LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA LESI
JARINGAN LUNAK
BLOK 13 PENYAKIT JARINGAN LUNAK
Disusun Oleh
Nabela Intania Sekarini J2A017014
Rika Widya Kartika J2A017016
Vina Widya Putri J2A017017
Hety Rahmawati J2A017018
Melinda Savira Ayudyawati J2A017022
Sahara Sa’adillah Isri J2A017026
Idzhar Qolby Fatichin J2A017050
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Blok 13
Penyakit Jaringan Lunak yang berjudul “PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA LESI
JARINGAN LUNAK”.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Praktikum. Dalam laporan
ini dibahas mengenai beberapa mikroflora yang ada di dalam rongga mulut,
pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral Mycological Smear dan Oral
Bakteriological Smear serta Oral Cytological Smear. Dengan selesainya laporan
ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada drg.
Ratna Sulistyorini, M.Si., Med. dan drg. Lisa Oktaviana Mayasari selaku
Pembimbing Kegiatan Praktikum Blok 13 Penyakit Jaringan Lunak, teman-teman
yang sudah memberi masukan baik langsung maupun tidak langsung, juga pihak-
pihak yang menyediakan sumber yang telah kami satukan.
Demikian laporan ini kami selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan disana-sini. Saran-
saran serta kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain di waktu mendatang. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semarang, 20 Februari 2020
Penyusun
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _________________________________________2
DAFTAR ISI _________________________________________________3
BAB I PENDAHULUAN _______________________________________4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................5
1.3 Tujuan ............................................................................................6
1.4 Manfaat ..........................................................................................6
BAB II DASAR TEORI ________________________________________7
2.1 Macam-Macam Mikroflora di dalam Rongga Mulut ..................7
2.1.1 Porphyromonas gingivalis .................................................7
2.1.2 Candida albicans................................................................8
2.1.3 Streptococcus mutans ........................................................11
2.1.4 Prevotella intermedia.........................................................12
2.1.5 Actinobacillus actinomycetemcomitans.............................13
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ____________14
3.1 Pemeriksaan Laboratoris untuk Menegakkan Diagnosa Lesi Jaringan Lunak `
................................................................................................................16
3.1.1 Oral Mycological Smear................................................................17
3.1.2 Oral Bacteriological Smear...........................................................17
3.1.3 Oral Cytological Smear.................................................................17
3.2 Hasil Pengamatan pada Mikroskop...................................................19
BAB IV KESIMPULAN _______________________________________ 22
DAFTAR PUSTAKA___________________________________________23
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari kurang lebih 104 sel yang sebagian
besar terdiri dari mikroorganisme yang disebut mikroflora normal.
Keberadaan mikroflora dalam tubuh manusia bukan hanya sebagai
hubungan yang pasif namun mereka juga memberikan kontribusi terhadap
berbagai mekanisme yang terjadi dalam tubuh manusia. Rongga mulut
manusia juga merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang
mempunyai mikroflora normal. Rongga mulut merupakan tempat yang
ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut
memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur.
Mikroflora yang ada pada rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan
yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk
bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan virus yang dapat ditemui dari
waktu ke waktu. Mikroflora yang terdapat di rongga mulut tersebut bisa
bermanfaat ataupun bisa menimbulkan penyakit/masalah.
Rongga mulut manusia dihuni lebih dari 700 jenis
mikroorganisme. Pada keadaan normal, mikroflora akan hidup
berdampingan atau harmonis dengan hostnya. Kondisi normal mikroflora
di dalam rongga mulut tersebut dapat berubah menjadi keadaan yang
patogen yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan
rongga mulut secara biologi yang disebabkan oleh faktor eksogenus
(seperti konsumsi antibiotik atau makanan karbohidrat yang difermentasi)
atau faktor endogenus (perubahan sistem imun). Mikroflora normal di
rongga mulut antara lain:
a. Gram positif yaitu Streptococci, Actinomyces, Lactobacillus,
Eubacterium, Propionibacterium, Rothia, Bifidobacterium
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 5
b. Gram negatif yaitu Neisseria, Veillonella, Actinobacillus,
Porphyromonas, Prevotella, Fusobacteria, Haemophillus,
Treponema, Eikenella
c. Yeast yaitu Candida albicans, Candida tropicalis, Candida glabrata,
Candida krusei, Candida guilliermonax, Candida parapsilosis.
Untuk mengetahui jenis bakteri terhadap suatu penyakit terutama
di oral maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan fisik
pada penderita. Spesimen yang diperoleh dari pasien akan mengalami
berbagai macam pemeriksaan mikroskopik, biokimia, mikrobiologi
maupun imunofluorosensi. Dengan semakin bervariasinya kelainan
jaringan lunak mulut, maka diperlukan informasi tambahan dari
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan diagnosis lesi. Terdapat
beberapa macam pemeriksaan mikrobiologi yaitu oral mycological smear
dan bacteriological smear.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya
antara lain sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Mycological Smear?
2. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Mycological Smear?
3. Apa saja mikroflora jamur yang ada di dalam rongga mulut?
4. Jelaskan mengenai apa saja berkaitan dengan mikroflora jamur
tersebut yang ada di dalam rongga mulut!
5. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Bakteriological Smear?
6. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Bakteriological Smear?
7. Jelaskan mengenai apa saja berkaitan dengan microflora bakteri
tersebut yang ada di dalam rongga mulut!
8. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Cytological Smear?
9. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Cytological Smear?
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 6
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Mycological Smear.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jamur secara langsung.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Bakteriological
Smear.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bakteri secara langsung.
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Cytological Smear.
6. Mahasiswa mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menambah wawasan.
2. Untuk mengetahui hal-hal mengenai beberapa mikroflora yang ada di
dalam rongga mulut, pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral
Mycological Smear dan Oral Bakteriological Smear serta Oral
Cytological Smear.
3. Untuk memperkaya penulisan dalam bidang Kedokteran/Kesehatan
khususnya mengenai beberapa mikroflora yang ada di dalam rongga
mulut, pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral Mycological Smear dan
Oral Bakteriological Smear serta Oral Cytological Smear.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan laporan kedepannya
yang lebih luas dan mendalam.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 7
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Macam-Macam Mikroflora di dalam Rongga Mulut
2.1.1 Porphyromonas gingivalis
A. Taksonomi
Kingdom: Bacteria
Subkingdom: Negibacteria
Phylum: Bacteroidetes
Class: Bacteroidia
Order: Bacteroidales
Family: Porphyromonadaceae
Genus: Porphyromonas
Species: Porphyromonas gingivalis
B. Karakteristik
Coccobacilli Gram-negatif, Anaerob obligat/strict, pleomorfik, non-
motil, pendek, asaccharolytic, membutuhkan vitamin K dan haemin
untuk pertumbuhan.
