PERAN INTERPROFESIONAL
APOTEKER DALAM FARMASI
KESEHATAN MASYARAKAT
KELOMPOK 5 :
YERICH SEPTA. S (3105059)
NURFADILAH (3105041)
PRASTIKA PURNAMA. S (3105063)
FITRINI (3105011)
DEFENISI
 Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan
informasi antar individu yang dapat didefinisikan dalam
berbagai cara, tergantung pada apa konteks itu sedang
diterapkan. Komunikasi adalah dasar untuk berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam berperilaku sosial
 Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
 Komunikasi interpersonal terdiri dari 3 faktor utama yaitu
pemberi pesan, penerima pesan, dan pesan itu sendiri
 Komunikasi interpersonal yang melibatkan banyak profesi dan
disiplin ilmu yang berbeda disebut komunikasi interprofesional.
Komunikasi interprofesional di dunia kesehatan salah satunya
terjadi antara dokter dan apoteker
Komunikasi interprofesional
 Komunikasi interprofesional yang baik akan meningkatkan
kualitas pelayanan, mengurangi terjadinya medical errors,
dan dapat menciptakan kolaborasi interprofesional.
Komunikasi interprofesional yang efektif terdiri dari:
 Kejelasan dan ketepatan pesan yang dapat diverifikasi,
 kolaborasi dalam memecahkan masalah,
 Sikap tenang dan mendukung dibawah tekanan,
 memelihara rasa saling menghormati, dan
 memahami tentang peran unik masing-masing.
 Sedangkan komunikasi tidak efektif jika sesama tenaga
kesehatan saling merendahkan, bergantung pada sistem
elektronik, hambatan budaya dan linguistik
Strategi komunikasi
interprofesional
WHO (2010) menyatakan bahwa suatu aktivitas
dapat dikatakan sebagai interprofessional jika
didalamnya terdapat dua atau lebih profesi yang
terlibat, aktif bekerjasama, berpartisipasi aktif, memiliki
tujuan yang sama serta saling berbagi ilmu dan
ketrampilan
Strategi komunikasi interprofesional adalah
strategi yang dapat meningkat kualitas pelayanan dan
perawatan demi meningkat kan kualitas hidup pasien,
yaitu :
 Kolaborasi interprofesional (IPC)
 Interprofessional Education (IPE)
IPC
 Interprofessional Collaboration adalah kerja sama dengan satu atau lebih
anggota tim kesehatan untuk mencapai tujuan umum dimana masing – masing
anggota memberikan kontribusi yang unik sesuai dengan batasannya masing –
masing.
 Kolaborasi antar profesi kesehatan, termasuk kolaborasi antara apoteker dengan
profesi lain, dikenal juga dengan istilah interprofessional collaborative practice
(IPC).
 kolaborasi interprofesional adalah interaksi dua atau lebih tenaga kesehatan yang
berbeda untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin
tercapai jika mereka bekerja sendiri-sendiri
 Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai
kualitas hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan.
Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Kolabolari interprofesional berkaitan
dengan penyelenggaran pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai tenaga
kesehatan.
HAMBATAN
 Pharmaceutical care adalah tanggung jawab langsung
apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan
pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang
ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien
 Hambatan dari penerapan pharmaceutical care dapat berasal
dari dalam apoteker sendiri seperti kurangnya kemampuan
komunikasi, rasa percaya diri, dan kemampuan klinik. Selain
itu, hambatan juga berasal dari luar apoteker seperti
keengganan profesi kesehatan lain untuk berkolaborasi
dengan apoteker
 Tingkat percaya diri yang sama merupakan hal yang penting
dalam menjalankan kolaborasi antar profesi
IPE
 Interprofessional education (IPE) merupakan suatu proses dimana sekelompok
profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan
pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang
utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
dan jenis pelayanan kesehatan yang lain. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan
kewenangannya
 Metode IPE memberikan dampak paling besar terhadap persepsi positif tenaga
kesehatan mengenai keterlibatan apoteker dalam praktik kolaborasi antar profesi
kesehatan
 Sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan, apoteker memiliki peran yang cukup
penting dalam dimensi pelayanan kesehatan. Apoteker memiliki kompetensi berupa
pengetahuan, keterampilan dan kewenangan di bidang kefarmasian, makanan dan
alat kesehatan.
 Interprofessional education (IPE) bertujuan untuk meningkatkan interprofessional
collaboration (IPC) yang diperlukan untuk memenuhi tantangan praktek modern.
Hambatan dan tantangan
 Menjadi tantangan yang tidak mudah bagi tenaga kesehatan di
Indonesia untuk menjalankan kolaborasi interprofesional dan
edukasi interprofesional tenaga kesehatan tersebut.
