Dokumen tersebut membahas perencanaan program audit secara keseluruhan untuk IBM ASMI yang mencakup jenis-jenis pengujian audit, pendekatan merencanakan program audit, dan ikhtisar proses audit secara keseluruhan."
RENCANA AUDIT DANPROGRAM AUDIT
SECARA KESELURUHAN
IBM ASMI
1. CHIKMATUL JAOHARAH
(3130195)
2. EDWIN KRISTIANTO (3140097)
3. ERRIYANTO (3130239)
4. SILVA FAUZIAH
(3120218)
2.
Pendahuluan
 Bab iniakan membahas tahap kedelapan dan
terakhir dalam tahap Perencanaan Audit.
 Tahap ini merupakan fase yang penting karena pada
tahap inilah dihasilkan seluruh program audit yang
direncanakan auditor untuk diikuti dalam audit, yang
mencakup semua prosedur audit, ukuran sample,
materi yang dipilih, dan waktu pelaksanaannya.
3.
Jenis Pengujian Audit
Dalammengembangkan keseluruhan rencana audit,
Auditor menggunakan lima jenis pengujian yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar.
Pengujian tersebut meliputi:
• Prosedur Penilaian Resiko
• Pengujian Pengendalian
• Pengujian Substantif atas Transaksi
• Prosedur Analitis
• Pengujian Rincian atas Saldo
• Ikhtisar Jenis – jenis Pengujian
4.
Model Prosedur Auditdan Risiko Audit
Model Resiko AAR = PDR
Audit IR Ă— CR
1
pengujian
pengendali
an
2
pengujian
substantif
atas
transaksi
3
prosedur
analitis
4
pengujian
atas
rincian
saldo
HASIL
Bukti Yang
Tepat ynag
mencakupi
menurut
GAAS
Prosedur Audit
Selanjutnya
5.
Prosedur Penilaian Risiko
Penilaian ini dilaksanakan untuk menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan. Auditor
melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian atas rincian saldo sebagai respons
terhadap penilaian auditor atas risiko salah saji yang
material. Sebagian besar prosedur penilaian risiko
auditor dilakukan untuk memahami pengendalian
6.
Pengujian Pengendalian
Pengujian Pengendalianmerupakan prosedur yang digunakan untuk
menguji efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian yang
diterapkan untuk menilai risiko pengendalian,Pengujian ini meliputi
jenis prosedur audit sbb:
 Meminta keterangan dari personil klien
 Menguji dokumen, arsip, dan laporan
 Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
 Melaksanakan kembali prosedur klien
Contoh:
•Menyamakan faktur pembelian dengan pesanan pembelian dan
penerimaan laporan atas pembelian sebelum menyetujui
pembayaran invoice
•Memeriksa kartu absensi karyawan sebelum menyetujui
pembayaran uang lembur
7.
Pengujian Substansial atas
Transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang
untuk menguji salah saji dolar (salah saji moneter) yang
secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan
keuangan.
 Substantive test of transactions (STOT) merupakan
prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji
moneter untuk menentukan apakah tujuan audit terkait
dengan transaksi) telah terpenuhi.
 Contoh: untuk sebuah transaksi penjualan, STOT
dilakukan untuk menguji apakah transaksi tersebut telah
dicatat secara tepat dan diuji apakah telah dijurnal dan
jumlah yang akurat, dicatat pada periode yang
8.
Prosedur analitis
Prosedur analitismelibatkan perbandingan jumlah yang
tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.
Dua tujuan paling penting dari prosedur ini dalam
mengaudit saldo akun adalah:
 menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan
keuangan
 memberikan bukti substantif.
Apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan
menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa
saldo akhir akun tertentu mungkin diabaikan atau ukuran
sampel dikurangi. Standar auditing menyatakan bahwa
prosedur analitis merupakan jenis pengujian substantif,
apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang
9.
Pengujian rincian saldo
Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir
buku besar baik untuk akun neraca maupun laporan
laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian
besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca.
Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting karena
bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber
independen dengan klien, dan dianggap sangat
dapat dipercaya. Pengujian rincian saldo dapat
membantu dalam menetapkan kebenaran moneter
akun-akun yang berhubungan dan karenanya
merupakan pengujian substantif.
MEMILIH JENIS PENGUJIANYANG
AKAN DILAKSANAKAN
 Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan
auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih,
termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya
relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas
pengendalian internal, dan resiko inheren.
Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit
Selanjutnya Masing-masing dari empat jenis
prosedur selanjutnya hanya melibatkan jenis bukti
12.
Biaya Relatif
 Ketikaauditor harus memutuskan jenis pengujian
mana yang akan dipilih untuk memperoleh bukti
yang tepat dan mencukupi biaya, bukti itu
merupakan pertimbangan yang penting. Jenis
pengujian yang tercantum berikut ini disusun
menurut peningkatan biayanya:
o Prosedur analitis dianggap paling murah karena
relatif mudah dihitung dan dibandingkan.
o Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk
memahami pengendalian internal, tidak semahal
pengujian audit lainnya karena auditor dengan
mudah dapat melakukan tanya jawab dan
13.
o Pengujian pengendalianjuga melibatkan pengajuan
pertanyaan atau tanya-jawab, pengamatan, dan inspeksi,
biaya relatifnya juga lebih rendah dibandingkan dengan
pengujian substantif. Namun, pengujian pengendalian jauh
lebih mahal dibandingkan prosedur penilaian risiko auditor
karena luas pengujian yang diperlukan jauh lebih besar untuk
mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah beroperasi
secara efektif, terutama bila pengujian pengendalian itu
melibatkan pelaksanaan ulang.
o Pengujian substantif atas transaksi lebih mahal dibandingkan
pengujian pengendalian yang tidak mencakup pelaksanaan
ulang, karena sering kali memerlukan rekalkulasi dan
penelusuran.
14.
Hubungan Antara Pengujian
Pengendaliandan Pengujian Substantif
 Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengidentifikasi kemungkinan salah saji yang mempengaruhi
nilai dolar laporan keuangan, sedangkan pengecualian dalam
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian
saldo merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian
dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengujian
pengendalian. Auditor kemungkinan besar yakin bahwa ada
salah saji mata uang yang material dalam laporan keuangan
apabila deviasi pengujian pengendalian dianggap sebagai
deviasi yang signifikan atau kelemahan yang material.
Auditor kemudian harus melaksanakan pengujian substantif
atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk
menentukan apakah salah saji mata uang yang material
15.
Hubungan Antara ProsedurAnalitis
dan Pengujian Substantif
Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan antara
satu akun dengan akun lainnya, atau dengan informasi
nonkeuangan, dapat mengindikasikan kemungkinan
yang meningkat bahwa ada salah saji yang material
itu. apabila prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi
yang tidak biasa, auditor harus melaksanakan
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian
rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji
mata uang telah benar-benar terjadi. Jika auditor
melaksanakan prosedur analitis dan yakin bahwa
kemungkinan salah saji yang material nilainya kecil,
16.
Trade-Off Antara Pengujian
Pengendaliandan Pengujian
Substantif
Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan
pengujian substantif. Selama tahap perencanaan,
auditor memutuskan apakah akan menilai risiko
pengendalian di bawah maksimum. Jika
melakukannya, auditor kemudian harus melaksanakan
pengujian pengendalian untuk menentukan apakah
penilaian tingkat risisko pengendalian itu didukung.
Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian
risiko pengendalian, risiko deteksi yang direncanakan
dalam model risiko audit akan meningkat, dan
karenanya, pengujian substantif yang direncanakan
17.
DAMPAK TEKNOLOGI
INFORMASI TERHADAP
PENGUJIANAUDIT
Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar
bukti audit dalam format elektronik, mungkin tidak praktis atau
mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga tingkat yang
dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif.