C. Habitat dan Transmisi
Ditemukan hampir hanya di area subgingiva, terutama pada penyakit
periodontal lanjut: dianggap sebagai salah satu patogen periodontal
yang utama. P. gingivalis, T. forsythia dan Treponema denticola
dianggap sebagai tiga agen bakteri 'kompleks merah' yang hampir
selalu dikaitkan dengan penyakit periodontal. P. gingivalis kadang-
kadang ditemukan pada lidah dan tonsil.
D. Kultur dan Identifikasi
Tumbuh secara anaerob, dengan pigmentasi gelap, pada media yang
mengandung darah yang lisis; di identifikasi oleh karakteristik
biokimia menggunakan kit yang tersedia secara komersial (mis.
AnIdent); Probe DNA dan molekuler sekarang digunakan untuk
mengidentifikasi organisme ini langsung dari sampel plak.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 8
E. Patogenisitas
Merupakan patogen periodontal yang agresif pada manusia dan hewan
(mis. Kelinci, monyet, anjing beagle); fimbriae yang dimilikinya
memediasi adhesi dan kapsulnya mempertahankannya terhadap
fagositosis. Menghasilkan berbagai faktor virulensi termasuk
kolagenase, endotoksin, fibrinolysin, fosfolipase A, banyak protease
yang menghancurkan imunoglobulin, gingipain, faktor penghambat
fibroblast, komplemen dan protein haemsequestering, serta
haemolysin.
2.1.2 Candida albicans
A. Taksonomi
Kingdom: Fungi
Subkingdom: Dikarya
Division: Ascomycota
Subdivision: Saccharomycotina
Class: Saccharomycetes
Subclass: Saccharomycetidae
Order: Saccharomycetales
Genus: Candida
Species: Candida albicans
B. Karakteristik
C. albicans biasanya tumbuh sebagai sel ragi yang berbentuk bulat
sampai oval berukuran 3-5 × 5–10 μm. Sel-sel fase ragi ini juga
disebut blastospora, tetapi tidak boleh disamakan dengan spora bakteri.
Pseudohyphae (sel filamen memanjang bergabung ujung ke ujung)
terlihat, terutama pada suhu inkubasi yang lebih rendah dan pada
media yang miskin nutrisi.
C. Habitat dan Transmisi
C. albicans berasal dari rongga mulut, saluran pencernaan, saluran
genital wanita dan kadang-kadang kulit; karenanya, infeksi biasanya
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 9
bersifat endogen, walaupun infeksi silang dapat terjadi, mis. dari ibu ke
bayi, dan di antara bayi yang sedang di kandung.
D. Kultur dan Identifikasi
Pertumbuhan pada media kultur Sabouraud tampak sebagai koloni
putih krem, datar atau berbentuk setengah lingkaran dengan aroma
seperti bir. C. albicans dan C. dubliniensis dapat dibedakan dari spesies
Candida lainnya dengan kemampuannya menghasilkan tabung kuman
dan klamidospora:
 Ketika sel-sel ragi diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37°C
dalam serum, C. albicans dan C. dubliniensis membentuk
tabung kuman (hifa baru jadi), sedangkan spesies Candida
lainnya tidak.
 C. albicans dan C. dubliniensis membentuk struktur bundar,
berdinding tebal, dan disebut chlamydospores ketika diinkubasi
pada suhu 22-25°C dengan penurunan oksigen dan pada media
yang miskin nutrisi (mis. Agar tepung jagung).
Namun, identifikasi definitif spesies dilakukan atas dasar asimilasi
karbohidrat (metabolisme aerob) dan reaksi fermentasi (metabolisme
anaerob) dan tes biokimia lainnya. Diagnostik rantai reaksi polimerase
(PCR) harus segera menggantikan metodologi ini di laboratorium
diagnostik, terutama karena kecepatannya.
E. Patogenisitas
Spesies Candida jarang menyebabkan penyakit dengan tidak adanya
faktor predisposisi, sejumlah besar telah diidentifikasi, baik untuk
kandidiasis superfisial dan sistemik.
 Kandidiasis superfisial
a) Infeksi mukosa: lesi mukosa khas Candida adalah
sariawan. Secara klinis tampak pseudomembran putih
pada mukosa bukal dan vagina, yang dapat dengan
mudah dihilangkan dengan menyeka. Manifestasi oral
lainnya termasuk eritematosa dan hiperplastik varian.
Vulvovaginitis kandida sering terjadi pada wanita yang
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 10
menggunakan kontrasepsi oral dan disertai dengan
keluarnya cairan yang tebal dan berbau ragi, gatal pada
vagina dan rasa tidak nyaman.
b) Infeksi kulit terlihat terutama pada permukaan yang
hangat dan lembab. Candida intertrigo terdiri dari
pustula vesikular yang membesar, pecah dan
menyebabkan fisura, dan terutama terlihat pada
obesitas.
c) Ruam popok pada anak-anak dapat disebabkan oleh C.
albicans yang berasal dari saluran pencernaan bagian
bawah. Macula bersisik atau vesikel, terkait dengan rasa
terbakar dan pruritus, sering terjadi pada ruam popok.
d) Candidal paronychia adalah peradangan lokal di sekitar
dan di bawah kuku, yang disebabkan oleh Candida
ketika tangan sering direndam dalam air (mis. Dalam
mesin pencuci piring dan pekerja pencuci baju).
 Kandidiasis mukokutan
Kandidiasis mukokutan melibatkan kulit dan mukosa oral
dan/atau vagina. Penyakit langka ini disebabkan oleh defisiensi
herediter atau didapat pada sistem imun inang atau
metabolisme. Kandidiasis mukokutan kronis adalah kondisi
langka yang terkait dengan defisiensi sel T.
 Kandidiasis sistemik atau dalam
Ini mungkin melibatkan saluran pernapasan bagian bawah dan
saluran kemih, dengan adany candidaemia (Candida dalam
darah); lokalisasi pada endokardium, meninges, tulang, ginjal
dan mata adalah umum. Hal ini rentan teradi pada pasien
transplantasi organ, operasi jantung, implantasi prostetik dan
terapi steroid atau imunosupresif dengan jangka panjang.
Jarangnya, infeksi superfisial merupakan penyebab penyakit
candida yang menyebar/sistemik.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 11
2.1.3 Streptococcus mutans
A. Taksonomi
Kingdom: Bacteria
Subkingdom: Posibacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Lactobacillales
Family: Streptococcaceae
Genus: Streptococcus
Species: Streptococcus mutans
B. Karakteristik
Berupa Gram-positif bulat atau kokus-oval yang berpasangan atau
dalam bentuk rantai, memiliki diameter 0,7-0,9 μm. Pembentukan
rantai paling baik terlihat pada kultur cair atau nanah. Hasil tes
Katalasenya negatif.
