Menentukan lokasiMenentukan lokasi
pemboranpemboran
1. penentuan titik pengeboran
2. pola pemboran dan peledakan
Materi ini meliputi :
PENENTUAN TITIK PENGEBORAN :
Dengan menggunakan Geolistrik
Salah satu tekhnik untuk menentukan titik pengeboran dengan
lokasi yang memiliki cekung air/sumber air yang banyak
(AKUIFER) adalah dengan metoda GEOLISTRIK.
Metoda ini memerlukan lahan untuk dilakukan survey yang
cukup luas untuk mencari cekungan air (AKUIFER) didalam
tanah Dengan menggunakan tekhnik RESISTIVITY maka
dapat ditentukan tahanan yang disesuaikan dengan kontur
tanah/jenis batuan yang merupakan sumber air.
Sehingga dapat ditentukan kedalaman yang ideal untuk
mencapai air yang cukup banyak dan kualiatas yang baik .
Dikarenakan Peralatan GEOLISTRIK ini cukup mahal, maka
setiap pengeboran melakukan survey terlebih dahulu.
Kegiatan survey GEOLISTRIK ini bisa memperoleh
informasi keadaan tanah hingga 150 meter.
Dengan menggunakan Geo
Electromagnetic Satellite Scan
Penentuan titik pengeboran dengan
metoda GEO ELECTROMAGNETIC
SATELLITE SCAN (BELAH BUMI) lebih
akurat dibandingkan dengan
menggunakan peralatan Geolistrik.
 Karena Geo Electromagnetic Satellite Scan mampu
melacak :
- Lebar Sungai Bawah Tanah
- Arah Aliran Sungai Bawah Tanah
- Membaca hingga kedalaman 400 mtr dibawah tanah
- Mengetahui Struktur Tanah secara detail
- Mengetahui frekwensi Aliran Air tanah
- Mengetahui kedalaman Jalur Sungai Bawah Tanah
- Mengetahui Conductivity Struktur Tanah
 Akurasi ketepatan geolistrik hanya 50% sedangkan Geo
Electromagnetic Satellite Scan 90% Seringkali Clay basah
dibaca air oleh peralatan Geolistrik ,Geo Electromagnetic
Satellite Scan hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah
sehingga untuk pengeboran jaran sekali mengalami air kering
setelah proses pengeboran selesai
Berikut adalah contoh hasil Scan Geo
Electromagnetic Satellite Scan :
POLA PEMBORAN DAN POLAPOLA PEMBORAN DAN POLA
PELEDAKANPELEDAKAN
 Pola Pemboran (Drilling Patern)
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran
lubang ledak, yaitu pola pemboran sejajar (paralel)
dan pola pemboran selang-seling (staggered).
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan
penempatan lubang bor yangsejajar pada setiap
kolomnya, sedangkan pola pemboran selang-seling
adalah pola denganpenempatan lubang bor secara
berselang-seling pada setiapkolomnya.
Geometri Peledakan
Yang dimaksud dengan geometri
peledakan adalah besaran-besaran
yang menentukan keberhasilan dari
operasi peledakan, yaitu burden,
spasi,stemming,subdrilling,kedalaman
lubang ledak, panjang isian dan tinggi
jenjang
Geometri Peledakan
 Perhitungan geometri peledakan menurut Konya
(1990) tidak hanya mempertimbangkan faktor
bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang
ledak,tetapi juga memperhatikan faktor koreksi
terhadap posisi lapisan batuan, keadaan struktur
geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak
yang diledakkan.
 a) Burden
◦ Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang
bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement)
akan terjadi. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan
energi ledakan dapat secara maksimal bergerak keluar dari kolom isian
menuju bidang bebas, dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang
cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi
penghancuran batuan.
