mendukung terselenggaranya
kegiatan perpustakaan”.
Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki
ruangan/gedung yang memadai, koleksi yang lengkap dan fasilitas yang
cukup. Dalam membangun sarana dan prasarana perpustakaan kampung
perlu komitmen yang jelas dari para penentu kebijakan yaitu Bupati,
Walikota, Camat, dan Kepala Desa/Kelurahan.
Kalau perpustakaannya bagus, tidak kumuh, dan suasananya
nyaman, apalagi didukung komitmen pemerintah daerahnya untuk terus
memajukan perpustakaan, maka tingkat pendidikan masyarakatnya akan
maju dan tingkat buta aksara masyarakatpun pasti rendah.
Membangun sarana dan prasarana perpustakaan kampung
tampaknya merupakan program yang harus dirintis secara bertahap.
Diharapkan ke depan di setiap desa memiliki bangunan perpustakaan
yang representatif, sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan
perpustakaan dengan nyaman.
Di dalam INMENDAGRI No. 28 Tahun 1984 dijelaskan bahwa
penyediaan tempat/ruangan dapat dilakukan dengan :
a. Menggunakan Balai Desa/Kelurahan atau Kantor LKMD.
b. Mengusahakan tempat/ruangan lain yang dianggap cukup
memadai dan representatif. Bila memungkinkan membangun
gedung permanen yang dananya berasal dari hasil swadaya
masyarakat atau bantuan lain untuk menyelenggarakan
perpustakaan kampung.
Ruangan untuk perpustakaan kampung menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) minimal adalah seratus meter persegi (100 m3).
Ruangan ini bisa terletak di gedung yang sama dengan Kantor Kepala
Desa/Kelurahan ataupun di dekatnya. Juga bisa terletak di rumah warga
yang letaknya lebih strategis untuk diakses oleh masyarakat.
Bangunan perpustakaan tidak harus mewah, disesuaikan dengan
kondisi masyarakat dimana perpustakaan berada. Bisa saja terbuat dari
bambu, tripleks, dan lain-lain. Yang terpenting koleksi buku bisa
terhindar dari air hujan dan panas matahari.
Dalam memilih lokasi bangunan perpustakaan haruslah lokasi
yang strategis, yaitu lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat,
mudah arus lalu lintas kendaraan, dekat dengan aktivitas masyarakat,
lingkungannya tertib dan teratur, dan menyesuaikan dengan demografi
masyarakat dimana perpustakaan berada.
Penyediaan meubelair perpustakaan seperti meja baca dan kursi
untuk pengguna perpustakaan, meja dan kursi untuk SDM pengelola
perpustakaan, lemari, rak buku, dan lain-lain, termasuk semua peralatan-
peralatan kerja yang dibutuhkan oleh SDM pengelola perpustakaan
merupakan sarana dan prasarana yang tidak kalah pentingnya seperti
gedung/ruangan perpustakaan.
Dalam pelaksanaannya, penyediaan meubelair dan perlengkapan
perpustakaan harus mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu :
disesuaikan dengan kebutuhan, luas dan keadaan ruangan, jumlah koleksi
bahan pustaka, jumlah masyarakat pengunjung yang akan dilayani,
sistem dan jenis layanan yang akan diberikan, semua perlengkapan yang
dibeli berdayaguna dan berhasil guna.
4.6.2 Koleksi perpustakaan
Koleksi perpustakaan kampung menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) minimal adalah seribu judul (2.500 eksemplar).
Jenis koleksi perpustakaan kampung meliputi buku (fiksi dan non
fiksi), buku referensi, penerbitan pemerintah (pusat dan daerah), seperti
himpunan peraturan pemerintah, surat kabar, majalah baik yang ilmiah
maupun populer, yang umum ataupun khusus, film, slide, piringan hitam,
dan sebagainya.
Menurut buku Pedoman Perpustakaan Desa (2001:22),
“Komposisi jenis koleksi yang dimiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan
seyogyanya adalah dengan perbandingan non fiksi 60% dan fiksi 40%.
