4. PENENTUAN DAUR 
A. Pengertian Daur 
Daur ialah jangka pembentukan kayu dan waktu yang diperlukan untuk sehingga 
pohon tersebut dapat ditebang. Daur merupakan factor pertama yang mempengaruhi hasil. 
Pada kondisi system tebang habis penentuan daur dapat secara tepat dan waktu yang jelas. 
Sedangkan pada system yang lain seperti tebang pilih daur biasanya disebut dengan istilah 
siklus tebang, dalam hal ini merupakan umur rata-rata dari pohon yang telah mencapai suatu 
diameter tertentu bagi suatu objek manajemen (Jerram, 1935). 
A. Faktor - faktor yang mempengaruhi Daur 
Ada 2 faktor yang mempengaruhi daur yaitu factor phisik dan factor finansial. Yang 
pertama ialah produk apa yang diinginkan atau dapat dijual dengan baik (dalam kaitan 
pemasaran atau permintaan), dan yang kedua tentang produktivitas hutan, atau apa yang 
dapat ditumbuhkan (penawaran). Secara jelas memang masalah biaya dan pendapatan juga 
masuk dalam kedua factor tersebut. Kedua factor tersebut harus diintegrasikan dan 
penentuan daur berkaitan dengan tujuan manajemen. Walaupun memang pada akhirnya 
penentuan final tentang daur merupakan keputusan politik/ kebijakan. 
Faktor Phisik 
Yang meliputi nilai produk dan factor hutannya itu sendiri. Dalam hal ini nilai 
produk dapat dikatakan bahwa karena tujuan budidaya hutan ialah untuk memanfaatkan 
kayu, jadi ukuran dan kualitas dari kayu merupakan hal yang sangat penting dalam 
menentukan panjang daur. Apakah produknya untuk kayu bakar, kayu pulp, atau kayu 
pertukangan. 
Penggunaan kayu untuk kayu pertukangan jelas membutuhkan ukuran tertentu, 
misalnya minimal kayu harus mempunyai diameter sebesar 35 cm. Maka untuk ini, daur 
ditentukan berapa lama jenis pohon tersebut pada tempat tumbuh tertentu dapat mencapai 
diameter tersebut. 
Demikian juga bila pohon yang akan kita tanam merupakan jenis yang akan 
dimanfaatkan untuk kayu pulp, maka diameter minimal untuk kayu pulp itu berapa? Jadi 
disini tujuan manajemen dalam menanam pohon perlu diperhatikan. 
Pada manajemen hutan seumur, panjangnya daur harus ditentukan untuk jenis pohon 
utama, sedang jenis pohon yang lain mengikuti bagaimana baiknya. 
B. Macam-macam Daur 
Beberapa macam daur dalam hal ini dikenal adanya : 1).Daur fisik; 2).Daur 
Silvikultur; 3).Daur tekhnik; 4).daur volume produksi maksimal; 5).Daur pendapatan 
tertinggi (Maksimal); dan 6).Daur finansial atau Daur ekonomis. 
Pengertian dan penjelasan keenam macam daur akan diuraikan secara lebih 
gamblang berikut ini. 
1) Daur Fisik
Daur fisik ialah daur yang berimpit dengan umur atau kematian alami dari suatu jenis 
pohon untuk kondisi tempat tumbuh tertentu. Menurut Simon (1993) daur ini dapat 
ditetapkan sama dengan umur pada waktu pohon masih dapat menghasilkan biji yang dapat 
tumbuh dengan baik, jadi dalam hal ini daur fisik tidak mempengaruhi nilai ekonomi dari 
suatu tegakan hutan. Sehingga daur fisik tidak mempunyai nilai praktis untuk menentukan 
kapan suatu tegakan hutan dapat ditebang/ dipanen karena sudah mencapai umur daurnya. 
2) Daur Silvikultur 
Merupakan daur dalam rangka permudaan alami. Dalam hal ini merupakan umur 
tegakan yang mulai menghasilkan biji untuk permudaan alami, biasanya jauh sebelum umur 
alami tegakan itu sendiri atau dapat juga sebelum titik tertinggi dari volume produksi 
kayunya. 
3) Daur Teknik 
Ialah umur dari tegakan dari mulai ditanam sampai pada ukuran tertentu untuk dapat 
dipanen sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud ini misalnya 
tujuan untuk kayu pulp, kayu bakar atau kayu pertukangan. Sehingga daur teknis dari suatu 
tegakan hutan dapat pendek atau lama. Misalnya daur untuk produksi kayu pulp dapat 6 atau 
8 tahun, sedangkan daur teknis untuk kayu jati bila tujuannya untuk kayu pertukangan dapat 
mencapai 40 s/d 100 tahun. 