 Tantangan ini menjadi tidak mudah karena ada wilayah-wilayah
yang telah dibatasi oleh ketentuan formal seperti peraturan
perundang-undangan dan juga ketentuan nonformal seperti
Standar Prosedur Operasional. Maka ketika apoteker masuk ke
wilayah diagnosis, tenaga medis akan menggugat. Begitupun
ketika ada seorang perawat yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, apoteker akan menggugat. Sekat keprofesian ini
semakin menegaskan bahwa kolaborasi interpersonal tenaga
kesehatan itu bukan hal yang mudah untuk diterapkan
Solusi
 Sebagai tenaga kesehtan yang berperan penting dalam peningkatan
kesehatan dan kualitas hidup pasien maka profesi apoteker harus lebih
meningkatkan kemampuan komunikasi, rasa percaya diri, dan
kemampuan klinik agar dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain.
 Berdasarkan pembahasan interprofessional ini dapat disimpulkan
bahwa tantangan apoteker dalam menerapkan interprofessional tidak
mudah tapi dapat di capai dengan metoda IPC dan IPE.
 IPC : berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien sesuai dengan kewenangan masing-masing
profesi dan sesuai dengan batasan masing-masing
 IPE : menerapkan edukasi interperofessional agar tercipta nya
kolaborasi interprofessional dengan tenaga kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA
 Ilmanita. D& Rokhman. R.2014. PERAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION
TERHADAP PERSEPSI KETERLIBATAN APOTEKER DALAM KOLABORASI
ANTAR PROFESI. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Volume 4
Nomor 3.
 Rokhmah.N.T & Anggorowati. 2017. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PRAKTEK
KOLABORASI INTERPROFESI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN. Journal of Health Studies. Vol. 1, No.1
 Ferdiansyah. D. 2018. Apoteker dan Konsep Kolaborasi Interprofesionalitas
Tenaga Kesehatan dalam Program JKN. Majalah Farmasetika, 3 (4)
2018, 77-80.
 Abdulkadir. W.S. 2017. Model Kolaborasi Dokter, Apoteker dan Direktur terhadap
Peningkatan Efektivitas Teamwork di Rumah Sakit. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 6 No. 3, hlm 210– 219 .
 Freeth, D., Hammick, M. Revees.S., Koppel I, Barr.H., (2005). Effective
Interprofessional education: Development, Delivery, And Evaluation.
Canada: Blackwell Publishing.
 Yuliati. I. 2014. PERSEPSI DOSEN TERHADAP INTERPROFESSIONAL EDUCATION
(IPE). Jurnal Penelitian Kesehatan. Jilid 2, nomor 1.
TERIMA KASIH

PPT PERAN INTERPROFESIONAL APOTEKER DALAM FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT.pptx

  • 1.
    PERAN INTERPROFESIONAL APOTEKER DALAMFARMASI KESEHATAN MASYARAKAT KELOMPOK 5 : YERICH SEPTA. S (3105059) NURFADILAH (3105041) PRASTIKA PURNAMA. S (3105063) FITRINI (3105011)
  • 2.
    DEFENISI  Komunikasi adalahproses penyampaian dan penerimaan informasi antar individu yang dapat didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung pada apa konteks itu sedang diterapkan. Komunikasi adalah dasar untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam berperilaku sosial  Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu  Komunikasi interpersonal terdiri dari 3 faktor utama yaitu pemberi pesan, penerima pesan, dan pesan itu sendiri  Komunikasi interpersonal yang melibatkan banyak profesi dan disiplin ilmu yang berbeda disebut komunikasi interprofesional. Komunikasi interprofesional di dunia kesehatan salah satunya terjadi antara dokter dan apoteker
  • 3.
    Komunikasi interprofesional  Komunikasiinterprofesional yang baik akan meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi terjadinya medical errors, dan dapat menciptakan kolaborasi interprofesional. Komunikasi interprofesional yang efektif terdiri dari:  Kejelasan dan ketepatan pesan yang dapat diverifikasi,  kolaborasi dalam memecahkan masalah,  Sikap tenang dan mendukung dibawah tekanan,  memelihara rasa saling menghormati, dan  memahami tentang peran unik masing-masing.  Sedangkan komunikasi tidak efektif jika sesama tenaga kesehatan saling merendahkan, bergantung pada sistem elektronik, hambatan budaya dan linguistik
  • 4.
    Strategi komunikasi interprofesional WHO (2010)menyatakan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai interprofessional jika didalamnya terdapat dua atau lebih profesi yang terlibat, aktif bekerjasama, berpartisipasi aktif, memiliki tujuan yang sama serta saling berbagi ilmu dan ketrampilan Strategi komunikasi interprofesional adalah strategi yang dapat meningkat kualitas pelayanan dan perawatan demi meningkat kan kualitas hidup pasien, yaitu :  Kolaborasi interprofesional (IPC)  Interprofessional Education (IPE)
  • 5.
    IPC  Interprofessional Collaborationadalah kerja sama dengan satu atau lebih anggota tim kesehatan untuk mencapai tujuan umum dimana masing – masing anggota memberikan kontribusi yang unik sesuai dengan batasannya masing – masing.  Kolaborasi antar profesi kesehatan, termasuk kolaborasi antara apoteker dengan profesi lain, dikenal juga dengan istilah interprofessional collaborative practice (IPC).  kolaborasi interprofesional adalah interaksi dua atau lebih tenaga kesehatan yang berbeda untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin tercapai jika mereka bekerja sendiri-sendiri  Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Kolabolari interprofesional berkaitan dengan penyelenggaran pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai tenaga kesehatan.
  • 6.
    HAMBATAN  Pharmaceutical careadalah tanggung jawab langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien  Hambatan dari penerapan pharmaceutical care dapat berasal dari dalam apoteker sendiri seperti kurangnya kemampuan komunikasi, rasa percaya diri, dan kemampuan klinik. Selain itu, hambatan juga berasal dari luar apoteker seperti keengganan profesi kesehatan lain untuk berkolaborasi dengan apoteker  Tingkat percaya diri yang sama merupakan hal yang penting dalam menjalankan kolaborasi antar profesi
  • 7.
    IPE  Interprofessional education(IPE) merupakan suatu proses dimana sekelompok profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan kewenangannya  Metode IPE memberikan dampak paling besar terhadap persepsi positif tenaga kesehatan mengenai keterlibatan apoteker dalam praktik kolaborasi antar profesi kesehatan  Sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan, apoteker memiliki peran yang cukup penting dalam dimensi pelayanan kesehatan. Apoteker memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan kewenangan di bidang kefarmasian, makanan dan alat kesehatan.  Interprofessional education (IPE) bertujuan untuk meningkatkan interprofessional collaboration (IPC) yang diperlukan untuk memenuhi tantangan praktek modern.
  • 8.
    Hambatan dan tantangan Menjadi tantangan yang tidak mudah bagi tenaga kesehatan di Indonesia untuk menjalankan kolaborasi interprofesional dan edukasi interprofesional tenaga kesehatan tersebut.  Tantangan ini menjadi tidak mudah karena ada wilayah-wilayah yang telah dibatasi oleh ketentuan formal seperti peraturan perundang-undangan dan juga ketentuan nonformal seperti Standar Prosedur Operasional. Maka ketika apoteker masuk ke wilayah diagnosis, tenaga medis akan menggugat. Begitupun ketika ada seorang perawat yang melakukan pekerjaan kefarmasian, apoteker akan menggugat. Sekat keprofesian ini semakin menegaskan bahwa kolaborasi interpersonal tenaga kesehatan itu bukan hal yang mudah untuk diterapkan
  • 9.
    Solusi  Sebagai tenagakesehtan yang berperan penting dalam peningkatan kesehatan dan kualitas hidup pasien maka profesi apoteker harus lebih meningkatkan kemampuan komunikasi, rasa percaya diri, dan kemampuan klinik agar dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.  Berdasarkan pembahasan interprofessional ini dapat disimpulkan bahwa tantangan apoteker dalam menerapkan interprofessional tidak mudah tapi dapat di capai dengan metoda IPC dan IPE.  IPC : berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sesuai dengan kewenangan masing-masing profesi dan sesuai dengan batasan masing-masing  IPE : menerapkan edukasi interperofessional agar tercipta nya kolaborasi interprofessional dengan tenaga kesehatan lain.
  • 10.
    DAFTAR PUSTAKA  Ilmanita.D& Rokhman. R.2014. PERAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION TERHADAP PERSEPSI KETERLIBATAN APOTEKER DALAM KOLABORASI ANTAR PROFESI. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Volume 4 Nomor 3.  Rokhmah.N.T & Anggorowati. 2017. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PRAKTEK KOLABORASI INTERPROFESI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN. Journal of Health Studies. Vol. 1, No.1  Ferdiansyah. D. 2018. Apoteker dan Konsep Kolaborasi Interprofesionalitas Tenaga Kesehatan dalam Program JKN. Majalah Farmasetika, 3 (4) 2018, 77-80.  Abdulkadir. W.S. 2017. Model Kolaborasi Dokter, Apoteker dan Direktur terhadap Peningkatan Efektivitas Teamwork di Rumah Sakit. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 6 No. 3, hlm 210– 219 .  Freeth, D., Hammick, M. Revees.S., Koppel I, Barr.H., (2005). Effective Interprofessional education: Development, Delivery, And Evaluation. Canada: Blackwell Publishing.  Yuliati. I. 2014. PERSEPSI DOSEN TERHADAP INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE). Jurnal Penelitian Kesehatan. Jilid 2, nomor 1.
  • 11.