Upayakan ilmu pengetahuan praktis 60 % – 70 % dari total buku-
buku non fiksi. Dengan persentase non fiksi lebih besar dimaksudkan
agar masyarakat pengguna perpustakaan dapat memperluas pengetahuan
umun dan keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari
sehingga dapat menunjang pekerjaan pokok masyarakat setempat.
Dengan demikian diharapkan penghasilan masyarakat dapat
bertambah. Sedangkan untuk menggairahkan minat baca masyarakat dan
sekaligus sebagai sarana rekreasi, maka perpustakaan kampung
diharapkan dilengkapi dengan koleksi buku fiksi (buku cerita) yang
seyogyanya dapat membuka wawasan dan memperhalus budi pekerti
seperti: buku cerita, buku ilmu pengetahuan populer. buku-buku sejarah,
kisah-kisah nabi dan lain-lain.
Perpustakaan Desa/Kelurahan melayani segala lapisan dan
golongan masyarakat yang beraneka ragam. Oleh karena itu pengadaan
koleksi harus memperhatikan keanekaragaman tersebut baik dari segi
demografi lokasi tempat tinggal masyarakat, jenis mata pencaharian
utama masyarakat, politik, ekonomi, sosial, budaya dan adat istiadat
masyarakat setempat. Karena semua aspek ini sangat menentukan apakah
koleksi perpustakaan akan berdayaguna atau tidak bagi masyarakat.
4.6.3 Kegiatan Ekstra
Perpustakaan yang menarik adalah perpustakaan yang memiliki
terobosan-terobosan baru, inovatif dan sebisa mungkin atraktif.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan dapat menambah
kemauan dan minat warga untuk datang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Http://duniaperpustakaan.com/strategi-pengembangan-perpustakaan-
desakelurahan-di-indonesia/ Diakses : 15 Desember 2015
Perpustakaan Nasional RI. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Desa. Editor Soekarman. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Perpustakaan Nasional RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpusnas RI.
Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.
Sutarno. 2008. Membina Perpustakaan Desa : Dilengkapi Undang-Undang
No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto
Lampiran 1 : Foto-foto perpustakaan
Lampiran 2 : Daftar Presensi Perpustakaan
LAPORAN OBSERVASI EKSISTENSI PERPUSTAKAAN

LAPORAN OBSERVASI EKSISTENSI PERPUSTAKAAN

  • 1.
    Eksistensi Perpustakaan Kampung RTRW Kecamatan Mojosongo Disusun oleh : Aulia Alfi Majiidah (K2315012) Indri Kurnia Sari (K2315036) Isa Abdullah Alqudsi (K2315038) May Nurhayati (K2315048) Septi Afriyani (K2315058) Utoro Romadhon (K2315060) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
  • 2.
  • 3.
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Ghjga 1.2.2 1.3 Tujuan 1.3.1 sklm, 1.3.2 1.4 Manfaat
  • 4.
    BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Pengertian Perpustakaan Dalam Undang Undang No.43 Bab I Pasal I menyebutkan bahwa, “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.” Kata Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti : (1) kitab, buku-buku, (2) kitab primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti : (1) kumpulan buku – buku bacaan, (2) bibliotek, dan (3) buku-buku kesusasteraan (KBBI). Pengertian yang lebih umum dan luas tentang perpustakaan yaitu mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi buku–buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikiran rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu–waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja-kursi baca, kartu–kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan ditempatkan karyawan atau petugas untuk melaksanakan kegiatan perpustakaan agar semuanya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan begitu, sebuah perpustakaan mempunyai ciri-ciri dan persyaratan tertentu, seperti (1) tersedianya ruangan/gedung, yang dipergunakan khusus untuk perpustakaan, (2) adanya koleksi bahan pustaka/bacaan dan sumber informasi lainnya, (3) adanya petugas yang menyelenggarakan kegiatan dan melayani pemakai, (4) adanya komunitas
  • 5.