Streptococcus mutans menjadi terkenal pada 1960-an ketika
ditunjukkan bahwa karies dapat secara eksperimental diinduksi dan
ditransmisikan pada hewan dengan inokulasi oral dengan organisme.
Nama 'mutans' didapat dari hasil transisi yang sering dari fase coccal
ke fase coccobacillary. Saat ini, tujuh spesies berbeda streptokokus
mutans dari manusia dan hewan dan delapan serotipe (a-h) diakui,
berdasarkan spesifisitas antigenik karbohidrat dinding sel. Istilah
Streptokokus mutans terbatas pada isolat manusia yang termasuk
dalam tiga serotipe (c, e dan f).
C. Habitat dan Transmisi
Streptokokus merupakan proporsi besar dari flora normal rongga
mulut. Diketahui bahwa sekitar seperempat dari total flora yang dapat
dikultur dari plak supragingiva dan gingiva dan setengah isolat dari
lidah dan saliva adalah streptokokus. Mereka ditransmisikan secara
vertikal dari ibu ke anak. Endokarditis infektif yang disebabkan oleh
organisme ini (secara longgar disebut streptokokus viridans) umumnya
merupakan akibat dari masuknya mereka ke dalam aliran darah selama
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 12
prosedur bedah intraoral (mis. pencabutan gigi), dan kadang-kadang
bahkan selama menyikat gigi.
D. Kultur dan Identifikasi
Kokus gram positif dalam rantai; α-hemolitik; katalase-negatif.
Pertumbuhan tidak dihambat oleh empedu atau optochin (ethylhy-
drocupreine hydrochloride), berbeda dengan pneumokokus. Kit yang
tersedia secara komersial sangat berguna dalam identifikasi
laboratorium organisme ini.
E. Patogenisitas
Kelompok streptokokus mutans adalah agen utama karies gigi (tetapi
jika tidak ada faktor predisposisi, seperti sukrosa, mereka tidak dapat
menyebabkan karies). Mereka memiliki kemampuan karakteristik
untuk menghasilkan sejumlah besar polisakarida ekstraseluler yang
lengket, dengan adanya makanan yang mengandung karbohidrat; hal
ini membantu pengikatan yang kuat dari mereka terhdap enamel dan
satu sama lainnya. Mereka juga merupakan agen penting endokarditis
infektif, dan sekitar 60% kasus disebabkan oleh organisme ini.
Biasanya, bakteri yang dilepaskan selama prosedur gigi menetap pada
katup jantung yang rusak, menyebabkan endokarditis infektif.
2.1.4 Prevotella intermedia
A. Taksonomi
Kingdom: Bacteria
Phylum: Bacteroidetes
Class: Bacteroidea
Order: Bacteroidales
Family: Prevotellaceae
Genus: Prevotella
Species: P. Intermedia
B. Karakteristik
Adalah bakteri pathogen anaerob gram negative dan terlibat dalam
infeksi periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis dan sering
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 13
ditemukan pada gingivitis ulseratif nekrotik akut. Ini biasanya diisolasi
dari abses gigi, di mana anaerob obligat mendominasi.
C. Habitat dan Transmisi
Dominan dari semua spesies Prevotella tampaknya merupakan rongga
mulut manusia. Strain Prevotella intermedia lebih terkait dengan
penyakit periodontal, sedangkan Prevotella nigrescens lebih sering
diisolasi dari situs gingiva yang sehat.
D. Kultur dan Identifikasi
Batang yang tidak motil, pendek, berujung bulat, gram negatif, koloni
berwarna coklat kehitaman pada agar darah (saat berpigmen). Teknik
molekuler diperlukan untuk membedakan beberapa spesies.
E. Patogenisitas
Intermedia terkait erat dengan penyakit periodontal dan memiliki
sejumlah sifat virulensi yang ditunjukkan oleh P.gingivalis. Organisme
ini diklasifikasikan sebagai milik bakteri kompleks oranye yang terkait
dengan tahap perkembangan penyakit periodontal, dan mendahului
kedatangan kelompok bakteri kompleks merah. Patogenisitas spesies
terbagi lainnya menunggu klarifikasi. Spesies non pigmen oral seperti
Prevotella buccae, Prevotella oralis dan Prevotella dentalis diisolasi
pada kesempatan dari plak subgingiva yang sehat. Beberapa yang
terakhir dikaitkan dengan penyakit, dan peningkatan jumlah dan
proporsi selama penyakit periodontal.
2.1.5 Actinobacillus actinomycetemcomitans
A. Taksonomi
Kingdom: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Pasteurellales
Family: Pasteurellaceae
Genus: Aggregatibacter
Species: Aggregatibacter actinomycetemcomitans
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 14
B. Karakteristik
Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang sebelumnya disebut
Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan bakteri gram
negative yang tumbuh pelan. Bakteri tersebut dapat tumbuh soliter atau
berkoloni, tidak bergerak, bersifat anaerob fakultatif dan kapnofilik.
Aggregatibacter actinomycetemcomitans bisa berbentuk bulat, oval
atau batang, tetapi yang paling sering adalah bentuk kokobasil dengan
ukuran sekitar 0,7 x 1,0μ. Aggregatibacter actinomycetemcomitans
bisa tumbuh pada agar darah dan coklat yang kemudian membentuk
koloni setelah inkubasi selama 48-72 jam. Bakteri tersebut tumbuh
pada temperatur 37oC, tetapi juga bisa tumbuh pada temperatur 20-
42oC.
C. Habitat dan transmisi
Sesuai dengan namanya, bakteri tersebut sering ditemukan pada
penderita aktinomikosis. Selain itu juga menyebabkan penyakit
periodontal pada orang dewasa, endokarditis, abses, osteomielitis, dan
infeksi lainnya. Aggregatibacter actinomycetemcomitans bersifat
patogen oportunistik dan merupakan bagian flora normal yang
berkolonisasi di mukosa rongga mulut, gigi, dan orofaring.
D. Kultur dan Identifikasi
Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri kecil,
bergerak cepat, non-motil, gram negatif, tidak berkapsul, tumbuhnya
lambat, dan capnophilic, berbentuk batang dengan ujungnya bulat.
E. Patogenesis
A.actinomycetemcomitans pertumbuhannya lambat pada suhu 37ᵒC,
aerobik atau anaerobik, dalam media borth standar atau pada media
padat non-inhibitor yang tersedia terdapat suasana sekitar 5% karbon
dioksida. A.actinomycetemcomitans didalam media cair organisme ini
cenderung tumbuh dalam butiran kecil menempel pada dinding botol.