Walaupun beberapa pengujian substantif masih diperlukan,
auditor dapat mengurangi pengujian substansi secara signifikan
jika hasil pengujian pengendalian mendukung keefektifan
pengendalian itu. dalam audit perusahaan publik, pengendalian
yang dilaksanakan komputer harus diuji jika auditor
mempertimbangkan sebagai pengendalian kunci untuk
mengurangi kemungkinan salah saji yang material dalam
laporan keuangan. Namun, karena konsistensi yang melekat
dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat mengurangi luas
pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.
18.
BAURAN BUKTI
Memilih jenispengujian mana yang akan digunakan
dan seberapa ektensif pengujian itu harus
dilaksanakan dapat sangat bervariasi di antara audit
dengan tingkat efektivitas pengendalian internal dan
risiko inheren yang berbeda. Bahkan dalam audit
tertentu, variasi dapat terjadi dari satu siklus ke siklus
lain. Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang
mencukupi sebagai respons terhadap risiko yang
diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi dari empat jenis
pengendalian selanjutnya. Kombinasi ini sering kali
19.
PERANCANGAN PROGRAM
AUDIT
Umumnya auditmendesain sebuah audit program
dalam 3 bagian:
 Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi
 Prosedur analitis
 Pengujian Rincian Saldo
20.
Empat langkah pendekatanketika auditor merencanakan untuk
mengurangi risiko pengendalian:
1. Menggunakan tujuan audit terkait transaksi terhadap kelas
transaksi yang diuji, misalkan penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendalian utama yang dapat mengurangi
risiko pengendalian pada setiap tujuan audit terkait transaksi .
3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat disusun
untuk seluruh internal controls yang digunakan untuk
mengurangi penilaian awal terhadap resiko pensendalian
dibawah maksimum (pengemdalian kunci).
4. Mendesain pengujian tujuan audit terkait transaksi dengan
mempertimbangkan kelemahan internal controls dan hasil dari
pengujian pengendalian dapat dilakukan secara simultan.
Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi
21.
Pendekatan 4 langkahuntuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substansi atas
transaksi
22.
Metodologi untuk merancangPengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
Lakukan prosedur penilaian risiko
untuk memahami Internal control
Menilai resiko pengendalian yang
direncanakan
Menentukan luasnya pengujian
pengandalian
Mendesain
Pengujian
Pengendalian dan
Pengujian
Substantif atas
Transaksi untuk
memenuhi tujuan
audit berkaitan
dengan transaksi
- Prosedur audit
- Ukuran sample
- Item yang dipilih
- Penetapan
Waktu
23.
Prosedur analitis
pengujian substantif,seperti audit piutang usaha, biasanya
lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang
dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap
perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentase
marjin kotor untuk total penjualan, sementara selama
pengujian substantif atas piutang usaha, auditor dapat
mengkalkulasi persentase marjin kotor per bulan atau per
lini bisnis, atau mungkin keduanya. Prosedur analitis yang
dihitung dengan menggunakan jumlah bulanan biasanya
akan lebih efektif dalam mendeteksi salah saji ketimbang
yang dihitung dengan menggunakan jumlah tahunan, dan
perbandingan lini bisnis biasanya akan lebih efektif
24.
Pengujian Rincian Saldo
Untukmerancang prosedur audit pengujian rincian
saldo, auditor menggunakan metodologi yang
berorientasi pada tujuan audit berkaitan dengan saldo.
Perancangan prosedur ini biasanya bagian yang
paling sulit dari seluruh proses perencanaan, karena
bersifat subjektif dan memerlukan banyak
pertimbangan profesional.
25.
Program Audit Ilustratif
Programaudit sering kali terkomputerisasi. Bentuk
yang paling sederhana adalah mengetik program audit
pada pengolah kata dan menyimpannya dari satu
tahun ke tahun berikutnya untuk mempermudah
pengubahan serta pemutakhiran. Pendekatan yang
lebih canggih adalah menggunakan perangkat lunak
audit, yang akan membantu auditor berpikir melalui
pertimbangan perencanaan audit dan memilih
prosedur yang sesuai dari database prosedur audit.