    masyarakat pemakai, (5)adanya sarana dan prasarana yang diperlukan, (6) diterapkannya suatu sistem atau mekanisme tertentu yang merupakan tatacara, prosedur dan aturan–aturan agar segala sesuatunya berlangsung lancar. 2.2 Peran Perpustakaan Peranan yang dapat dijalankan perpustakaan antara lain adalah : 1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat. 2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumbe informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya. 3. Perpustakaan berperanan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan pengunjun perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan. 2.3 Fungsi – Fungsi Perpustakaan Fungsi perpustakaan adalah suatu tugas atau jabatan yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu : (1) menghimpun, (2) memelihara, (3) memberdayakan semua koleksi masyarakat. 2.4 Tujuan Perpustakaan Sesuai dengan maksud-maksud tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan adalah untuk menyediakan fasilitas dan sumber informasi dan menjadi pusat pembelajaran. Secara tidak langsung menciptakan masyarakat terdidik, terpelajar, terbiasa membaca dan berbudaya tinggi. Masyarakat yang demikian diharapkan bisa senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir karena bisa membaca/belajar mampu menguasai sumber informasi dan ilmu
  • 6.
    pengetahuan. Masyarakat tersebutmempunyai pandangan dan wawasan yang luas, selanjutnya dapat bersikap mandiri, percaya diri, dan dapat mengikuti kemajuan zaman. Setiap orang yang secara teratur datang di perpustakaan dapat mengembangkan diri dengan semangat belajar yang terus–menerus tanpa terikat dengan pendidikan formal. Manfaat lainnya yang juga penting adalah memperoleh kesenangan, rekreasi dan kepuasan batin yang tak ditemukan di tempat lain.
  • 7.
    BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian (Wikipedia, 2015). Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif karena penulis menitikberatkan pada proses dan makna dari karya tulis yang dibuat. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 November 2015 pada pukul 15.30-16.30 WIB bertempat di Perpustakaan Kampung RT RW Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Karanganyar. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa metode observasi dan wawancara. Melalui metode observasi dan wawancara, diharapkan penulis akan mengetahui keadaan perpustakaan kampung di Mojosongo. Sehingga data yang diberikan benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta dengan menggunakan metode wawancara yang akan menjadi sumber pedoman dalam menyelesaikan penelitian dan juga sebagai perbandingan serta pelengkap untuk data-data yang tidak diperoleh dari metode observasi.
  • 8.
    BAB IV PEMBAHASAN 4.1 SejarahPerpustakaan Kampung Mojosongo Perpustakaan didirikan pada bulan Agustus 2009 di bawah perintah Pemerintah Kota Surakarta dalam melaksanakan program kerja menjadikan Surakarta sebagai kota layak anak. Pada saat itu Pemerintah Kota Surakarta dikepalai oleh Bapak Joko Widodo. Salah satu program pendukungnya adalah membangun 18 perpustakaan dan 5 taman cerdas. Pemerintah Kota Surakarta memerintahkan kantor perpustakaan kota untuk membangun perpustakaan dan taman cerdas untuk masing masing kelurahan pada 5 kecamatan di Surakarta. Perpustakaan kota berkoordinasi dengan masing-masing kepala desa atau kepala kelurahan untuk menentukan tempat pendirian perpustakaan dan taman cerdas tersebut. Dimana setiap kelurahan dibangun 1 perpustakaan dan 1 taman cerdas. Salah satu perpustakaan yang dibangun yaitu di tanah pemerintah yang berlokasi di Mojosongo. Perpustakaan Kampung Surakarta merupakan salah satu sumber belajar yang penting untuk memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.Tujuan umum yang hendak dicapai perpustakaan kelurahan adalah terciptanya manusia yang lebih berkualitas. Untuk itu, Perpustakaan Kelurahan se-Surakarta mempunyai tekad untuk ikut andil mencerdaskan masyarakat sekitar dan menumbuhkan budaya gemar membaca. Program Perpustakaan Kampung/Kelurahan Surakarta dimulai tahun 2008, serentak di 12 lokasi, 6 diantaranya adalah berupa Taman Cerdas yang berisi bangunan perpustakaan, bangunan IT dan panggung kesenian. Sedang selebihnya adalah; berupa bangunan perpustakaan saja. Hingga saat ini, di Kota Surakarta telah terdapat 18 lokasi perpustakaan kampung dan taman cerdas. Kota Surakarta ini memiliki 6 lokasi Taman Cerdas yang disediakan,
  • 9.