Pada agar, umumnya koloni terlihat setelah 24 jam dan mencapai
diameter sekitar 3mm setelah beberapa hari. Awalnya mulus, bundar
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 15
dan transparan lalu menjadi bergelombang, berbentuk bintang dan
mungkin melekat pada tepi agar.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 16
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan Laboratoris untuk Menegakkan Diagnosa Lesi Jaringan
Lunak
Pada hari selasa tanggal 20 februari mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muhamadiyah Semarang menjalankan
praktikum bakteri blok penyakit jaringan lunak, praktikum tersebut
dilaksanakan untuk mengetahui adanya bakteri, jamur, dan sitologi pada
rongga mulut. Praktikum dilakukan pada satu probandus menggunakan 3
teknik yaitu teknik swab jamur, swab bakteri, dan swab sitologi. Swab
jamur dilakukan pada dorsum lidah, swab bakteri pada permukaan gigi dan
swab sitologi pada mukosa bukal. dilakukan dengan mengerok
menggunakan stik es krim dan kapas.
Alat dan bahan yang digunakan berupa
1. Stik eskrim
2. Cotton bat
3. Masker
4. Handscoon
5. Preparat
6. Cover glass
Prosedur melakukan swap adalah dengan menyuruh pasien untuk
membuka mulutnya terlebih dahulu kemudian kita melakukan swap
dengan menggunakan stik es krim dan kapas pada daerah yang telah
ditentukan.
Gambar 1.1 alat dan bahan
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 17
3.1.1 Oral Mycological Smear
Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi
jamur pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini diawali dengan
melakukan swab pada mukosa mulut yang dicurigai, dengan menggunakan
cotton swab. Kemudian dengan cotton swab dan specimen yang didapat,
dilakukan streaking pada permukaan media Sabourad Dextroase Agar
(SDA) dalam cawan petri. Setelah itu cawan petri tersebut dimasukkan ke
dalam incubator selama 24-48 jam untuk membiakkan jamurnya. Sesudah
48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna putih kekuning-kuningan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan streaking lagi pada petri lain untuk
mengekstraksi Candida albicans akan membentuk klamidospora. Hasil
akhirnya adalah Candida albicans murni. Ada beberapa spesies Candida
yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu Candida albicans,
Candidastellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis,
Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guiliermondii.
3.1.2 Oral Bacteriological Smear
Bahan yang diperiksa diambil dari permukaan gigi, kemudian dioleskan di
atas slide specimen. Kemudian difiksasi di atas api nyala spiritus.
Berikutnya dituangi dengan pewarna carbol fuchsin, dibiarkan 10 menit
lalu dituangi dengan pewarna methylene blue, biarkan 10 menit.
3.1.3 Oral Cytological Smear
Sitopatologi eksfoliatif adalah cabang ilmu patologi yang mempelajari
morfologi sel terdeskuamasi baik yang normal maupun yang berubah
karena proses patologis. Eksfoliasi artifisial terjadi jika permukaan
mukosa dikerok dan sel-sel yang masih kontak dengan jaringan terambil
sebelum waktu deskuamasi fisiologisnya. Metodenya antara lain dengan
kerokan (scrap), sikatan (brush), dan usapan (swab). Pengerokan dapat
dilakukan secara tegas maupun halus, tergantung pada tempat yang akan
diambil sediaannya. Penyikatan dengan menggunakan cytobrush atau
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 18
dengan sikat gigi steril diketahui merupakan cara yang paling baik untuk
mengambil sel-sel mukosa oral.
Namun demikian, spatel untuk pengerokan masih dapat digunakan tetapi
membutuhkan pengambilan yang lebih banyak. 1,3,5 Saat ini sampel yang
diambil dari eksfoliasi mukosa oral tidak hanya bisa dilihat secara sitologis
dengan pewarnaan rutin, namun juga dapat diamati secara sitokimia,
imunositokimia, dan dapat digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan
DNA.
Satu kelompok terdiri dari 5-6 mahasiswa. Satu mahasiswa
menjadi probandus, sedangkan mahasiswa lainnya melakukan swap,
peneliti, dan fotografer. Kemudian setelah itu hasil ditaruh pada preparat
yang telah disediakan kemudian ditutup menggunakan cover glass,
kemudian hasil dikumpulkan lalu diperiksa dan dikasihkan pada bagian
laboratorium.
Gambar 1.2 swab pada mukosa bukal
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 19
Gambar 1.3 swab pada dorsum lidah
Gambar 1.4 swab pada permukaan gigi premolar 1
Gambar 1.5
Gambar 1.6 Pengamatan bakteri pada mikroskop
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 20
3.2 Hasil Pengamatan pada Mikroskop
Berikut adalah foto hasil pengamatan dari praktikum.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 21
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 22
BAB IV
KESIMPULAN
Terdapat flora normal pada setiap rongga mulut manusia. Bisa berupa
bakteri maupun jamur. Lokasinyapun bermacam-macam bisa terdapat padat
dorsum lidah, permukaan gigi maupun mukosa bukal pasien. Bakteri yang
terdapat pada rongga mulut sangat bervariasi mulai dari prophylomonas
gingivalis, Candida albicans.dll, streptococcus mutans. Bakteri flora normal
merupakan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia tanpa menimbulkan
penyakit pada kondisi normal dan biasanya merupakan kelompok bakteri aerob
namun ada juga yang anaerob .
Rongga mulut dan gigi merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi
iyang penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dengan menjaga
kesehatan mulut dan gigi kita tidak langsung mengurangi resiko terkena penyakit
yang menyangkut kesehatan tubuh dan kesehatan rongga mulut dan gigi.
Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan akibat kurangnya menjaga kebersihan
rongga mulut dan gigi antara lain seperti gingivitis,karies,dan periodontitis.
Bakteri yang adadi rongga mulut manusia sebenarnya tidaklah berbahaya jika
masih dalam batas normal. Kondisi mulut sangat mempengaruhi bakteri yang
hidupdi rongga mulut.Kondisi mulut yang sehat dapat memperkecil
keberadaan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada rongga mulut.
Laporan Pratikum BLOK 13 Penyakit Jaringan lunak Page 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Lakshman S. 2012. Essential Microbiology for Dentistry. 4th Ed. London:
Elsevier
2. Koss LG. 2005. Diagnostic Cytology and its Histopathologic Basis. 5th ed.
Philadelphia: JB Lippincott
3. Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi
Kedokteran, diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B.,
Mertaniasih, N. M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335,
362-363. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
4. Mehrotra R. 2012. The role of cytology in oral lesions: a review of recent
improvements. Diagn Cytopathol.(1):73-83

Laporan Praktikum Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Untuk Menegakkan Diagnosa Lesi Jaringan Lunak

  • 1.
    LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PENUNJANGLABORATORIUM UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA LESI JARINGAN LUNAK BLOK 13 PENYAKIT JARINGAN LUNAK Disusun Oleh Nabela Intania Sekarini J2A017014 Rika Widya Kartika J2A017016 Vina Widya Putri J2A017017 Hety Rahmawati J2A017018 Melinda Savira Ayudyawati J2A017022 Sahara Sa’adillah Isri J2A017026 Idzhar Qolby Fatichin J2A017050 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020
  • 2.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 2 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Blok 13 Penyakit Jaringan Lunak yang berjudul “PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA LESI JARINGAN LUNAK”. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Praktikum. Dalam laporan ini dibahas mengenai beberapa mikroflora yang ada di dalam rongga mulut, pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral Mycological Smear dan Oral Bakteriological Smear serta Oral Cytological Smear. Dengan selesainya laporan ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada drg. Ratna Sulistyorini, M.Si., Med. dan drg. Lisa Oktaviana Mayasari selaku Pembimbing Kegiatan Praktikum Blok 13 Penyakit Jaringan Lunak, teman-teman yang sudah memberi masukan baik langsung maupun tidak langsung, juga pihak- pihak yang menyediakan sumber yang telah kami satukan. Demikian laporan ini kami selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan disana-sini. Saran- saran serta kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain di waktu mendatang. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Semarang, 20 Februari 2020 Penyusun
  • 3.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR _________________________________________2 DAFTAR ISI _________________________________________________3 BAB I PENDAHULUAN _______________________________________4 1.1 Latar Belakang ..............................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................5 1.3 Tujuan ............................................................................................6 1.4 Manfaat ..........................................................................................6 BAB II DASAR TEORI ________________________________________7 2.1 Macam-Macam Mikroflora di dalam Rongga Mulut ..................7 2.1.1 Porphyromonas gingivalis .................................................7 2.1.2 Candida albicans................................................................8 2.1.3 Streptococcus mutans ........................................................11 2.1.4 Prevotella intermedia.........................................................12 2.1.5 Actinobacillus actinomycetemcomitans.............................13 BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ____________14 3.1 Pemeriksaan Laboratoris untuk Menegakkan Diagnosa Lesi Jaringan Lunak ` ................................................................................................................16 3.1.1 Oral Mycological Smear................................................................17 3.1.2 Oral Bacteriological Smear...........................................................17 3.1.3 Oral Cytological Smear.................................................................17 3.2 Hasil Pengamatan pada Mikroskop...................................................19 BAB IV KESIMPULAN _______________________________________ 22 DAFTAR PUSTAKA___________________________________________23
  • 4.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari kurang lebih 104 sel yang sebagian besar terdiri dari mikroorganisme yang disebut mikroflora normal. Keberadaan mikroflora dalam tubuh manusia bukan hanya sebagai hubungan yang pasif namun mereka juga memberikan kontribusi terhadap berbagai mekanisme yang terjadi dalam tubuh manusia. Rongga mulut manusia juga merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang mempunyai mikroflora normal. Rongga mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroflora yang ada pada rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan virus yang dapat ditemui dari waktu ke waktu. Mikroflora yang terdapat di rongga mulut tersebut bisa bermanfaat ataupun bisa menimbulkan penyakit/masalah. Rongga mulut manusia dihuni lebih dari 700 jenis mikroorganisme. Pada keadaan normal, mikroflora akan hidup berdampingan atau harmonis dengan hostnya. Kondisi normal mikroflora di dalam rongga mulut tersebut dapat berubah menjadi keadaan yang patogen yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan rongga mulut secara biologi yang disebabkan oleh faktor eksogenus (seperti konsumsi antibiotik atau makanan karbohidrat yang difermentasi) atau faktor endogenus (perubahan sistem imun). Mikroflora normal di rongga mulut antara lain: a. Gram positif yaitu Streptococci, Actinomyces, Lactobacillus, Eubacterium, Propionibacterium, Rothia, Bifidobacterium
  • 5.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 5 b. Gram negatif yaitu Neisseria, Veillonella, Actinobacillus, Porphyromonas, Prevotella, Fusobacteria, Haemophillus, Treponema, Eikenella c. Yeast yaitu Candida albicans, Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida krusei, Candida guilliermonax, Candida parapsilosis. Untuk mengetahui jenis bakteri terhadap suatu penyakit terutama di oral maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan fisik pada penderita. Spesimen yang diperoleh dari pasien akan mengalami berbagai macam pemeriksaan mikroskopik, biokimia, mikrobiologi maupun imunofluorosensi. Dengan semakin bervariasinya kelainan jaringan lunak mulut, maka diperlukan informasi tambahan dari pemeriksaan laboratorium untuk menentukan diagnosis lesi. Terdapat beberapa macam pemeriksaan mikrobiologi yaitu oral mycological smear dan bacteriological smear. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya antara lain sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Mycological Smear? 2. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Mycological Smear? 3. Apa saja mikroflora jamur yang ada di dalam rongga mulut? 4. Jelaskan mengenai apa saja berkaitan dengan mikroflora jamur tersebut yang ada di dalam rongga mulut! 5. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Bakteriological Smear? 6. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Bakteriological Smear? 7. Jelaskan mengenai apa saja berkaitan dengan microflora bakteri tersebut yang ada di dalam rongga mulut! 8. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Oral Cytological Smear? 9. Bagaimana tahapan pemeriksaan Oral Cytological Smear?
  • 6.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 6 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Mycological Smear. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jamur secara langsung. 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Bakteriological Smear. 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bakteri secara langsung. 5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Oral Cytological Smear. 6. Mahasiswa mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan. 1.4 Manfaat Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menambah wawasan. 2. Untuk mengetahui hal-hal mengenai beberapa mikroflora yang ada di dalam rongga mulut, pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral Mycological Smear dan Oral Bakteriological Smear serta Oral Cytological Smear. 3. Untuk memperkaya penulisan dalam bidang Kedokteran/Kesehatan khususnya mengenai beberapa mikroflora yang ada di dalam rongga mulut, pemeriksaan mikrobiologi berupa Oral Mycological Smear dan Oral Bakteriological Smear serta Oral Cytological Smear. 4. Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan laporan kedepannya yang lebih luas dan mendalam.