4) Daur Volume produksi maksimal 
Daur volume produksi maksimal merupakan umur suatu tegakan dimana diperoleh 
kayu dengan volume yang terbesar. Dengan ditebang pada volume yang maksimal dari suatu 
tegakan maka akan diperoleh pula pendapatan yang maksimal. Dalam menentukan daur ini 
maka diperlukan data tentang riap, yang dalam hal ini ialah riap tahunan berjalan (Current 
Annual Increment) dan riap tahunan rata-rata (Mean Annual Increment), sehingga 
rimbawan menyebutnya CAI dan MAI. 
Daur volume produksi maksimal produksi maksimal ditentukan pada waktu kurva 
CAI dan MAI saling berimpitan atau dengan kata lain apabila CAI =MAI. Kurva MAI akan 
berpotongan dengan kurva CAI pada waktu CAI menurun dan MAI maksimal. Pada umur 
muda kurva CAI > MAI dan setelah berpotongan kurva MAI > CAI. 
Secara grafis daur volume produksi maksimal dapat dilihat pada gambar berikut ini. 
Pada gambar 2 tersebut maka daur tersebut dengan volume produksi maksimal ditentukan 
pada umur t*, pada umur ini maka akan diperoleh produksi yang maksimal dari tegakan 
hutan tersebut. 
t* Max 
Volume (M3) 
MAI 
CAI 
Umur
0 
Gambar 4.1 Kurva CAI dan MAI dari suatu tegakan hutan 
5) Daur Pendapatan yang tertinggi 
Yang dimaksud dengan daur pendapatan tertinggi ialah jangka waktu yang 
diperlukan sejak penanaman pohon sampai tegakan tersebut dapat dipanen dengan 
memperoleh pendapatan maksimal.penentuan daur ini dengan sendirinya akan sama dengan 
daur atas dasar volume produksi maksimal, bedanya ialah dalam menentukan daur ini 
parameternya ialah hasil uang yang diperoleh. Pendapatan maksimal akan dapat diwujudkan 
bila volume produksinya maksimal juga. Secara matematis: 
Pendapatan = Volume x Harga 
Bila volume maksimal maka pendapatannyapun maksimal. 
6) Daur Finansial 
Daur finansial sering disebut sebagai daur yang dihitung berdasarkan perhitungan 
nilai harapan lahan. Suatu konsep yang dikenalkan oleh FAUSTMANN (1849), seorang 
pakar kehutanan dari Jerman. Sampai sekarang rumus Faustmann masih relevan walaupun 
sudah lebih dari 100 tahun dikenalkan dalam dunia kehutanan. 
e 
i 
r t r 
Y + T + i - C + 
i 
(1 ) (1 ) 
r t - 
Sev r 
i 
+ - 
= 
- 
(1 ) 1 
Dimana: 
Sev = Soil expectation value, nilai harapan lahan 
Y = Hasil tebangan akhir daur 
Tt = Nilai bersih hasil penjarangan pada tahun ke-t 
e = Biaya tahunan 
r = Daur 
i = Tingkat bunga 
t = Tahun kegiatan 
Daur finansial ditentukan pada waktu nilai harapan lahannya mencapai nilai yang 
maksimal. Terlihat dari rumus diatas tingkat bunga (i), sangat mempengaruhi panjang 
pendeknya daur yang ditetapkan. Bagaimana pengaruh tingkat bunga terhadap panjang 
pendeknya daur finansial akan diuraikan lebih lanjut pada butir C, yaiu teladan perhitungan 
menentukan daur finansial.
B. Menentukan Daur atas dasar volume produksi maksimal 
Volume maksimal suatu tegakan dicirikan pada waktu nilai riap rata-rata tahunan 
(MAI) maksimal, pada waktu itulah daur atas dasar volume produksi maksimal. MAI 
maksimal berpotongan dengan kurva CAI yang sedang menurun, jadi dapat dikatakan juga 
daur volume produksi maksimal atau sering disebut sebagai daur biologis ialah pada saat 
CAI = MAI. 
Sebagai contoh, data tabel tegakan Pinus merkusii Jung et deVries yang dikutip dari 
Vademicum kehutanan akan diguna untuk menjadi ilustrasi perhitungan menentukan 
panjang daur berdasarkan volume produksi maksimal. 
Tabel 4.1 Data modifikasi Tabel tegakan Pinus merkusii 
Bonita/ 
Umur 
Peninggi 
(M) 
Jml 
Pohon/ 
Ha 
Bidang 
dasar/ 
Ha 
(M2) 
Volume 
kayu 
total 
(M3) 
MAI 
(m3/Ha) 
CAI 
(M3/Ha) 
III 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
6,1 
13,1 
19,1 
25,0 
29,4 
32,6 
34,8 
1170 
605 
410 
310 
240 
200 
180 
4,0 
18,7 
22,9 
25,5 
27,4 
28,7 
29,6 
25 
105 
219 
328 
405 
461 
505 
5,2 
10,5 
14,6 
16,4* 
16,2 
15,4 
14,4 
- 
15,8 
22,8 
21,8 
15,4 
10,6 
8,8 
VI 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
10,4 
20,2 
27,7 
34,3 
38,8 
42,6 
45,4 
740 
400 
250 
175 
130 
100 
85 
13,4 
23,3 
27,0 
29,3 
31,0 
32,3 
33,2 
71 
143 
330 
407 
454 
485 
505 
14,2 
14,2 
22,0* 
20,3 
18,2 
16,2 
14,4 
- 
14,4 
37,4 
15,4 
9,4 
6,2 
4,0 
Keterangan * = maksimal 
Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel 3.1, dimana tercantum data MAI dan 
CAI yaitu pada kolom 6 dan 7, maka daur untuk tegakan Pinus merkusii pada Bonita III 
ialah pada umur 20 tahun, disini terlihat MAI-nya sebesar 16,4 M3/Ha, sedangkan tegakan 
Pinus merkusii yang berbonita VI daur berdasarkan volume produksi maksimal ialah pada 
umur 15 tahun (MAI-nya maksimal dengan nilai 22,0 M3/Ha). 
Data tersebut diatas juga menunjukan bahwa dengan makin suburnya tanah yang 
ditumbuhi oleh tegakan maka daurnya menjadi lebih pendek, dari contoh diatas bergeser 
dari daur 20 tahun menjadi daur 15 tahun. 
Penentuan daur berdasarkan volume produksi maksimal walaupun tidak termasuk 
dalam kategori daur finansial pada dasarnya mempertimbangkan secara ekonomis, karena 
dalam konsep ini bila volume maksimal maka akan diperoleh pendapatan yang maksimal 
juga. Seperti telah diketahui oleh semua orang bahwa pendapatan total atau TR merupakan 
fungsi dari harga dan jumlah produksi. Jadi dengan produksi yang besar maka dengan 
sendirinya pendapatannya juga besar.
C. Contoh Perhitungan Daur Finansial 
Berikut ini akan dijelaskan tentang perhitungan menentukan dayr ekonomis atau 
finansial. Dalam hal ini dikenal adanya dua cara yaitu berdasarkan apa yang disebut dengan 
“Forest Rent” atau “Sewa Hutan” dan penentuan daur atas dasar “Nilai Harapan Lahan” 
yang sering dikenal dengan “Land Expectation Value” (SEV). Apalah arti sebuah nama, 
metode yang kedua ini dikenalkan oleh ahli kehutanan Jerman pada tahun 1849 yaitu 
FAUSTMANN, sehingga rumus yang digunakan dikenal sebagai rumus FAUSTMANN. 
1. Sewa Hutan (Forest Rent) 
Penentuan daur berdasar rente hutan merupakan metode yang sebenarnya tidak ada 
pertimbangan ekonomi, hanya saja metode ini sudah dikenal lama maka sudah menjadi 
dogma bahwa metode ini merupakan perhitungan daur atas dasar finansial. 
Dalam metode ini belum dikenalkan adanya tingkat bunga (i), yang digunakan untuk 
meng-kompon atau men-diskon suatu biaya atau pendapatan. Ini berbeda dengan pendekatan 
perhitungan daur yang dikenalkan oleh Faustmann, yaitu yang dikenal dengan Nilai Harapan 
Lahan. 
Berikut ini diberikan suatu teladan perhitungan, menentukan daur atas dasar Rente 
Hutan. Misalkan diketahui bahwa: 
Biaya tanam perAcre = $ 14,00 
Biaya tahunan perAcre = $ 1,30 
Tabel hasil uang yang cocok dengan kondisi hutan ini ialah sebagai berikut: 
Tabel 4.2 tabel hasil uang tegakan seumur pinus (sumber: Davis, 1966) 
Umur 
Tegakan 
(th) 
Nilai tegakan perAcre Untuk beberapa “Site 
Index” 
70 
($) 
80 
($) 
90 
($) 
100 
($) 
110 
($) 
120 
($) 
20 
30 
40 
50 
60 
70 
80 
3 
34 
162 
272 
325 
369 
405 
8 
70 
268 
411 
484 
543 
591 
14 
119 
384 
567 
657 
735 
801 
22 
174 
510 
721 
834 
918 
993 
32 
237 
628 
881 
1003 
1107 
1189 
46 
309 
758 
1033 
1173 
1283 
1380 
Dari informasi tabel 4.2 diatas maka dapat dibuat tabel pembantu untuk menghitung 
nilai rente hutan seperti disajikan pada tabel 4.3 berikut ini: 
Tabel 4.3 Perhitungan sewa hutan tahunan untuk tegakan seumur Pinus “tandon penuh” pada site index 100. 