    yakni Taman CerdasSumber, Taman Cerdas Pajang, Taman Cerdas Joyontakan, Taman Cerdas Mojosongo, Taman Cerdas Kadipiro, Taman Cerdas Gandekan. Taman ini dibangun atas Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008. Terdapat ruang komputer, teknologi dan informasi, perpustakaan, taman bermain, aneka macam permainan, telepon umum gratis, internet free hotspot online 24 jam, dan macam-macam fasilitas lainnya yang diberikan gratis oleh Pemerintah Kota Surakarta kepada masyarakat Surakarta. Taman cerdas di Kota Surakarta merupakan salah satu wujud komitmen untuk segera memanfaatkan pembangunan taman cerdas oleh masyarakat dan bagian dari Program Kota Layak Anak. Dapat dikatakan bahwa Taman Cerdas adalah tempat bermain dan belajar bagi anak. Misi Taman Cerdas ialah untuk memberikan pelayanan secara sukarela. Fasilitas gratis untuk membangun warga Surakarta menjadi lebih makmur dan mendukung Program Kota Layak Anak. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat khususnya anak-anak segera memanfaatkan fasilitas taman cerdas yang telah dibangun di Kelurahan Mojosongo, Gandekan dan Pajang, diantaranya tempat bermain, tempat teknologi informasi (komputer), panggung seni kreasi dan ruang baca. Pembangunan taman cerdas meningkatkan pengetahuan bagi anak-anak dan pihak swasta ikut berpartisipasi dalam memberikan penambahan fasilitas taman cerdas. 4.1.1 Pendorong  Komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan kota layak anak dan meningkatkan pengetahuan bagi anak-anak;  Partisipasi pihak swasta ikut dalam memberikan penambahan fasilitas taman cerdas;  Dukungan dari kelurahan dan masyarakat yang dijadikan lokasi penerapan taman cerdas;  Keinginan untuk memberikan pelayanan secara sukarela, seluruh fasilitas gratis demi membangun warga Surakarta menjadi lebih makmur dan mendukung program Kota Layak Anak.
  • 10.
    4.1.2 Penghambat  Jumlahsukarelawan (petugas) yang terlibat dalam mengelola dinilai kurang banyak;  Bantuan dari stakeholder yang masih kurang cukup untuk melengkapi isi taman cerdas;  Fasilitas taman yang masih kurang dibandingkan dengan jumlah anak anak yang memanfaatkannya. 4.1.3 Tahapan Proses 1. Penurunan program kota layak anak menjadi kegiatan perpustakaan kampung dan taman cerdas; 2. Mengeluarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang program untuk membangun taman cerdas diseluruh Surakarta; 3. Memberikan alokasi anggaran untuk melakukan pembangunan perpustakaan kampung dan taman cerdas; 4. Menentukan lokasi pembangunan perpustakaan kampung dan taman cerdas serta memfasilitasi perizinannya; 5. Membangun taman cerdas yang berisi bangunan perpustakaan , bangunan it dan panggung Kesenian serta kamar kecil; 6. Bekerjasama dengan stakeholder (swasta dan masyarakat) untuk dapat mengisi fasilitas yang ada seperti buku, perangkat komputer beserta jaringan internet, peralatan kesenian, serta fasilitas permainan lain untuk anak; 7. Menugaskan petugas maupun sukarelawan untuk dapat mengelola dan merawat fasilitas yang telah dibangun. 4.1.4 Manfaat  Pemberian kesempatan dan fasilitas pada anak untuk berkumpul bersama untuk belajar dan bermain;  Menambah nilai bagi kota Surakarta dalam mewujudkan diri menjadi Kota Layak Anak;
  • 11.
