PERILAKU KONSUMEN 
MAKALAH 
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro 
Disusun Oleh : 
- Irfan Firdaus 
- Nadhea Mutiara Rahayu 
- 
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI 
DR. KHEZ. MUTTAQIEN 
PURWAKARTA 
2014
PERILAKU KONSUMEN 
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan 
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi 
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari 
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) 
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang 
berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan 
pertimbangan yang matang. 
Aplikasi Perilaku Konsumen dalam Bisnis 
Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, 
et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam 
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan 
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku 
konsumen, yaitu: (1) proses pengambilan keputusan, (2) kegiatan fisik yang melibatkan individu 
dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990). [3] 
Pemahaman akan perilaku konsumen cerdas dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang 
pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan 
kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.[4] Ke dua, perilaku 
konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.[4] Misalnya dengan 
mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat 
keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ke tiga 
adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara 
konsumen.[4] Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat 
menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.Dan juga dapat memberikan gambaran kepada 
para pemasar dalam pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu produk,kemasan dan 
sebagainya agar dalam penjualn produknya tidak menimbulkan kekecewaan pada pemasar 
tersebut.
Pendekatan perilaku konsumen 
Pendekatanuntuk mempelajariperilakukonsumen dalammengkonsumsisuatubarang: 
1.Pendekatan Kardinal 
2.Pendekatan Ordinal 
Asumsi: Konsumen bersikap rasionalDengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha 
memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya. 
1.) Pendekatan Kardinal 
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur. 
b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan 
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu 
satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin 
kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point 
tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping 
MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen. 
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, 
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh ti ngkat 
kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang 
dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. 
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. 
Skedul Utiliti Total 
Qx TUx MUx 
0 0 … 
1 10 10 
2 18 8 
3 24 6 
4 28 4 
5 30 2 
6 30 0 
7 28 -2
Keseimbangan Konsumen 
Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi 
suatu barang.Syarat Keseimbangan: 
1.MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn 
2.Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M 
MU = marginal utility 
P = harga 
M = pendapatan konsumen 
Q 1 2 3 4 5 6 7 8 
MUx 16 14 12 10 8 6 4 2 
MUy 11 10 9 8 7 6 5 4 
Diketahui : Px = 2 Py = 1 M = 12 
Syarat Equilibrium: 
1. MUx / Px = MUy / Py 
12 / 2 = 6 / 1 
2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M 
(2) (3) + (1) (6) = 12 
Total Utility = MUx QX + MUy QY 
= (12) (3) + (6) (6) 
= 72
2.) Pendekatan Ordinal 
Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari 
mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam 
ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal 
(relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan 
tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama). 
Ciri-ciri kurva indiferens: 
1.Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia 
menambah jumlah barang lain yang di konsumsi) 
2.Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia 
korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of 
substitution) 
3.Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens 
yang berbeda 
Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal 
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan 
dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml 
bilangan/angka. 
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan 
marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva 
kepuasan sama .
Macam-macam elastisitas 
Asumsi dalam elastisitas adalah perubahan harga akan mempengaruhi perubahan permintaan. 
Harga di sini tidak terbatas dengan harga barang tersebut akan tetapi juga harga barang lainnya. Pada 
keadaan normal, apabila harga sebuah mobil merk X turun, maka permintaan akan kendaraan tersebut 
akan meningkat. Pada kejadian yang sama bila harga pesaing mobil merk X naik, maka hal ini dapat 
menyebabkan permintaan mobil merk X akan naik. Mobil pesaing ini disebut barang subtitusi. Di 
samping itu bila harga barang pelengkap/komplementer (misalkan bahan bakar) turun maka permintaan 
mobil merk X juga akan naik. 
Elastistas silang 
Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan atau penawaran dari satu barang sebagai 
akibat dari perubahan dalam sesuatu yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak 
perubahan harga satu produk yang akan mengubah volume penjualan lain. 
Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B adalah: 
(Q A / T A) / (ΔP B / P B) 
dimana 
T A adalah kuantitas penjualan A 
Q A adalah perubahan jumlah A dijual 
P B adalah harga B 
ΔP B adalah perubahan harga B. 
Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau negatif.. Jika dua barang komplementer maka 
kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya.. Jika mereka pengganti 
(misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan meningkatkan permintaan untuk yang 
lain. 