Umur 
Tegakan 
(th) 
Nilai 
Tegakan 
($) 
Biaya 
membangun 
hutan 
($) 
Nilai 
Bersih 
perAcre 
($) 
Forest Rent 
perAcre 
($) 
20 
30 
40 
50 
22 
174 
510 
721 
40** 
53 
66 
79 
-18 
121 
444 
642 
-0,9 
4,0 
11,1 
12,8
60 
70 
80 
834 
918 
993 
92 
105 
118 
742 
813 
875 
12,4 
11,6 
10,9 
Catatan 
*) : Biaya tanam $ 14,00/Acre, biaya tahunan $ 1,30 
**): $ 14,00 + ($ 1,30 x 20) = $ 40,00 
Dari tabel diatas dapat di tentukan bahwa daur yang cocok atas dasar rente ialah pada 
umur 50 tahun, karena pada umur tersebut diperoleh nilai rente hutan yang paling tinggi 
yaitu $ 12,8 perAcre-nya. 
Nilai $ 12,8 diperoleh dari $ 642/50 tahun, sedangkan $ 642, merupakan selisih 
antara nilai tegakan ($721) dengan biaya yang telah dikeluarkan sampai pada umur 50 
tahun, yaitu $ 14 + ($ 1,3 x 50 tahun) = $ 79. jadi $ 721 - $ 79 = $ 642. 
2. Nilai harapan Lahan 
Nilai Harapan merupakan terjemahan dari istilah yang dikenal sebagai Soil 
Expectation Value, Land Expectation Value, dimana merupakan karya dari seorang ahli 
kehutanan Jerman yang bernama FAUSTMANN (1849). Dengan menggunakan rumus yang 
merupakan modifikasinya maka Lev dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: 
Le a 
= i r 
(1+ ) -1 
Dimana: 
a = Pendapatan bersih 
i = Tingkat bunga 
r = Daur 
dengan menggunakan data yang sama seperti yang dikerjakan dalam menghitung 
rente hutan pada tabel 4.2, dan memasukan atau memperhitungkan tingkat bunga 3 % per 
tahun maka dapat dibuat tabel 4.4, sebagai berikut ini. 
Umur 
Tega 
kan 
Biaya 
Tanam 
$ 
Biaya 
Tahunan 
$ 
Biaya 
Total 
(TC) 
$ 
Total 
Pendap 
atan 
(TR) 
Net 
Inco 
me 
$ 
Lev 
($) 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 
20 14 24,55 1,30 34,93 59 22 37 -46 
30 14 32,09 1,30 61,85 95 174 79 55 
40 14 44,34 1,30 98,02 142 510 368 163 
50 14 59,59 1,30 146,6 206 721 515 152 
60 14 80,08 1,30 211,9 292 834 542 111 
70 14 107,6 1,30 299,7 407 918 511 74 
80 14 144,6 1,30 417,7 562 993 431 45 
Kolom 3 diperoleh dengan meng-kompoun $ 14 x (1 + 0,03)r, sehingga pada umur 
20 tahun $ 14 x 1,753 = $ 24,55. Nilai 1,753 merupakan nilai dari (1+ 0,03)19, hal ini karena
biaya tanam tahun sebesar $ 14 dikeluarkan pada tahun pertama, sehingga untuk samapi 
tahun ke 20 memerlukan waktu 19 tahun, maka pangkat yang digunakan dalam meng-kompoun 
sebesar 19, demikian seterusnya. 
Berbeda dengan perhitungan biaya tahunan yang karena keluar setiap tahun maka 
kolom 5 merupakan hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 
[(1+ )n -1] = 
V a i 
i 
a = Biaya tahunan 
i = Tingkat bunga 
Sehingga misalnya pada daur 20 tahun, diperoleh biaya tahunan yang diperhitungkan 
dengan tingkat bunga 3%, diperoleh $ 34,93. nilai ini diperoleh dari 
+ 20 - 
$1,30* [(1 i) 1] 
i 
Dari tabel 4.4, maka daur finansial dari tegakan tersebut ditetapkan 40 tahun, karena 
pada umur tersebut diperoleh nilai harapan lahan yang paling besar yaitu sebesar $ 163,00. 
Coba bandingkan antara daur atas dasar rente hutan dengan daur yang 
diperhitungkan nilai harapan lahan. Dengan data tegakan yang sama bila menggunakan 
criteria rente hutan daur yang optimal ialah 50 tahun, yaitu memperoleh rente sebesar $ 12,8, 
sedangkan berdasarkan nilai harapan lahan pada umur 40 tahun yang paling maksimal yaitu 
sebesar $ 163. 
D. Siklus Tebangan 
Istilah yang juga perlu diketahui oleh para rimbawan adalah tentang “Siklus 
Tebang”. Siklus tebang melihat dari segi kegiatan penebangan yaitu waktu yang diperlukan 
untuk kembali menebang pada areal yang sudah pernah ditebang. Jadi siklus tebangan 
diterapkan pada pengelolaan hutan tidak seumur (Uneven-age Management) dengan system 
pemungutan hasil melalui “Tebang Pilih”. 
Untuk menentukan siklus tebangan maka secara umum dapat dikatakan bahwa 
apabila tanahnya subur, pertumbuhan tegakan cepat dan menggunakan silvikultur yang 
intensif, maka siklusnya pendek. 