     Menambah saranabermain dan belajar anak yang layak;  Mengurangi pengeluaran dalam menambah ilmu karena fasilitas yang disediakan dapat digunakan secara bebas (gratis);  Meningkatkan pendidikan anak (bebas buta aksara karena adanya gerakan wajib jam belajar 18.30 – 20.30 WIB dan sekolah ramah anak) dan disiplin anak. 4.1.5 Prasyarat Replikasi  Komitmen yang besar dari pemerintah daerah, swasta dan masyarakat;  Melakukan MOU kepada pihak terkait (stakeholder) dalam memfasilitasi pembangunan taman cerdas dan segala isinya;  Menuangkan program taman cerdas kedalam perencanaan untuk direncanakan anggaran yang dibutuhkan;  Bekerjasama dengan kelurahan, desa dan sukarelawan untuk memfasilitasi perawatan, pengembangan dari taman cerdas. 4.2 Teknis Pengelolaan Perpustakaan terdiri dari fasilitas buku bacaan, sebuah komputer, dan sebuah printer yang dikelola oleh 1 orang pengurus warga asli dari kelurahan yang bersangkutan yang diberi upah kira-kira setengah dari upah minimal regional (UMR). Pada awal pembangunan perpustakaan terdiri dari 1000 eksemplar buku, namun kini telah tersedia kurang lebih 3000 eksemplar buku. Taman cerdas yang terdiri dari ruang IT yang dikelola oleh 1 orang petugas pemerintah kota, taman baca yang dikelola oleh 1 orang petugas bapermas, serta taman bermain dan aula yang dikelola oleh tukang kebun. Pengontrolan dilakukan dengan 2 cara yaitu:  Kunjungan oleh pihak secara langsung ke tempat yang dilakukan tiap beberapa bulan sekali  Laporan pengelola bersangkutan kepada kelurahan setempat
  • 12.
    4.3 Pendanaan 4.3.1 Danapembangunan Pembangunan perpustakaan langsung diserahkan kepada pemborong bangunan yang dipilih oleh pemerintah. Rencana pembangunan perpustakaan kampung itu diambilkan dari anggaran APBD sebesar lebih dari 600 juta rupiah. 4.3.2 Dana renovasi Pada awalnya pemerintah memberikan dana langsung kepada petugas pengelola sebesar Rp500.000,00 per tahun sebagai dana renovasi. Namun, 2 tahun terakhir pemerintah langsung mengirim pemborong untuk merenovasi kerusakan perpustakaan. Dana terakhir yang diberikan kepada perpustakaan Kampung RT RW Mojosongo dipakai untuk menambah tralis pada jendela oleh pemborong. 4.4 Kegiatan Perpustakaan niscaya identik dengan koleksi bahan bacaan: buku, jurnal, majalah, koran, dokumen penelitian, dan lain-lain. Keniscayaan itu membutuhkan instrumen peran dan program yang edukatif dan inspiratif. Perpustakaan tidak sekadar menjadi ruang untuk masyarakat yang ingin membaca. Perpustakaan mesti memainkan peran strategis untuk memberi pengaruh positif dan konstruktif pada masyarakat untuk mau dan tekun membaca dan menulis. Peran strategis perpustakaan mungkin bisa dilakukan dengan mengadakan pelbagai program-program yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Program-program itu antara lain: diskusi buku, sayembara menulis artikel, lomba mendongeng, lomba membaca puisi, lomba majalah dinding, dan lain-lain. Partisipasi dari masyarakat itu menjadi acuan penting untuk menilai keberhasilan peran perpustakaan.
  • 13.
