PENAMPANG STRATIGRAFI DETIL(MS = MEASURED SECTION) 
TUJUAN YG MENDASAR 
Meramalkan kedalaman formasi (satuan batuan) di bawah permukaan
CONTOH PENAMPANG SINGKAPAN GEOLOGI (ATAS) DAN PENAMPANG KOLOM STRATIGRAFINYA (BAWAH).
DARI KENAMPAKAN URUTAN LITOLOGI DI ATAS, MS HANYA DAPAT DILAKUKAN PADA KEMIRINGAN PERLAPISAN YANG SEARAH, HINDARI LINTASAN YANG AKAN MELEWATI ADANYA SESAR.
TUJUAN UMUM : 
Mendapatkan data litologi terperinci dari urut- urutan perlapisan dapat menentukan satuan stratigrafinya (satuan batuan, kelompok, formasi, anggota). 
Mendapatkan ketebalan yang teliti dari satuan stratigrafi 
Mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan dan urut-urutan sedimentasinya secara vertikal dapat menafsirkan lingkungan pengendapannya.
PERENCANAAN LINTASAN 
Perhatikan kedudukan bidang perlapisan, curam, landai, vertikal atau horizontal usahakan lintasan tegak lurus jurus, untuk menghindari koreksi-koreksi yang rumit. 
Perhatikan kedudukan bidang perlapisan menerus tetap atau berubah-ubah akibat perlipatan/sesar penting untuk menentukan urutan stratigrafi yang benar. 
Penerapan hukum superposisi, perhatikan struktur sedimennya. 
Catat tentang keberadaan „key-bed‟ untuk titik ikat (to tie in) stratigrafi secara regional yang resmi. 
Dalam pengamatan batuan di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan interpretasi, terutama pada macam batuannya dan struktur sedimennya harus sesuai dengan kenyataan di lapangan. Jika lapuk/soil, dianggap tidak terdeterminasi („blank‟).
CARA PENGUKURAN 
Banyak cara/metoda yang dapat dilakukan, tergantung pada perlengkapan yang tersedia. Salah satu yang sering dilakukan dengan peralatan pita ukur dan kompas dilakukan oleh sedikitnya 2 orang. 
1.Mulai pengukuran pada dasar penampang (satuan yang tua ke arah yang muda). 
2.Tetapkan satuan batuan yang akan diukur, beri tanda patok/tanda lainnya pada batas tsb. 
3.Jika kedudukan bidang perlapisan berubah-ubah, dapat dilakukan rata-rata kedudukan bidang perlapisan alas dan atap perlapisannya. 
4.Atau diambil pengukuran pada alas perlapisan, untuk menghitung perlapisan/satuan yang ada di atas bidang yang diukur.
5. Azimut/arah lintasannya, kemiringan lereng / slope (perhatikan +/-). 
6. Baca jarak terukur, hitung jarak jurus (tebal semunya). 
7. Determinasi/perikan litologinya, keada an perlapisan, struktur sedimennya. 
8. Jika ada sisipan, tentukan jarak dari alas satuan. 
9. Titik pengamatan, lokasi pengambilan conto batuan harus terukur secara pasti, tidak dibenarkan untuk diperkirakan. 
10.Jika satuan litologi tebal 5 m atau lebih, maka pengukuran pada tiap satuan, dari alas satuan hingga atap satuan. Tapi jika < 5 m, atau berupa perulangan yang menerus, akan lebih praktis jika pita dibentangkan sepanjang-panjangnya.
PENGHITUNGAN KETEBALANTEBAL LAPISAN : ADALAH JARAK TERPENDEK ANTARA DUA BIDANG SEJAJAR, YG MERUPAKAN BTS BWH DAN ATS LAPISAN TSB. PERHITUNGAN KETEBALAN : HRS DILAKUKAN DLM BDG YG TGK LURUS JURUSJIKA PNGUKURAN TDK TGK LURUS JURUS, MAKA : JARAK TERUKUR ( d‟ ) HRS DIKOREKSI ( d ) SUDUT LERENG TERUKUR ( β‟ ) HRS DIKOREKSI ( β).
