KULIAH BAB VI


  KORELASI
   LINIER
 SEDERHANA
PENDAHULUAN
Model korelasi sedikit berbeda dari model regresi.
Dalam regresi, variabel bebas X dianggap bersifat
fix (tetap) dan tanpa kesalahan, namun dalam
korelasi, variabel X dan Y tidak fix sehingga dapat
dipertukarkan dan keduanya memiliki kesalahan

Dalam studi korelasi diperlukan data berpasangan.
Misalnya, penelitian untuk mengkaji korelasi antara
berat dan tinggi badan 40 anak. Jadi setiap anak
memiliki 2 nilai, yaitu nilai X untuk tinggi dan nilai Y
untuk berat badan. Perangkat data berpasangan itu
lalu dipadukan untuk membentuk suatu distribusi
data yang menggambarkan relasi kedua variabel itu.
Distribusi data itu disebut distribusi bersama.
KOEFISIEN KORELASI
Ukuran kekuatan relasi antara variabel X dan Y yang
berrelasi linier adalah koefisien korelasi (simbol r).

Koefisien korelasi menunjukkan arah dan besar
hubungan linier antara 2 variabel. Arah dinyatakan
dengan + atau –. Tanda + (tanpa tanda) berarti
hubungan linier positip (searah), artinya nilai tinggi
satu variabel berkaitan nilai tinggi variabel lainnya.
Tanda – berarti hubungan linier negatip (beda arah).

Besar koefisien korelasi menunjukkan kuat-lemah
relasi. r mendekati 1 berarti relasi makin kuat,
mendekati 0 berarti relasi makin lemah
CONTOH KORELASI
        LINIER SEDERHANA
10              10              10              10
 8               8               8               8
 6               6               6               6
4               4               4               4
2                2               2              2

 0 2 4 6 8 10    0 2 4 6 8 10    0 2 4 6 8 10    0 2 4 6 8 10
     (a)             (b)             (c)             (d)

 (a) korelasi positip hampir sempurna (r → 1)
 (b) korelasi negatip hampir sempurna (r → – 1)
 (c) korelasi positip relatif kuat,
 (d) korelasi positip lemah
KOEFISIEN DETERMINASI
Kuadrat dari koefisien korelasi (r2) disebut
koefisien determinasi
Koefisien determinasi ini dapat ditafsir sebagai
proporsi atau, jika dikalikan dengan 100%,
disebut persentase varian bersama

Jika variabel X adalah prediktor bagi variabel Y
maka koefisien determinasi menyatakan
berapa persen varian variabel Y yang dapat
dijelaskan oleh variabel X.
Misalnya, rXY = 0,60 maka koefisien determinasi
= 0,36. Artinya, 36% varian variabel Y dapat
dijelaskan oleh variabel X
METODE PENENTUAN
    KOEFISIEN KORELASI

a. Korelasi Product Moment

b. Korelasi Biserial Titik

c. Korelasi Phi

d. Korelasi Perbedaan Peringkat
Korelasi Product Moment
Ada 3 macam ukuran keterkaitan antara satu varian
variabel dengan varian variabel lain, yaitu kovarian
(SXY), slope garis regresi (β 1), dan koefisien korelasi
(rXY). Metode ini mencari koefisien korelasi sampel
dan keterkaitannya dengan kedua ukuran varian
bersama lainnya, dinyatakan dengan persamaan
                   SXY = kovarian variabel X dan Y
          SXY
    rxy =          SX = simpangan baku variabel X
          SXSY
                   Sy = simpangan baku variabel Y

                   n ∑XY – ∑X ∑Y              Rumus
    rxy =                                     Nilai
            √ n ∑X2 – (∑X)2 √ n ∑X2 – (∑X)2   Mentah
Korelasi Biserial Titik
Merelasikan satu variabel prediktor dikotomi dengan
satu variabel kriteria berskala interval atau rasio

Misal akan dicari korelasi antara jenis kelamin dan
sikap keguruan. Jenis kelamin dikotomis, yaitu pria
dan wanita, dan sikap keguruan bersifat interval.