  • 7.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 7 BAB II DASAR TEORI 2.1 Macam-Macam Mikroflora di dalam Rongga Mulut 2.1.1 Porphyromonas gingivalis A. Taksonomi Kingdom: Bacteria Subkingdom: Negibacteria Phylum: Bacteroidetes Class: Bacteroidia Order: Bacteroidales Family: Porphyromonadaceae Genus: Porphyromonas Species: Porphyromonas gingivalis B. Karakteristik Coccobacilli Gram-negatif, Anaerob obligat/strict, pleomorfik, non- motil, pendek, asaccharolytic, membutuhkan vitamin K dan haemin untuk pertumbuhan. C. Habitat dan Transmisi Ditemukan hampir hanya di area subgingiva, terutama pada penyakit periodontal lanjut: dianggap sebagai salah satu patogen periodontal yang utama. P. gingivalis, T. forsythia dan Treponema denticola dianggap sebagai tiga agen bakteri 'kompleks merah' yang hampir selalu dikaitkan dengan penyakit periodontal. P. gingivalis kadang- kadang ditemukan pada lidah dan tonsil. D. Kultur dan Identifikasi Tumbuh secara anaerob, dengan pigmentasi gelap, pada media yang mengandung darah yang lisis; di identifikasi oleh karakteristik biokimia menggunakan kit yang tersedia secara komersial (mis. AnIdent); Probe DNA dan molekuler sekarang digunakan untuk mengidentifikasi organisme ini langsung dari sampel plak.
  • 8.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 8 E. Patogenisitas Merupakan patogen periodontal yang agresif pada manusia dan hewan (mis. Kelinci, monyet, anjing beagle); fimbriae yang dimilikinya memediasi adhesi dan kapsulnya mempertahankannya terhadap fagositosis. Menghasilkan berbagai faktor virulensi termasuk kolagenase, endotoksin, fibrinolysin, fosfolipase A, banyak protease yang menghancurkan imunoglobulin, gingipain, faktor penghambat fibroblast, komplemen dan protein haemsequestering, serta haemolysin. 2.1.2 Candida albicans A. Taksonomi Kingdom: Fungi Subkingdom: Dikarya Division: Ascomycota Subdivision: Saccharomycotina Class: Saccharomycetes Subclass: Saccharomycetidae Order: Saccharomycetales Genus: Candida Species: Candida albicans B. Karakteristik C. albicans biasanya tumbuh sebagai sel ragi yang berbentuk bulat sampai oval berukuran 3-5 × 5–10 μm. Sel-sel fase ragi ini juga disebut blastospora, tetapi tidak boleh disamakan dengan spora bakteri. Pseudohyphae (sel filamen memanjang bergabung ujung ke ujung) terlihat, terutama pada suhu inkubasi yang lebih rendah dan pada media yang miskin nutrisi. C. Habitat dan Transmisi C. albicans berasal dari rongga mulut, saluran pencernaan, saluran genital wanita dan kadang-kadang kulit; karenanya, infeksi biasanya
  • 9.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 9 bersifat endogen, walaupun infeksi silang dapat terjadi, mis. dari ibu ke bayi, dan di antara bayi yang sedang di kandung. D. Kultur dan Identifikasi Pertumbuhan pada media kultur Sabouraud tampak sebagai koloni putih krem, datar atau berbentuk setengah lingkaran dengan aroma seperti bir. C. albicans dan C. dubliniensis dapat dibedakan dari spesies Candida lainnya dengan kemampuannya menghasilkan tabung kuman dan klamidospora:  Ketika sel-sel ragi diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37°C dalam serum, C. albicans dan C. dubliniensis membentuk tabung kuman (hifa baru jadi), sedangkan spesies Candida lainnya tidak.  C. albicans dan C. dubliniensis membentuk struktur bundar, berdinding tebal, dan disebut chlamydospores ketika diinkubasi pada suhu 22-25°C dengan penurunan oksigen dan pada media yang miskin nutrisi (mis. Agar tepung jagung). Namun, identifikasi definitif spesies dilakukan atas dasar asimilasi karbohidrat (metabolisme aerob) dan reaksi fermentasi (metabolisme anaerob) dan tes biokimia lainnya. Diagnostik rantai reaksi polimerase (PCR) harus segera menggantikan metodologi ini di laboratorium diagnostik, terutama karena kecepatannya. E. Patogenisitas Spesies Candida jarang menyebabkan penyakit dengan tidak adanya faktor predisposisi, sejumlah besar telah diidentifikasi, baik untuk kandidiasis superfisial dan sistemik.  Kandidiasis superfisial a) Infeksi mukosa: lesi mukosa khas Candida adalah sariawan. Secara klinis tampak pseudomembran putih pada mukosa bukal dan vagina, yang dapat dengan mudah dihilangkan dengan menyeka. Manifestasi oral lainnya termasuk eritematosa dan hiperplastik varian. Vulvovaginitis kandida sering terjadi pada wanita yang
  • 10.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 10 menggunakan kontrasepsi oral dan disertai dengan keluarnya cairan yang tebal dan berbau ragi, gatal pada vagina dan rasa tidak nyaman. b) Infeksi kulit terlihat terutama pada permukaan yang hangat dan lembab. Candida intertrigo terdiri dari pustula vesikular yang membesar, pecah dan menyebabkan fisura, dan terutama terlihat pada obesitas. c) Ruam popok pada anak-anak dapat disebabkan oleh C. albicans yang berasal dari saluran pencernaan bagian bawah. Macula bersisik atau vesikel, terkait dengan rasa terbakar dan pruritus, sering terjadi pada ruam popok. d) Candidal paronychia adalah peradangan lokal di sekitar dan di bawah kuku, yang disebabkan oleh Candida ketika tangan sering direndam dalam air (mis. Dalam mesin pencuci piring dan pekerja pencuci baju).  Kandidiasis mukokutan Kandidiasis mukokutan melibatkan kulit dan mukosa oral dan/atau vagina. Penyakit langka ini disebabkan oleh defisiensi herediter atau didapat pada sistem imun inang atau metabolisme. Kandidiasis mukokutan kronis adalah kondisi langka yang terkait dengan defisiensi sel T.  Kandidiasis sistemik atau dalam Ini mungkin melibatkan saluran pernapasan bagian bawah dan saluran kemih, dengan adany candidaemia (Candida dalam darah); lokalisasi pada endokardium, meninges, tulang, ginjal dan mata adalah umum. Hal ini rentan teradi pada pasien transplantasi organ, operasi jantung, implantasi prostetik dan terapi steroid atau imunosupresif dengan jangka panjang. Jarangnya, infeksi superfisial merupakan penyebab penyakit candida yang menyebar/sistemik.