PENGHITUNGAN KETEBALAN: A. LANGSUNGB. TIDAK LANGSUNG 
A. LANGSUNG : 1 
2 
3 
1.Lapisan horizontal, lereng vertikal 
2.Lapisan vertikal, lereng datar 
3.Menggunakan Jacob‟s Staff/tongkat Jacob (t = t1 + t2 + …… dst) t = tebal lapisan
t = d sin  
B. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG : 
1. UNTUK TOPOGRAFI DATAR 
 II 
It 
d 
Keterangan : 
t = Tebal lapisan batuan. 
d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. 
=Kemiringan lapisan batuan (dip) 
I = Stasiun atau patok 1. 
II = Stasiun atau patok 2.
Variasi kedudukan lapisan btan yang tersingkap pada topografi miring. 1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
2. TOPOGRAFI MIRING : 
1.Dip & slope searah,  
2.Lapisan horizontal, 0o 
3.Dip & slope berlawanan arah, () 90o 4. Dip & slope berlawanan arah, () 90o,  5. Dip & slope berlawanan arah, () 90o6. Lapisan vertikal, 90o7. Dip & slope searah, 
Ingat-ingat kembali, rumus penghitungan untuk : 
1.daerah yang datar, slope = 0o 
2.jika STA/LP berikutnya lebih tinggi elevasinya, maka slopenya + dan sebaliknya. 
3.daerah miring, kemiringan lereng searah maupun berlawanan dengan kemiringan bidang perlapisan 
4.slope > atau < dari besarnya kemiringan bidang perlapisan 
5.dan lain-lain.
Koreksi Jarak. 
Apabila arah pengukuran tidak tegak lurus terhadap jurus perlapisan batuan, maka Jarak Terukur di lapangan (d‟), dan Sudut Lerengatau “Slope” yang terukur di lapangan (‟), harus dikoreksi. JURUS PERLAPISAN 
JURUS PERLAPISANARAH LINTASAN 
 
d‟ 
 
III dd’ cos ataud d’ sin 
B. PENGHITUNGAN TEBAL TIDAK LANGSUNG 
Tebal adalah jarak terpendek antar bidang alas (bottom) dengan bidang atap (top) harus bidang perlapisan. Jika pengukuran tidak penghitungan menggunakan dalil Phitagoras. 
d=D(jarakterukur)xsin 
d=Jarakjurusbidangperlapisan 
D=Jarakterukurdilapangan 
=Sudutyangdibentukantarajurus 
denganarahlintasan(azimuth).
t = d sin ( ) 
B. UNTUK TOPOGRAFI MIRING    III 
t 
d 
Keterangan : 
t = Tebal lapisan batuan. 
d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. 
=Kemiringan lapisan batuan (dip) 
=Sudut lereng atau kemiringan lereng (slope) tegak lurus jurus lapisan batuan. 
I = Stasiun atau patok 1. 
II = Stasiun atau patok 2.
2. Jika Dipdan SlopeBerlawanan Arah : 
(Dip Slope) 90o t d sin ( ) 
(Dip Slope) 90o , t d 
(Dip Slope) 90o , 90o 
t d sin 180o ( )  
1.Jika Dipdan SlopeSearah: Dip Slope ()t d sin ( ) Dip Slope()t d sin ( )
3. Lapisan Horizontal dan Vertikal : 
Lapisan Horizontal (0o) t = d sin  
Lapisan Vertikal (90o) t = d cos  
ataut = d sin ( 90o) 
Keterangan : 
t = Tebal tegak lurus jurus lapisan batuan. 
d = Jarak atau lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan batuan. 
= Dipatau kemiringan lapisan batuan. 
= Slopeatau sudut lereng atau kemiringan lereng tegak lurus jurus lapisan batuan.
B. Topografi Miring. d’ cos ’ sin  d  cos  Keterangan : d= Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d‟ = Jarak terukur di lapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ‟ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus lapisan batuan.
2. TOPOGRAFI MIRING. A. KOREKSI JARAK : d’ Cos ’ Sin  d  Cos  Keterangan : d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d’ = Jarak terukur di lapangan, tidak jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ’ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak jurus lpsn btn. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah jurus lpsn btn.