Jika variabel X dikotomis dan Y interval, koefisien
korelasi biserial titik ditentukan menurut persamaan:
                        Yrp = rata2 kelompok p
        Yrp - Yrt p     Yrt = rata2 seluruh subyek
rpbis =          √ q
           St           St = simp. baku subyek
                        p = proporsi kel. satu
                        q = proporsi kel. dua
Korelasi Phi
Untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel
yang keduanya bersifat dikotomis.

Misal, dicari korelasi antara jenis kelamin dan respon
terhadap soal benar-salah. Dibuat tabel kontingensi 2
x 2, variabel X = jenis kelamin (1 = pria dan 0 = wanita)
dan Y = jawaban subyek terhadap soal (1 = benar dan
0 = salah). Digunakan persamaan berikut

              Y
          0       1                   bc – ad
                         Phi =
     1    a       b            √(a+c)(b+d)(a+d)(c+b)
X
     0    c       d
Korelasi Perbedaan Peringkat

Situasi khusus dalam korelasi linier adalah jika kedua
variabel yang dikorelasikan berupa peringkat subyek
pada masing-masing peubah, bukan nilai. Jika kedua
variabel X dan Y berupa peringkat, D = X – Y, dan
n = jumlah sampel maka didapat persamaan

                             6 ∑D2
                  rXY = 1 –
                            n(n2 – 1)
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

More Related Content

PPTX
04 regresi linier-sederhana
PPTX
Analisis regresi dan korelasi
PPTX
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
PPT
Bab 10 analisis regresi-sederhana
DOC
Makalah Analisa Regresi
PPTX
Regresi dan korelasi
DOCX
Regresi Linear Berganda
DOCX
Analisa korelasi parsial
04 regresi linier-sederhana
Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
Bab 10 analisis regresi-sederhana
Makalah Analisa Regresi
Regresi dan korelasi
Regresi Linear Berganda
Analisa korelasi parsial

What's hot (17)

DOCX
Analisa korelasi ganda
PDF
Modul metode regresi
DOCX
Korelasi parsial dan ganda
DOC
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
DOCX
Analisis Regresi Linier Sederhana
PPT
Tugas Zainal Abidin
DOCX
analisa regresi dan korelasi sederhana rs
PPTX
analisis regresi korelasi
PPTX
Pertemuan iii fungsi
DOCX
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
PPTX
Pertemuan iv fungsi
PDF
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
PDF
Korelasi dan regresi linier
PDF
Analisis regresi.
PDF
Makalah analisis regresi
PDF
Bab 6-multikolinearitas
PPT
Tugas Regresi Punya Agus
Analisa korelasi ganda
Modul metode regresi
Korelasi parsial dan ganda
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
Analisis Regresi Linier Sederhana
Tugas Zainal Abidin
analisa regresi dan korelasi sederhana rs
analisis regresi korelasi
Pertemuan iii fungsi
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
Pertemuan iv fungsi
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Korelasi dan regresi linier
Analisis regresi.
Makalah analisis regresi
Bab 6-multikolinearitas
Tugas Regresi Punya Agus
Ad

Similar to Stat d3 6 (20)

PDF
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
PPTX
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PPT
PPT-UEU-Biostatistik-14 powerpoint presentation
PPT
Bd06 statistik korelasi
PPT
Aaalisis Korelasi/hub product pearson.ppt
PPT
Pengujian Korelasi Product Moment Pearson.ppt
PDF
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
PPT
yaitu tentang teori akuntansi korelasi dan
PPT
Sesi-14-Regresi-Kolerasi Linier Sederhana.ppt
PPT
4._ANALISIS_KORELASI_di tulis nerisa.ppt
PPTX
13.analisa korelasi
PPTX
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
PPTX
Analisis_Korelasi_Matematika_SMA/MA.pptx
PPT
4._ANALISIS_pada konsep KORELASI_nerisa.ppt
PDF
Korelasi(13)
PPTX
Analisis korelasi
PDF
Pertemuan 1 analisis regresi
PPTX
Ek107 122215-952-4
PPT
Materi ketiga materiMateri ketiga materi.ppt
DOC
Regresi linier sederhana gabungan rev1
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PPT-UEU-Biostatistik-14 powerpoint presentation
Bd06 statistik korelasi
Aaalisis Korelasi/hub product pearson.ppt
Pengujian Korelasi Product Moment Pearson.ppt
regresi dan korelasi 2021 statistik kuliah
yaitu tentang teori akuntansi korelasi dan
Sesi-14-Regresi-Kolerasi Linier Sederhana.ppt
4._ANALISIS_KORELASI_di tulis nerisa.ppt
13.analisa korelasi
KORELASI LINIER SEDERHANA DAN REGRESI LINIEAR.pptx
Analisis_Korelasi_Matematika_SMA/MA.pptx
4._ANALISIS_pada konsep KORELASI_nerisa.ppt
Korelasi(13)
Analisis korelasi
Pertemuan 1 analisis regresi
Ek107 122215-952-4
Materi ketiga materiMateri ketiga materi.ppt
Regresi linier sederhana gabungan rev1
Ad