  • 11.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 11 2.1.3 Streptococcus mutans A. Taksonomi Kingdom: Bacteria Subkingdom: Posibacteria Phylum: Firmicutes Class: Bacilli Order: Lactobacillales Family: Streptococcaceae Genus: Streptococcus Species: Streptococcus mutans B. Karakteristik Berupa Gram-positif bulat atau kokus-oval yang berpasangan atau dalam bentuk rantai, memiliki diameter 0,7-0,9 μm. Pembentukan rantai paling baik terlihat pada kultur cair atau nanah. Hasil tes Katalasenya negatif. Streptococcus mutans menjadi terkenal pada 1960-an ketika ditunjukkan bahwa karies dapat secara eksperimental diinduksi dan ditransmisikan pada hewan dengan inokulasi oral dengan organisme. Nama 'mutans' didapat dari hasil transisi yang sering dari fase coccal ke fase coccobacillary. Saat ini, tujuh spesies berbeda streptokokus mutans dari manusia dan hewan dan delapan serotipe (a-h) diakui, berdasarkan spesifisitas antigenik karbohidrat dinding sel. Istilah Streptokokus mutans terbatas pada isolat manusia yang termasuk dalam tiga serotipe (c, e dan f). C. Habitat dan Transmisi Streptokokus merupakan proporsi besar dari flora normal rongga mulut. Diketahui bahwa sekitar seperempat dari total flora yang dapat dikultur dari plak supragingiva dan gingiva dan setengah isolat dari lidah dan saliva adalah streptokokus. Mereka ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak. Endokarditis infektif yang disebabkan oleh organisme ini (secara longgar disebut streptokokus viridans) umumnya merupakan akibat dari masuknya mereka ke dalam aliran darah selama
  • 12.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 12 prosedur bedah intraoral (mis. pencabutan gigi), dan kadang-kadang bahkan selama menyikat gigi. D. Kultur dan Identifikasi Kokus gram positif dalam rantai; α-hemolitik; katalase-negatif. Pertumbuhan tidak dihambat oleh empedu atau optochin (ethylhy- drocupreine hydrochloride), berbeda dengan pneumokokus. Kit yang tersedia secara komersial sangat berguna dalam identifikasi laboratorium organisme ini. E. Patogenisitas Kelompok streptokokus mutans adalah agen utama karies gigi (tetapi jika tidak ada faktor predisposisi, seperti sukrosa, mereka tidak dapat menyebabkan karies). Mereka memiliki kemampuan karakteristik untuk menghasilkan sejumlah besar polisakarida ekstraseluler yang lengket, dengan adanya makanan yang mengandung karbohidrat; hal ini membantu pengikatan yang kuat dari mereka terhdap enamel dan satu sama lainnya. Mereka juga merupakan agen penting endokarditis infektif, dan sekitar 60% kasus disebabkan oleh organisme ini. Biasanya, bakteri yang dilepaskan selama prosedur gigi menetap pada katup jantung yang rusak, menyebabkan endokarditis infektif. 2.1.4 Prevotella intermedia A. Taksonomi Kingdom: Bacteria Phylum: Bacteroidetes Class: Bacteroidea Order: Bacteroidales Family: Prevotellaceae Genus: Prevotella Species: P. Intermedia B. Karakteristik Adalah bakteri pathogen anaerob gram negative dan terlibat dalam infeksi periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis dan sering
  • 13.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 13 ditemukan pada gingivitis ulseratif nekrotik akut. Ini biasanya diisolasi dari abses gigi, di mana anaerob obligat mendominasi. C. Habitat dan Transmisi Dominan dari semua spesies Prevotella tampaknya merupakan rongga mulut manusia. Strain Prevotella intermedia lebih terkait dengan penyakit periodontal, sedangkan Prevotella nigrescens lebih sering diisolasi dari situs gingiva yang sehat. D. Kultur dan Identifikasi Batang yang tidak motil, pendek, berujung bulat, gram negatif, koloni berwarna coklat kehitaman pada agar darah (saat berpigmen). Teknik molekuler diperlukan untuk membedakan beberapa spesies. E. Patogenisitas Intermedia terkait erat dengan penyakit periodontal dan memiliki sejumlah sifat virulensi yang ditunjukkan oleh P.gingivalis. Organisme ini diklasifikasikan sebagai milik bakteri kompleks oranye yang terkait dengan tahap perkembangan penyakit periodontal, dan mendahului kedatangan kelompok bakteri kompleks merah. Patogenisitas spesies terbagi lainnya menunggu klarifikasi. Spesies non pigmen oral seperti Prevotella buccae, Prevotella oralis dan Prevotella dentalis diisolasi pada kesempatan dari plak subgingiva yang sehat. Beberapa yang terakhir dikaitkan dengan penyakit, dan peningkatan jumlah dan proporsi selama penyakit periodontal. 2.1.5 Actinobacillus actinomycetemcomitans A. Taksonomi Kingdom: Bacteria Phylum: Proteobacteria Class: Gammaproteobacteria Order: Pasteurellales Family: Pasteurellaceae Genus: Aggregatibacter Species: Aggregatibacter actinomycetemcomitans
  • 14.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 14 B. Karakteristik Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang sebelumnya disebut Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan bakteri gram negative yang tumbuh pelan. Bakteri tersebut dapat tumbuh soliter atau berkoloni, tidak bergerak, bersifat anaerob fakultatif dan kapnofilik. Aggregatibacter actinomycetemcomitans bisa berbentuk bulat, oval atau batang, tetapi yang paling sering adalah bentuk kokobasil dengan ukuran sekitar 0,7 x 1,0μ. Aggregatibacter actinomycetemcomitans bisa tumbuh pada agar darah dan coklat yang kemudian membentuk koloni setelah inkubasi selama 48-72 jam. Bakteri tersebut tumbuh pada temperatur 37oC, tetapi juga bisa tumbuh pada temperatur 20- 42oC. C. Habitat dan transmisi Sesuai dengan namanya, bakteri tersebut sering ditemukan pada penderita aktinomikosis. Selain itu juga menyebabkan penyakit periodontal pada orang dewasa, endokarditis, abses, osteomielitis, dan infeksi lainnya. Aggregatibacter actinomycetemcomitans bersifat patogen oportunistik dan merupakan bagian flora normal yang berkolonisasi di mukosa rongga mulut, gigi, dan orofaring. D. Kultur dan Identifikasi Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri kecil, bergerak cepat, non-motil, gram negatif, tidak berkapsul, tumbuhnya lambat, dan capnophilic, berbentuk batang dengan ujungnya bulat. E. Patogenesis A.actinomycetemcomitans pertumbuhannya lambat pada suhu 37ᵒC, aerobik atau anaerobik, dalam media borth standar atau pada media padat non-inhibitor yang tersedia terdapat suasana sekitar 5% karbon dioksida. A.actinomycetemcomitans didalam media cair organisme ini cenderung tumbuh dalam butiran kecil menempel pada dinding botol. Pada agar, umumnya koloni terlihat setelah 24 jam dan mencapai diameter sekitar 3mm setelah beberapa hari. Awalnya mulus, bundar
  • 15.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 15 dan transparan lalu menjadi bergelombang, berbentuk bintang dan mungkin melekat pada tepi agar.