B. KOREKSI SUDUT LERENG (SLOPE) 
SUDUT LERENG DPT DIKOREKSI DGN 
“ALIGMENT DIAGRAMS”, ATAU MENGGUNAKAN RUMUS SBB: 
Tan β’ 
β= Arc Tan --------- 
Sin 
PENGAMATAN UNTUK MS 
Setiap litologi harus diperikan secara detil dan terperinci. 
Satuan stratigrafi/satuan sedimentasi dapat terdiri atas satu macam litologi atau dapat perselang-selingan beberapa lapisan batuan. Atau dapat berupa satu litologi utama dengan beberapa sisipan. 
Sedapat mungkin kondisi litologi/satuan stratigrafi di lapangan dapat tergambar meskipun tidak memenuhi skala.
Pertanyaan yang harus muncul adalah : 
Apakah terdiri atas satu macam litologi atau lebih. 
Jika lebih, apakah : 
1.Ada batuan yang dominan dan ada batuan lain yang berupa sisipan, berapa tebal rata-rata sisipannya. 
2.Atau berupa perulangan beberapa macam batuan yang menerus 
Bagaimanakah sifat perselingannya, atau sifat sisipannya dari bawah ke atas (dari tua ke muda), menebal ke atas („thickening upward sequence‟) atau sebaliknya („thinning upward sequence‟) terutama pada batupasirnya.
SIFAT DARI LAPISAN MAUPUN BATUAN UTAMANYA 
Jika batuan utama atau sisipannya berupa klastika kasar, atau batuan karbonat maka perhatikan : 
Apakah lapisannya bersifat masif, tebal/ tipis atau laminasi 
Bagaimanakah batasnya, 
a.Batas berangsur, 
b.Batas tegas, 
c.Batas erosi 
Sifat teksturnya, terutama besar butir, terutama dalam urutan vertikalnya, apakah : 
a.Seragam (tanpa perubahan), 
b.Menghalus ke atas (finning upward sequence) 
c.Mengkasar ke atas (coarsening upward sequence)
PEMERIAN LITOLOGI 
1.Warna, baik warna segar maupun warna lapuk. Ingat kondisi basah atau kering sering memberikan warna yang berlainan. 
2.Besar butir, gunakan skala Wenworth, untuk batupasir yang umum adalah : 
–Berbutir sangat kasar (bsk)(2-1mm) 
–Berbutir kasar (bk) (1-1/2mm) 
–Berbutir sedang (bs)(1/2-1/4mm) 
–Berbutir halus (bh)(1/4-1/8mm) 
–Berbutir sangat halus (bsh)(1/8-1/16mm) 
3.Fragmen pembentuk, untuk tiap batuan berlainan, conto 
Konglomerat, breksi, aglomerat : sebutkan macam batuannya (andesit, basalt, batupasir, blp, kuarsa dsb) 
Batupasir, sebut susunan mineral utama yang menyolok, seperti kuarsa, felspar, fragmen batuan, gloukonit dan lainnya. 
Tufa, keadaan butir/kristal/gelas atau fragmen batuan atau batuapung. Petrologi/ mineraloginya (andesit, basalt, hornblende dsb) 
Karbonat, batugamping dan dolomit. Kerangka (skeletal), fragmental, cocquina, oolit, kristalin atau sebutkan macam kerangka fosilnya : koral, foram, ganggang dsb.) 
4.Semen atau masa dasar (matriks)
LINGKUNGAN PENGENDAPAN: DEFINISI : Tempat dimana material sedimen diendapkan, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi (faktor) fisika, faktor kimia dan faktor biologi. 
ASPEK FISIKA 
ASPEK KIMIA 
ASPEK BIOLOGI
Shell lag representation of bedding plane  Cross, parallel and wavy lamination
MUDCRACK, MODERN AND ANCIENT
Track of the small dinosaurusModern track of the animalsFoot print of dinosaurus 
Modern and ancient ripple mark (current ripples)
Terima Kasih

Pembuatan statigrafi detil

  • 1.
    PENAMPANG STRATIGRAFI DETIL(MS= MEASURED SECTION) TUJUAN YG MENDASAR Meramalkan kedalaman formasi (satuan batuan) di bawah permukaan
  • 3.