Tebangan pilih merupakan metode penebangan dalam rangka permudaan kembali 
melalui jasa alam dimana menggunakan kriteria penebangan dengan batas limit diameter. 
Pada zaman dahulu yang dinamakan tebang pilih ialah memilih dan menebang pohon besar 
yang laku dipasaran. Di Indonesia limit diameter yang digunakan ialah 50 cm bagi hutan 
yang termasuk dalam kawasan hutan produksi tetap dan 60 cm pada kawasan hutan produksi 
terbatas.Problem yang dihadapi dalam manajemen hutan tak-seumur ialah: 
a. Perimbangan silvikultur.
b. Siklus tebangan. 
c. Tingkat dan struktur growing stock. 
d. Pertumbuhan dan data inventarisasi. 
e. Pembagian areal.

MACAM MACAM DAUR

  • 1.
    4. PENENTUAN DAUR A. Pengertian Daur Daur ialah jangka pembentukan kayu dan waktu yang diperlukan untuk sehingga pohon tersebut dapat ditebang. Daur merupakan factor pertama yang mempengaruhi hasil. Pada kondisi system tebang habis penentuan daur dapat secara tepat dan waktu yang jelas. Sedangkan pada system yang lain seperti tebang pilih daur biasanya disebut dengan istilah siklus tebang, dalam hal ini merupakan umur rata-rata dari pohon yang telah mencapai suatu diameter tertentu bagi suatu objek manajemen (Jerram, 1935). A. Faktor - faktor yang mempengaruhi Daur Ada 2 faktor yang mempengaruhi daur yaitu factor phisik dan factor finansial. Yang pertama ialah produk apa yang diinginkan atau dapat dijual dengan baik (dalam kaitan pemasaran atau permintaan), dan yang kedua tentang produktivitas hutan, atau apa yang dapat ditumbuhkan (penawaran). Secara jelas memang masalah biaya dan pendapatan juga masuk dalam kedua factor tersebut. Kedua factor tersebut harus diintegrasikan dan penentuan daur berkaitan dengan tujuan manajemen. Walaupun memang pada akhirnya penentuan final tentang daur merupakan keputusan politik/ kebijakan. Faktor Phisik Yang meliputi nilai produk dan factor hutannya itu sendiri. Dalam hal ini nilai produk dapat dikatakan bahwa karena tujuan budidaya hutan ialah untuk memanfaatkan kayu, jadi ukuran dan kualitas dari kayu merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan panjang daur. Apakah produknya untuk kayu bakar, kayu pulp, atau kayu pertukangan. Penggunaan kayu untuk kayu pertukangan jelas membutuhkan ukuran tertentu, misalnya minimal kayu harus mempunyai diameter sebesar 35 cm. Maka untuk ini, daur ditentukan berapa lama jenis pohon tersebut pada tempat tumbuh tertentu dapat mencapai diameter tersebut. Demikian juga bila pohon yang akan kita tanam merupakan jenis yang akan dimanfaatkan untuk kayu pulp, maka diameter minimal untuk kayu pulp itu berapa? Jadi disini tujuan manajemen dalam menanam pohon perlu diperhatikan. Pada manajemen hutan seumur, panjangnya daur harus ditentukan untuk jenis pohon utama, sedang jenis pohon yang lain mengikuti bagaimana baiknya. B. Macam-macam Daur Beberapa macam daur dalam hal ini dikenal adanya : 1).Daur fisik; 2).Daur Silvikultur; 3).Daur tekhnik; 4).daur volume produksi maksimal; 5).Daur pendapatan tertinggi (Maksimal); dan 6).Daur finansial atau Daur ekonomis. Pengertian dan penjelasan keenam macam daur akan diuraikan secara lebih gamblang berikut ini. 1) Daur Fisik
  • 2.