  • 16.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 16 BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemeriksaan Laboratoris untuk Menegakkan Diagnosa Lesi Jaringan Lunak Pada hari selasa tanggal 20 februari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhamadiyah Semarang menjalankan praktikum bakteri blok penyakit jaringan lunak, praktikum tersebut dilaksanakan untuk mengetahui adanya bakteri, jamur, dan sitologi pada rongga mulut. Praktikum dilakukan pada satu probandus menggunakan 3 teknik yaitu teknik swab jamur, swab bakteri, dan swab sitologi. Swab jamur dilakukan pada dorsum lidah, swab bakteri pada permukaan gigi dan swab sitologi pada mukosa bukal. dilakukan dengan mengerok menggunakan stik es krim dan kapas. Alat dan bahan yang digunakan berupa 1. Stik eskrim 2. Cotton bat 3. Masker 4. Handscoon 5. Preparat 6. Cover glass Prosedur melakukan swap adalah dengan menyuruh pasien untuk membuka mulutnya terlebih dahulu kemudian kita melakukan swap dengan menggunakan stik es krim dan kapas pada daerah yang telah ditentukan. Gambar 1.1 alat dan bahan
  • 17.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 17 3.1.1 Oral Mycological Smear Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi jamur pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini diawali dengan melakukan swab pada mukosa mulut yang dicurigai, dengan menggunakan cotton swab. Kemudian dengan cotton swab dan specimen yang didapat, dilakukan streaking pada permukaan media Sabourad Dextroase Agar (SDA) dalam cawan petri. Setelah itu cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam incubator selama 24-48 jam untuk membiakkan jamurnya. Sesudah 48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna putih kekuning-kuningan. Langkah selanjutnya adalah melakukan streaking lagi pada petri lain untuk mengekstraksi Candida albicans akan membentuk klamidospora. Hasil akhirnya adalah Candida albicans murni. Ada beberapa spesies Candida yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu Candida albicans, Candidastellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida guiliermondii. 3.1.2 Oral Bacteriological Smear Bahan yang diperiksa diambil dari permukaan gigi, kemudian dioleskan di atas slide specimen. Kemudian difiksasi di atas api nyala spiritus. Berikutnya dituangi dengan pewarna carbol fuchsin, dibiarkan 10 menit lalu dituangi dengan pewarna methylene blue, biarkan 10 menit. 3.1.3 Oral Cytological Smear Sitopatologi eksfoliatif adalah cabang ilmu patologi yang mempelajari morfologi sel terdeskuamasi baik yang normal maupun yang berubah karena proses patologis. Eksfoliasi artifisial terjadi jika permukaan mukosa dikerok dan sel-sel yang masih kontak dengan jaringan terambil sebelum waktu deskuamasi fisiologisnya. Metodenya antara lain dengan kerokan (scrap), sikatan (brush), dan usapan (swab). Pengerokan dapat dilakukan secara tegas maupun halus, tergantung pada tempat yang akan diambil sediaannya. Penyikatan dengan menggunakan cytobrush atau
  • 18.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 18 dengan sikat gigi steril diketahui merupakan cara yang paling baik untuk mengambil sel-sel mukosa oral. Namun demikian, spatel untuk pengerokan masih dapat digunakan tetapi membutuhkan pengambilan yang lebih banyak. 1,3,5 Saat ini sampel yang diambil dari eksfoliasi mukosa oral tidak hanya bisa dilihat secara sitologis dengan pewarnaan rutin, namun juga dapat diamati secara sitokimia, imunositokimia, dan dapat digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan DNA. Satu kelompok terdiri dari 5-6 mahasiswa. Satu mahasiswa menjadi probandus, sedangkan mahasiswa lainnya melakukan swap, peneliti, dan fotografer. Kemudian setelah itu hasil ditaruh pada preparat yang telah disediakan kemudian ditutup menggunakan cover glass, kemudian hasil dikumpulkan lalu diperiksa dan dikasihkan pada bagian laboratorium. Gambar 1.2 swab pada mukosa bukal
  • 19.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 19 Gambar 1.3 swab pada dorsum lidah Gambar 1.4 swab pada permukaan gigi premolar 1 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Pengamatan bakteri pada mikroskop
  • 20.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 20 3.2 Hasil Pengamatan pada Mikroskop Berikut adalah foto hasil pengamatan dari praktikum.
  • 21.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 21
  • 22.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 22 BAB IV KESIMPULAN Terdapat flora normal pada setiap rongga mulut manusia. Bisa berupa bakteri maupun jamur. Lokasinyapun bermacam-macam bisa terdapat padat dorsum lidah, permukaan gigi maupun mukosa bukal pasien. Bakteri yang terdapat pada rongga mulut sangat bervariasi mulai dari prophylomonas gingivalis, Candida albicans.dll, streptococcus mutans. Bakteri flora normal merupakan mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit pada kondisi normal dan biasanya merupakan kelompok bakteri aerob namun ada juga yang anaerob . Rongga mulut dan gigi merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi iyang penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dengan menjaga kesehatan mulut dan gigi kita tidak langsung mengurangi resiko terkena penyakit yang menyangkut kesehatan tubuh dan kesehatan rongga mulut dan gigi. Beberapa penyakit yang biasa ditimbulkan akibat kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi antara lain seperti gingivitis,karies,dan periodontitis. Bakteri yang adadi rongga mulut manusia sebenarnya tidaklah berbahaya jika masih dalam batas normal. Kondisi mulut sangat mempengaruhi bakteri yang hidupdi rongga mulut.Kondisi mulut yang sehat dapat memperkecil keberadaan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada rongga mulut.
  • 23.
    Laporan Pratikum BLOK13 Penyakit Jaringan lunak Page 23 DAFTAR PUSTAKA 1. Lakshman S. 2012. Essential Microbiology for Dentistry. 4th Ed. London: Elsevier 2. Koss LG. 2005. Diagnostic Cytology and its Histopathologic Basis. 5th ed. Philadelphia: JB Lippincott 3. Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363. Jakarta : Penerbit Salemba Medika 4. Mehrotra R. 2012. The role of cytology in oral lesions: a review of recent improvements. Diagn Cytopathol.(1):73-83