    CONTOH PENAMPANG SINGKAPANGEOLOGI (ATAS) DAN PENAMPANG KOLOM STRATIGRAFINYA (BAWAH).
  • 4.
    DARI KENAMPAKAN URUTANLITOLOGI DI ATAS, MS HANYA DAPAT DILAKUKAN PADA KEMIRINGAN PERLAPISAN YANG SEARAH, HINDARI LINTASAN YANG AKAN MELEWATI ADANYA SESAR.
  • 5.
    TUJUAN UMUM : Mendapatkan data litologi terperinci dari urut- urutan perlapisan dapat menentukan satuan stratigrafinya (satuan batuan, kelompok, formasi, anggota). Mendapatkan ketebalan yang teliti dari satuan stratigrafi Mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan dan urut-urutan sedimentasinya secara vertikal dapat menafsirkan lingkungan pengendapannya.
  • 6.
    PERENCANAAN LINTASAN Perhatikankedudukan bidang perlapisan, curam, landai, vertikal atau horizontal usahakan lintasan tegak lurus jurus, untuk menghindari koreksi-koreksi yang rumit. Perhatikan kedudukan bidang perlapisan menerus tetap atau berubah-ubah akibat perlipatan/sesar penting untuk menentukan urutan stratigrafi yang benar. Penerapan hukum superposisi, perhatikan struktur sedimennya. Catat tentang keberadaan „key-bed‟ untuk titik ikat (to tie in) stratigrafi secara regional yang resmi. Dalam pengamatan batuan di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan interpretasi, terutama pada macam batuannya dan struktur sedimennya harus sesuai dengan kenyataan di lapangan. Jika lapuk/soil, dianggap tidak terdeterminasi („blank‟).
  • 7.
    CARA PENGUKURAN Banyakcara/metoda yang dapat dilakukan, tergantung pada perlengkapan yang tersedia. Salah satu yang sering dilakukan dengan peralatan pita ukur dan kompas dilakukan oleh sedikitnya 2 orang. 1.Mulai pengukuran pada dasar penampang (satuan yang tua ke arah yang muda). 2.Tetapkan satuan batuan yang akan diukur, beri tanda patok/tanda lainnya pada batas tsb. 3.Jika kedudukan bidang perlapisan berubah-ubah, dapat dilakukan rata-rata kedudukan bidang perlapisan alas dan atap perlapisannya. 4.Atau diambil pengukuran pada alas perlapisan, untuk menghitung perlapisan/satuan yang ada di atas bidang yang diukur.
  • 8.
    5. Azimut/arah lintasannya,kemiringan lereng / slope (perhatikan +/-). 6. Baca jarak terukur, hitung jarak jurus (tebal semunya). 7. Determinasi/perikan litologinya, keada an perlapisan, struktur sedimennya. 8. Jika ada sisipan, tentukan jarak dari alas satuan. 9. Titik pengamatan, lokasi pengambilan conto batuan harus terukur secara pasti, tidak dibenarkan untuk diperkirakan. 10.Jika satuan litologi tebal 5 m atau lebih, maka pengukuran pada tiap satuan, dari alas satuan hingga atap satuan. Tapi jika < 5 m, atau berupa perulangan yang menerus, akan lebih praktis jika pita dibentangkan sepanjang-panjangnya.
  • 9.
    PENGHITUNGAN KETEBALANTEBAL LAPISAN: ADALAH JARAK TERPENDEK ANTARA DUA BIDANG SEJAJAR, YG MERUPAKAN BTS BWH DAN ATS LAPISAN TSB. PERHITUNGAN KETEBALAN : HRS DILAKUKAN DLM BDG YG TGK LURUS JURUSJIKA PNGUKURAN TDK TGK LURUS JURUS, MAKA : JARAK TERUKUR ( d‟ ) HRS DIKOREKSI ( d ) SUDUT LERENG TERUKUR ( β‟ ) HRS DIKOREKSI ( β).
  • 10.
