BAB I PENDAHULUAN
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai
hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang
mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan
kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa
ditanggulangi sedini mungkin.
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati
dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-
gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya
mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi
bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan
berkonsultasi dengan dokter secara teratur.
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada
kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan
anterpartum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari
keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50
per 1000 kelahiran hidup.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan
lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22
minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan
serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak
terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang
belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi
atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan ,
namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa
datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru
setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
IUFD et Causa Plecenta Previa adalah kehamilan dan kelahiran hasil konsepsi dalam
keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan lebih dari 20 minggu (atau berat badan lahir
lebih atau sama dengan 1000gr) yang diduga di sebabkan oleh implantasi pasenta yang abnormal
pada segmen bawah rahim.
Karena pada kasus diketahui kematian bayinya diduga disebabkan karena plasenta previa, maka
akan akan dibahas lebih khusus tentang plasenta previa sebagai pencetus IUFD.
A. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu:
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan
lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen bawah
uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu
benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada
kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .
 Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
 Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan
manual placenta.
 Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
 Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
 Kehamilan kembar (gamelli).
 Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
 Malnutrisi ibu hamil.
 Melebarnya plasenta karena gemelli.
 Bekas seksio sesarea.
 Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi :
 Endometrium fundus kurang subur.
 Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.
D. PATOFISIOLOGI
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen
bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga
karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah
segar.
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan
periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.
F. KOMPLIKASI
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan.
Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan
komplikasinya seperti asfiksia berat.
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspresif:
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
 Belum ada tanda-tanda in partum,
 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),
 Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
 MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.
 Nifedipin 3 x 20 mg/hari.
 Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri
internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat di
pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah
sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan
ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus
segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua
persyaratan dipenuhi, lakukan periksa dalam di atas meja operasi (PDMO) jika:
1. Infuse/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap.
2. Kehamilan ≥ 37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan in partum, atau
3. Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (misal, anensefali)
4. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada
palpasi luar).
I. CARA MENYELESAIKAN PERSALINAN DENGAN PLASENTA PREVIA IALAH:
Ø Seksio sesarea
1. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2. Tujuan seksio sesarea:
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan
perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks uteri dan
segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi
plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan
serabut otot dengan korpus uteri.
4. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5. Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.
Ø Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
 Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin.
 Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
 Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.
BAB III IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS.
NAMA NY. INA MARLINA
UMUR 24 TAHUN
SUKU/BANGSA SUNDA
AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN SMP
PEKERJAAN Ibu rumah tangga
ALAMAT BEKASI
MASUK RSUD 13 -7 -2012
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 15 juli 2012 pukul 10.30
a) Keluhan utama : Nyeri di perut disertai keluar darah dari kemaluan
b) Keluhan tambahan : mules-mules
c) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dating ke rumah sakit dengan keluhan mules – mules sejak 12 jam yang lalu, air
ketuban tidak ada, belum ada kontraksi. Setelah sampai di rumah sakit darah keluar dari
kemaluan pasien ± 300 cc, usia kehamilan memasuki usia 22 minggu, hipertensi
d) Riwayat penyakit dahulu :
e) Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi obat disangkal
oleh pasien.
f) Riwayat menstruasi :
 Menarche : 13 tahun.
 Siklus : 28 hari.
 Lama haid : 4 hari
 HPHT : 05 - 02 - 12
 Taksiran kehamilan : 12 - 11 -12
g) Riwayat kehamilan :
Menikah satu kali
Usia pernikahan :
h) Riwayat persalinan :
Perempuan, 2600 gram, lahir Spontan. 1 Tahun
i) Riwayat KB : -
j) Riwayat ANC : -
k) Riwayat kebiasaan hidup : riwayat penggunaan jamu (-) dan merokok (-).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pro Partus
a) Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan.
Kesadaran : compos mentis.
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
N : 77 x/menit.
RR : 18 x/menit
Suhu : 36OC
Kepala : normocephali, rambut hitam dan tidak rontok.
Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, edema
palpebra-/-.
THT : secret telinga -/-, secret hidung -/-, tonsil tidak hiperemis,
T1-T1
Leher : KGB tidak teraba membesar dan tiroid tidak teraba membesar.
Thorax : mamae : simetris, membesar, aerola mammae
hiperpigmentasi.
Pulmo : suara nafas vesikuler, Ronki -/-, wheezing -/-
Cor : S1-S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen : lihat status obstetric
Ekstremitas : akral hangat +/+, edema +/+
b) Status obstetrikus.
Inspeksi : perut tampak buncit sesuai usia kehamilan,
striae gravidarum(+)
Palpasi :
Leopold I : TFU 18 cm, teraba satu bagian besar, lunak, bokong.
Leopold II : Kanan : teraba bagian keras melebar seperti papan.
Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras.
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP.
HIS : 1X dalam 10 menit,selama 20 detik.
Auskultasi :DJJ : 178x / m
Genitalia :Fluor +, Fluksus +, Perdarahan +
Kesan : TFU 18 cm sesuai usia kehamilan 22 minggu, presentasi kepala, punggung
kanan, DJJ : 137 x/menit, janin tunggal hidup intra uterine.
Pemeriksaan dalam : -
Pemeriksaan dalamsangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali
fasilitas operasi segera tersedia.
Post Partus
Telah lahir bayi perempuan lahir spontan bayi meninggal pada pukul 17.00 wib, A/S
0/0, BB 200 gr, BB: 25 cm, plasenta lahir spontan.
Status Generalis
TD : 110/80
BAB III TINJAUAN MEDIK
A. Pengkajian
1. Anamnesis
 Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya
osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
placenta.
2. Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
3. Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang/floating.
4. Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan
sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
5. Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
6. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat
dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta
dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya
dan tidak menimbulkan rasa nyeri
7. Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
B. Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
4. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
5. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan
yang bermasalah.
C. Intervensi:
1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan).
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d. Pantau kadar elektrolit darah.
e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
2. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin.
c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .
3. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e. Pantau kadar elektrolit darah.
f. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
4. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas yang
berlebihan
c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest.
5. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang
bermasalah..
a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman
dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin, mendengar
dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang,
hangat dan empati yang tepat.
b. Pertahankan hubungan saling percaya dengan komunikasi terbuka. Hubungan rasa saling
percaya terjalin antara perawat dan klien akan membuat klien mudah
mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
c. Jelaskan tentang proses perawatan dan prognosa penyakit secara bertahap. Dengan
mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang.
d. Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan alternatif koping akan
membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan support system akan
membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
IUFD et Causa Plecenta Previa adalah kehamilan dan kelahiran hasil konsepsi dalam
keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan lebih dari 20 minggu (atau berat badan lahir
lebih atau sama dengan 1000gr) yang diduga di sebabkan oleh implantasi pasenta yang abnormal
pada segmen bawah rahim.
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir
pada waktu tertentu: Plasenta previa totalis, Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta, Plasenta previa marginalis, dan Plasenta previa letak rendah.
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Tapi di duga disebabkan oleh hal – hal sbb.
 Sering pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali dibandingkan dengan
primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari
30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
 Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan
manual placenta.
 Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
 Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
dari biasanya dan berulang, Darah biasanya berwarna merah segar, Terjadi pada saat tidur atau saat
melakukan aktivitas., Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin,
Pendarahan pertama (first bleeding), Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.
Terapi ada terapai espektatif dan aktif (tindakan segera), untuk peralinan ada persalinan secara
sesar dan pervaginam, penangan selajutnya adalah terapi pasien dalam semua aspek baik fisik maupun
mental.
B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini penolong persalinan alangkah lebih baiknya apabila
melaksanakan tugas harus sesuai dendan protaps atau standar pelayanan yang berlaku
Mengingatkan kepada keluarga apabila terjadi hal-hal yang tidak normal pada kehamilannya segera
memeriksakan kepelayanan kesehatan yang terdekat
Sebagai penolong persalinan agar selalu siap dalam menghadapi situasi apapun

Plasenta Previa

  • 1.
    BAB I PENDAHULUAN Kematianbayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan- gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur. Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya . Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
  • 2.
    BAB II TINJAUANPUSTAKA A. Defenisi IUFD et Causa Plecenta Previa adalah kehamilan dan kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan lebih dari 20 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr) yang diduga di sebabkan oleh implantasi pasenta yang abnormal pada segmen bawah rahim. Karena pada kasus diketahui kematian bayinya diduga disebabkan karena plasenta previa, maka akan akan dibahas lebih khusus tentang plasenta previa sebagai pencetus IUFD. A. KLASIFIKASI Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu: 1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. 3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir. 4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir. B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .  Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.  Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan manual placenta.  Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.  Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium. C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
  • 3.
    1. Melebarnya pertumbuhanplasenta :  Kehamilan kembar (gamelli).  Tumbuh kembang plasenta tipis. 2. Kurang suburnya endometrium :  Malnutrisi ibu hamil.  Melebarnya plasenta karena gemelli.  Bekas seksio sesarea.  Sering dijumpai pada grandemultipara. 3. Terlambat implantasi :  Endometrium fundus kurang subur.  Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi. D. PATOFISIOLOGI Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. E. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. 2. Darah biasanya berwarna merah segar. 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. 4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. 5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. F. KOMPLIKASI Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
  • 4.
    H. PENATALAKSANAAN 1. Terapiekspektatif Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspresif:  Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,  Belum ada tanda-tanda in partum,  Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),  Janin masih hidup. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:  MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.  Nifedipin 3 x 20 mg/hari.  Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil amniosentesis. Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat di pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang. 2. Terapi aktif (tindakan segera) Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan periksa dalam di atas meja operasi (PDMO) jika: 1. Infuse/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap.
  • 5.
    2. Kehamilan ≥37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan in partum, atau 3. Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (misal, anensefali) 4. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). I. CARA MENYELESAIKAN PERSALINAN DENGAN PLASENTA PREVIA IALAH: Ø Seksio sesarea 1. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. 2. Tujuan seksio sesarea:  Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.  Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. 3. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. 4. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu. 5. Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar. Ø Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:  Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin.  Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
  • 6.
     Traksi denganCunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
  • 7.
    BAB III IKHTISARKASUS I. IDENTITAS. NAMA NY. INA MARLINA UMUR 24 TAHUN SUKU/BANGSA SUNDA AGAMA ISLAM PENDIDIKAN SMP PEKERJAAN Ibu rumah tangga ALAMAT BEKASI MASUK RSUD 13 -7 -2012 II. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan tanggal 15 juli 2012 pukul 10.30 a) Keluhan utama : Nyeri di perut disertai keluar darah dari kemaluan b) Keluhan tambahan : mules-mules c) Riwayat penyakit sekarang : Pasien dating ke rumah sakit dengan keluhan mules – mules sejak 12 jam yang lalu, air ketuban tidak ada, belum ada kontraksi. Setelah sampai di rumah sakit darah keluar dari kemaluan pasien ± 300 cc, usia kehamilan memasuki usia 22 minggu, hipertensi d) Riwayat penyakit dahulu :
  • 8.
    e) Riwayat penyakitkeluarga hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi obat disangkal oleh pasien. f) Riwayat menstruasi :  Menarche : 13 tahun.  Siklus : 28 hari.  Lama haid : 4 hari  HPHT : 05 - 02 - 12  Taksiran kehamilan : 12 - 11 -12 g) Riwayat kehamilan : Menikah satu kali Usia pernikahan : h) Riwayat persalinan : Perempuan, 2600 gram, lahir Spontan. 1 Tahun i) Riwayat KB : - j) Riwayat ANC : - k) Riwayat kebiasaan hidup : riwayat penggunaan jamu (-) dan merokok (-). III. PEMERIKSAAN FISIK Pro Partus a) Status generalis Keadaan umum : tampak sakit ringan. Kesadaran : compos mentis. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg N : 77 x/menit. RR : 18 x/menit Suhu : 36OC Kepala : normocephali, rambut hitam dan tidak rontok. Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, edema palpebra-/-. THT : secret telinga -/-, secret hidung -/-, tonsil tidak hiperemis,
  • 9.
    T1-T1 Leher : KGBtidak teraba membesar dan tiroid tidak teraba membesar. Thorax : mamae : simetris, membesar, aerola mammae hiperpigmentasi. Pulmo : suara nafas vesikuler, Ronki -/-, wheezing -/- Cor : S1-S2 reguler, mumur (-), gallop (-) Abdomen : lihat status obstetric Ekstremitas : akral hangat +/+, edema +/+ b) Status obstetrikus. Inspeksi : perut tampak buncit sesuai usia kehamilan, striae gravidarum(+) Palpasi : Leopold I : TFU 18 cm, teraba satu bagian besar, lunak, bokong. Leopold II : Kanan : teraba bagian keras melebar seperti papan. Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin. Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras. Leopold IV : Kepala belum masuk PAP. HIS : 1X dalam 10 menit,selama 20 detik. Auskultasi :DJJ : 178x / m Genitalia :Fluor +, Fluksus +, Perdarahan + Kesan : TFU 18 cm sesuai usia kehamilan 22 minggu, presentasi kepala, punggung kanan, DJJ : 137 x/menit, janin tunggal hidup intra uterine. Pemeriksaan dalam : - Pemeriksaan dalamsangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia. Post Partus Telah lahir bayi perempuan lahir spontan bayi meninggal pada pukul 17.00 wib, A/S 0/0, BB 200 gr, BB: 25 cm, plasenta lahir spontan. Status Generalis TD : 110/80
  • 10.
    BAB III TINJAUANMEDIK A. Pengkajian 1. Anamnesis  Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III  Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.  Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.  Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta. 2. Inspeksi  Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.  Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia. 3. Palpasi abdomen  Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.  Sering dijumpai kesalahan letak  Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating. 4. Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul. 5. Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 6. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri 7. Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah. B. Diagnosa Keperawatan: 1. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan adanya perdarahan. 2. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta. 3. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan. 4. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
  • 11.
    5. Gangguan psikologiscemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah. C. Intervensi: 1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan. a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan). b. Observasi tanda-tanda vital. c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan. d. Pantau kadar elektrolit darah. e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi. f. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum. g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta. 2. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta. a. Observasi tanda-tanda vital. b. Monitor perdarahan dan status janin. c. Pertahankan hidrasi. d. Pertahankan tirah baring. e. Persiapkan untuk section caesaria . 3. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan. a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik. b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan). c. Observasi tanda-tanda vital. d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan. e. Pantau kadar elektrolit darah. f. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi. g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum. 4. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas. a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas yang berlebihan c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest. 5. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah.. a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin, mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang, hangat dan empati yang tepat. b. Pertahankan hubungan saling percaya dengan komunikasi terbuka. Hubungan rasa saling percaya terjalin antara perawat dan klien akan membuat klien mudah mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
  • 12.
    c. Jelaskan tentangproses perawatan dan prognosa penyakit secara bertahap. Dengan mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang. d. Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan alternatif koping akan membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya. Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan support system akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya
  • 13.
    BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN IUFD et Causa Plecenta Previa adalah kehamilan dan kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan lebih dari 20 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr) yang diduga di sebabkan oleh implantasi pasenta yang abnormal pada segmen bawah rahim. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu: Plasenta previa totalis, Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta, Plasenta previa marginalis, dan Plasenta previa letak rendah. Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Tapi di duga disebabkan oleh hal – hal sbb.  Sering pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.  Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, curettage, dan manual placenta.  Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.  Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium. Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang, Darah biasanya berwarna merah segar, Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas., Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin, Pendarahan pertama (first bleeding), Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Terapi ada terapai espektatif dan aktif (tindakan segera), untuk peralinan ada persalinan secara sesar dan pervaginam, penangan selajutnya adalah terapi pasien dalam semua aspek baik fisik maupun mental. B. SARAN Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini penolong persalinan alangkah lebih baiknya apabila melaksanakan tugas harus sesuai dendan protaps atau standar pelayanan yang berlaku Mengingatkan kepada keluarga apabila terjadi hal-hal yang tidak normal pada kehamilannya segera memeriksakan kepelayanan kesehatan yang terdekat Sebagai penolong persalinan agar selalu siap dalam menghadapi situasi apapun