Elastisitas pendapatan 
Penghasilan elastisitas mengukur seberapa sensitif penjualan suatu yang baik untuk perubahan 
pendapatan konsumen: Hal ini: 
(Δ Q / T) / (Δ Y / Y) 
Dimana: 
Q = adalah kuantitas yang diminta 
Y = adalah pendapatan, dan 
Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan. 
elastisitas Penghasilan mengarah pada efek pendapatan , dan klasifikasi barang sebagai infer ior 
atau normal. Pendapatan elastisitas lebih besar dari satu juga telah digunakan untuk 
mengklasifikasikan barang sebagai kemewahan daripada kebutuhan. Alasan di balik kedua adalah 
bahwa jika orang tidak dapat mengurangi konsumsi mereka yang baik sesuai dengan pendapatan 
mereka, maka harus (kepada mereka) keharusan.. Perlu diketahui bahwa (seperti teori ekonomi 
lebih mirip) hanya penilaian dari jumlah konsumen.. Itulah sebabnya, dengan kriteria ini, 
tembakau (atau heroin dalam hal ini) adalah suatu keharusan: kebenaran ini adalah di luar cakupan 
pembahasan kita di sini.
Afeksi dan kognisi 
Tipe respons afektif 
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap 
suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. 
Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu 
produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. 
Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling 
memengaruhi. 
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, suasana 
hati/mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat 
tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang 
dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, 
misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau 
rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa. 
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, 
memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti 
dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan 
apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai 
atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah 
untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah 
masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktivitas kognisi yang 
terjadi dalam keempat proses yang disebutkan sebelumnya. 
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan 
mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi ke dua adalah 
memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan 
tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, 
memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, 
produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktivitas kognisi secara ekstensif, 
dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah 
produk. 
Proses pengambilan keputusan pembelian 
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah 
proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[6] 
1. Pengenalan masalah (problem recognition).[1] Konsumen akan membeli suatu produk 
sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah 
yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.[1] 
2. Pencarian informasi (information source).[1] Setelah memahami masalah yang ada, 
konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan 
yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari 
dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).[1] 
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).[1] Setelah konsumen mendapat berbagai 
macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi 
permasalahan yang dihadapinya.[1] 
4. Keputusan pembelian (purchase decision).[1] Setelah konsumen mengevaluasi beberapa 
alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.[1] 
Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan 
menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang 
perlu dipertimbangkan.[1] 
5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang 
dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan 
pembelian.[7] Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi 
apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.[8] Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan 
ketidakpuasan konsumen.[1] Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan 
harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut 
pada masa depan.[1] Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut 
tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen 
pada masa depan
Faktor-faktor yang memengaruhi 
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:[1] 
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk 
mencapai tujuan tertentu.[1] 
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau 
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap 
rangsangan tersebut.[1] 
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri 
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.[1] 
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.[1] Integrasi 
merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang 
untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak 
membeli produk tersebut
DAFTAR PUSTAKA 
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen 
2. www.paperusadvance.blogspot.com 
,

Perilaku konsumen (mikro)

  • 1.
    PERILAKU KONSUMEN MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro Disusun Oleh : - Irfan Firdaus - Nadhea Mutiara Rahayu - SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ. MUTTAQIEN PURWAKARTA 2014
  • 2.
    PERILAKU KONSUMEN Perilakukonsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Aplikasi Perilaku Konsumen dalam Bisnis Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu: (1) proses pengambilan keputusan, (2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990). [3] Pemahaman akan perilaku konsumen cerdas dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.[4] Ke dua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.[4] Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen.[4] Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.Dan juga dapat memberikan gambaran kepada para pemasar dalam pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu produk,kemasan dan sebagainya agar dalam penjualn produknya tidak menimbulkan kekecewaan pada pemasar tersebut.
  • 3.
    Pendekatan perilaku konsumen Pendekatanuntuk mempelajariperilakukonsumen dalammengkonsumsisuatubarang: 1.Pendekatan Kardinal 2.Pendekatan Ordinal Asumsi: Konsumen bersikap rasionalDengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya. 1.) Pendekatan Kardinal a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur. b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen. d. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh ti ngkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Skedul Utiliti Total Qx TUx MUx 0 0 … 1 10 10 2 18 8 3 24 6 4 28 4 5 30 2 6 30 0 7 28 -2
  • 4.