    PENGHITUNGAN KETEBALAN: A.LANGSUNGB. TIDAK LANGSUNG A. LANGSUNG : 1 2 3 1.Lapisan horizontal, lereng vertikal 2.Lapisan vertikal, lereng datar 3.Menggunakan Jacob‟s Staff/tongkat Jacob (t = t1 + t2 + …… dst) t = tebal lapisan
  • 11.
    t = dsin  B. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG : 1. UNTUK TOPOGRAFI DATAR  II It d Keterangan : t = Tebal lapisan batuan. d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. =Kemiringan lapisan batuan (dip) I = Stasiun atau patok 1. II = Stasiun atau patok 2.
  • 12.
    Variasi kedudukan lapisanbtan yang tersingkap pada topografi miring. 1 2 3 4 5 6 7 2. TOPOGRAFI MIRING : 1.Dip & slope searah,  2.Lapisan horizontal, 0o 3.Dip & slope berlawanan arah, () 90o 4. Dip & slope berlawanan arah, () 90o,  5. Dip & slope berlawanan arah, () 90o6. Lapisan vertikal, 90o7. Dip & slope searah, 
  • 13.
    Ingat-ingat kembali, rumuspenghitungan untuk : 1.daerah yang datar, slope = 0o 2.jika STA/LP berikutnya lebih tinggi elevasinya, maka slopenya + dan sebaliknya. 3.daerah miring, kemiringan lereng searah maupun berlawanan dengan kemiringan bidang perlapisan 4.slope > atau < dari besarnya kemiringan bidang perlapisan 5.dan lain-lain.
  • 14.
    Koreksi Jarak. Apabilaarah pengukuran tidak tegak lurus terhadap jurus perlapisan batuan, maka Jarak Terukur di lapangan (d‟), dan Sudut Lerengatau “Slope” yang terukur di lapangan (‟), harus dikoreksi. JURUS PERLAPISAN JURUS PERLAPISANARAH LINTASAN  d‟  III dd’ cos ataud d’ sin 
  • 15.
    B. PENGHITUNGAN TEBALTIDAK LANGSUNG Tebal adalah jarak terpendek antar bidang alas (bottom) dengan bidang atap (top) harus bidang perlapisan. Jika pengukuran tidak penghitungan menggunakan dalil Phitagoras. d=D(jarakterukur)xsin d=Jarakjurusbidangperlapisan D=Jarakterukurdilapangan =Sudutyangdibentukantarajurus denganarahlintasan(azimuth).
  • 16.
    t = dsin ( ) B. UNTUK TOPOGRAFI MIRING    III t d Keterangan : t = Tebal lapisan batuan. d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. =Kemiringan lapisan batuan (dip) =Sudut lereng atau kemiringan lereng (slope) tegak lurus jurus lapisan batuan. I = Stasiun atau patok 1. II = Stasiun atau patok 2.
  • 17.
    2. Jika DipdanSlopeBerlawanan Arah : (Dip Slope) 90o t d sin ( ) (Dip Slope) 90o , t d (Dip Slope) 90o , 90o t d sin 180o ( )  1.Jika Dipdan SlopeSearah: Dip Slope ()t d sin ( ) Dip Slope()t d sin ( )
  • 18.
    3. Lapisan Horizontaldan Vertikal : Lapisan Horizontal (0o) t = d sin  Lapisan Vertikal (90o) t = d cos  ataut = d sin ( 90o) Keterangan : t = Tebal tegak lurus jurus lapisan batuan. d = Jarak atau lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan batuan. = Dipatau kemiringan lapisan batuan. = Slopeatau sudut lereng atau kemiringan lereng tegak lurus jurus lapisan batuan.
  • 19.
    B. Topografi Miring.d’ cos ’ sin  d  cos  Keterangan : d= Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d‟ = Jarak terukur di lapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ‟ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak tegak lurus jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah tegak lurus jurus lapisan batuan.
  • 20.
    2. TOPOGRAFI MIRING.A. KOREKSI JARAK : d’ Cos ’ Sin  d  Cos  Keterangan : d = Jarak tegak lurus jurus lapisan batuan. d’ = Jarak terukur di lapangan, tidak jurus lapisan batuan. = Sudut lereng tegak lurus jurus lapisan batuan. ’ = Sudut lereng terukur dilapangan, tidak jurus lpsn btn. = Sudut antara arah pengukuran dan jurus lapisan batuan. = Sudut antara arah pengukuran dan arah jurus lpsn btn.