    Daur fisik ialahdaur yang berimpit dengan umur atau kematian alami dari suatu jenis pohon untuk kondisi tempat tumbuh tertentu. Menurut Simon (1993) daur ini dapat ditetapkan sama dengan umur pada waktu pohon masih dapat menghasilkan biji yang dapat tumbuh dengan baik, jadi dalam hal ini daur fisik tidak mempengaruhi nilai ekonomi dari suatu tegakan hutan. Sehingga daur fisik tidak mempunyai nilai praktis untuk menentukan kapan suatu tegakan hutan dapat ditebang/ dipanen karena sudah mencapai umur daurnya. 2) Daur Silvikultur Merupakan daur dalam rangka permudaan alami. Dalam hal ini merupakan umur tegakan yang mulai menghasilkan biji untuk permudaan alami, biasanya jauh sebelum umur alami tegakan itu sendiri atau dapat juga sebelum titik tertinggi dari volume produksi kayunya. 3) Daur Teknik Ialah umur dari tegakan dari mulai ditanam sampai pada ukuran tertentu untuk dapat dipanen sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud ini misalnya tujuan untuk kayu pulp, kayu bakar atau kayu pertukangan. Sehingga daur teknis dari suatu tegakan hutan dapat pendek atau lama. Misalnya daur untuk produksi kayu pulp dapat 6 atau 8 tahun, sedangkan daur teknis untuk kayu jati bila tujuannya untuk kayu pertukangan dapat mencapai 40 s/d 100 tahun. 4) Daur Volume produksi maksimal Daur volume produksi maksimal merupakan umur suatu tegakan dimana diperoleh kayu dengan volume yang terbesar. Dengan ditebang pada volume yang maksimal dari suatu tegakan maka akan diperoleh pula pendapatan yang maksimal. Dalam menentukan daur ini maka diperlukan data tentang riap, yang dalam hal ini ialah riap tahunan berjalan (Current Annual Increment) dan riap tahunan rata-rata (Mean Annual Increment), sehingga rimbawan menyebutnya CAI dan MAI. Daur volume produksi maksimal produksi maksimal ditentukan pada waktu kurva CAI dan MAI saling berimpitan atau dengan kata lain apabila CAI =MAI. Kurva MAI akan berpotongan dengan kurva CAI pada waktu CAI menurun dan MAI maksimal. Pada umur muda kurva CAI > MAI dan setelah berpotongan kurva MAI > CAI. Secara grafis daur volume produksi maksimal dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pada gambar 2 tersebut maka daur tersebut dengan volume produksi maksimal ditentukan pada umur t*, pada umur ini maka akan diperoleh produksi yang maksimal dari tegakan hutan tersebut. t* Max Volume (M3) MAI CAI Umur
  • 3.
    0 Gambar 4.1Kurva CAI dan MAI dari suatu tegakan hutan 5) Daur Pendapatan yang tertinggi Yang dimaksud dengan daur pendapatan tertinggi ialah jangka waktu yang diperlukan sejak penanaman pohon sampai tegakan tersebut dapat dipanen dengan memperoleh pendapatan maksimal.penentuan daur ini dengan sendirinya akan sama dengan daur atas dasar volume produksi maksimal, bedanya ialah dalam menentukan daur ini parameternya ialah hasil uang yang diperoleh. Pendapatan maksimal akan dapat diwujudkan bila volume produksinya maksimal juga. Secara matematis: Pendapatan = Volume x Harga Bila volume maksimal maka pendapatannyapun maksimal. 6) Daur Finansial Daur finansial sering disebut sebagai daur yang dihitung berdasarkan perhitungan nilai harapan lahan. Suatu konsep yang dikenalkan oleh FAUSTMANN (1849), seorang pakar kehutanan dari Jerman. Sampai sekarang rumus Faustmann masih relevan walaupun sudah lebih dari 100 tahun dikenalkan dalam dunia kehutanan. e i r t r Y + T + i - C + i (1 ) (1 ) r t - Sev r i + - = - (1 ) 1 Dimana: Sev = Soil expectation value, nilai harapan lahan Y = Hasil tebangan akhir daur Tt = Nilai bersih hasil penjarangan pada tahun ke-t e = Biaya tahunan r = Daur i = Tingkat bunga t = Tahun kegiatan Daur finansial ditentukan pada waktu nilai harapan lahannya mencapai nilai yang maksimal. Terlihat dari rumus diatas tingkat bunga (i), sangat mempengaruhi panjang pendeknya daur yang ditetapkan. Bagaimana pengaruh tingkat bunga terhadap panjang pendeknya daur finansial akan diuraikan lebih lanjut pada butir C, yaiu teladan perhitungan menentukan daur finansial.
  • 4.
