MAKALAH AGAMA

      HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM



     Guru Pembimbing: Drs. SUYANTO, M.Pd.I




                 Disusun oleh :

                   NURHAN

                   KASTURI

                    ICHSAN



AKADEMI KOMUNITAS NEGERI LAMONGAN (AKNELA)

      BANJARANYAR PACIRAN LAMONGAN

                      2012
KATA PENGANTAR


      Makalah ini menjelaskan tentang manusia dalam pandangan islam. Selain itu
dicantumkan juga fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam. Dijelaskan dalam makalah
ini bahwa manusia merupakan makhluk yang paling mulia dan sangat unik. Manusia
dianugerahi berbagai potensi dan petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia
dan akhirat. Manusia memiliki potensi dasar yang pada hakikatnya sangat membedakan
manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, yaitu nafsu dan akal/pemikiran. Dalam hidup
di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
BAB I
                                     PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
          Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia
    dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan.
    Hampir semua lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak
    karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para
    ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini
    belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti
    dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal),
    homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal
    (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
          Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan
    manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu
    mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang
    diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan
    benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor
    binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.
          Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis
    tertarik untuk mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Islam.


1.2 Rumusan masalah
          Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka
    diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat
    rumusan masalah sebagai berikut:
    1. Apa pengertian manusia menurut islam?
    2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
    3. Apa hakikat manusia menurut islam?
    4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain?
    5. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
          Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MPK agama Islam
    dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
          Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
    penulis dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat
    kita lebih memahami islam.


1.4 Metode Penulisan
          Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
    makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari
    media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil
    dari internet.


1.5 Sistematika Penulisan
          Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
    dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan
    makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
    Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan
    manusia dalam pandangan islam serta fungsi dan tanggung jawab manusia dalam
    islam. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan.
BAB II

                           MANUSIA MENURUT TINJAUAN ISLAM

       Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang
menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah,
gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena
pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

2.1   Pengertian Manusia

                Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
      berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal
      budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat
      diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
      kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai
      sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
      tinggi.

                Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al
      insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
      jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd
      berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena
      berasal dari keturunan nabi Adam.Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan
      bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta
      memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

2.2   Penciptaan Manusia dalam Agama Islam
            Sebagaimana yang telah Allah firmankan:

      “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
      (At Tin : 5)

            Terdapat dua ayat Al Qur’an yang setidaknya dapat mewakili untuk
      menunjukkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah. Ayat itu adalah
      dari surat Shad ayat 71 yang artinya “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah.” dan surat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan mereka dari tanah liat.”
     Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan
manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)

     Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu
keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu
saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk,
yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.”

     Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa
dari Adam, sebagaimana firman-Nya :

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya
… .” (Az Zumar : 6)
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
      istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)

      Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka
      bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang
      dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

            Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki
      dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai
      waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang
      aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :
      “Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia
      dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20-
      22)

      Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di
      dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang
      belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut,
      Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan,
      dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk
      menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh,
      lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat,
      mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab
      tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)

               Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk
      menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang
      diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah
      kepada-Nya.


2.3   Hakikat Manusia
            Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
      rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati tanah.
      Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat
immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa
(kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
     Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan
pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi pokok yang
terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain yang menjadi hakikat manusia adalah
mereka berkecenderungan beragam. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki
potensi pokok paling banyak, manusia menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang
sebagai subjek kajian mengkaji manusia sebagai objek kajiannya dalam hal karya,
dampak karya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun,
sampai sekarang manusia terutama ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang
manusia.
     Dalam bukunya Man the Unknown, Dr. A. Carrel menjelaskan tentang kesukaran
yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia. Beliau menulis :
     Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar
     untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki pembendaharaan yang
     cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para
     ahli di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu
     mengetahui dari segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia
     secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian
     bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita
     sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan
     oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih
     tetap tanpa jawaban.

     Manusia diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu,
kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia
dengan makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan
akal/pemikiran. Manusia memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki
nafsu. Manusia yang cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan
akal dan berbagai potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka
manusia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran
tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan
      Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) :
              Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk
              memahami (ayat ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk
              melihat (tanda tanda keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar
              (ayat ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya)
              dengan hewan, bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang.



2.4   Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain

      Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
      mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang
      Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

              Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia
      beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada
      beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb.

              Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat)
      kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;

      “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam,
      maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk
      golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).

              Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-
      nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh
      Allah SWT.