    Keseimbangan Konsumen Keseimbangankonsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang.Syarat Keseimbangan: 1.MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn 2.Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M MU = marginal utility P = harga M = pendapatan konsumen Q 1 2 3 4 5 6 7 8 MUx 16 14 12 10 8 6 4 2 MUy 11 10 9 8 7 6 5 4 Diketahui : Px = 2 Py = 1 M = 12 Syarat Equilibrium: 1. MUx / Px = MUy / Py 12 / 2 = 6 / 1 2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M (2) (3) + (1) (6) = 12 Total Utility = MUx QX + MUy QY = (12) (3) + (6) (6) = 72
  • 5.
    2.) Pendekatan Ordinal Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama). Ciri-ciri kurva indiferens: 1.Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi) 2.Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution) 3.Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka. Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
  • 6.
    Macam-macam elastisitas Asumsidalam elastisitas adalah perubahan harga akan mempengaruhi perubahan permintaan. Harga di sini tidak terbatas dengan harga barang tersebut akan tetapi juga harga barang lainnya. Pada keadaan normal, apabila harga sebuah mobil merk X turun, maka permintaan akan kendaraan tersebut akan meningkat. Pada kejadian yang sama bila harga pesaing mobil merk X naik, maka hal ini dapat menyebabkan permintaan mobil merk X akan naik. Mobil pesaing ini disebut barang subtitusi. Di samping itu bila harga barang pelengkap/komplementer (misalkan bahan bakar) turun maka permintaan mobil merk X juga akan naik. Elastistas silang Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan atau penawaran dari satu barang sebagai akibat dari perubahan dalam sesuatu yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak perubahan harga satu produk yang akan mengubah volume penjualan lain. Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B adalah: (Q A / T A) / (ΔP B / P B) dimana T A adalah kuantitas penjualan A Q A adalah perubahan jumlah A dijual P B adalah harga B ΔP B adalah perubahan harga B. Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau negatif.. Jika dua barang komplementer maka kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya.. Jika mereka pengganti (misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan meningkatkan permintaan untuk yang lain. Elastisitas pendapatan Penghasilan elastisitas mengukur seberapa sensitif penjualan suatu yang baik untuk perubahan pendapatan konsumen: Hal ini: (Δ Q / T) / (Δ Y / Y) Dimana: Q = adalah kuantitas yang diminta Y = adalah pendapatan, dan Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan. elastisitas Penghasilan mengarah pada efek pendapatan , dan klasifikasi barang sebagai infer ior atau normal. Pendapatan elastisitas lebih besar dari satu juga telah digunakan untuk mengklasifikasikan barang sebagai kemewahan daripada kebutuhan. Alasan di balik kedua adalah bahwa jika orang tidak dapat mengurangi konsumsi mereka yang baik sesuai dengan pendapatan mereka, maka harus (kepada mereka) keharusan.. Perlu diketahui bahwa (seperti teori ekonomi lebih mirip) hanya penilaian dari jumlah konsumen.. Itulah sebabnya, dengan kriteria ini, tembakau (atau heroin dalam hal ini) adalah suatu keharusan: kebenaran ini adalah di luar cakupan pembahasan kita di sini.
  • 7.
    Afeksi dan kognisi Tipe respons afektif Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi. Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, suasana hati/mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa. Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktivitas kognisi yang terjadi dalam keempat proses yang disebutkan sebelumnya. Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi ke dua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
  • 8.
    Besar kecilnya intensitasproses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktivitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk. Proses pengambilan keputusan pembelian Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[6] 1. Pengenalan masalah (problem recognition).[1] Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.[1] 2. Pencarian informasi (information source).[1] Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).[1] 3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).[1] Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.[1] 4. Keputusan pembelian (purchase decision).[1] Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.[1] Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.[1] 5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.[7] Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.[8] Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.[1] Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan.[1] Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan
  • 9.
    Faktor-faktor yang memengaruhi Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:[1] 1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.[1] 2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.[1] 3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.[1] 4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.[1] Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut
  • 10.
    DAFTAR PUSTAKA 1.http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen 2. www.paperusadvance.blogspot.com ,