    B. Menentukan Dauratas dasar volume produksi maksimal Volume maksimal suatu tegakan dicirikan pada waktu nilai riap rata-rata tahunan (MAI) maksimal, pada waktu itulah daur atas dasar volume produksi maksimal. MAI maksimal berpotongan dengan kurva CAI yang sedang menurun, jadi dapat dikatakan juga daur volume produksi maksimal atau sering disebut sebagai daur biologis ialah pada saat CAI = MAI. Sebagai contoh, data tabel tegakan Pinus merkusii Jung et deVries yang dikutip dari Vademicum kehutanan akan diguna untuk menjadi ilustrasi perhitungan menentukan panjang daur berdasarkan volume produksi maksimal. Tabel 4.1 Data modifikasi Tabel tegakan Pinus merkusii Bonita/ Umur Peninggi (M) Jml Pohon/ Ha Bidang dasar/ Ha (M2) Volume kayu total (M3) MAI (m3/Ha) CAI (M3/Ha) III 5 10 15 20 25 30 35 6,1 13,1 19,1 25,0 29,4 32,6 34,8 1170 605 410 310 240 200 180 4,0 18,7 22,9 25,5 27,4 28,7 29,6 25 105 219 328 405 461 505 5,2 10,5 14,6 16,4* 16,2 15,4 14,4 - 15,8 22,8 21,8 15,4 10,6 8,8 VI 5 10 15 20 25 30 35 10,4 20,2 27,7 34,3 38,8 42,6 45,4 740 400 250 175 130 100 85 13,4 23,3 27,0 29,3 31,0 32,3 33,2 71 143 330 407 454 485 505 14,2 14,2 22,0* 20,3 18,2 16,2 14,4 - 14,4 37,4 15,4 9,4 6,2 4,0 Keterangan * = maksimal Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel 3.1, dimana tercantum data MAI dan CAI yaitu pada kolom 6 dan 7, maka daur untuk tegakan Pinus merkusii pada Bonita III ialah pada umur 20 tahun, disini terlihat MAI-nya sebesar 16,4 M3/Ha, sedangkan tegakan Pinus merkusii yang berbonita VI daur berdasarkan volume produksi maksimal ialah pada umur 15 tahun (MAI-nya maksimal dengan nilai 22,0 M3/Ha). Data tersebut diatas juga menunjukan bahwa dengan makin suburnya tanah yang ditumbuhi oleh tegakan maka daurnya menjadi lebih pendek, dari contoh diatas bergeser dari daur 20 tahun menjadi daur 15 tahun. Penentuan daur berdasarkan volume produksi maksimal walaupun tidak termasuk dalam kategori daur finansial pada dasarnya mempertimbangkan secara ekonomis, karena dalam konsep ini bila volume maksimal maka akan diperoleh pendapatan yang maksimal juga. Seperti telah diketahui oleh semua orang bahwa pendapatan total atau TR merupakan fungsi dari harga dan jumlah produksi. Jadi dengan produksi yang besar maka dengan sendirinya pendapatannya juga besar.
  • 5.
    C. Contoh PerhitunganDaur Finansial Berikut ini akan dijelaskan tentang perhitungan menentukan dayr ekonomis atau finansial. Dalam hal ini dikenal adanya dua cara yaitu berdasarkan apa yang disebut dengan “Forest Rent” atau “Sewa Hutan” dan penentuan daur atas dasar “Nilai Harapan Lahan” yang sering dikenal dengan “Land Expectation Value” (SEV). Apalah arti sebuah nama, metode yang kedua ini dikenalkan oleh ahli kehutanan Jerman pada tahun 1849 yaitu FAUSTMANN, sehingga rumus yang digunakan dikenal sebagai rumus FAUSTMANN. 1. Sewa Hutan (Forest Rent) Penentuan daur berdasar rente hutan merupakan metode yang sebenarnya tidak ada pertimbangan ekonomi, hanya saja metode ini sudah dikenal lama maka sudah menjadi dogma bahwa metode ini merupakan perhitungan daur atas dasar finansial. Dalam metode ini belum dikenalkan adanya tingkat bunga (i), yang digunakan untuk meng-kompon atau men-diskon suatu biaya atau pendapatan. Ini berbeda dengan pendekatan perhitungan daur yang dikenalkan oleh Faustmann, yaitu yang dikenal dengan Nilai Harapan Lahan. Berikut ini diberikan suatu teladan perhitungan, menentukan daur atas dasar Rente Hutan. Misalkan diketahui bahwa: Biaya tanam perAcre = $ 14,00 Biaya tahunan perAcre = $ 1,30 Tabel hasil uang yang cocok dengan kondisi hutan ini ialah sebagai berikut: Tabel 4.2 tabel hasil uang tegakan seumur pinus (sumber: Davis, 1966) Umur Tegakan (th) Nilai tegakan perAcre Untuk beberapa “Site Index” 70 ($) 80 ($) 90 ($) 100 ($) 110 ($) 120 ($) 20 30 40 50 60 70 80 3 34 162 272 325 369 405 8 70 268 411 484 543 591 14 119 384 567 657 735 801 22 174 510 721 834 918 993 32 237 628 881 1003 1107 1189 46 309 758 1033 1173 1283 1380 Dari informasi tabel 4.2 diatas maka dapat dibuat tabel pembantu untuk menghitung nilai rente hutan seperti disajikan pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Perhitungan sewa hutan tahunan untuk tegakan seumur Pinus “tandon penuh” pada site index 100. Umur Tegakan (th) Nilai Tegakan ($) Biaya membangun hutan ($) Nilai Bersih perAcre ($) Forest Rent perAcre ($) 20 30 40 50 22 174 510 721 40** 53 66 79 -18 121 444 642 -0,9 4,0 11,1 12,8
  • 6.