  • 21.
    B. KOREKSI SUDUTLERENG (SLOPE) SUDUT LERENG DPT DIKOREKSI DGN “ALIGMENT DIAGRAMS”, ATAU MENGGUNAKAN RUMUS SBB: Tan β’ β= Arc Tan --------- Sin 
  • 26.
    PENGAMATAN UNTUK MS Setiap litologi harus diperikan secara detil dan terperinci. Satuan stratigrafi/satuan sedimentasi dapat terdiri atas satu macam litologi atau dapat perselang-selingan beberapa lapisan batuan. Atau dapat berupa satu litologi utama dengan beberapa sisipan. Sedapat mungkin kondisi litologi/satuan stratigrafi di lapangan dapat tergambar meskipun tidak memenuhi skala.
  • 27.
    Pertanyaan yang harusmuncul adalah : Apakah terdiri atas satu macam litologi atau lebih. Jika lebih, apakah : 1.Ada batuan yang dominan dan ada batuan lain yang berupa sisipan, berapa tebal rata-rata sisipannya. 2.Atau berupa perulangan beberapa macam batuan yang menerus Bagaimanakah sifat perselingannya, atau sifat sisipannya dari bawah ke atas (dari tua ke muda), menebal ke atas („thickening upward sequence‟) atau sebaliknya („thinning upward sequence‟) terutama pada batupasirnya.
  • 29.
    SIFAT DARI LAPISANMAUPUN BATUAN UTAMANYA Jika batuan utama atau sisipannya berupa klastika kasar, atau batuan karbonat maka perhatikan : Apakah lapisannya bersifat masif, tebal/ tipis atau laminasi Bagaimanakah batasnya, a.Batas berangsur, b.Batas tegas, c.Batas erosi Sifat teksturnya, terutama besar butir, terutama dalam urutan vertikalnya, apakah : a.Seragam (tanpa perubahan), b.Menghalus ke atas (finning upward sequence) c.Mengkasar ke atas (coarsening upward sequence)
  • 31.
    PEMERIAN LITOLOGI 1.Warna,baik warna segar maupun warna lapuk. Ingat kondisi basah atau kering sering memberikan warna yang berlainan. 2.Besar butir, gunakan skala Wenworth, untuk batupasir yang umum adalah : –Berbutir sangat kasar (bsk)(2-1mm) –Berbutir kasar (bk) (1-1/2mm) –Berbutir sedang (bs)(1/2-1/4mm) –Berbutir halus (bh)(1/4-1/8mm) –Berbutir sangat halus (bsh)(1/8-1/16mm) 3.Fragmen pembentuk, untuk tiap batuan berlainan, conto Konglomerat, breksi, aglomerat : sebutkan macam batuannya (andesit, basalt, batupasir, blp, kuarsa dsb) Batupasir, sebut susunan mineral utama yang menyolok, seperti kuarsa, felspar, fragmen batuan, gloukonit dan lainnya. Tufa, keadaan butir/kristal/gelas atau fragmen batuan atau batuapung. Petrologi/ mineraloginya (andesit, basalt, hornblende dsb) Karbonat, batugamping dan dolomit. Kerangka (skeletal), fragmental, cocquina, oolit, kristalin atau sebutkan macam kerangka fosilnya : koral, foram, ganggang dsb.) 4.Semen atau masa dasar (matriks)
  • 32.
    LINGKUNGAN PENGENDAPAN: DEFINISI: Tempat dimana material sedimen diendapkan, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi (faktor) fisika, faktor kimia dan faktor biologi. ASPEK FISIKA ASPEK KIMIA ASPEK BIOLOGI
  • 33.
    Shell lag representationof bedding plane  Cross, parallel and wavy lamination
  • 34.
  • 35.
    Track of thesmall dinosaurusModern track of the animalsFoot print of dinosaurus 
  • 36.
    Modern and ancientripple mark (current ripples)
  • 37.