      “ Dan     Dia   mengajarkan    kepada    Adam   nama-nama         seluruhnya,   kemudian
      mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku
      nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab,
      Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan
      kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.
     Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah
     sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit
     dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
     (Q S. Al Baqarah 33)

          Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab
     malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT
     melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.

          Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi,
     “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku
     hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)

          Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa manusia memiliki kelebihan dari
     makhluk lain. Karena sebagai mana kita ketahui, Allah telah menjadikan manusia
     sebagai makhluk yang mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas, sudah sewajarnyalah, kita
     sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih
     sayang-Nya. Salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.




2.5 Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

          Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai
     fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya
     terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan
     tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.

   A. Peran Manusia Menurut Islam

             Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
      sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
      Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran
Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada
   orang lain.

B. Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

        Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
   dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
   bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi,
   serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

        Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk
   mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
   bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di
   muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

        Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
   menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
   manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
   yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

        Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan
   ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum
   Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam
   kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan
   yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta
   mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
   pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
   diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

             “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang
        siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain
        hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-
        orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka
        belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba
Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang
menciptakannya.

       Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim
sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling
rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

       Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan
tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al
Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai
manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
BAB III

                                  KESIMPULAN

       Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang
memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab
pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat
ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada
manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

      manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah
kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa
nafsu dan godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena
sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai
manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia
dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang
Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai
khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar,
mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai
khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi,
mengelola dan memelihara bumi.
Sebenarnya Al Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan
tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al
Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai
manusia, sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Makalah agama-

  • 1.
    MAKALAH AGAMA HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM Guru Pembimbing: Drs. SUYANTO, M.Pd.I Disusun oleh : NURHAN KASTURI ICHSAN AKADEMI KOMUNITAS NEGERI LAMONGAN (AKNELA) BANJARANYAR PACIRAN LAMONGAN 2012
  • 2.
    KATA PENGANTAR Makalah ini menjelaskan tentang manusia dalam pandangan islam. Selain itu dicantumkan juga fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam. Dijelaskan dalam makalah ini bahwa manusia merupakan makhluk yang paling mulia dan sangat unik. Manusia dianugerahi berbagai potensi dan petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Manusia memiliki potensi dasar yang pada hakikatnya sangat membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, yaitu nafsu dan akal/pemikiran. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
  • 3.
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179. Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Islam. 1.2 Rumusan masalah Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian manusia menurut islam? 2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam? 3. Apa hakikat manusia menurut islam? 4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain? 5. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?
  • 4.
    1.3 Tujuan danmanfaat penulisan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MPK agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami islam. 1.4 Metode Penulisan Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet. 1.5 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan manusia dalam pandangan islam serta fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan.
  • 5.
    BAB II MANUSIA MENURUT TINJAUAN ISLAM Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya. 2.1 Pengertian Manusia Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 2.2 Penciptaan Manusia dalam Agama Islam Sebagaimana yang telah Allah firmankan: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5) Terdapat dua ayat Al Qur’an yang setidaknya dapat mewakili untuk menunjukkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah. Ayat itu adalah dari surat Shad ayat 71 yang artinya “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
  • 6.
    dari tanah.” dansurat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14) “Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5) Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)
  • 7.
    “Dialah yang menciptakankamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189) Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457) Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya : “Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20- 22) Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain) Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya. 2.3 Hakikat Manusia Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat
  • 8.
    immateri itu adadua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi pokok yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain yang menjadi hakikat manusia adalah mereka berkecenderungan beragam. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi pokok paling banyak, manusia menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang sebagai subjek kajian mengkaji manusia sebagai objek kajiannya dalam hal karya, dampak karya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai sekarang manusia terutama ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang manusia. Dalam bukunya Man the Unknown, Dr. A. Carrel menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia. Beliau menulis : Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki pembendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui dari segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa jawaban. Manusia diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu, kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan akal/pemikiran. Manusia memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki nafsu. Manusia yang cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka manusia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran
  • 9.
    tidak menggolongkan manusiake dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) : Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda tanda keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar (ayat ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang. 2.4 Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70). Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb. Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ; “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34). Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama- nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT. “ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  • 10.
    Allah berfirman, HaiAdam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33) Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan. Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30) Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain. Karena sebagai mana kita ketahui, Allah telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas, sudah sewajarnyalah, kita sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya. Salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur. 2.5 Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di Bumi. A. Peran Manusia Menurut Islam Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran
  • 11.
    Allah, seseorang dituntutmemulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. B. Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang- orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
  • 12.
    Kedudukan manusia dimuka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
  • 13.
    BAB III KESIMPULAN Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14) manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur. Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70). Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan memelihara bumi.
  • 14.
    Sebenarnya Al Quransudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.