    60 70 80 834 918 993 92 105 118 742 813 875 12,4 11,6 10,9 Catatan *) : Biaya tanam $ 14,00/Acre, biaya tahunan $ 1,30 **): $ 14,00 + ($ 1,30 x 20) = $ 40,00 Dari tabel diatas dapat di tentukan bahwa daur yang cocok atas dasar rente ialah pada umur 50 tahun, karena pada umur tersebut diperoleh nilai rente hutan yang paling tinggi yaitu $ 12,8 perAcre-nya. Nilai $ 12,8 diperoleh dari $ 642/50 tahun, sedangkan $ 642, merupakan selisih antara nilai tegakan ($721) dengan biaya yang telah dikeluarkan sampai pada umur 50 tahun, yaitu $ 14 + ($ 1,3 x 50 tahun) = $ 79. jadi $ 721 - $ 79 = $ 642. 2. Nilai harapan Lahan Nilai Harapan merupakan terjemahan dari istilah yang dikenal sebagai Soil Expectation Value, Land Expectation Value, dimana merupakan karya dari seorang ahli kehutanan Jerman yang bernama FAUSTMANN (1849). Dengan menggunakan rumus yang merupakan modifikasinya maka Lev dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Le a = i r (1+ ) -1 Dimana: a = Pendapatan bersih i = Tingkat bunga r = Daur dengan menggunakan data yang sama seperti yang dikerjakan dalam menghitung rente hutan pada tabel 4.2, dan memasukan atau memperhitungkan tingkat bunga 3 % per tahun maka dapat dibuat tabel 4.4, sebagai berikut ini. Umur Tega kan Biaya Tanam $ Biaya Tahunan $ Biaya Total (TC) $ Total Pendap atan (TR) Net Inco me $ Lev ($) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 20 14 24,55 1,30 34,93 59 22 37 -46 30 14 32,09 1,30 61,85 95 174 79 55 40 14 44,34 1,30 98,02 142 510 368 163 50 14 59,59 1,30 146,6 206 721 515 152 60 14 80,08 1,30 211,9 292 834 542 111 70 14 107,6 1,30 299,7 407 918 511 74 80 14 144,6 1,30 417,7 562 993 431 45 Kolom 3 diperoleh dengan meng-kompoun $ 14 x (1 + 0,03)r, sehingga pada umur 20 tahun $ 14 x 1,753 = $ 24,55. Nilai 1,753 merupakan nilai dari (1+ 0,03)19, hal ini karena
  • 7.
    biaya tanam tahunsebesar $ 14 dikeluarkan pada tahun pertama, sehingga untuk samapi tahun ke 20 memerlukan waktu 19 tahun, maka pangkat yang digunakan dalam meng-kompoun sebesar 19, demikian seterusnya. Berbeda dengan perhitungan biaya tahunan yang karena keluar setiap tahun maka kolom 5 merupakan hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: [(1+ )n -1] = V a i i a = Biaya tahunan i = Tingkat bunga Sehingga misalnya pada daur 20 tahun, diperoleh biaya tahunan yang diperhitungkan dengan tingkat bunga 3%, diperoleh $ 34,93. nilai ini diperoleh dari + 20 - $1,30* [(1 i) 1] i Dari tabel 4.4, maka daur finansial dari tegakan tersebut ditetapkan 40 tahun, karena pada umur tersebut diperoleh nilai harapan lahan yang paling besar yaitu sebesar $ 163,00. Coba bandingkan antara daur atas dasar rente hutan dengan daur yang diperhitungkan nilai harapan lahan. Dengan data tegakan yang sama bila menggunakan criteria rente hutan daur yang optimal ialah 50 tahun, yaitu memperoleh rente sebesar $ 12,8, sedangkan berdasarkan nilai harapan lahan pada umur 40 tahun yang paling maksimal yaitu sebesar $ 163. D. Siklus Tebangan Istilah yang juga perlu diketahui oleh para rimbawan adalah tentang “Siklus Tebang”. Siklus tebang melihat dari segi kegiatan penebangan yaitu waktu yang diperlukan untuk kembali menebang pada areal yang sudah pernah ditebang. Jadi siklus tebangan diterapkan pada pengelolaan hutan tidak seumur (Uneven-age Management) dengan system pemungutan hasil melalui “Tebang Pilih”. Untuk menentukan siklus tebangan maka secara umum dapat dikatakan bahwa apabila tanahnya subur, pertumbuhan tegakan cepat dan menggunakan silvikultur yang intensif, maka siklusnya pendek. Tebangan pilih merupakan metode penebangan dalam rangka permudaan kembali melalui jasa alam dimana menggunakan kriteria penebangan dengan batas limit diameter. Pada zaman dahulu yang dinamakan tebang pilih ialah memilih dan menebang pohon besar yang laku dipasaran. Di Indonesia limit diameter yang digunakan ialah 50 cm bagi hutan yang termasuk dalam kawasan hutan produksi tetap dan 60 cm pada kawasan hutan produksi terbatas.Problem yang dihadapi dalam manajemen hutan tak-seumur ialah: a. Perimbangan silvikultur.
  • 8.
    b. Siklus tebangan. c. Tingkat dan struktur growing stock. d. Pertumbuhan dan data inventarisasi. e. Pembagian areal.