    Kegiatan/acara di perpustakaanini diadakan oleh pemerintah maupun relawan masyarakat. 1. Kegiatan pemerintah Berupa kegiatan lomba bercerita yang diadakan tiap tahun oleh 2 perwakilan dari masing-masing anggota perpustakaan. Teknisnya adalah petugas pengelola mengumumkan adanya lomba, melakukan seleksi dalam lingkup perpustakaan, lalu meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Yaitu yang akan diseleksi di tingkat kecamatan untuk diajukan ke pemerintah provinsi yaitu Semarang. Peserta lomba yaitu siswa kelas 1 sampai kelas 5 SD. Kegiatan lain yaitu lomba antar perpustakaan mengenai penilaian pengelolaan perpustakaan. Akan tetapi lomba-lomba ini tidak lagi menarik minat anak. Hanya anak yang sama tiap tahunnya. 2. Kegiatan relawan Berupa acara yang berisi game, talkshow, dan lomba yang beberapa tahun terakhir diadakan oleh relawan dari UNS dan siswa SMA Negeri 1 Surakarta, yang disertai dengan penyumbangan buku pelengkap perpustakaan. Anak-anak lebih antusias karena adanya snack dan game. 4.4.1 Mekanisme peminjaman buku Peminjaman buku dilakukan secara gratis dengan membawa kartu pelajar sebagai jaminan. Awalnya peminjaman dilakukan secara gratis dengan menyerahkan fotocopy kartu tanda pengenal. Untuk pengembalian yang melewati batas pinjam dikenakan denda sebesar Rp100,00 per harinya. Namun petugas pengelola merasa tidak nyaman, karena banyak anak yang meminjam buku tanpa dikembalikan. Sehingga mengambil kebijakan yaitu peminjaman buku bersyarat kartu tanda pengenal atau kartu pelajar.
  • 14.
    4.5 Perkembangan Perpustakaandan Permasalahan yang Dihadapi Pada awalnya anak-anak serta masyarakat memiliki antusias yang tinggi namun akhir-akhir ini mengalami penurunan. Hingga kini jumlah pengunjung rata-rata setiap harinya kurang lebih 3 orang per hari, hal ini membuktikan bahwa eksistensi perpustakaan ini belum maksimal terhadap masyarakat. Awalnya banyak warga sekitar yang datang karena penasaran, tetapi lama-kelamaan mengalami kemunduran. Berikut adalah tabel yang berisi data pengunjung perpustakaan kampung Mojosongo per 2015 : No. Status Frekuensi 1. Murid TK 11 orang 2. Siswa SD 51 orang 3. Siswa SMP 53 orang 4. Siswa SMA 5 orang 5. Lain-lain 1 orang Hal ini menunjukkan betapa asingnya perpustakaan di daerah-daerah. Jumlah pengunjung yang tercatat dalam daftar presensi dalam setahun yaitu tahun 2015, hanya 121 orang. Sehingga jika dihitung secara matematis : 9% 42% 44% 4% 1% Diagram PersentasePengunjung TK SD SMP SMA Lain-lain
  • 15.
    Rata-rata pengunjung perhari= Jumlah total Jumlah hari = 121 365 = 0,332 Angka tersebut menunjukkan bahwa ada hari yang bahkan nihil pengunjung. Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan Perpustakaan Kampung Mojosongo :  Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di kabupaten/kota (eksekutif dan legislatif) dalam program pembangunan perpustakaan di pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan belum memadainya alokasi anggaran untuk pengembangan perpustakaan kampung di kabupaten/kota.  Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan kampung. desa/kelurahan yang sudah memiliki perpustakaan desa/kelurahan umumnya dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki seringkali berada dalam kondisi yang tidak layak atau seadanya. Sebagai contoh ruangan perpustakaan yang kecil, meubelair yang sederhana, koleksi yang sedikit dan umumnya buku- buku terbitan lama dan usang, dan lokasi gedung/ruangan yang tidak strategis untuk dilihat dan dijangkau pengguna. Bahkan, lokasi perpustakaan berada di dekat saluran air yang berbau sangat menyengat dan tidak sedap.  Terbatasnya tenaga pengelola perpustakaan kampung. Sehingga jam buka perpustakaan dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.30 WIB atau bahkan kurang.  Rendahnya minat baca masyarakat Desa/Kelurahan.  Masih tingginya angka kemiskinan di pedesaan sehingga masyarakat tidak mampu untuk membeli buku atau bahan bacaan lain yang dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna. Mereka sangat
  • 16.