More from Ketut Swandana (20)

PPT
Stat d3 7
PPT
Stat d3 5
PPT
Stat d3 4
PPT
Stat d3 3
PPT
Stat d3 2
PPT
Stat d3 1
PPTX
Biodata dosen hindu universitas lampung
PPT
Putu ganteng
PPTX
Mineral dan air
PPTX
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
PPTX
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
PPTX
Garis garis besar program kerja
PPT
Kalender kegiatan op ukm
PPT
Presentation1
PPT
Pelatihan progja
PPT
Building winning attitude for kmhdi
PPT
Pertemuan v
PDF
Port designers handbook
PDF
Pasang surut
PDF
Kode etik agen [final mar 06]
Stat d3 7
Stat d3 5
Stat d3 4
Stat d3 3
Stat d3 2
Stat d3 1
Biodata dosen hindu universitas lampung
Putu ganteng
Mineral dan air
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Garis garis besar program kerja
Kalender kegiatan op ukm
Presentation1
Pelatihan progja
Building winning attitude for kmhdi
Pertemuan v
Port designers handbook
Pasang surut
Kode etik agen [final mar 06]

Recently uploaded (20)

DOCX
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Akidah Akhlak Kelas 7 MTs
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 5 Kurikulum Merdeka
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 4 Kurikulum Merdeka
PPTX
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
PPTX
Contoh Soal TKA Geografi Kelas XIIhhffff
PPTX
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
PDF
Stop Bullying NO Bully in school SMA .pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 5 Kurikulum Merdeka
PDF
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XI SMA Terbaru 2025
PPTX
Tugas_Guru_Wali_Permendikbud_11_2025.pptx
PDF
Faktor-Faktor Pergeseran dari Pemasaran Konvensional ke Pemasaran Modern
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
PDF
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 5 Kurikulum Merdeka [modulguruku.com]
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Akidah Akhlak Kelas 7 MTs
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 4 Kurikulum Merdeka
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
Contoh Soal TKA Geografi Kelas XIIhhffff
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
Stop Bullying NO Bully in school SMA .pdf
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XI SMA Terbaru 2025
Tugas_Guru_Wali_Permendikbud_11_2025.pptx
Faktor-Faktor Pergeseran dari Pemasaran Konvensional ke Pemasaran Modern
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 5 Kurikulum Merdeka [modulguruku.com]
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka

Stat d3 6

  • 1. KULIAH BAB VI KORELASI LINIER SEDERHANA
  • 2. PENDAHULUAN Model korelasi sedikit berbeda dari model regresi. Dalam regresi, variabel bebas X dianggap bersifat fix (tetap) dan tanpa kesalahan, namun dalam korelasi, variabel X dan Y tidak fix sehingga dapat dipertukarkan dan keduanya memiliki kesalahan Dalam studi korelasi diperlukan data berpasangan. Misalnya, penelitian untuk mengkaji korelasi antara berat dan tinggi badan 40 anak. Jadi setiap anak memiliki 2 nilai, yaitu nilai X untuk tinggi dan nilai Y untuk berat badan. Perangkat data berpasangan itu lalu dipadukan untuk membentuk suatu distribusi data yang menggambarkan relasi kedua variabel itu. Distribusi data itu disebut distribusi bersama.
  • 3. KOEFISIEN KORELASI Ukuran kekuatan relasi antara variabel X dan Y yang berrelasi linier adalah koefisien korelasi (simbol r). Koefisien korelasi menunjukkan arah dan besar hubungan linier antara 2 variabel. Arah dinyatakan dengan + atau –. Tanda + (tanpa tanda) berarti hubungan linier positip (searah), artinya nilai tinggi satu variabel berkaitan nilai tinggi variabel lainnya. Tanda – berarti hubungan linier negatip (beda arah). Besar koefisien korelasi menunjukkan kuat-lemah relasi. r mendekati 1 berarti relasi makin kuat, mendekati 0 berarti relasi makin lemah
  • 4. CONTOH KORELASI LINIER SEDERHANA 10 10 10 10 8 8 8 8 6 6 6 6 4 4 4 4 2 2 2 2 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 (a) (b) (c) (d) (a) korelasi positip hampir sempurna (r → 1) (b) korelasi negatip hampir sempurna (r → – 1) (c) korelasi positip relatif kuat, (d) korelasi positip lemah
  • 5. KOEFISIEN DETERMINASI Kuadrat dari koefisien korelasi (r2) disebut koefisien determinasi Koefisien determinasi ini dapat ditafsir sebagai proporsi atau, jika dikalikan dengan 100%, disebut persentase varian bersama Jika variabel X adalah prediktor bagi variabel Y maka koefisien determinasi menyatakan berapa persen varian variabel Y yang dapat dijelaskan oleh variabel X. Misalnya, rXY = 0,60 maka koefisien determinasi = 0,36. Artinya, 36% varian variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X
  • 6. METODE PENENTUAN KOEFISIEN KORELASI a. Korelasi Product Moment b. Korelasi Biserial Titik c. Korelasi Phi d. Korelasi Perbedaan Peringkat
  • 7. Korelasi Product Moment Ada 3 macam ukuran keterkaitan antara satu varian variabel dengan varian variabel lain, yaitu kovarian (SXY), slope garis regresi (β 1), dan koefisien korelasi (rXY). Metode ini mencari koefisien korelasi sampel dan keterkaitannya dengan kedua ukuran varian bersama lainnya, dinyatakan dengan persamaan SXY = kovarian variabel X dan Y SXY rxy = SX = simpangan baku variabel X SXSY Sy = simpangan baku variabel Y n ∑XY – ∑X ∑Y Rumus rxy = Nilai √ n ∑X2 – (∑X)2 √ n ∑X2 – (∑X)2 Mentah
  • 8. Korelasi Biserial Titik Merelasikan satu variabel prediktor dikotomi dengan satu variabel kriteria berskala interval atau rasio Misal akan dicari korelasi antara jenis kelamin dan sikap keguruan. Jenis kelamin dikotomis, yaitu pria dan wanita, dan sikap keguruan bersifat interval. Jika variabel X dikotomis dan Y interval, koefisien korelasi biserial titik ditentukan menurut persamaan: Yrp = rata2 kelompok p Yrp - Yrt p Yrt = rata2 seluruh subyek rpbis = √ q St St = simp. baku subyek p = proporsi kel. satu q = proporsi kel. dua
  • 9. Korelasi Phi Untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel yang keduanya bersifat dikotomis. Misal, dicari korelasi antara jenis kelamin dan respon terhadap soal benar-salah. Dibuat tabel kontingensi 2 x 2, variabel X = jenis kelamin (1 = pria dan 0 = wanita) dan Y = jawaban subyek terhadap soal (1 = benar dan 0 = salah). Digunakan persamaan berikut Y 0 1 bc – ad Phi = 1 a b √(a+c)(b+d)(a+d)(c+b) X 0 c d
  • 10. Korelasi Perbedaan Peringkat Situasi khusus dalam korelasi linier adalah jika kedua variabel yang dikorelasikan berupa peringkat subyek pada masing-masing peubah, bukan nilai. Jika kedua variabel X dan Y berupa peringkat, D = X – Y, dan n = jumlah sampel maka didapat persamaan 6 ∑D2 rXY = 1 – n(n2 – 1)