Pada Gambar 3.11 memperlihatkan
lubang tembak jauh dari free face,
sehingga peledakan hanya
menghancurkan bagian disekitar
lubang tembak saja.Semakin dekat
lubang tembak dengan free face,
maka retakan yang terjadi semakin
banyak sehingga dapat memecahkan
batuan sekaligus mendorongnya
membentuk tumpukan yang akan
memudahkan proses pemuatan hasil
peledakan
, tetapi apabila lubang tembak terlalu
dekat dengan free face , batuan akan
sangat terpecahkan, terlempar dan
akan menyebabkan flyrocks, tersebar
luas sehiggga akan menyulitkan
proses sesudahnya. Gambar 3.11
Gambar 3.11
Pengaruh Burden Terhadap Hasil Peledakan
sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :
B2 = Kd x Ks x Kr x B1.........................................................(3.2)
keterangan :
B1 = Burden awal (m)
B2 = Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
 b) Spasi
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di
dalam satu baris (row). Perbandingan jarak spasi dengan burden (S/B)
pada pola peledakan dan penyebaran energinya. Apabila spasi terlalu
besar, akan 32 menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya
mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak
setelah diledakkan, karena energi ledakan dari lubang yang satu tidak
mampu berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya tetapi bila jarak
spasi terlalu keci,akan menyebabkan batuan hancur menjadi halus,
disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat dan menimbulkaan
efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan
rumusan sebagai berikut:
1). Instantneous initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L + 2B) / 3
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 2B
2). Delayed initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L+ 7B ) / 8
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 1,4B
 c) Stemming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak,
yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming
adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas-
gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi
yang maksimal. Disamping itu stemming juga berfungsi untuk
mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrocks) dan ledakan
tekanan udara (airblast) saat peledakan.
Untuk penentuan tinggi stemming
digunakan rumusan seperti yang tertera
berikut ini :
T = 0,7 x B
keterangan :
T = Stemming (m)
d) Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang
bor di bawah lantai jenjang yang dibuat dengan maksud
agar batuan dapat terbongkar sebatas lantaijenjangnya.
Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan
pada batas lantai jenjang tidak lengkap terbongkar sehingga
akan menyisakan tonjolan pada lantai jenjangnya.
Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik
untuk memperoleh lantai jenjang
yang rata maka digunakan rumusan sebagai
berikut :
J = 0,3 x B
keterangan : J = Subdrilling (m)
 e) Kedalaman Lubang Ledak (H)
Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan
dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan
geoteknik. Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan
jumlah total antara tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling, yang
dapat ditulis sebagai berikut:
H = L + J
keterangan: H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
•Rectangular drill pattern
c. Kedalaman dan kebersihan lobang bor
Permukaan (lantai) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
keda;aman lobang bor tidakakan sama seluruhnya.
•Staggered drill pattern
x
x
x
y
xx
x
x x
y
x x
 f) Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang
akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman
lubang ledak dikurangi panjang stemming yang digunakan,
sehingga dapat ditulis:
PC = H – T
keterangan : PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
g) Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil
peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan getaran
tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi
jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui
hasil dari peledakan tersebut .
Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus
sebagai berikut :
L = 5De x 0,3048
keterangan : L = Tinggi jenjang minimum (m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Pola PeledakanPola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan
antara lubang-lubang bor dalam satu baris dengan lubang
bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang bor yang
satu dengan lubang bor yang lainnya.
Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan
waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.
 Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke
depan dan membentuk kotak
b. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya
ke salah satu sudut dari bidang bebasnya (Lihat gambar 3.12).
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya
kedepan dan membentuk huruf V.
 Pola pemboran “staggered” pola peledakan V-Cut
Delay relay
connector (DRC)
•Free face
3
4 4 4
41
2
2
2 2
2 3
43
33
3
33
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4 4
4
6 6
Initiation point
Corner Cut on echelon blasting
7 86
7
8
9
8
9
9
1110
10
4 5
6 7
4 5
5
6
6
7 8
Initiation point
3 4
3
4
5
1 2
2 3
Free face
•Free Face
Pola pemboran square, pola peledakan V-Cut
•1 •2•2•3•4•5 •5•4•3
•6 •6
•7
•8
•9•9
•8
•7
Initiation point
V-Cut (square corner)

Menentukan lokasi pemboran dan peledakan

  • 1.
  • 2.
    1. penentuan titikpengeboran 2. pola pemboran dan peledakan Materi ini meliputi :
  • 3.
    PENENTUAN TITIK PENGEBORAN: Dengan menggunakan Geolistrik Salah satu tekhnik untuk menentukan titik pengeboran dengan lokasi yang memiliki cekung air/sumber air yang banyak (AKUIFER) adalah dengan metoda GEOLISTRIK.
  • 4.
    Metoda ini memerlukanlahan untuk dilakukan survey yang cukup luas untuk mencari cekungan air (AKUIFER) didalam tanah Dengan menggunakan tekhnik RESISTIVITY maka dapat ditentukan tahanan yang disesuaikan dengan kontur tanah/jenis batuan yang merupakan sumber air. Sehingga dapat ditentukan kedalaman yang ideal untuk mencapai air yang cukup banyak dan kualiatas yang baik . Dikarenakan Peralatan GEOLISTRIK ini cukup mahal, maka setiap pengeboran melakukan survey terlebih dahulu. Kegiatan survey GEOLISTRIK ini bisa memperoleh informasi keadaan tanah hingga 150 meter.
  • 5.
    Dengan menggunakan Geo ElectromagneticSatellite Scan Penentuan titik pengeboran dengan metoda GEO ELECTROMAGNETIC SATELLITE SCAN (BELAH BUMI) lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan peralatan Geolistrik.
  • 6.
     Karena GeoElectromagnetic Satellite Scan mampu melacak : - Lebar Sungai Bawah Tanah - Arah Aliran Sungai Bawah Tanah - Membaca hingga kedalaman 400 mtr dibawah tanah - Mengetahui Struktur Tanah secara detail - Mengetahui frekwensi Aliran Air tanah - Mengetahui kedalaman Jalur Sungai Bawah Tanah - Mengetahui Conductivity Struktur Tanah
  • 7.
     Akurasi ketepatangeolistrik hanya 50% sedangkan Geo Electromagnetic Satellite Scan 90% Seringkali Clay basah dibaca air oleh peralatan Geolistrik ,Geo Electromagnetic Satellite Scan hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah sehingga untuk pengeboran jaran sekali mengalami air kering setelah proses pengeboran selesai
  • 8.
    Berikut adalah contohhasil Scan Geo Electromagnetic Satellite Scan :
  • 9.
    POLA PEMBORAN DANPOLAPOLA PEMBORAN DAN POLA PELEDAKANPELEDAKAN  Pola Pemboran (Drilling Patern) Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak, yaitu pola pemboran sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling (staggered). Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang bor yangsejajar pada setiap kolomnya, sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola denganpenempatan lubang bor secara berselang-seling pada setiapkolomnya.
  • 11.
    Geometri Peledakan Yang dimaksuddengan geometri peledakan adalah besaran-besaran yang menentukan keberhasilan dari operasi peledakan, yaitu burden, spasi,stemming,subdrilling,kedalaman lubang ledak, panjang isian dan tinggi jenjang
  • 12.
  • 13.
     Perhitungan geometripeledakan menurut Konya (1990) tidak hanya mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang ledak,tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan, keadaan struktur geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak yang diledakkan.
  • 14.
     a) Burden ◦Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan terjadi. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi ledakan dapat secara maksimal bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas, dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan.
  • 15.
    Pada Gambar 3.11memperlihatkan lubang tembak jauh dari free face, sehingga peledakan hanya menghancurkan bagian disekitar lubang tembak saja.Semakin dekat lubang tembak dengan free face, maka retakan yang terjadi semakin banyak sehingga dapat memecahkan batuan sekaligus mendorongnya membentuk tumpukan yang akan memudahkan proses pemuatan hasil peledakan , tetapi apabila lubang tembak terlalu dekat dengan free face , batuan akan sangat terpecahkan, terlempar dan akan menyebabkan flyrocks, tersebar luas sehiggga akan menyulitkan proses sesudahnya. Gambar 3.11 Gambar 3.11 Pengaruh Burden Terhadap Hasil Peledakan
  • 17.
    sedangkan perhitungan koreksiburden digunakan rumusan dibawah ini : B2 = Kd x Ks x Kr x B1.........................................................(3.2) keterangan : B1 = Burden awal (m) B2 = Burden terkoreksi (m) Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
  • 18.
     b) Spasi Spasiadalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam satu baris (row). Perbandingan jarak spasi dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran energinya. Apabila spasi terlalu besar, akan 32 menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah diledakkan, karena energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya tetapi bila jarak spasi terlalu keci,akan menyebabkan batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat dan menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
  • 19.
    Untuk memperoleh jarakspasi maka digunakan rumusan sebagai berikut: 1). Instantneous initation single row blastholes A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches) L < 4B, S = ( L + 2B) / 3 B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches) L = 4B, S = 2B 2). Delayed initation single row blastholes A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches) L < 4B, S = ( L+ 7B ) / 8 B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches) L = 4B, S = 1,4B
  • 20.
     c) Stemming Stemmingadalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas- gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrocks) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan.
  • 21.
    Untuk penentuan tinggistemming digunakan rumusan seperti yang tertera berikut ini : T = 0,7 x B keterangan : T = Stemming (m)
  • 22.
    d) Subdrilling (J) Subdrillingadalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah lantai jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar sebatas lantaijenjangnya. Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai jenjang tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan pada lantai jenjangnya.
  • 23.
    Dalam penentuan tinggisubdrilling yang baik untuk memperoleh lantai jenjang yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut : J = 0,3 x B keterangan : J = Subdrilling (m)
  • 24.
     e) KedalamanLubang Ledak (H) Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai berikut: H = L + J keterangan: H = Kedalaman lubang ledak (m) L = Tinggi jenjang (m)
  • 25.
    •Rectangular drill pattern c.Kedalaman dan kebersihan lobang bor Permukaan (lantai) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga keda;aman lobang bor tidakakan sama seluruhnya. •Staggered drill pattern x x x y xx x x x y x x
  • 26.
     f) PanjangKolom Isian (PC) Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak dikurangi panjang stemming yang digunakan, sehingga dapat ditulis: PC = H – T keterangan : PC = Panjang kolom isian (meter) H = Kedalaman lubang ledak (meter) T = Stemming (meter)
  • 27.
    g) Tinggi Jenjang(L) Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan getaran tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui hasil dari peledakan tersebut . Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus sebagai berikut : L = 5De x 0,3048 keterangan : L = Tinggi jenjang minimum (m) De = Diameter lubang ledak (inchi)
  • 28.
    Pola PeledakanPola Peledakan Polapeledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.
  • 29.
     Berdasarkan arahruntuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk kotak b. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebasnya (Lihat gambar 3.12). c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf V.
  • 30.
     Pola pemboran“staggered” pola peledakan V-Cut Delay relay connector (DRC) •Free face 3 4 4 4 41 2 2 2 2 2 3 43 33 3 33 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 6 6 Initiation point
  • 31.
    Corner Cut onechelon blasting 7 86 7 8 9 8 9 9 1110 10 4 5 6 7 4 5 5 6 6 7 8 Initiation point 3 4 3 4 5 1 2 2 3 Free face
  • 32.
    •Free Face Pola pemboransquare, pola peledakan V-Cut •1 •2•2•3•4•5 •5•4•3 •6 •6 •7 •8 •9•9 •8 •7 Initiation point V-Cut (square corner)