    disibukkan dengan urusanpekerjaan dan tidak bisa menyempatkan diri menambah ilmu pengetahuan. 4.6 Upaya Meningkatkan Eksistensi Perpustakaan dalam Masyarakat Upaya mengembangkan perpustakaan kampung bukanlah suatu usaha yang tiba-tiba muncul melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang, yang melibatkan pikiran yang cerdas dan inovatif, sikap aktif dan kreatif, serta mengatur strategi yang matang agar tercapai hasil seperti yang diharapkan. Strategi pengembangan perpustakaan pada hakekatnya adalah cara-cara sistematis yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan pengembangan perpustakaan untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi pengembangan harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu- waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam pengaturan strategi perlu juga dipertimbangkan beberapa komponen penting sebagai kajiannya serta memperhatikan setiap faktor pendukung dan penghambat dari komponen tersebut. Dalam mengatur strategi pengembangan perpustakaan kampung di Indonesia, ada beberapa komponen yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses tersebut, yaitu : 4.6.1 Sarana dan Prasarana Perpustakaan Pembangunan sarana dan prasarana perpustakaan merupakan komponen yang paling penting dalam pendirian sebuah perpustakaan kampung. Karena sarana dan prasarana inilah nanti yang akan menentukan bagaimana situasi dan kondisi suatu perpustakaan kampung. Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu ruangan/gedung perpustakaan, perlengkapan (termasuk meubelair), dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja.
  • 17.
    Menurut Sutarno (2006:108): “sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua benda dan barang serta fasilitas yang ada di perpustakaan dan digunakan untuk mendukung terselenggaranya kegiatan perpustakaan”. Perpustakaan dikatakan baik dan ideal apabila memiliki ruangan/gedung yang memadai, koleksi yang lengkap dan fasilitas yang cukup. Dalam membangun sarana dan prasarana perpustakaan kampung perlu komitmen yang jelas dari para penentu kebijakan yaitu Bupati, Walikota, Camat, dan Kepala Desa/Kelurahan. Kalau perpustakaannya bagus, tidak kumuh, dan suasananya nyaman, apalagi didukung komitmen pemerintah daerahnya untuk terus memajukan perpustakaan, maka tingkat pendidikan masyarakatnya akan maju dan tingkat buta aksara masyarakatpun pasti rendah. Membangun sarana dan prasarana perpustakaan kampung tampaknya merupakan program yang harus dirintis secara bertahap. Diharapkan ke depan di setiap desa memiliki bangunan perpustakaan yang representatif, sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan perpustakaan dengan nyaman. Di dalam INMENDAGRI No. 28 Tahun 1984 dijelaskan bahwa penyediaan tempat/ruangan dapat dilakukan dengan : a. Menggunakan Balai Desa/Kelurahan atau Kantor LKMD. b. Mengusahakan tempat/ruangan lain yang dianggap cukup memadai dan representatif. Bila memungkinkan membangun gedung permanen yang dananya berasal dari hasil swadaya masyarakat atau bantuan lain untuk menyelenggarakan perpustakaan kampung. Ruangan untuk perpustakaan kampung menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) minimal adalah seratus meter persegi (100 m3). Ruangan ini bisa terletak di gedung yang sama dengan Kantor Kepala Desa/Kelurahan ataupun di dekatnya. Juga bisa terletak di rumah warga yang letaknya lebih strategis untuk diakses oleh masyarakat.
  • 18.
    Bangunan perpustakaan tidakharus mewah, disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana perpustakaan berada. Bisa saja terbuat dari bambu, tripleks, dan lain-lain. Yang terpenting koleksi buku bisa terhindar dari air hujan dan panas matahari. Dalam memilih lokasi bangunan perpustakaan haruslah lokasi yang strategis, yaitu lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, mudah arus lalu lintas kendaraan, dekat dengan aktivitas masyarakat, lingkungannya tertib dan teratur, dan menyesuaikan dengan demografi masyarakat dimana perpustakaan berada. Penyediaan meubelair perpustakaan seperti meja baca dan kursi untuk pengguna perpustakaan, meja dan kursi untuk SDM pengelola perpustakaan, lemari, rak buku, dan lain-lain, termasuk semua peralatan- peralatan kerja yang dibutuhkan oleh SDM pengelola perpustakaan merupakan sarana dan prasarana yang tidak kalah pentingnya seperti gedung/ruangan perpustakaan. Dalam pelaksanaannya, penyediaan meubelair dan perlengkapan perpustakaan harus mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu : disesuaikan dengan kebutuhan, luas dan keadaan ruangan, jumlah koleksi bahan pustaka, jumlah masyarakat pengunjung yang akan dilayani, sistem dan jenis layanan yang akan diberikan, semua perlengkapan yang dibeli berdayaguna dan berhasil guna. 4.6.2 Koleksi perpustakaan Koleksi perpustakaan kampung menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) minimal adalah seribu judul (2.500 eksemplar). Jenis koleksi perpustakaan kampung meliputi buku (fiksi dan non fiksi), buku referensi, penerbitan pemerintah (pusat dan daerah), seperti himpunan peraturan pemerintah, surat kabar, majalah baik yang ilmiah maupun populer, yang umum ataupun khusus, film, slide, piringan hitam, dan sebagainya.
  • 19.
    Menurut buku PedomanPerpustakaan Desa (2001:22), “Komposisi jenis koleksi yang dimiliki Perpustakaan Desa/Kelurahan seyogyanya adalah dengan perbandingan non fiksi 60% dan fiksi 40%. Upayakan ilmu pengetahuan praktis 60 % – 70 % dari total buku- buku non fiksi. Dengan persentase non fiksi lebih besar dimaksudkan agar masyarakat pengguna perpustakaan dapat memperluas pengetahuan umun dan keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari sehingga dapat menunjang pekerjaan pokok masyarakat setempat. Dengan demikian diharapkan penghasilan masyarakat dapat bertambah. Sedangkan untuk menggairahkan minat baca masyarakat dan sekaligus sebagai sarana rekreasi, maka perpustakaan kampung diharapkan dilengkapi dengan koleksi buku fiksi (buku cerita) yang seyogyanya dapat membuka wawasan dan memperhalus budi pekerti seperti: buku cerita, buku ilmu pengetahuan populer. buku-buku sejarah, kisah-kisah nabi dan lain-lain. Perpustakaan Desa/Kelurahan melayani segala lapisan dan golongan masyarakat yang beraneka ragam. Oleh karena itu pengadaan koleksi harus memperhatikan keanekaragaman tersebut baik dari segi demografi lokasi tempat tinggal masyarakat, jenis mata pencaharian utama masyarakat, politik, ekonomi, sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Karena semua aspek ini sangat menentukan apakah koleksi perpustakaan akan berdayaguna atau tidak bagi masyarakat. 4.6.3 Kegiatan Ekstra Perpustakaan yang menarik adalah perpustakaan yang memiliki terobosan-terobosan baru, inovatif dan sebisa mungkin atraktif. Kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan dapat menambah kemauan dan minat warga untuk datang.
  • 20.
  • 21.
    DAFTAR PUSTAKA Http://duniaperpustakaan.com/strategi-pengembangan-perpustakaan- desakelurahan-di-indonesia/ Diakses: 15 Desember 2015 Perpustakaan Nasional RI. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Desa. Editor Soekarman. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Nasional RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpusnas RI. Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto. Sutarno. 2008. Membina Perpustakaan Desa : Dilengkapi Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto
  • 22.
    Lampiran 1 :Foto-foto perpustakaan
  • 24.
    Lampiran 2 :Daftar Presensi Perpustakaan