Prosedur ini kemudian disusun menjadi program audit.
26.
IKHTISAR PROSES AUDIT
FaseI Merencanakan dan Merancang Pendekatan
Audit Menerima klien dan melaksanakan perencanaan
awal Memahami bisnis dan industri klien Menilai risiko
bisnis klien Melaksanakan prosedur analitis
pendahuluan Menetapkan materialitas dan menilai
risiko audit yang dapat diterima serta risiko inheren
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko
pengendalian Mengumpulkan informasi untuk menilai
risiko kecurangan Mengembangkan rencana audit dan
program audit secara keseluruhan
27.
 Fase IIMelaksanakan Pengujian Pengendalian dan
Pengujuian Substantif atas Transaksi Melakukan
pengujian pengendalian untuk memperoleh buktu
untuk mendukung pengendalian khusus yang
berkontribusi pada penilaian risiko pengendalian
oleh auditor (yaitu, bila dikurangi di bawah
maksimum) bagi audit laporan keuangan dan audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan
perusahaan publik. Melakukan pengujian subtantif
atas transaksi untuk memperoleh bukti untuk
mendukung ketepatan moneter transaksi. Sering kali
kedua jenis pengujian ini dilaksanakan secara
serentak atas transaksi yang sama.
28.
Apabila pengendalian dianggaptidak efektif atau bila
auditor menemukan penyimpangan, pengujian substantif
dapat diperluas dalam fase ini atau fase III, dengan
mempertimbangkan imlpikasi bagi laporan auditor tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Karena
hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi merupakan determinan utama dari luas
pengujian rincian saldo, pengujian itu sering kali dilakukan
2 atau 3 bulan sebelum tanggal neraca. Ini membantu
auditor dalam merevisi program audit pengujian rincian
saldo atas hasil yang tidak diharapkanpada pengujian
sebelumnya, dan untuk menyelesaikan audit secepat
29.
Fase III MelaksanakanProsedur Analitis dan
Pengujian Rincian Saldo Tujuan dari fase III adalah
untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi
guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki
atas laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar.
Dua kategori umum: Melakukan prosedur analitis
substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo
secara keseluruhan. Menguji rincian saldo, yang
merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji
moneter dalam saldo laporan keuangan.
30.
Fase IV MenyelesaikanAudit dan Mengeluarkan Laporan
Audit Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian
dan pengungkapan. Prosedur yang dilaksanakan auditor
untuk mendukung empat tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi dan yang berkaitan dengan saldo.
Selama fase ini auditor melaksanakan prosedur audit yang
berkaitan dengan kewajiban kontinjen dan peristiwa
setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjen adalah
kewajiban potensial yang harus diungkapkan dalam
catatan kaki klien. Mengumpulkan bukti akhir.
Mengeluarkan laporan audit. Jenis laporan yang akan
dikeluarkan tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan
temuan audit. Berkomunikasi dengan komite audit dan
manajemen. Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan
defisiensi yang signifikan dalam pengendalian internal
kepada komite audit atau manajemen senior.
31.
KESIMPULAN
ĂĽ Tahapan dariproses audit Keempat aspek dari audit lengkap : 1)
merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit, 2) melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, 3) melakukan
prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, 4) menyelesaikan audit dan
mengeluarkan suatu laporan.
ĂĽ Jenis pengujian Kelima jenis pengujian audit yang digunakan auditor
untuk menentukan apakah laporan keuangan dapat dinyatakan secara wajar
yaitu : prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern, pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi,
prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
ĂĽ Jenis bukti Ketujuh jenis atau kategori besar dari bukti yang digunakan
oleh auditor : pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis,
pengamatan, pemeriksaan klien dan pelaksanaan ulang.
ĂĽ Fase dari proses audit Empat fase dalam proses audit : 1) perencanaan
dan perancangan pendekatan audit, 2) pengujian atas pengendalian dan
transaksi, 3) melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo,